Salah satu kriteria good governance adalah equity, di mana semua warga negara baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka (UNDP sebagaimana dikutip Lembaga Administrasi Negara, 2000:7). Kebijakan responsif gender pada hakekatnya merupakan manifestasi dari salah satu prinsip good governance tersebut. Hal ini terkait dengan upaya kebijakan responsif gender yang secara khusus mempertimbangkan manfaat kebijakan secara adil terhadap perempuan dan laki-laki, baik menurut kelompok umur (tua-muda), kelompok ekonomi (kaya-miskin) maupun kelompok marginal (cacat-normal). Ada beberapa strategi untuk menjalankan kebijakan agar tidak bias gender. Nugroho (2003:260- 261) menganjurkan empat strategi pokok sebelum menjalankan kebijakan agar tidak bias gender: Pertama, pastikan para pelaksana memahami bahwa kebijakan tersebut adalah kebijakan yang pro gender. Kedua, memastikan bahwa ada mekanisme reward dan punishment bagi pematuh dan pelanggarnya. Ketiga, mempunyai ukuran kinerja yang pro gender. Keempat, mengevaluasi kinerja- nya, dan persyaratan pokok yang harus dipenuhi antara lain: (1) adanya kesamaan konsepsi tentang gender dan kesetaraan gender; (2) adanya kecukupan kemampuan untuk melakukan evaluasi dalam konteks kesetaraan gender; (3) alat ukur evaluasi itu sendiri
Kebijakan Publik Pro Gender 63
harus mampu mencerminkan pelaporan tentang sejauh mana kesetaraan gender dicapai oleh sebuah kebijakan publik tertentu. Model dan transformasi kebijakan yang dikemukakan oleh Nugroho (2003:256) menyebutkan bahwa: Pada kondisi awal, kesetaraan gender tidak tercapai karena ada kebijakan-kebijakan yang bias gender. Kebijakan ini dapat ditransformasikan secara langsung menjadi kebijakan netral gender (langkah 1), ataupun melalui kebijakan spesifik gender (langkah 2) untuk kemudian ditransformasi menjadi kebijakan netral gender (langkah 3). Namun demikian pada akhirnya harus ada kebijakan pengontrol yang mengontrol kebijakan netral gender agar tidak bias dalam implementasinya (langkah 5) yang secara efektif dilakukan dengan mempertahankan maupun menyempurnakan kebijakan spesifik gender (langkah 4).
Kebijakan bias gender: dicirikan
dari adanya diskriminasi sumberdaya produktif melalui diskriminasi akses, kontrol, partisipasi, dan penikmatan 1 Kebijakan netral gender: dicirikan dari adanya kesetaraan gender dalam akses, kontrol, par- tisipasi, 2 dan penikmatan sumber- daya produktif
Kebijakan spesifik gender: dicirikan
dari adanya diskriminasi positif 3 5 sumberdaya produktif melalui diskriminasi akses, kon- trol, partisipasi, dan penikmatan kepada Kebijakan pengontrol salah satu gender yang berada kesetaraan gender : dicirikan dalam posisi sub ordinasi, baik melalui kebijakan yang bersi- fat 4 dengan adanya kebijakan pengontrol agar kebijakan distributif maupun redistributif yang netral gender tidak bias dalam praktek