Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

a. Definisi
Hipertensi adalah Ketika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau
fasilitas layanan kesehatan, yang diukur sebanyak 2 kali pengukuran
dalam selang waktu lima menit dengan kondisi cukup istirahat dan tenang.
(Lukito et al., 2019).
Seddangkan menurut Oktaviarini et al, (2019) Hipertensi adalah
suatu peningkatan tekanan darah arteri dimana tekanan darah sistol lebih
atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan diastol lebih atau sama dengan
90 mmHg atau keduanya. Hipertensi juga penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang .

b. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee 8 (JNC 8)
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 atau 90-99
Derajat 2 ≥160 atau ≥100

Tabel 2. Klasifikasi target tekanan darah


Populasi Target Tekanan Darah (Sistolik dan Diastolik)
< 60 tahun < 140/90 mmHg
> 60 tahun < 150/90 mmHg
Penyakit ginjal kronis < 140/90 mmHg
Diabetes < 140/90 mmHg
(Bell, dkk, 2015).

1
c. Etiologi
World Health Organization (WHO) (2013) membagi berdasarkan

penyebabnya hipertensi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial ( Primer)

Hipertensi esensial merupakan peningkatan tekanan darah yang

bersamaan dengan peningkatan berat badan, perubahan faktor gaya hidup,

penurunan intensitas aktivitas fisik, dan usia tua pada pasien dengan

riwayat keluarga hipertensi. Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya

secara pasti, disebut juga hipertensi idiopatik. Kurang lebih 90%

penderita hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan 10% tergolong

hipertensi sekunder. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

hipertensi primer yaitu:

a. Fatktor Keturunan

Kemungkinan lebih besar mendapatkan hipertensi jika orang tuanya

menderita hipertensi. Faktor ini tidak bisa anda kendalikan. Statistik

menunjukkan bahwa masalah hipertensi lebih tinggi pada kembar

identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah

tekanan darah tinggi.

b. Ciri seseorang

Ciri seseorang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur dan

jenis kelamin. Usia seseorang bertambah maka tekanan darahpun akan

meningkat, wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan

dengan pria yaitu 51% banding 49%.

2
c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi, makanan berlemak/kolesterol

tinggi, kegemukan, stres dan kurang olah raga.

d. Pengaruh Lain

Merokok karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan

tekanan darah, minum alkohol dan kafein, serta minum obat-obatan,

seperti efedrin, epinefrin, dan prednison.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui

dengan pasti, sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Pada sekitar 5-

10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal, 1-2%

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu.

Penyebab hipertensi sekunder yaitu, penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskular ginjal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom

Chusing (sekresi kortisol yang berlebihan), feokromositoma, koartasio

aorta, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, obat-obatan

dan lain-lain.

3
d. Patofisiologi (Bagan Alur)

e. Manifestasi Klinis
Hipertensi disebut juga “silent killer” karena tanda-tanda dan gejala tidak
terlihat jelas. Adapun gejala klinis yang dapat mucul seperti:
1. Pusing dan Sakit kepala/Cephalgia
2. Insomnia
3. Rasa berat di tengkuk
4. Penglihatan berkunang-kunang

4
5. Palpitasi
6. Epistaksis
7. Tinnitus ( telinga berdenging)
8. Mudah lelah
9. mimisan (Kemenkes.RI, 2014)

f. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin/ hematokrit : mengkaji hubungna dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemia (diabetes melitus pencetus hipertensi) dapat
di akibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin ( meningkatkan
hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama ( penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
mrningkatkan hipertensi.
6. Koleterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardivaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid :hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk mrnguji aldosteronisme
primer (penyebab )
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa ,meengisyaratkan difungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
10. VMA urin ( metabolik katekolamik) : kenaikan dpata
mengindikasikan adanya feokomositoma ( penyebab); VMA urin 24
jam dapat di gunakan untuk pengkajian feokromositoma bila
hipertensi hilang timbul.

5
11. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terajadinya hipertensi.
12. IVP : dapa mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
paremkimginjal, batu ginjal dan ureter.
13. Foto dada : dapat menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/EKG atau takik aorta; pembesaran jantung
14. CT Scan : mengkaji tumor serebral, CSV ensevalopati, atau
feokromositoma.
15. EKG : dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : luas, peningian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Anonim, 2013).

g. Penatalaksanaan
1. Terafi Non Farmakologi

Kebutuhan edukasi tentang penatalaksanaan hipertensi secara

non farmakologik menjadi hal penting bagi penderita hipertensi. Hal

ini sesuai dengan prinsip penanganan hipertensi yaitu perlunya

kombinasi terapi farmakologi dan non farmakologi terutama bagi

penyandang hipertensi di atas tingkat 1. Terapi non farmakologi untuk

penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya hidup

( Whelton, 2015).

Penatalaksanaan non farmakologi dapat dilakukan melalui

modifikasi gaya hidup, seperti diet Dietary Approaches to Stop

Hipertension (DASH), mengurangi asupan natrium, menurunkan berat

bedan, olahraga secara teratur, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tidak

merokok (Hedayati, 2011). Pengobatan non farmakologi sama

pentingnya dengan pengobatan farmakologi. Pengobatan farmakologi

dapat memberikan efek samping, sehingga penderita hipertensi


6
dianjurkan terapi dengan menggunakan pendekatan non farmakologi

untuk menurunkan tekanan darah (Gofir, dalam Siregar 2021).

2. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi pada pasien hipertensi diawali dengan pemakaian

obat tunggal, karena monoterapi dapat menurunkan tekanan darah

sistolik sekitar 7-13 mmHg dan diastolik sekitar 4-8 mmHg. Obat

antihipertensi dibagi dalam delapan golongan yaitu, golongan diuretik,

golongan β-bloker, golongan ACE inhibitor, golongan Calcium

chanel blocker, golongan angiostensin II reseptor bloker, golongan

sentral α2 reseptor agonis, golongan α1 bloker, dan golongan

vasodilator. Pemilihan obat-obat ini berdasarkan efektifitas, aman,

biaya, dan adanya penyakit lain atau faktor resiko lainnya (Carter,

dalam Siregar, 2021 ).

H. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a) Anamnesa
1) Identitas penderita
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan doagnosa medik.
Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien.
2)  Keluhan utama

7
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta
pertolongan pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan
fisik, dan edema sistemik.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang
didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni
munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut.
Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
4) Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga
obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu,
yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien (Wijaya & Putri, 2013).
5) Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila
ada keluarga yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya.
Penyakit jantung pada orang tuanya juga menjadi faktor utama
untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya. (Ardiansyah,
2012).
b) Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/ istrirahat
Gejala:
 Keletihan
 kelemahan terus sepanjang hari
 insomnia
 nyeri dada dengan aktivitas
 dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda:
 gelisah
8
 perubahan status mental (latergi, TTV berubah pada aktivitas).
2) Sirkulasi
Gejala:
 Riwayat hipertensi
 Episode gagal jantung kanan sebelumnya
 Penyakit katup jantung
 Bedah jantung
 Endokarditis
 Anemia,
 Syok septik
 Bengkak pada kaki
 Telapak kaki
 Abdomen
 Sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan)
Tanda:
 Tekanan darah mungkin menurun (gagal pemompaan).
 Tekanan nadi menunjukan peningkatan volume sekuncup.
 Frekuensi jantung takikardia ( gagal jantung kiri)
 Irama jantung: sistemik, misalnya: fibrilasi atrium.
 kontraksi ventrikel prematur/ takikardia blok jantung
 Nadi apikal disritmia
 Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diasnostik, S4 dapat terjadi,
S1 dan S2 mungkin lemah
 Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup
atau insufisiensi x
 Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi
jugularis coatis abdominal terlihat .
 Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis.
 Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat.
9
 Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis
 Bunyi napas: krekel, ronchi
 Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya
pada ekstremitas
 Distensi vena jugularis.
3) Integritas ego
Gejala:
 Ansietas
 Khawati
 Takut
 Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansia
Tanda : Berbagai maninfestasi perilaku, missal: ansietas, marah
ketakutan.
4) Eliminasi
Gejala:
 Penurunan berkemih
 urine berwarna gelap
 berkemih malam hari (nokturnal), diare/ konstipasi
5) Makanan/ cairan
Gejala:
 Kehilangan nafsu makan
 Mual/ muntah
 Penambahan berat badan signifikan.
 Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
 Pakaian/ sepatu terasa sesak.
 Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak, gula,
dan kafein.
 Penggunaan diuretik (Wijaya & Putri, 2013).
Tanda:
 Penambahan berat badan cepat.

10
 Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau
pitting)

6) Hygiene
Gejala:
 Keletihan
 Kelemahan
 Kelemahan selama aktivitas perawatan diri
Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7) Neurosensori
Gejala :
 Kelemahan
 Peningkatan episode pingsan
Tanda :
 Letargi
 kuat fikir
 disorientasi
 perubahan perilaku
 mudah tersinggung
8) Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
 Nyeri dada, angina akut atau kronis
 Nyeri abdomen kanan.
Tanda:
 Tidak tenang
 Gelisah
 Fokus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri
9) Pernapasan

11
Gejala:
 Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Penurunan Curah Jantung
3. Resiko Ketidak efektifan Perpusi Jaringan Otak
4. Intoleransi Aktivitas
5. Resiko Cedera

12
J. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan Toleransi Aktivitas NOC : NIC
 Energy Conservation Manajemen energi Observasi :
 Activity Tolerance • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
 Self Care : ADLS melakukan aktivitas
Kriteria Hasil Terapeutik :
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Pasien akan menningkatkan toleransi terhadap
( mis. Cahaya, suara, kunjungan )
aktivitas selama dalam perawatan.
• Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
 Pasien akan melakukan aktivitas secara bertahap tanpa
• Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
rasa lemah, mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan.
• Fasilitasi duduk di sisi tempay tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :

• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap


• Anjurkan menghubungi perawatn jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi

13
kelelahan

2. Nyeri Akut NOC Manajemen Nyeri


 Pain Level
• Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
 Pain Control
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
 Comfort Level
nyamaan
Kriteri Hasil
• Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
• Mampu mengontrol nyeri ( mampu menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) • Ajarkan teknik nonfamakologi : teknik relaksasi
• Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan tekhnik napas dalam
menggunakan manajemen nyeri • Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
• Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang nyeri pitasi nyeri
3. Penurunan Curah Jantung NOC : NIC :
 Cardiac Pump effectiveness NIC
 Circulation Status Cardiac Care
 Vital Sign Status  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas, lokasi,
durasi)
Kriteria Hasil :  Catat adanya disritmia jantung
 Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah,
14
Nadi, respirasi)  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
 Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan output
 Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites  Monitor status kardiovaskuler
 Tidak ada penurunan kesadaran  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung
 Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
 Monitor balance cairan
 Monitor adanya perubahan tekanan darah
 Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan stress
 Vital Sign Monitoring

15
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor adanya pulsus paradoksus
 Monitor adanya pulsus alterans
 Monitor jumlah dan irama jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer

16
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4. Resiko Ketidak efektifan NOC NIC


Perpusi Jaringan Otak  Circulation status Peripheral Sensation Management
 Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
 Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan : terhadap panas/dirigin/tajam/tumpul
 Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan  Monitor adanya paretese
 Tidak ada ortostatik hipertensi  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak ada Isi atau laserasi
lebih dari 15 mmHg)  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai  Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
dengan:  Monitor kemampuan BAB
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan  Kolaborasi pemberian analgetik
 Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi  Monitor adanya tromboplebitis
 Memproses informasi   Diskusikan menganai penyebab perubahan sens

17
 Membuat keputusan dengan benar
 Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
5. NOC NIC
Resiko Cedera  Risk Kontrol Environment Management (Manajemen
lingkungan)
 Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
Kriteria Hasil  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
 Klien terbebas dari cedera dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
 Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah dan riwayat penyakit terdahulu pasien
injury/cedera  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
 Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari (misalnya memindahkan perabotan)
lingkungan/perilaku personal  Memasang side rail tempat tidur
 Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada bersih
 Mampu mengenali perubahan status kesehatan  Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
 Membatasi pengunjung
 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Bell, K dan Twiggs, J. 2015. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8
Guidline Recommendations. Alabama: Alabama Pharmacy Association

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.

Nurarif, Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Jogja

Prasetyono, Dwi Sunar (2012). Daftar Tanda dan Gejala Ragam


Penyakit.Yogyakarta: Fleshbooks

Siregar. Z . F (2019). Tingkat Pengetahuan Dan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Hipertensi Rawat Jalan Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2021. Universitas
Sumatera Utara Medan.

Smeltzer S, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth. Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer S. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.


Whelton, P.K. 2015. The elusiveness of population-wide high blood pressure control.
Annu Rev Public Health. 36(0):109-30.

Whelton, P.K., Appel, L.J., Espeland, M.A. 1998. Sodium reduction and weight lossin
the treatment of hypertension in older persons: a randomized controlled trial
ofnonpharmacologic interventions in the elderly (TONE). TONE Collaborative
Research Group. JAMA. 279(0): 839-46.

WHO. 2013. About Cardiovascular Disease. Italy: World Health Organization. WHO.
2019. Hypertension. Geneva: World Health Organization.

20

Anda mungkin juga menyukai