Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberadaan serangga di muka bumi medominasi jumlah sekitar 75%, hal ini Karena
kemampuan hidup serangga bisa di lingkungan terrestrial, aeral dan aquatic. Dibidang kesehatan,
serangga dapat berperan sebagai vektor penyakit (memindahkan dan menularkan penyakit ke
manusia baik secra mekanis maupun biologis ). Beberapa serangga yang dapat berperan sebgai
vektor penyakit di antaranya nyamuk, lalat, kecoa, pinjal tikus, kutu dan sebagainya. Khususnya
nyamuk, yang dapat berperan sebagai vektor penyakit tertentu (malaria, filariasis, demam
berdarah dengue dan sebagainya), dalam kelangsungan hidupnya memerlukan bionomic/prilaku
hidup, yaitu tempat perindukkan, tempat mencari makan dan tempat beristirahat. Dan siklus
hidupnya, mengalami empat stadium, dimulai dari telur, larva/jentik, pupa/kepompong, dan
naymuk dewasa. Untuk stadium telur, larva dan pupa berlangsung didalam air, sedangkan
stadium nyamuk dewasa berlangsung di udara. Pentingnya dilakukan pengamatan terhadap
breading place dari nyamuk pada permungkiman penduduk adalah untuk menentukan derajad
penularan penyakit yang disebabkan oleh larva/jentik sekaligus dalam rangka mendukung
program/kegiatan pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang terjadi di
permukiman penduduk.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui tempat perindukan(breading place) nyamuk stadium larva/jentik
di tempat-tempat umum
2. Mahasiswa mengetahui ciri-ciri nyamuk stadium larva/jentik ditempat-tempat umum
secara makroskopis.
3. Mahasiswa mampu melakukan teknik/prosedur pengamatan larva/jentik di tempat-tempat
umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde Diptera.Pada
umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya (metamorfosis), yaitu telur, larva,
pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur – larva
– pupa – dewasa.Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa
hidup diluar air. Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari, dalam keadaan normal berlangsung 9-10
hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi
nyamuk dewasa dan siklus tersebut akan berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal,
perkembangan dari stadium telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu sedikitnya
9 hari.
Nyamuk
Betina
Dewasa
Nyamuk Telur
Muda (1-2 hari)
Menurut Ririh Yudhastuti (2011), adapun sifat nyamuk dewasa berbeda-beda bergantung
dari spesies nyamuknya. Berikut sifat-sifat umum yang dimiliki adalah :
1) Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti pembentukan telur,
sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal didaerah dekat perindukannya, atau di tumbuh-
tumbuhan.
2) Nyamuk memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis spesiesnya. Misalnya
nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga 3 km. Selain itu, hal tersebut
dipengaruhi oleh kelembaban udara. Penyebaran dari nyamuk itu sendiri bisa bersifat aktif
maupun pasif.
3) Nyamuk juga memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya nyamuk
Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam mencari mangsanya.
Sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa di siang hari. Ditinjau dari tempat
hidupnya, nyamuk dibedakan atas beberapa macam yaitu : (1) Nyamuk yang senang berinduk
di air payau (salt marsh type); dan (2) Nyamuk yang senang berinduk di genangan air yang
sifatnya sementara, dibedakan atas :
a) Temporary pool type, jenis nyamuk ini senang berinduk di genangan air yang sifatnya
sementara, seperti bekas pijakan kerbau, manusia, dan sebagainya
b) Artifial container type, nyamuk yang senang di perindukan genangan air yang terdapat di
kaleng bekas, ban bekas, gelas plastik bekas yang biasanya dibuang oleh manusia
disembarang tempat.
c) Treehole type, jenis nyamuk ini pada dasarnya memiliki selera yang sama seperti jenis
Temporary pool type, hanya saja pada jenis ini banyak ditemukan terutama pada daerah
yang sering hujan atau curah hujannya tinggi, misalnya di lubang-lubang pohon.
d) Rock pool type, sama halnya dengan Treehole type, hanya saja yang dipilih pada genangan
air di lubang-lubang di batu karang atau padas.
Sedangkan jika ditinjau dari tempat persembunyiannya atau tempat peristirahatannya,
maka nyamuk dikategorikan kedalam dua jenis yaitu :
1) Natural resting station type, dimana tempat peristirahatannya dalam lubang-lubang yang
ditemui secara alamiah, misalnya pada pohon-pohon, batu karang atau padas, dan lain
sebagainya.
2) Artifial resting station type, dimana tempat peristirahatannya pada tempat-tempat yang
terbentuk karena hasil karya manusia, baik yang sifatnyasengaja maupun tidak sengaja
misalnya dalam rumah disela-sela baju yang digantung, adanya kaleng bekas, dan
sebagainya.
B. Jentik Nyamuk
Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Jentik dalam bahasa lokal
dikenal sebagai cuk atau uget-uget. Jentik merupakan tahap larva pada nyamuk. Nyamuk
akan mengelurakan telurnya di dalam air, setelah itu telur akan menetas menjadi jentik. jentik
selanjutnya tumbuh menjadi pupa. Dalam beberapa hari pupa akan tumbuh menjadi
nyamuk.Jentik nyamuk sering ditinggalkan oleh induk nyamuk dewasa di genangan air yang
tidak tertutupi. Dalam sekali bertelur nyamuk dewasa akan menghasilkan 100 butir telur
yang siap menetas menjadi jentik nyamuk. Jentik nyamuk akan menetas setelah dua hari
berada di dalam air, dan akan bertahan sampai 6 bulan di tempat kering. Adanya jentik
nyamuk mengindikasikan terdapatnya nyamuk di daerah tersebut.
C. Definisi Kontainer
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air yang mana air
didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam container seringkali ditemukan jentik-
jentik nyamuk karena biasanya kontainer digunakan nyamuk untuk perindukan telurnya.
Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang menampung air jernih yang tidak
langsung berhubungan langsung dengan tanah dan berada di tempat gelapsebagai tempat
perindukan telurnya. (Dinkes DKIJakarta, 2003)
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna keperluan sehari–
hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lain–lain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barang–barang bekas (ban bekas,
kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung kelapa, lubang di
pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit kerang dll. Kontainer ini pada
umumnya ditemukan diluar rumah.
D. Pemberantasan Habitat Jentik dan Nyamuk
Angka kejadian penyakit Demam Berdarah yang cenderung sulit turun menyebabkan
berbagai upaya pemberantasan terus dilakukan. Sebagaimana kita kenal, metode pemberantasan
habitat nyamuk ini, misalnya dengan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), masih
dianggap cara paling efektif. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah memiliki program kajian
yaitu dengan melakukan survei jentik pada rumah-rumah warga.
Jumantik kepanjangan dari Juru Pemantau Jentik merupakan seorang petugas khusus yang
secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemantauan jentik nyamuk
DBD Aedes Aegypti di wilayah-wilayah dengan sebelumnya melakukan pelaporan ke kelurahan
atau puskesmas terdekat. Tugas dari Jumantik pada saat memantau wilayah – wilayah
diantaranya :
1. Menyambangi rumah-rumah warga untuk cek jentik.
2. Mengecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih apakah ada
jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang sulit dikuras diberi
bubuk larvasida (abate).
3. Mengecek kolam renang serta kolam ikan agar bebas dari keberadaan jentik nyamuk.
4. Mebasmi keberadaan pakaian/kain yang tergantung di dalam rumah.
Pemantauan jentik nyamuk dilakukan satu kali dalam seminggu, pada waktu pagi
hari,apabila diketemukan jentik nyamuk maka jumantik berhak untuk memberi peringatan
kepada pemilik rumah untuk membersihkan atau mengurasagar bersihdari jentik-jentik nyamuk.
Selanjutnyajumantik wajib membuat catatan atau laporan untuk dilaporkan ke kelurahan atau
puskesmas terdekat dan kemudian dari Puskesmas atau kelurahan dilaporkan keinstansi terkait
atau vertikal. Selain petugas Juru Pemantau Jentik (Jumantik), tiap-tiap masyarakat juga wajib
melakukan pengawasan/pemantauan jentik di wilayahnya (self Jumantik) dengan minimal
tekhnik dasar 3M Plus, yaitu;
1. Menguras
Menguras adalah membersihkan tempat-tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti kolam renang, bak kamar mandi, ember air, tempat air minum, penampungan air ,
lemari es ,dll
2. Menutup
Menutup adalah memberi tutup secara rapat pada tempat air yang ditampung seperti bak
mandi, botol air minum, kendi, dll
3. Menggunakan kembali
Menggunakan kembali adalah kegiatan yang menggunakan barang yang telah dipergunakan
sebelumnya, lalu digunakan lagi baik sesuai fungsi awal barang tersebut atau beralih fungsi.
\
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Maret 2016
Jam : 11.00 WITA sampai dengan selesai
Tempat : Di lingkungan Kampus Kebidanan, Keperawatan, Analis Kesehatan
B. Jenis Kegiatan
Pengamatan larva/jentik di tempat-tempat umum
D. Prosedur kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Amati pada tempat-tempat penampungan air (TPA), mulai dari TPA yang ada didalam
ruangan (indoor) sampai TPA yang ada di luar ruangan (outdoor) dengan melakukan
pengamatan pada semua TPA yang ada/ditemukan.
Untuk TPA berukuran besar( bak mandi, tendon, dan sejenisnya) dan memastikan
ada tidaknya larva/jentik denmgan menunggu selama 0,5-1 menit.
Untuk TPA berukuran kecil ( ember, tempat air di kulkas/dikaki meja, dispenser
dan sejenisnya), amati langsung ada atau tidaknya larva/jentik.
2. Apabila ditemukan larva/jentik, catat:
a. Keberadaan ditemukan larva/jentik(didapur/dikamar mandi, dan lain-lain)
b. Jenis TPA (TPA keperluan sehari-hari atau bukan atau TPA alamiah)
c. Bahan TPA (semen, Besi, almuniuum,plastic,karet,tanah,dll)
d. Volume air TPA (dalam liter)
e. Waktu dilaksanakan PSN dan upaya lainnya.
3. Ambil larva/jentik dengan menggunakan dipper secara perlahan-lahan.(gunakan
teknik/prosedur yang benar)
4. Pindahkan larva/jentik kedalam paper cup dan diberi label yang berisi tanggal, jam, lokasi,
tempat dan nama kolektor (sesuaikan dengan metode survey digunakan).
5. Identifikasi larva/jentik secara makroskopis dengan cara memmindahakan kedalam beaker
glass volume 1000 ml dan amati larva saat posisi istirahat(apabila akan dilakukan
identifikasi secra mikroskopis, lakukan perlakuan sesuai ketentuan).
6. Apabila pengamatan larva/jentik didalam ruangan selesai, lakukan pengamatan diluar
ruangan (outdoor) dengan langkah sebagai berikut :
Untuk TPA berukuran besar (bak mandi, drum , tendon, dan sejenisnya) dan
memastikan ada tidaknya larva/jentik dengan menunggu selama 0,5-1 menit.
Untuk TPA berukuran kecil (pot bunga, ember, botol/gelasmineral, kaleng, ban bekas
dan sejenisnya), amati langsung ada tidaknya larva/jentik.
7. Apabila ditemukan larva/jentik, catat :
a. Keberadaan ditemukan larva/jentik (dihalaman, taman, teras kantor dan lain-lain)
b. Jenis TPA (TPA keperluan sehari-hari atau bukan atau TPA alamiah)
c. Bahan TPA (semen, besi, alumunium, plastic, karet, tanah, dll)
d. Volume air TPA Idalan liter)
e. Waktu dilaksanakan PSN dan upaya lainnya.
8. Ambil larva/jentik dengan menggunakan dipper secara perlahan-lahan (gunakan
teknik/prosedur yang benar)
9. Pindahkan larva/jentik kedalam paper cup dan diberi label yang berisi tanggal, jam, lokasi,
tempat dan nama kolektor (sesuaikan dengan metode survey digunakan)
10. Identifikasi larva/jentik secara makroskopis dengan cara memindahkan kedalam beaker glass
volume 1000 ml dan amati larva saat posisi beristirahat (apabila akan dilakukan identifikasi
secara mikroskopis lakukan sesuai ketentuan)/
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil Pengamatan :
2.
3
4
3. TPA Alamiah
(bila ada)
1
Lokasi pengamatan : Kampu Kperawatan( Indoor)
Hasil Pengamatan :
2. TPA tidak
Keperluan
Sehari-hari
1.
2.
3
4
3. TPA Alamiah
(bila ada)
1
1
CI¿ =0,25
4
Lokasi pengamatan : Kampus Keperawatan (indoor)
Hasil Pengamatan :
4
CI¿ =0,12
35
Lokasi pengamatan : Kampus Analis Kesehatan (indoor)
Hasil Pengamatan :
2. TPA tidak
Keperluan
Sehari-hari
1.
2.
3
4
3. TPA Alamiah
(bila ada)
1
2
CI¿ =0,4
5
Lokasi pengamatan : Kampus Analis Kesehatan (outdoor)
Hasil Pengamatan :
2.
3.
4
3. TPA Alamiah
(bila ada)
1
B. Pembahasan
Di kampus kebidanan mendapatkan hasil negatif atau tidak ada larva/jentik di karena
lingkungan kampus kebidanan bersih dan rapid san tidak ada air yang tergenang. Sedang
dikampus Keperawatan mendapatkan hasil positif yang nilai CI = 0,25 pada pada indoor
dikarena bak mandi pada wc tidak pernah dikuras. Untuk di outdoor positif yang nilai CI = 0,12
dikarena ada genangan air yang tidak dbuang pada bagian bah pot bunga, sedangkan di kampus
Analis kesehatan Mendapatkan hasil Positif yang nilai CI = 0,4 pada indoor dikarenakan bak
mandi tersebut tidak pernah dikuras. Untuk di outdoor mendapatkan hasil negatif karena tidak
ada larva/jentik pada pot bunga.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN