Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOGNOSI

“SEDIAAN OBAT
TRADISIONAL” SEMESTER II
DOSEN PENGAMPU
Apt. RIZKY ARDIAN HARTANTO SAWAL, M.Farm.

DISUSUN OLEH:
SALMA HESTI OKTAVIANA
A1202060

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA

SEMARANG

2021
BAB I

PEMBUKAAN

A. Landasan Teori
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes RI No. 007 Tahun 2012),
bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung bahan kimia sintetik. Obat
tradisional terbuat dari campuran berbagai tumbuhan yang dapat dibuat menjadi
bentuk sediaan yang bervariasi diantaranya adalah kapsul, tablet, pil, dan lain-lain.
Menurut WHO, obat tradisional telah digunakan secara luas di dunia sejak hampir
20 tahun. Pada negara-negara seperti Ghana, Mali, Nigeria, dan Zambia, penggunaan
obat tradisional mencapai 60% dan sekitar 80% populasi di banyak negara
menggunakan obat tradisional sebagai perlindungan kesehatan mereka (Kayne, 2010).
Penggunaan obat tradisional secara luas oleh masyarakat disebabkan selain karena
alami, mudah didapat, serta harganya yang murah, penggunaan obat ramuan
tumbuhan secara tradisional ini tidak menghasilkan efek samping yang ditimbulkan
seperti yang sering terjadi pada pengobatan secara kimiawi, selain itu masih
banyak orang yang beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman
dibandingkan dengan obat
sintesis (Thomas A.N.S, 1989).

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan
tersebut, yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional.
Obat tradisional di Indonesia sangat besar perananya dalam pelayanan kesehatan
masyarakat di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Karena memang
Negara kita kaya akan tanaman obat-obatan. Namun, sayang kekayaan alam tersebut
tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Padahal saat
ini biaya pengobatan modern cukup mahal ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang
melanda bangsa ini belum sepenuhnya beakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat
membuat kemampuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
optimal semakin menurun.
Obat tradisional selalu memainkan peran penting dalam kesehatan dunia dan terus
digunakan untuk mengobati berbagai macam keluhan. Obat tradisional digunakan di
setiap negara di dunia, dan telah menjadi andalan dengan mendukung,
mempromosikan, mempertahankan dan memulihkan kesehatan manusia. WHO
merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama
untuk kronis, penyakit degeneratifdan kanker. Dukungan WHO tersebut lebih
menguntungkan bagi Indonesia. Obat tradisional telah banyak dikenal dan digunakan
oleh masyarakat baik pada jaman dahulu maupun sekarang. Penggunaan obat
tradisional oleh masyarakat pada umumnya masih sebatas dalam bentuk jamu, yang
cara penyajiannya dengan cara direbus atau diseduh, sehingga kurang disukai
penggunanya. Selain itu sediaan jamu juga masih mempunyai kekurangan seperti
penyajian yang tidak praktis, bentuk sediaan yang kurang stabil dan takaran yang
tidak tetap.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah mendorong
perkembangan obat bahan alam, meliputi peningkatan mutu, keamanan, penemuan
indikasi baru, dan formulasi. Obat bahan alam indonesia adalah obat bahan alam yang
diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan, jenis klaim penggunaan, dan
tingkat pembuktian khasiat,

Obat Bahan Alam Indonesia (yang diproduksi di Indonesia) dikelompokkan


menjadi:
1. Jamu (obat tradisional Indonesia)
2. Obat herbal terstandar
3. Fitofarmaka

B. ISI
1. Jamu (Obat Tradisional Indonesia)
Menurut Undang-Undang Repablik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, obat tiadisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan.
bahan-hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galentk), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi simplisia yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan atau hewan.
Penandaan Jamu atau obat tradisional Indonesia harus mencantumkan penandaan beri-
kut:
1. Logo dan tulisan "JAMU"
2. Logo berupa "ranting daun yang terletak dalam lingkaran."
3. Logo ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri wadah/pembungkus/ brosur.
4. Logo (ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar
warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.
5. Tulisan "JAMU" harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di
dasar putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan "JAMU."

2. Obat Herbal Terstandar (OHT)


Obat herbal terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya relah distandardisasi.
Obat herbal terstandar disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam vang
berupa tanaman obat, binatang. atau mineral. Bila dibandinglan dengan jamu, untuk
melaksanakan proses pembuatan obat hertal terstandar dibutuhkan peralatan yang
lebih kompleks dan berharga mahal, serta tenaga pendukung vang memiliki
pengetahuan dan keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan
reknologi maju. OHT telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian praklinik uji pada hewan percobaan) dengan mengikuti standar kandungan
bahan berkihasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat. dan standar pembuatan
obat tradisional yang higienis. Obat herbal terstandar harus melewati uji toksisitas
akut dan kronis (keamanan), kisaran dosis, farmakologi dinamik (manfaat), dan
teratogenik (keamanan terhadap janin).
Penandaan Obar herbal terstandar (OHT) harus mencantumkan penandaan betikut.
1. Logo dan tulisan "OBAT HERBAL TERSTANDAR."
2. Logo berupa jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran. dan di- tempatkan
pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/pembungkus/bro- sur.
3. Lugo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicerak dengan warna hijau di atas dasar
warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna
4. Tulisan "OBAT HERBAL TERSTANDAR" harus jelas, mudah dibaca, Laditak
dengan warni hit menvolok kontras dengan tulisin OBAT HERBAL TERSTANDAR.

3. Fitofarmaka
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) adalah sediaan obat bahan alam
yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.
Uji praklinik adalah pengujian pada hewan coba. Uji praklinik merupakan tahap
penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik
memiliki satu tujuan utama, yaitu nengevaluasi keamanan produk baru. Dari uji ini,
diperoleh informasi mengenai efikasi (efek farmakologi). Profil farmakokinetika, dan
toksisitas calon obat. Uji praklinik merupakan prasyarat uji untuk alon obat.
Uji klinik adalah pengujian pada manusia untuk mengetahui atau memastikan
adanya efek farmakolori. tolerabilitas. keamanan, dan mantaat klinik untuk
pencegahan penyakit. pengobatan penvakit. atau pengohatan gejala penyakit.
Penandaan Fitofarmaka harus mencantumkan penandaan berikut:
1. Logo dan tulisan "FITOFARMAKA.
2. Logo berupa jari-jari daun (yang membentuk bintang), yang terletak dalam
lingkaran dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri wadah/ pembungkus/brosur.
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar
putih atau warna lain yang menyolok konuras dengan warna logo.
4. Tulisan "FITOFARMAKA" harus jelas dan mudah dibaca dan dicetak dengan
warna hitam di atas dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan
tulisan "FITOFARMAKA."

CARA PENGGUNAAN SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

Agar terhindar dari efek samping yang berbahaya, ikutilah tips-tips berikut ini saat
mengonsumsi obat herbal:

 Pastikan produk herbal telah terdaftar di BPOM RI.


 Periksa tanggal kedaluwarsa produk.
 Ikuti petunjuk pemakaian dan dosis yang tercantum di kemasan.
 Hubungi layanan konsumen produk herbal jika Anda ingin mengetahui lebih jelas
mengenai produk mereka.
 Konsultasi dulu ke dokter sebelum mengonsumsi obat herbal.
 Hentikan penggunaan obat herbal apabila gejala tidak membaik atau justru semakin
parah.
Tidak semua orang juga boleh mengonsumsi obat herbal. Ada beberapa kelompok yang
perlu menghindari konsumsi obat herbal, yaitu:

 Ibu hamil dan menyusui


 Orang yang akan menjalani operasi
 Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti gangguan fungsi hati, gangguan fungsi
ginjal, atau penyakit autoimun

CONTOH NAMA OBAT DAN GAMBAR

1. JAMU
a. Buyung upik

b. Air mancur
c. Rastung

2. OHT
a. Diapet (soho)

b. OB Herbal
c. Mastin

3. FITOFARMAKA
a. Nodiar (Kimia Farma)
b. Stimuno (Dexa Medica)

c. Tengsigard (Pharos)
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku pembuatan dan pengujian obat bahan alam indonesia SMK Farmasi
2. Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia, Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 103-113.
3. Departemen Kesehatan RI. 1996. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan
Tinggi di Indonesia, Jilid I-VIII. Jakarta
4. https://repository.wima.ac.id>latar-belakang-obat-tradisional
5. https://www.gogobli.com/jamu-jago-buyung-upik-mangga-11pcs-35103.html
6. https://www.slideshare.net/DewiKartika38/fitofarmaka
7. https://teknonatura.wordpress.com/2019/04/22/tugas-farmasetika-dasar-obat-
tradisional/amp/

Anda mungkin juga menyukai