Anda di halaman 1dari 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka
1. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Pemecahan masalah adalah satu pengolahan kognitif penting yang terjadi
selama proses pembelajaran, dan mengacu pada usaha orang untuk mencapai
tujuan karena mereka tidak memiliki solusi otomatis dan banyak pakar teori
pembelajaran yang menganggap bahwa Pemecahan Masalah adalah proses
kunci dalam pembelajaran, khususnya pada matematika (Schunk,
2012:416). Pemecahan masalah mengacu pada pemrosesan kognitif yang
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan ketika siswa dihadapkan masalah yang
pada awalnya belum diketahui metode solusi pemecahannya secara langsung,
sedangkan pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu proses kognitif
yang kompleks untuk mengatasi suatu masalah dan memerlukan sejumlah
strategi dalam menyelesaikannya (Surya, 2011). Pemecahan masalah dalam
matematika berbentuk masalah terkait penerapan konsep-konsep bahan ajar
yang dialami siswa dalam kehidupan. Pemecahan masalah diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, afektif dan psikomotor siswa dalam belajar
matematika.
a. Pengertian Masalah Matematika
Setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak
dapat sepenuhnya dikatakan masalah. (Herlambang, 2013) mengatakan
bahwa “Masalah adalah suatu situasi yang disadari kebenarannya dan
perlu dicari penyelesaiannya, tetapi tidak langsung ditemukan cara
memecahkannya”. Laster (Kadir, 2010) mengungkapkan bahwa “Masalah
adalah situasi dimana seseorang individu atau kelompok terbuka untuk
melakukan suatu tindakan, tetapi tidak ada algoritma yang siap dan dapat
diterima sebagai suatu metode pemecahannya”.

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8

Masalah sering juga terdapat pada dunia pendidikan, salah satunya


pada saat pembelajaran matematika. Matematika merupakan pengetahuan
yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep yang abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalarannya secara deduktif (Herlambang, 2013).
Menurut (Abdurrahman, 2009) mendefinisikan bahwa “Matematika
sebagai suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah
yang dihadapi oleh manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah
memikirkan diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan”. (Uno, 2010) mendefinisikan bahwa “Matematika
sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur- unsurnya
logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas,
serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri,
dan analisis”.
Pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat
didefinisikan bahwa masalah adalah sesuatu pertanyaan yang cara
penyelesaiannya tidak langsung diterima sebagai suatu metode
pemecahannya, sedangkan matematika adalah suatu pengetahuan
berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara
berurutan, logis, guna untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, dan
mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan
analisis. Definisi-definisi tersebut dapat disimpulan bahwa masalah
matematika adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab langsung karena
pada titik awal belum diketahui aturan atau hukum yang dapat digunakan
untuk mendapatkan jawabannya dan siswa merasa tertantang untuk
menyelesaikannya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9

b. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika


Suatu keadaan tertentu dapat menjadi masalah bagi seseorang, akan
tetapi keadaan itu belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Seseorang
mungkin menganggap keadaan tersebut menjadi masalah pada saat ini,
tetapi tidak lagi menjadi masalah pada waktu yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena ia sudah memeperoleh solusi atau pemecahan dari
masalah saat menghadapi keadaan tersebut sebelumnya.
Seseorang memiliki masalah sehingga orang tersebut berusaha mencari
solusi untuk menyelesaikannya. Penyelesaian itu menggunakan berbagai
macam usaha agar dapat memecahkan masalahnya dengan cara berpikir,
memprediksi, mencoba-coba, dan lain sebagainya. Setiap orang, memiliki
usaha dan cara yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Dahar (Kusumawati, 2010) mengemukakan bahwa
“Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang
menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh
sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik”. Polya
(Lambertus, 2011), “Pemecahan masalah adalah sebagai usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak segera
dapat dicapai”. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Sternberg dan Ben-
Zeev (Kadir, 2010), “Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif
yang membuka peluang pemecahan masalah untuk bergerak dari suatu
keadaan yang tidak diketahui bagaimana pemecahannya ke suatu keadaan
tetapi tidak mengetahui bagaimana cara memecahkannya”. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, simpulan tentang pemecahan masalah yaitu
suatu usaha seseorang menemukan solusi dari situasi yang dihadapi
dengan menggabungkan konsep- konsep dan aturan-aturan yang telah
diperoleh sebelumnya sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Pendapat beberapa tokoh menjelaskan betapa pentingnya pemecahan


masalah matematika, salah satunya pendapat Matlin (Kusmaydi, 2010)
mengatakan bahwa “Pemecahan masalah dibutuhkan bilamana kita ingin
mencapai tujuan tertentu tetapi cara penyelesaiannya tidak jelas”. Hal ini,
bila siswa melatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu
mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi
yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya
meneliti kembali hasil yang di peroleh.
c. Langkah Pemecahan Masalah
Dalam menyelesaikan sebuah masalah matematika siswa memerlukan
langkah-langkah pemecahan masalah. Ada beberapa langkah-langkah
pemecahan masalah menurut para ahli, seperti Polya, John Dewey, serta
Krulick dan Rudnick. Pada penelitian ini peneliti menggunakan langkah-
langkah pemecahan masalah menurut John Dewey, karena pada langkah
pemecahan masalah John Dewey penulis dapat mengetahui kemampuan
siswa dalam mengembangkan solusi lain yang mungkin untuk
menyelesaikan masalah. Berbeda dengan langkah-langkah menurut polya
yang hanya menyusun rencana. Pada langkah ketiga John Dewey, siswa
diharapkan dapat mengembangkan beberapa solusi, sedangkan pada
langkah Polya siswa cukup memiliki rencana untuk menyelesaikan
permasalahan. Hal ini yang mendasari perbedaan antara John Dewey dan
Polya mengenai langkah pemecahan masalah sehingga pada penelitian ini
dapat dilihat beberapa solusi yang mungkin saat siswa mengerjakan soal.
Sebagaimana Langkah-langkah pemecahan masalah menurut John Dewey
(dalam Jainuri, 2011) memberikan lima langkah utama dalam
memecahkan masalah yaitu:
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

1) Mengenali/Menyajikan Masalah
Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
isu konflik, hingga siswa menjadi jelas tentang masalah apa yang
akan dikaji. Proses ini bisa meliputi menyadari hal yang belum
diketahui, dan merasakan frustasi pada ketidakjelasan situasi. Pada
langkah ini, seseorang menyadari apa masalah yang ada pada soal.
2) Mendefinisikan Masalah
Menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat
maupun yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.
Siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat
dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
Strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya definisi
masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesaian.
3) Mengembangkan Solusi Lain yang Mungkin
Tahap ini bisa meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola,
mengidentifikasi langkah-langkah dalam perencanaan, dan
menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan. Pada tahapan ini
setiap siswa didorong untuk berfikir mengemukakan pendapat dan
argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat
dilakukan.
4) Menguji Beberapa Ide
Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun
evaluasi hasil dalam pemecahan masalah.
5) Memilih Hipotesis yang Terbaik
Memilih definisi manakah yang cocok dengan situasinya.
Tahap ini bisa meliputi kegiatan mengevaluasi apakah hipotesis
sudah sesuai, apakah analisis yang digunakan tepat, apakah
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

analisis sesuai dengan tipe data yang ada, apakah hasilnya masuk
akal, dan apakah rencana yang digunakan dapat diaplikasikan
disoal yang lain. Pada langkah ini, seseorang menguji simpulan
yang didapatkan.

Jadi, langkah-langkah penyelesaian masalah menurut John Dewey ada 5,


meliputi mengenali/menyajikan masalah, mendefinisikan masalah,
mengembangkan beberapa solusi yang mungkin, menguji beberapa ide, dan
memilih hipotesis yang terbaik.

2. Soal HOTS
HOTS merupakan suatu proses berpikir siswa dalam level kognitif yang
lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan
taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom,
dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016: 91).
HOTS ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan
mengambil keputusan. Menurut King, high order thinking skills termasuk di
dalamnya berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan
menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan high order
thinking siswa dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen
dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi
penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi
lebih jelas. Menurut Vui (Kurniati, 2014: 62) high order thinking skills akan
terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi yang
sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata
ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan
atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana


meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada level yang lebih tinggi,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam
menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu
masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan
dalam situasi-situasi yang kompleks (Saputra, 2016:91-92).
a. Karakteristik Soal HOTS
Untuk dapat membuat soal HOTS, harus dipahami terlebih dahulu
bagaimana karakteristik soal HOTS. Tipe soal HOTS dilihat dari
Taksonomi Bloom versi revisi ada 3, yaitu menganalisis (analyze),
mengevaluasi atau menilai (evaluate), dan mencipta (create). Berikut ini
adalah karakteristik soal HOTS (Mohammed & Lebar, 2017: 470-471):
1) Mengandung rangsangan, rangsangan pada soal HOTS harus
berfungsi dan memberikan informasi yang cukup untuk
menghasilkan keterampilan, menarik simpulan, dan penalaran
kritis.
2) Terdiri dari beberapa lapisan pemikiran, mengukur beberapa
macam tingkatan berpikir kognitif.
3) Konteks tidak sering digunakan, memaksa siswa untuk benar-
benar berpikir, tidak hanya sekedar mengingat materi yang
tercakup di kelas.
4) Situasi kehidupan nyata, menantang siswa untuk belajar dari
beberapa macam disiplin ilmu untuk menyelesaikannya.
5) Tidak berulang, meskipun soal HOTS terbaik dapat dihafal jika
diulang setiap tahun.
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

b. Perbedaan Soal HOTS dan LOTS


Menurut Benjamin Samuel Bloom dalam bukunya Taxonomy of
Educational Objectives (Taksonomi Tujuan Pendidikan) menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan memiliki tiga aspek utama, yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi dan sikap), serta psikomotorik (aktivitas
fisik). Setiap aspek kemudian memiliki taksonomi atau klasifikasi untuk
mencapai tujuan akhir pendidikan, seperti meningkatnya kemampuan
kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa yang kelak berguna untuk
menghadapi persaingan di masa depan. Taksonomi yang dibuat oleh
Bloom yang kemudian disempurnakan oleh David Reading Krathwohl,
seorang psikolog pendidikan dari Amerika, bersama dengan Lorin W.
Anderson pada tahun 2000. Dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah
Mengingat (remember), memamahami (understand), menerapkan (apply),
Menganalisis (analyze), mengevaluasi atau menilai (evaluate), dan
mencipta (create).
Pada Taksonomi Bloom LOTS atau kemampuan berpikir tingkat rendah
hanya mencakup pada mengingat (remember), memamahami
(understand), dan menerapkan (apply) sehingga hanya mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan faktual yang alternatif jawabannya hanya satu dan
biasanya jawaban tersebut berupa sesuatu yang dapat ditemukan langsung
di buku atau hapalan, seperti pertanyaan Siapa? Kapan? Dimana?
Kemampuan berpikir tingkat rendah merupakan perantara untuk
kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Berikut perbedaan dari soal HOTS dan LOTS.

Tabel 2.1 Perbedaan Soal HOTS dan LOTS

No Aspek HOTS LOTS


1. Kemampuan Kemampuan berpikir Kemampuan berpikir
yang diukur tingkat tinggi yaitu ke- tingkat rendah, yaitu
mampuan untuk me- mengingat kembali,
nyelesaikan masalah, menghafal, dan sedikit
keterampilan berpikir memahami.
kritis, keterampilan ber-
pikir kreatif, kemam-
puan berargumen, dan
kemampuan mengambil
keputusan.

2. Tipe soal me- Menganalisis (analyze), Mengingat (remember),


nurut Takso- mengevaluasi atau me- memamahami(understa
nomi Bloom nilai (evaluate), dan nd), dan menerapkan
versi revisi mencipta (create). (apply).
(Kusuma,
dkk, 2017:26)

3. Basis Soal Soal berbasis masalah Soal tidak berbasis ma-


kontekstual. salah kontekstual.

Agar lebih mengetahui perbedaan soal HOTS dan LOTS. Diberikan contoh soal
sebagai berikut :

1) Diketahui panjang rusuk dari sebuah kubus adalah 6 cm. Maka tentukan
volume dari kubus tersebut!
2) Aldo bertugas menyusun kotak-kotak dengan ukuran 3 × 4 × 2 menjadi
susunan blok-blok yang akan menjadi alat peraga dikelas. Aldo bebas dalam
menyusun kotak-kotak tersebut. Satu blok terdiri dari 12 kotak. Tentukan
semua ukuran blok yang terdiri dari 24 kotak yang dapat dibuat!
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Dari contoh soal nomor 1 diatas dapat dilihat bahwa soal tersebut merupakan
contoh soal LOTS. Sesuai dengan tabel 2.1 dimana soal nomor 1 termasuk soal
yang hanya memasukkan rumus, hanya mengukur kemampuan berpikir tingkat
rendah, dan soal tersebut tidak berbasis masalah kontekstual, sedangkan pada
contoh soal nomor 2 dapat dilihat bahwa soal tersebut merupakan contoh soal
HOTS. Dimana soal nomor 2 memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
menuntut siswa untuk berpikir kritis. Tipe soalnya adalah mengkreasi (create)
karena soal tersebut tidak terdapat aturan khusus untuk menyusun blok sehingga
siswa dapat mengkreasi sendiri dan soal tersebut berbasis masalah kontekstual
yaitu soal yang dimanipulasi dapat ada dikehidupan nyata.

3. Kemampuan Pemecahan Soal HOTS


Kemampuan pemecahan soal HOTS adalah kemampuan seseorang memahami
soal HOTS, mencari penyelesaian soal HOTS, dan melakukan penyelesaian soal
HOTS, dimana kemampuan tersebut dilihat dari langkah-langkah pemecahan
masalah John Dewey. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan
masalah soal HOTS yang dimiliki siswa, kita dapat melihat indikator pemecahan
masalah soal HOTS dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut John
Dewey. Jika siswa memenuhi indikator pemecahan masalah soal HOTS, maka
dapat dikatakan siswa mampu menyelesaikan soal HOTS.

Tabel 2.2. Indikator Pemecahan Masalah Soal HOTS

Indikator Pemecahan Masalah pada Soal


No Langkah John Dewey
HOTS
1. Mengenali/Menyajikan a. Siswa mampu menjelaskan gagasan-
Masalah nya mengenai yang dipermasalahkan
pada soal dengan membayangkan pada
situasi kehidupan nyata.
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Indikator Pemecahan Masalah pada Soal


No Langkah John Dewey
HOTS
1. Mengenali/Menyajikan b. Siswa mampu menentukan data-data
Masalah yang tersurat maupun tersirat dengan
benar yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal.
c. Siswa mampu merespon rangsangan
dengan baik berupa mengidentifikasi
pertanyaan yang ditanyakan.

2. Mendefinisikan Masa- Siswa mampu menentukan strategi


lah penyelesaian masalah yang tepat pada soal
yang ditanyakan dan menyam-paikan
alasannya menggunakan strategi tersebut.

3. Mengembangkan So- Siswa mampu mengembangkan atau


lusi Lain yang Mung- menggunakan strategi yang belum pernah
Kin dilakukan dan menjelaskan langkah
penyelesaiannya.

4. Menguji Beberapa Ide Siswa mampu menghitung dan menger-


jakan soal yang diberikan dengan strategi
yang telah dirancang sebelumnya dengan
benar.

5. Memilih Hipotesis a. Siswa mampu menarik simpulan


Terbaik dengan benar soal yang telah
dikerjakan.
b. Siswa mampu meneliti kembali
pekerjaannya.

4. Self -Efficacy
a. Pengertian Self-Efficacy
Bandura mendefinisikan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu
mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang
diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Self- efficacy pada dasarnya
adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan


untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, Baron dan Byrne
(Ghufron dan Rinaswita, 2010) juga mendefinisikan self-efficacy sebagai
evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk
melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.
Lebih lanjut, Woolfolk (Andiny, 2010: 7) menyatakan bahwa secara
umum self- efficacy adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri
atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam
mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, self-efficacy dapat didefinisikan
sebagai keyakinan seorang individu terhadap kemampuan yang dimilikinya
untuk mengatasi hambatan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Tinggi
atau rendahnya self-efficacy yang dimiliki oleh seorang individu berbeda-
beda dalam setiap bidang tertentu.
b. Dimensi pada Self-Efficacy
1) Dimensi Magnitude/Level
Dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan terhadap masalah
yang dihadapi oleh seorang individu. Komponen ini berimplikasi pada
pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi
efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan
tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan
menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas
kemampuannya.
2) Dimensi Kekuatan (Strength)
Dimensi ini berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu
atas kemampuannya. Keyakinan yang kuat dan mantap pada individu
akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan.
Keyakinan yang kurang terhadap kemampuan yang dimilikinya akan
berdampak pada mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

yang tidak mendukung. Sebaliknya, keyakinan yang tinggi mendorong


individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan
pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan
langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan tugas,
makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
3) Dimensi Generalisasi (Generality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku keyakinan
individu akan kemampuannya untuk mencapai suatu keberhasilan.
Individu dapat merasa yakin atau tidak yakin terhadap kemampuan
dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau
pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Dalam penelitian ini, self-efficacy dipandang sebagai keyakinan diri


seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan tindakan-tindakan
yang diperlukan dalam pecahan masalah matematika menurut John Dewey.
Pengukuran self-efficacy dalam penelitian ini difokuskan pada tiga dimensi
yaitu dimensi magnitude/level, dimensi strength, dan dimensi generality
yang kemudian diturunkan menjadi indikator-indikator.

Tabel 2.3. Indikator pada Dimensi Self-Efficacy

Dimensi Indikator
Magnitude 1. Mengerjakan tugas yang sulit untuk
diselesaikan
2. Menerima tugas yang sulit
3. Mengatasi tugas yang sulit
Generality 1. Keyakinan dalam menyelesaikan tugas dengan
kemampuannya
2. Cepat bangkit setelah mengalami kegagalan
3. Gigih dalam berupaya mencapai tujuan
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Dimensi Indikator
Strength 1. Berani mengambil risiko
2. Keyakinan terhadap kemampuan diri dalam
berbagai situasi
3. Menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu
langkah untuk mencapai keberhasilan

c. Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan
keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih
kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.
Teori konstruktivisme ini bersifat general yang artinya sesuatu yang telah
dipelajari akan tercipta suatu makna. Jadi dalam teori ini bisa dikatakan bahwa
belajar adalah sebagai kegiatan manusia untuk menghasilkan pengetahuan
dengan memberikan makna sesuai dengan pengalamannya. Meskipun suatu
hasil dianggap penting dalam pembelajaran, tetapi proses itu lebih penting
karena apabila dalam proses pembelajaran itu baik, maka hasil yang akan
dicapai juga akan baik. Maka, dalam teori belajar konstruktivisme ini
menekankan pada pengetahuan melalui pengalaman pada siswa bukan hanya
sekedar hafalan tanpa memahami. Pengetahuan yang diperoleh adalah hasil
dari mengkontruksi yang dilakukan oleh setiap individu dan bukan dari dari
orang lain. Karena hasil yang dicapai oleh masing-masing individu itu akan
lebih bermakna dan akan lebih lama untuk diingat.
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

5. Self-Efficacy dalam Pemecahan Masalah Matematika


Self efficacy adalah hal penting bagi setiap orang untuk menghadapi suatu
masalah yang dihadapi. Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa self efficacy
sangat mempengaruhi kehidupan. Self efficacy juga sangat mempengaruhi
kepercayaan diri, sedangkan kepercayaan diri adalah satu diantara aspek-aspek
kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia, yang terbentuk melalui
proses belajar dalam interaksinya dengan lingkungan. Kepercayaan diri
merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimiliki manusia.
Penelitian yang dilakukan Albert Bandura dan Schunk (1981)
memperlihatkan bahwa semakin tinggi keyakinan diri (self-efficacy) maka
semakin cepat siswa tersebut memecahkan tugas pelajaran matematika,
bertahan memecahkan soal pelajaran matematika, dan cermat dalam komputasi
pelajaran matematika (Subaidi, 2016: 2). Selain itu, menurut Collins (Mukhid,
2009), siswa yang berkemampuan matematika memiliki self-efficacy yang
lebih tinggi, mereka lebih mampu dalam membuat strategi, memecahkan
masalah, dan memilih mengerjakan kembali masalah yang belum mereka
pecahkan, serta melakukannya dengan lebih akurat daripada siswa dengan self-
efficacy lebih rendah.
Menurut Hepy dan Nur (2012: 56) terdapat hubungan antara self-efficacy
dengan kreativitas siswa. Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki siswa
maka semakin tinggi juga kreativitasnya dalam pemecahan masalah
matematika. Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi dapat menciptakan
beragam solusi yang mungkin untuk menyelesaikan masalah yang diberikan,
sedangkan siswa yang mempunyai self-efficacy rendah cenderung kurang
memiliki ide-ide kreatif dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Kurangnya ide-ide kreatif yang muncul disebabkan oleh ketakutan siswa
apabila memperoleh suatu kegagalan sehingga tidak memiliki keinginan untuk
mencari solusi lain yang dapat digunakan.
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

6. Bangun Ruang Sisi Datar


Kelompok bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang sisinya
berbentuk datar (tidak melengkung). Macam-macam bangun ruang sisi datar,
antara lain kubus dan balok. Bagian-bagian dan rumus dari bangun kubus dan
balok adalah sebagai berikut (As’ari, 2017: 126-155) :
a. Kubus
Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang
sisi yang kongruen berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk
dan 8 titik sudut. Kubus juga disebut bidang enam beraturan, selain itu juga
merupakan bentuk khusus dalam prisma segiempat.
1) Bagian-bagian Kubus
Tiga bagian utama dalam bangun ruang kubus adalah sisi, rusuk, dan titik
sudut.
Perhatikan gambar kubus dibawah ini:

Gambar 2.1. Gambar Kubus

Kubus ABCD.EFGH dibatasi oleh bidang ABCD, ABFE, BCGF,


CDHG, ADHE, dan EFGH. Bidang-bidang tersebut disebut sisi-sisi
kubus ABCD.EFGH. Selanjutnya, AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH,
AE, BF, CG, dan DH disebut rusuk-rusuk kubus. Rincian jumlah
bagian-bagian kubus, antara lain titik sudut 8 buah, sisi berjumlah 6
buah (luasnya sama), dan rusuk berjumlah 12 buah sama panjang.
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

2) Rumus Kubus
Rumus dari bangun ruang sisi datar kubus, antara lain Volume = s x s x
s = s3 , Luas Permukaan = 6 x s x s = 6 x s2 , panjang diagonal bidang =

s√2 , Panjang Diagonal Ruang = s√3 ,Luas Bidang Diagonal = s2√2


dimana s adalah panjang rusuk kubus.
b. Balok
Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi segi empat
(total 6 buah) dimana sisi-sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran
yang sama. Berbeda dengan kubus yang semua sisinya berbentuk persegi yang
sama besar, balok sisi yang sama besar hanya sisi yang berhadapan dan tidak
semuanya berbentuk persegi, kebanyakan bentuknya persegi panjang.
1) Bagian-Bagian Balok
Tiga bagian utama dalam bangun ruang kubus adalah sisi, rusuk, dan titik
sudut.
Perhatikan gambar kubus dibawah ini:

Gambar 2.2. Gambar Balok

Bagian-bagian dari bagung ruang sisi datar ini sama seperti bagian-
baian kubus. Sebuah balok terdiri dari sisi, rusuk, dan titik sudut.
Rincian jumlah bagian-bagian balok, antara lain titik sudut 8 buah, sisi
berjumlah 6 buah (luasnya berbeda), dan rusuk berjumlah 12 buah.
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

2) Rumus Balok
Rumus-rumus dari bangun ruang sisi datar Balok, antara lain volume
= 𝑝 × 𝑙 × t, Luas Permukaan = 2 (𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡 ), Panjang Diagonal
Bidang = √𝑝2 + 𝑙 2 atau √𝑝2 + 𝑡 2 atau √𝑙 2 + 𝑡 2 , Panjang

Diagonal Ruang = √𝑝2 + 𝑙 2 + 𝑡 2 , Luas Bidang Diagonal =

√𝑝2 + 𝑙 2 × 𝑡 atau √𝑝2 + 𝑡 2 × 𝑙 atau √𝑙 2 + 𝑡 2 × 𝑝 .

B. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu tujuan pembelajaran
matematika yang harus dicapai oleh siswa. Dalam kehidupan sehari-hari secara sadar
maupun tidak sadar, setiap hari kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang
menuntut kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan suatu
usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan tidak secara otomatis diketahui cara
yang tepat untuk tujuan tersebut (Nitko, 2011:231). Sampai saat ini, kemampuan
pemecahan masalah siswa tergolong masih rendah terutama pada soal yang memiliki
karakteristik ketrampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk menyelesaikannya.
Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
adalah materi bangun ruang sisi datar, dimana dalam mempelajarinya siswa harus lebih
memahami konsep-konsepnya.
Kemampuan pemecahan masalah erat kaitannya dengan keyakinan siswa dalam
menyelesaikan soal, karena keyakinan yang dimiliki siswa dalam pemecahan masalah
akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Keyakinan ini disebut self-efficacy. Menurut
Bandura (2010:2) self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan
untuk menyusun dan menyelesaikan tindakan yang dibutuhkan dalam mengatur situasi
yang akan datang. Self-efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,
merasakan, memotivasi diri sendiri dan bertindak. Self-efficacy (keyakinan diri) siswa
merupakan salah satu dimensi penting dalam pemecahan masalah matematika.
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Siswa yang memiliki tingkat self efficacy yang berbeda kemungkinan akan
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda pula. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini peneliti akan melihat kemampuan pemecahan masalah soal HOTS siswa
SMPIT Ibnu Abbas Klaten dengan tingkatan self efficacy yang berbeda-beda pada
materi bangun ruang sisi datar. Siswa masing-masing telah dikelompokkan
berdasarkan tigkatan self efficacy menurut bandura, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Kemudian diberikan tes tertulis mengenai soal HOTS pada materi bangun ruang sisi
datar. Dari siswa yang mengerjakan tes dipilih beberapa siswa untuk dianalisis lebih
lanjut. Pada siswa yang terpilih, selanjutnya diwawancarai untuk dapat menunjang
jawaban siswa tersebut pada tes tertulis. Berdasarkan hasil tes dan wawancara tersebut
dilihat langkah-langkah pemecahan masalah pada soal HOTS materi bangun ruang sisi
datar yang mereka tempuh sehingga terlihat bagaimana kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah pada soal HOTS. Acuan yang dipakai adalah langkah-langkah
pemecahan masalah menurut John Dewey dimana terdapat lima langkah, yaitu
mengenali/menyajikan masalah, mendefinisikan masalah, mengembangkan beberapa
solusi yang mungkin, menguji beberapa ide, dan memilih hipotesis terbaik.
Pada tiap-tiap lagkah dapat dilihat apakah siswa sudah menggunakan kemampuan
pemecahan masalah yang mereka miliki dengan tepat. Dengan mengetahuinya, guru
dapat mengetahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah pada soal HOTS
siswa yang mungkin masih kurang sehingga kualitas pembelajaran dikelas dapat
ditingkatkan.
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Berikut adalah skema kerangka berpikir penelitian ini.

Pemberian Kuesioner Self-Efficacy untuk Mengetahui Tingkatan Self-


Efficacy yang Dimiliki Oleh Masing-Masing Siswa

Siswa dengan Self- Siswa dengan Self- Siswa dengan Self-


Efficacy Tinggi Efficacy Sedang Efficacy Rendah

Pemecahan Masalah Siswa dalam


Mengerjakan Soal Bangun Ruang Sisi Datar

Analisis Pemecahan Masalah Siswa Menurut John Dewey

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai