id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Pemecahan masalah adalah satu pengolahan kognitif penting yang terjadi
selama proses pembelajaran, dan mengacu pada usaha orang untuk mencapai
tujuan karena mereka tidak memiliki solusi otomatis dan banyak pakar teori
pembelajaran yang menganggap bahwa Pemecahan Masalah adalah proses
kunci dalam pembelajaran, khususnya pada matematika (Schunk,
2012:416). Pemecahan masalah mengacu pada pemrosesan kognitif yang
diarahkan untuk mencapai suatu tujuan ketika siswa dihadapkan masalah yang
pada awalnya belum diketahui metode solusi pemecahannya secara langsung,
sedangkan pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu proses kognitif
yang kompleks untuk mengatasi suatu masalah dan memerlukan sejumlah
strategi dalam menyelesaikannya (Surya, 2011). Pemecahan masalah dalam
matematika berbentuk masalah terkait penerapan konsep-konsep bahan ajar
yang dialami siswa dalam kehidupan. Pemecahan masalah diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, afektif dan psikomotor siswa dalam belajar
matematika.
a. Pengertian Masalah Matematika
Setiap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak
dapat sepenuhnya dikatakan masalah. (Herlambang, 2013) mengatakan
bahwa “Masalah adalah suatu situasi yang disadari kebenarannya dan
perlu dicari penyelesaiannya, tetapi tidak langsung ditemukan cara
memecahkannya”. Laster (Kadir, 2010) mengungkapkan bahwa “Masalah
adalah situasi dimana seseorang individu atau kelompok terbuka untuk
melakukan suatu tindakan, tetapi tidak ada algoritma yang siap dan dapat
diterima sebagai suatu metode pemecahannya”.
7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
1) Mengenali/Menyajikan Masalah
Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
isu konflik, hingga siswa menjadi jelas tentang masalah apa yang
akan dikaji. Proses ini bisa meliputi menyadari hal yang belum
diketahui, dan merasakan frustasi pada ketidakjelasan situasi. Pada
langkah ini, seseorang menyadari apa masalah yang ada pada soal.
2) Mendefinisikan Masalah
Menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat
maupun yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah.
Siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat
dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
Strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya definisi
masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesaian.
3) Mengembangkan Solusi Lain yang Mungkin
Tahap ini bisa meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola,
mengidentifikasi langkah-langkah dalam perencanaan, dan
menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan. Pada tahapan ini
setiap siswa didorong untuk berfikir mengemukakan pendapat dan
argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat
dilakukan.
4) Menguji Beberapa Ide
Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun
evaluasi hasil dalam pemecahan masalah.
5) Memilih Hipotesis yang Terbaik
Memilih definisi manakah yang cocok dengan situasinya.
Tahap ini bisa meliputi kegiatan mengevaluasi apakah hipotesis
sudah sesuai, apakah analisis yang digunakan tepat, apakah
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
analisis sesuai dengan tipe data yang ada, apakah hasilnya masuk
akal, dan apakah rencana yang digunakan dapat diaplikasikan
disoal yang lain. Pada langkah ini, seseorang menguji simpulan
yang didapatkan.
2. Soal HOTS
HOTS merupakan suatu proses berpikir siswa dalam level kognitif yang
lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan
taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom,
dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Saputra, 2016: 91).
HOTS ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan
mengambil keputusan. Menurut King, high order thinking skills termasuk di
dalamnya berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan
menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan high order
thinking siswa dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen
dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi
penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi
lebih jelas. Menurut Vui (Kurniati, 2014: 62) high order thinking skills akan
terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi yang
sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata
ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan
atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Agar lebih mengetahui perbedaan soal HOTS dan LOTS. Diberikan contoh soal
sebagai berikut :
1) Diketahui panjang rusuk dari sebuah kubus adalah 6 cm. Maka tentukan
volume dari kubus tersebut!
2) Aldo bertugas menyusun kotak-kotak dengan ukuran 3 × 4 × 2 menjadi
susunan blok-blok yang akan menjadi alat peraga dikelas. Aldo bebas dalam
menyusun kotak-kotak tersebut. Satu blok terdiri dari 12 kotak. Tentukan
semua ukuran blok yang terdiri dari 24 kotak yang dapat dibuat!
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Dari contoh soal nomor 1 diatas dapat dilihat bahwa soal tersebut merupakan
contoh soal LOTS. Sesuai dengan tabel 2.1 dimana soal nomor 1 termasuk soal
yang hanya memasukkan rumus, hanya mengukur kemampuan berpikir tingkat
rendah, dan soal tersebut tidak berbasis masalah kontekstual, sedangkan pada
contoh soal nomor 2 dapat dilihat bahwa soal tersebut merupakan contoh soal
HOTS. Dimana soal nomor 2 memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
menuntut siswa untuk berpikir kritis. Tipe soalnya adalah mengkreasi (create)
karena soal tersebut tidak terdapat aturan khusus untuk menyusun blok sehingga
siswa dapat mengkreasi sendiri dan soal tersebut berbasis masalah kontekstual
yaitu soal yang dimanipulasi dapat ada dikehidupan nyata.
4. Self -Efficacy
a. Pengertian Self-Efficacy
Bandura mendefinisikan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu
mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang
diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Self- efficacy pada dasarnya
adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Dimensi Indikator
Magnitude 1. Mengerjakan tugas yang sulit untuk
diselesaikan
2. Menerima tugas yang sulit
3. Mengatasi tugas yang sulit
Generality 1. Keyakinan dalam menyelesaikan tugas dengan
kemampuannya
2. Cepat bangkit setelah mengalami kegagalan
3. Gigih dalam berupaya mencapai tujuan
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Dimensi Indikator
Strength 1. Berani mengambil risiko
2. Keyakinan terhadap kemampuan diri dalam
berbagai situasi
3. Menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu
langkah untuk mencapai keberhasilan
2) Rumus Kubus
Rumus dari bangun ruang sisi datar kubus, antara lain Volume = s x s x
s = s3 , Luas Permukaan = 6 x s x s = 6 x s2 , panjang diagonal bidang =
Bagian-bagian dari bagung ruang sisi datar ini sama seperti bagian-
baian kubus. Sebuah balok terdiri dari sisi, rusuk, dan titik sudut.
Rincian jumlah bagian-bagian balok, antara lain titik sudut 8 buah, sisi
berjumlah 6 buah (luasnya berbeda), dan rusuk berjumlah 12 buah.
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
2) Rumus Balok
Rumus-rumus dari bangun ruang sisi datar Balok, antara lain volume
= 𝑝 × 𝑙 × t, Luas Permukaan = 2 (𝑝𝑙 + 𝑝𝑡 + 𝑙𝑡 ), Panjang Diagonal
Bidang = √𝑝2 + 𝑙 2 atau √𝑝2 + 𝑡 2 atau √𝑙 2 + 𝑡 2 , Panjang
B. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu tujuan pembelajaran
matematika yang harus dicapai oleh siswa. Dalam kehidupan sehari-hari secara sadar
maupun tidak sadar, setiap hari kita dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang
menuntut kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan suatu
usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan tidak secara otomatis diketahui cara
yang tepat untuk tujuan tersebut (Nitko, 2011:231). Sampai saat ini, kemampuan
pemecahan masalah siswa tergolong masih rendah terutama pada soal yang memiliki
karakteristik ketrampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) untuk menyelesaikannya.
Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
adalah materi bangun ruang sisi datar, dimana dalam mempelajarinya siswa harus lebih
memahami konsep-konsepnya.
Kemampuan pemecahan masalah erat kaitannya dengan keyakinan siswa dalam
menyelesaikan soal, karena keyakinan yang dimiliki siswa dalam pemecahan masalah
akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Keyakinan ini disebut self-efficacy. Menurut
Bandura (2010:2) self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan
untuk menyusun dan menyelesaikan tindakan yang dibutuhkan dalam mengatur situasi
yang akan datang. Self-efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,
merasakan, memotivasi diri sendiri dan bertindak. Self-efficacy (keyakinan diri) siswa
merupakan salah satu dimensi penting dalam pemecahan masalah matematika.
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Siswa yang memiliki tingkat self efficacy yang berbeda kemungkinan akan
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda pula. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini peneliti akan melihat kemampuan pemecahan masalah soal HOTS siswa
SMPIT Ibnu Abbas Klaten dengan tingkatan self efficacy yang berbeda-beda pada
materi bangun ruang sisi datar. Siswa masing-masing telah dikelompokkan
berdasarkan tigkatan self efficacy menurut bandura, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Kemudian diberikan tes tertulis mengenai soal HOTS pada materi bangun ruang sisi
datar. Dari siswa yang mengerjakan tes dipilih beberapa siswa untuk dianalisis lebih
lanjut. Pada siswa yang terpilih, selanjutnya diwawancarai untuk dapat menunjang
jawaban siswa tersebut pada tes tertulis. Berdasarkan hasil tes dan wawancara tersebut
dilihat langkah-langkah pemecahan masalah pada soal HOTS materi bangun ruang sisi
datar yang mereka tempuh sehingga terlihat bagaimana kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah pada soal HOTS. Acuan yang dipakai adalah langkah-langkah
pemecahan masalah menurut John Dewey dimana terdapat lima langkah, yaitu
mengenali/menyajikan masalah, mendefinisikan masalah, mengembangkan beberapa
solusi yang mungkin, menguji beberapa ide, dan memilih hipotesis terbaik.
Pada tiap-tiap lagkah dapat dilihat apakah siswa sudah menggunakan kemampuan
pemecahan masalah yang mereka miliki dengan tepat. Dengan mengetahuinya, guru
dapat mengetahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah pada soal HOTS
siswa yang mungkin masih kurang sehingga kualitas pembelajaran dikelas dapat
ditingkatkan.
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id