Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)

Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

Peranan Stres Oksidatif Pada Proses Penyembuhan Luka


Handy Arief1*, M. Aris Widodo
Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya 1
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang2
*email: handy_arief@yahoo.com

Abstrak

Penyembuhan luka merupakan proses dinamis yang kompleks yang ditandai dengan serangkaian
peristiwa yang terjadi pada hampir semua jenis kerusakan jaringan. Pada fase awal reaksi inflamasi,
neutrophil dan makrofag masuk ke dalam jaringan yang mengalami cedera dan sel –sel ini memproduksi
Reactive Oxygen Species yang dapat memberikan efek menguntungkan maupun merugikan. Stres
oksidatif yang terjadi merupakan kondisi yang menggambarkan ketidak seimbangan antara prooksidan
atau radikal bebas dan antioksidan yang berfungsi mempertahankan kondisi terhadap kerusakan jaringan
yang terjadi. Jadi stres oksidatif muncul apabila produksi Reactive Oxygen Species yang terjadi melebihi
antioksidan yang ada sebagai pertahanan intrinsik. Reactive Oxygen Species dan Reactive Nitrogen Species
merupakan komponen yang penting dalam proses penyembuhan luka dan perlu dalam kondisi
homeostasis agar tidak menimbulkan stres oksidatif.Yang merupakan komponen utama ROS antara lain
superoxide (O2•), hydroxyl radical (OH•) dan hydrogen peroxide (H2O2), yang termasuk RNS meliputi nitric
oxide (NO•), nitrous oxide (NO2•), nitroxyl anion (HNO) dan peroxynitrite (ONOO-) yang bisa timbul akibat
reaksi antara superoxide dan Nitric Oxide. Adanya kondisi yang berlebihan dari O2- pada luka dan
kehadiran NO yang berlebihan dapat meningkatkan timbulnya stres oksidatif sehingga mengganggu
proses penyembuhan luka. Stres oksidatif berperan pada fase inflamasi, proliferasi dan remodeling
dengan cara meningkatkan angiogenesis dan mempengaruhi sel–sel yang lain termasuk sel endotel dalam
mengeluarkan NO. Sehingga strategi dalam mengontrol stres oksidatif dengan cara meningkatkan
antioksidan yang bersifat scavenger radikal bebas tehadap pembentukan superoxide yang berlebihan
sehingga mencegah terjadinya gangguan pada proses penyembuhan luka.

Kata Kunci: Stres Oksidatif, ROS, RNS, Antioksidan, Wound Healing

Rules of Oxidative Stress in Wound Healing


Abstract

Wound healing is a complex dynamic process characterized by a series of events that occur in almost all
type of tissue damage. In the early phase of the inflammatory response, neutrophils and macrophages
enters into the injured tissue and the cells produce reactive oxygen species that can give a beneficial or
detrimental effects. Oxidative stress is a condition occurs that shows imbalance between prooxidant or
free radical and antioxidant that have a function to maintain the condition of the tissue damage that
occurs. So Oxidative stress occurs when the production of Reactive Oxygen Species occurring is higher than
the antioxidants existing as an intrinsic defense. Reactive Oxygen Species and Reactive Nitrogen Species
are important components in the healing process of wounds and is necessary to be in the state of
homeostasis to prevent oksidatif stress. The major components of ROS are superoxide (O2•), hydroxyl
radical (OH•) and hydrogen peroxide (H2O2), which includes RNS are nitric oxide (NO•), nitrous oxide (NO2•),
nitroxyl anion (HNO) and peroxynitrite (ONOO -) which could be form by the reaction between superoxide
and nitric oxide. The existence of excessive O 2 amount in the wound and the presence of excess NO can
increase the incidence of oxidative stress that interfere with wound healing process. Oxidative stress plays
a role in the inflammatory phase, proliferation and remodeling phase by increasing angiogenesis and
affect other cells including endothelial cells in secreting NO. So the strategy in controlling oxidative stress
is by increasing antioxidant level which is a scavenger to free radical excessive superoxide formation so
preventing interference with the wound healing process.

22
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

Keywords: Oxidative Stress, ROS, RNS, Antioxidant, Wound Healing.

PENDAHULUAN yang penting dalam penyembuhan luka dengan


memberikan tanda dan membuat pertahanan
Penyembuhan luka merupakan proses terhadap mikroorganisme yang ada. Tetapi
dinamis yang kompleks yang ditandai dengan oksidan tersebut harus didetoksifikasi terlebih
adanya serangkaian peristiwa yang terjadi pada dulu untuk mencegah terjadinya kerusakan
hampir semua jenis kerusakan jaringan mulai pada sel dengan cara mereduksi atau
dari goresan kulit sampai infark miokard yang scavenging dan atau dismutasi superoksida
pada awalnya menimbulkan peradangan sampai anion (O2-) dan atau peroksida anion (HO2-)
nantinya terjadinya perbaikan dari jaringan yang beserta bentuk protonasinya dengan
mengalami kerusakan akibat cedera tersebut. menggunakan sistem pertahanan antioksidan.
Pada fase awal reaksi inflamasi, neutrofil dan Sistem pertahanan antioksidan yang gagal
makrofag akan masuk ke dalam jaringan yang dalam menghilangkan oksidan yang berlebihan
mengalami cedera atau luka akibat adanya akan menimbulkan gangguan dalam
berbagai faktor kemotaktik. Sel-sel ini akan homeostasisnya serta menimbulkan stres
memproduksi Reactive Oxygen Spesies (ROS) oksidatif (4).
yang dapat memberikan efek menguntungkan Adanya bukti yang menyatakan terdapat
maupun merugikan pada jaringan sekitarnya. peranan stres oksidatif dalam patogenesis luka
Selain diproduksi oleh neutrophil, ROS yang yang sulit sembuh atau luka kronis, maka pada
dapat memberikan efek bakterisidal ini juga makalah ini perlu dibahas lebih dalam
diproduksi oleh sel yang sedang mengalami pentingnya peranan stres oksidatif dalam proses
proliferasi serta mempunyai peranan yang penyembuhan luka beserta komponen
penting dalam intraseluler signaling sebagai penyebabnya sebagai strategi dasar
tanggapan adanya berbagai rangsangan pengembangan terapi selanjutnya.
ekstraseluler, sebagai contoh Hidrogen
peroksida akan terlihat dalam jumlah terbatas PEMBAHASAN
dan menginduksi Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) pada proses penyembuhan luka Penyebab Stress Oksidatif
yang akan terekspresi dalam keratinosit serta Stres oksidatif adalah kondisi yang
mendukung juga peningkatan angiogenesisnya. menggambarkan adanya ketidakseimbangan
Sebaliknya produksi ROS yang berlebihan dapat antara prooksidan atau radikal bebas dan
menyebabkan kerusakan jaringan dan antioksidan yang berfungsi dalam
mengganggu proses penyembuhan luka. Enzim mempertahankan kondisi terhadap kerusakan
phosphotyrosine fosfatase dan antioksidan jaringan yang terjadi. Jadi stres oksidatif ini
dengan berat molekul rendah seperti muncul apabila produksi ROS atau radikal bebas
glutathione memegang peranan penting dalam yang terjadi melebihi antioksidan yang ada
regulasi redoks selular terhadap homeostasis sebagai pertahanan intrinsik. Reactive Oxygen
seluler yang terjadi karena produksi ROS yang Species (ROS) yang merupakan radikal yang
berlebihan dapat mengganggu fungsi sangat reaktif atau molekul yang diproduksi
komunikasi antar sel dan akhirnya secara intraseluler seperti mitokondria,
mempengaruhi proses penyembuhan luka. retikulum endoplasma, peroksisom. ROS juga
Tubuh sendiri memiliki beberapa sistem dapat disebabkan oleh sumber yang berasal dari
antioksidan dan redoks untuk melindungi diri luar seperti bahan yang mengalami ionisasi,
terhadap kerusakan yang ditimbulkan akibat vitamin, atau herbisida dan ROS ini dapat
adanya stres oksidatif (1,2). berinteraksi secara biomolekul dengan hasil
Pada kondisi yang normal sistem biologis oksidasi protein berupa residu amino asil dan
berada dalam keseimbangan antara jumlah menyebabkan mutasi pada DNA, serta bereaksi
oksidan dan antioksidan untuk mencegah juga dengan peroksidasi lipid untuk
timbulnya kerusakan oksidatif. Kemampuan sel memproduksi radikal bebas yang lebih banyak
dalam mempertahankan homeostasis dengan lagi. Kelebihan produksi ROS dalam sel dapat
cara mencegah akumulasi oksidan secara melebihi sistem detoksifikasi seluler yang ada
berlebihan disebut sebagai homeostasis redoxs sehingga menyebabkan stres oksidatif. ROS
(3). Oksidan sebenarnya memainkan peranan sebenarnya tidak selalu merugikan karena dapat

23
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

bertindak sebagai second messenger dalam menyempit terjadi pengaktifan agregasi platelet
sinyal kaskade intraseluler, untuk sepanjang endotelium. Terputusnya pembuluh
mempertahankan homeostasis sel dengan darah dan vasokonstriksi ini menyebabkan
lingkungan terdekatnya termasuk proses bertambahnya hipoksia yang diperkuat dengan
penyembuhan luka (5). Tetapi pada konsentrasi peningkatan konsumsi oksigen oleh sel-sel yang
yang lebih tinggi dapat menimbulkan kerusakan aktif secara metabolik berkontribusi terhadap
mulai tingkat sel, jaringan hingga kerusakan penyembuhan luka. Hipoksia merupakan
organ tubuh (6,7,8). langkah awal pada saat penyembuhan luka
Superoksida merupakan komponen dengan meningkatkan aktivitas ROS dan
utama dari ROS dan superoksida ini dengan mengaktifkan platelet dan endothelium serta
cepat diubah menjadi H2O2 dan diinduksi oleh menginduksi sitokin yang akn dilepaskan oleh
Superoxide dismutase (SOD). H2O2 ini trombosit, monosit dan sel parenkim seperti
selanjutnya didetoksifikasi oleh enzim katalase growth factor VEGF, TGF-β, TNF (10).
menjadi H2O dan O2, adanya Fe2+ atau Cu2+ ROS yang dihasilkan pada stres oksidatif
dapat mereduksi H2O2 menjadi OH- dan OH•yang memainkan peranan yang sangat penting dalam
merupakan radikal hidroksil yang sangat reaktif. proses pembekuan darah yang terjadi pada luka
O2-, H2O2 dan OH• inilah yang merupakan dengan cara menginduksi tissue factor (TF)-
komponen stres oksidatif yang dapat dilihat mRNA. TF yang dikeluarkan akibat adanya
pada tabel 1 (4). Selama proses penyembuhan kerusakan jaringan akan menginisiasi jalur
luka sel inflamasi seperti neutrofil, makrofag, koagulasi ekstrinsik dan pembentukan
sel-sel endotel dan fibroblast menghasilkan selanjutnya akan berasal dari trombin. ROS yang
superoksida, aktifasi neutrophil dan makrofag dikeluarkan trombin akan menginduksi TF-
ini menghasilkan sejumlah besar superoksida mRNA dan meningkatkan ketergantungan
dan turunannya melalui fagocytic isoform aktivitas permukaan prokoagulasi TF dalam
NADPH oksidase. Trombin, PDGF dan Tissue mempotensiasi siklus trombogenik
Necrosis Factor α (TNF-α) akan merangsang (pembekuan) pembuluh darah yang rusak. ROS
pelepasan superoksida dari sel endotel juga terlibat dalam peningkatan platelet dan
sedangkan interleukin 1 (IL-1), TNF-α dan kolagen. Aktifasi dan agregasi platelet tersebut
Platelet Activation Factor (PAF) merangsang merupakan hal penting dalam proses
pelepasan superoksida dari fibroblast. Sel pembentukan bekuan darah yang dapat
endotel juga dapat menghasilkan O2-, H2O2 dan merangsang terjadinya pelepasan berbagai
OH• dalam konsentrasi tinggi pada kondisi faktor pertumbuhan dan sitokin dalam memulai
iskemik yang umumnya terjadi pada luka (4). proses penyembuhan luka. Platelet yang
ROS bisa dilepaskan dari Nicotinamide Adenine diaktifkan selanjutnya mempotensiasi
Dinucleotide Phosphate oxidase (NAD(P)H), pembentukan bekuan dengan cara pelepasan
xanthine oxidase, lipoxygenase, mitokondria, ROS dan RNS sehingga meningkatkan ekspresi
atau uncoupling synthase Nitric Oxide synthase TF (4).
(eNOS) sel-sel vascular (4,9). Berbagai faktor pertumbuhan akan
dilepaskan oleh platelet, leukosit dan fibroblast
Tabel 1. Komponen utama Stres Oksidatif dan serta bertanggung jawab terhadap penarikan
Stres Nitroxidative (4) dan aktifasi neutrophil, monosit pada daerah
Stress Oksidatif Stress Nitrooksidatif luka yang akan memulai terjadinya angiogenesis
singlet oksigen anion peroksinitrit dan reepitelisasi. TGF yang dikeluarkan oleh
superoksida asam peroksinitrat fibroblast dan lekosit akan menginduksi sel-sel
radikal hidroksida nitronium dengan cara autokrin untuk menghasilkan
hydrogen peroksida radikal nitrogen dioksida sitokin tambahan seperti TNF-α, IL-1b dan PDGF
asam hipoklorats nitril clorida yang selanjutnya akan mempotensiasi
radikal trioksokarbonat ion nitrit terjadinya respon inflamasi. PDGF akan
mengaktifkan faktor transkripsi Neutrophyl
Peranan Stres Oksidatif pada Proses Factor kB (NF-kB) dan macrophage
chemoattractant protein-1 dalam merangsang
Penyembuhan Luka. timbulnya respon inflamasi. H2O2 bertindak
Secara fisiologis, fase inflamasi
sebagai second messenger untuk growth factors
berlangsung antara 4 sampai 6 hari dan terjadi
seperti PDGF dan TGF sehingga dikatakan H2O2
segera setelah luka, pembuluh darah akan
sebagai perantara respon inflamasi dari growth

24
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

factors tersebut. Selain itu, ROS dan RNS dapat endothelial growth factor (VEGF) yang
secara langsung menarik neutrofil sebagai hasil dikeluarkan pada daerah luka dengan cara
penurunan ROS atau RNS karena pemberian merangsang timbulnya angiogenesis dan
antioksidan seperti thioredoxin dengan cara peningkatan afinitas FGF-2 ke reseptor dan
menekan LPS yang dimediasi oleh adanya induksi ekspresinya ini di lakukan oleh ROS. H2O2
leukosit. Macrophage inflammatory protein-1α dapat menginduksi ekspresi VEGF pada
(MIP-1α), terbukti mempunyai kontribusi dalam keratinosit selama terjadinya proses
penarikan, aktifasi monosit atau makrofag dan penyembuhan luka tersebut. Matriks akan
neutrophil, stres oksidatif yang terjadi dapat dibentuk oleh molekul yang strukturnya
meningkatkan stabilisasi transkripsi, translasi dihasilkan oleh fibroblast dan akan memberikan
setelah stabilisasi MIP-1α tersebut. H2O2 juga dukungan dalam pembentukan jaringan
memfasilitasi melekatnya neutrofil, monosit granulasi. Matriks ini selanjutnya digantikan
pada matriks ekstraseluler dan sel endotel, oleh cross-linked kolagen yang disintesis oleh
dengan cara memodulasi ekspresi molekul fibroblast yang diaktifkan dan H2O2 akan
adhesi leukosit tersebut. Perlekatan ini juga menginduksi pembentukan kolagen I, III, IV dan
menginduksi ekspresi colony monocyte segala kejadian persilangannya. Ketika
stimulating factor-1 (CSF-1) yang mendukung fibroblast menghasilkan dan sekaligus
keberadaan monosit dan makrofag pada luka merombak matriks yang kaya akan kolagen,
tersebut. Sehingga dikatakan ROS dan RNS sebagian dari fibroblast ini akan berubah
memegang peranan yang bermakna dalam fase menjadi myofibroblasts yang akan membantu
inflamasi suatu penyembuhan luka(4). terjadinya kontraksi luka dan ROS berperan
ROS juga ternyata membantu dalam dalam perubahan fibroblast menjadi
proses reepitelisasi dengan cara mengaktifkan myofibroblasts tersebut. Luka yang mengalami
ekspresi kolagenase dan memediasi EGF kontraksi akan membantu dalam proses
signaling. H2O2 mengaktifkan Activator Protein - reepitelisasi sehingga lebih cepat membawa
1 (AP-1) yang selanjutnya akan menginduksi tepi luka yang satu ke tepi luka yang lain. Bukti
ekspresi kolagenase (MMP-1) (11). Kolagenase terbaru menunjukan adanya keterlibatan
membantu degradasi matriks ekstraseluler yang langsung ROS atau RNS pada luka kronis, hal ini
selanjutnya membantu dalam migrasi sel yang dapat dilihat dari peningkatan persentase rasio
terkait dengan luka. Satu dua hari setelah allantoin asam urat (AUR) yang merupakan
cedera, keratinosit akan berproliferasi untuk biomarker dalam menilai adanya peningkatan
mendukung kehadirannya pada luka tersebut. stres oksidatif atau stres nitroxidative yang
H2O2 juga bertanggung jawab sebagai sinyal terjadi pada luka kronis. Isoprostanes yang
terhadap epidermal growth factor (EGF) dalam merupakan senyawa seperti prostaglandin
meningkatkan proliferasi keratinosit (4,12). dihasilkan oleh radikal bebas yang berasal dari
Hipoksia akut dan ROS merupakan oksidasi asam lemak tak jenuh pada membran
stimulator yang penting saat terjadinya fosfolipid, merupakan indikator penting dari
angiogenesis, keduanya merangsang makrofag, stres oksidatif in vivo. Kadar 8-iso prostane
fibroblas, sel endotel dan keratinosit untuk ditemukan lebih tinggi pada ulkus vena kronis
mensintesis VEGF tetapi bila hipoksia ini terjadi dibanding dalam cairan luka akut, hal ini
secara kronis malahan akan mengganggu menunjukkan adanya aktivitas oksidatif yang
mengganggu neovaskularisasi. Hipoksia akan lebih besar dalam luka kronis. Terdapat pula
mengaktifkan Hypoxia-inducible factor -1 α (HIF- peningkatan aktivitas iNOS yang terjadi pada
1α) dan mengikat elemen respon hipoksia yang ulkus vena kronis maupun ulkus kaki diabetic
akan meningkatkan promotor gen dari gen VEGF dan terdapat deposisi kelebihan zat besi pada
yang akhirnya akan meningkatkan VEGF dan kulit penderita yang mengalami ulserasi vena
VEGF ini merupakan faktor pertumbuhan yang menunjukan adanya peningkatan
angiogenik utama yang merangsang sel-sel pembentukan radikal bebas melalui reaksi
endotel untuk bermigrasi, berkembang biak dan Fenton (4).
membentuk kapiler baru yang tak terhitung Berbagai macam efek yang merusak dari ROS
jumlahnya (10). atau RNS dapat dilihat pada luka kronis karena
Angiogenesis dan deposisi matriks yang ROS atau RNS yang berlebihan akan
terjadinya setelah cedera, terlihat sebagai menyebabkan inaktifasi epidermal antioksidan
jaringan granulasi yang berupa pembentukan enzimatik walaupun terjadi peningkatan
kapiler-kapiler baru dan FGF-2 serta vascular ekspresi antioksidan enzimatik pada luka

25
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

tersebut, kondisi ini juga akan menghabiskan sehingga menambah gangguan keseimbangan
kadar antioksidan nonenzimatik yang masih ada protease-antiprotease dengan cara
pada jaringan luka. Hal ini yang menyebabkan menurunkan kadar inhibitor protease,
kondisi tersebut berkelanjutan dengan tetap chloramines dan HOCl mengoksidasi baik
dipertahankannya kehadiran ROS atau RNS pada macroglobulin α2 dan antiprotease α1 yang
luka kronis. Stres oksidatif dan stres akan mengurangi kadar inhibitor protease
nitroxidative akan memperpanjang pada masa tersebut. Hasil aktivitas enzim protease yang
inflamasi luka kronis karena ROS dan RNS akan berlebihan dapat menyebabkan degradasi
merangsang kemotaksis neutrophil, makrofag komponen ECM seperti kolagen, proteoglikan
dan migrasinya serta menginduksi ekspresi dan hyaluronan sehingga terjadi penyembuhan
molekul adhesi dalam pembuluh kapiler. Efek luka menjadi tertunda. Fibroblast yang
seluler langsung dari ROS atau RNS meliputi memegang peranan yang penting dalam
gangguan migrasi, proliferasi dan extra cellular penyembuhan luka dengan cara membentuk
matrix (ECM) yang dihasilkan fibroblast dan kembali molekul matriks ekstraseluler seperti
keratinosit (4). kolagen, juga akan memproduksi mitogens
Stres nitroxidative dapat meningkatkan untuk keratinosit, sel endotel dan fibroblast.
kerusakan matriks dan apoptosis pada daerah Pada luka kronis fibroblast mempunyai bentuk
ulkus, hal ini dapat dilihat dari ekspresi iNOS dan yang lebih besar dengan morfologi yang
arginase yang meningkat pada penyakit vena abnormal dan mirip dengan fibroblast yang tua.
kronis dan ulkus diabetes yang mana arginase ini Salah satu penelitian menunjukkan bahwa
bertanggung jawab terhadap peningkatan ketika fibroblast yang baru terbentuk diinkubasi
matriks, namun karena stres nitroxidative dan dengan cairan ulkus vena maka dapat
aktifitas proteolitik yang tinggi maka justru mengurangi kapasitas proliferasinya dan
terjadi banyak penumpukan matriks yang rusak menginduksi diri menjadi fibroblast yang tua.
pada ulkus tersebut. Tingginya kadar NO yang Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan mikro
diproduksi oleh iNOS akan berinteraksi dengan ulkus vena mempengaruhi fungsi fibroblast
radikal bebas oksigen yang berasal dari dengan cara menginduksi fibroblast menjadi
polimorfonuklear (PMN) dan makrofag dalam lebih cepat mengalami penuaan. Hal ini
pembentukan peroxynitrite dan peroxynitrite ini menunjukkan bahwa stres oksidatif yang tinggi
yang menginduksi apoptosis atau nekrosis yang pada luka kronis mungkin menjadi faktor
semua ini tergantung konsentrasinya di dalam penyebab yang mendorong proses penuaan
daerah ulkus tersebut. Keseimbangan aktivitas pada fibroblast pada luka kronis, fibroblast yang
protease memegang peranan yang penting semakin tua tidak mampu membelah diri
dalam penyembuhan luka, leukosit yang ada walaupun masih aktif secara metabolik tetapi
akan melepaskan protease kemudian akan kurang aktif dan terakumulasinya fibroblast ini
mendegradasi pembentukan matriks sementara pada jaringan karena adanya perlawanan
dan merombak komponen ECMnya dan terhadap proses apoptosis dengan susunan
memiliki peranan yang penting dalam protein yang berbeda, termasuk peningkatan
vasokonstriksi, peningkatan permeabilitas kadar matriks metalloproteasenya dan sitokin
membran, peningkatan koagulasi, adhesi pro-inflamasinya. Pada penelitian dibuktikan
leukosit, kemotaksis, migrasi dan pembunuhan stres oksidatif juga mengganggu kontraksi
bakteri serta menghilangkan debris jaringan fibroblast bila ditanam dalam media
,merangsang respon inflamasi dan peningkatan hiperglikemia dan stres oksidatif yang tinggi
aktifitas growth factor. Pada luka akut terdapat dapat menghambat migrasi dan proliferasi
protease inhibitor akan mengatur aktifitas keratinosit dengan cara pemberian hidrogen
protease ini, sehingga terdapat keseimbangan peroksida dalam konsentrasi mikromolar
antara aktivitas protease serta antiprotease sehingga stres oksidatif dianggap sebagai faktor
dalam penyembuhan luka tersebut. Kelebihan penyebab yang penting dalam timbulnya
oksidan yang terjadi pada luka kronis akan komplikasi luka diabetes dan stres oksidatif
menciptakan ketidakseimbangan antara kadar dikatakan dapat menginduksi apoptosis sel-sel
protease dan antiprotease sehingga terjadi keratinosit ketika dikultur dalam media
peningkatan protease dan peningkatan hiperglikemia (4).
penghambatan antiprotease. Masuknya
neutrofil yang terus menerus akan
menghasilkan ROS atau RNS yang berlebihan

26
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

Peranan Antioksidan dalam Terapi 3. Mekanisme pertahanan tersier dilakukan


Penyembuhan Luka untuk mencegah penumpukan biomolekul
yang telah rusak supaya tidak menimbulkan
Antioksidan merupakan molekul yang
kerusakan lebih lanjut enzim metionin
mampu menghambat oksidasi dari molekul
sulfaoksida reduktase yang akan
oksidan, dan oksidasi tersebut merupakan
memperbaiki DNA yang rusak, enzim
reaksi kimia yang memindahkan elektron dari
proteolitik akan memproses protein yang
satu substansi ke agen oksidan (7,13). Pada luka
teroksidasi, lipase, peroksidase akan
akut maupun luka kronis ekspresi enzimatik
antioksidan meningkat tetapi aktifitasnya memproses lipid teroksidasi(7).
menurun karena pengaruh stres oksidatif yang Berdasarkan kelarutannya, antioksidan
tinggi yang menyebabkan berkurangnya dibedakan atas:
antioksidan nonenzimatik dan pengaruh ini akan 1. antioksidan yang larut dalam minyak
lebih parah terjadi pada luka kronis misalnya vitamin A, vitamin E dan CoQ10
dibandingkan luka akut. Suplementasi luka 2. antioksidan yang larut dalam air misalnya
dengan antioksidan akan membantu dalam vitamin C dan glutation, sedangkan Asam α
pencegahan kerusakan akibat oksidasi sel Lipoat (ALA) larut dalam lemak dan air.
sehingga meningkatkan penyembuhan luka Jenis antioksidan juga dapat dibedakan
tersebut (4). Sel dilengkapi dengan berbagai atas
antioksidan yang bekerja melalui berbagai a. Antioksidan alamiah seperti flavonoid,
macam mekanisme antioksidan, terdapat dua kumarin, asam fenolat, asam linoleat,
macam antioksidan yaitu antioksidan enzimatik omega-3, vitamin E, β-karoten, vitamin C.
berupa Superoksida dismutase (SOD) b. Antioksidan farmakologis/sintetik seperti
merupakan pelindung ekstraseluler terhadap probukol, inhibitor xantin oksidase
dampak negative O2-, Glutation peroksidase (allopurinol, asam folat), SOD, katalase,
NADPH inhibitors (adenosine, calcium
(GPX) dan Glutation reduktase (GRD) yang akan
channel blockers), antioksidan endogen hasil
menahan dampak negatif H2O2, katalase,
aktifitas glutation peroksidase (glutation,
Glukosa-6 fosfat dehydrogenase (G6PD), sistem
asetilsistein), inhibitor siklus redoks besi
sitokrom oksidase dan antioksidan non
(deferoksmin, apotransferin, seruloplasmin),
enzimatik akan mempertahankan membrane sel
antiinflamasi nonsteroid, oral antidiabetik
berupa senyawa yang terbentuk secara in vivo
(metformin), statin (simvastatin),
seperti glutation, albumin,
omeperazole.
transferin/laktoferin/seruloplasmin, ferritin,
Terdapat 2 strategi dalam meredam
sistein, bilirubin dan senyawa yang digolongkan
dampak negative dari oksidan ini yaitu
mikronutrien esensial seperti karotenoid (β-
karoten), zinc , selenium dan vitamin A, vitamin mencegah menumpuknya senyawa oksida dan
mencegah rantai reaksi berkelanjutan dengan
B, vitamin C, vitamin K, vitamin D, vitamin E
(7,13). mengoptimalkan sistem antioksidan (7).
Berdasarkan mekanisme pertahanannya, Iskemia kulit merupakan lingkungan yang
antioksidan dibedakan atas: baik yang dapat menimbulkan stres oksidatif
1. Mekanisme pertahanan antioksidan akibat leukosit yang diaktifkan. Pemakaian
primer/chain breaker/ scavenger raxofelast suatu analog vitamin E yang bersifat
antioxidants dengan cara menetralisir hidrofilik yang diberikan untuk luka diabetes,
radikal bebas dengan mendonasi satu mampu mengurangi stres oksidatif dengan cara
electron yang menjadi radikal bebas yang mengurangi peroksidasi lipid dan edema.
relatif stabil tetapi dapat dinetralisir oleh Raxofelast ini kemudian mendorong
antioksidan lainnya contoh: vitamin E, reepithelisasi, neovaskularisasi, proliferasi
vitamin C, Asam α Lipoat (ALA), CoQ10, fibroblast serta sintesa dan pematangan matriks
flavonoid, asam urat dan bilirubin. ekstraseluler. Demikian pula taurin, sebagai
2. Mekanisme pertahanan antioksidan formulasi gel kitosan, sudah digunakan sebagai
sekunder/ preventive antioxidants bekerja antioksidan untuk meningkatkan reepithelisasi,
dengan mengikat logam pemicu ROS dan tensile strength dan produksi kolagen pada luka.
menyingkirkan ROS, contohnya transferrin, Sebagai direct acting antioksidan, taurin secara
laktoferin, seruloplasmin dan albumin. signifikan dapat mengurangi peroksidasi lipid
dan sebagai indirect antioksidan dapat
menstabilkan membran plasma. Hal ini

27
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

menunjukkan bahwa pemberian suplemen KESIMPULAN


antioksidan pada luka diabetes dapat
melindungi sel-sel tersebut dari stres oksidatif Stres oksidatif dapat ditimbulkan oleh
yang dihasilkan akibat kadar glukosa yang tinggi. Reactive Oxygen Species (ROS) dan juga
Ketika fibroblast itu ditumbuhkan dibawah Nitroxidative stress melalui Reactive Nirogen
media glukosa yang tinggi maka fibroblast ini Species (RNS). Stres oksidatif mempunyai efek
menunjukkan penurunan kontraksinya dan tak yang menguntungkan dan efek merugikan bila
bereaksi terhadap growth factor yang memacu berlebihan serta berperan pada proses
proliferasi sedangkan keratinositnya lebih penyembuhan luka melalui mekanisme
rentan terhadap apoptosis. Penambahan inflamasi, angiogenesis dan pembentukan
glutathion dapat mempertahankan kembali matrik pada proses penyembuhan luka. Stres
kemampuan fibroblast berkontraksi dan oksidatif dapat dikurangi atau dihambat dengan
melindungi keratinosit dari apoptosis. Demikian pemberian antioksidan yang bersifat scavenger
juga penambahan vitamin C, Selenite, vitamin E, terhadap radikal bebas yang ada.
karotenoid dan Q10 dapat mengembalikan
resistensi fibroblast terhadap rangsangan SARAN
growth factor akibat kadar glukosa yang tinggi.
Beberapa antioksidan seperti vitamin C, Untuk mengatasi pengaruh stres
katalase, kombinasi antioksidan dan mineral oksidatif terhadap proses penyembuhan luka
juga telah digunakan untuk meningkatkan perlu pengetahuan yang lebih dalam mengenai
penyembuhan. Vitamin C memiliki peranan bahan lain yang bisa mempunyai efek sebagaian
dalam pembentukan dan mempertahankan antioksidan seperti Spirulina yang dikatakan
kolagen saat penyembuhan luka serta dapat mempunyai efek antioksidan dan efek yang lain
mencegah perdarahan yang berasal dari dan berpengaruh pada proses penyembuhan
komponen vaskular jaringan ikat. Vitamin C juga
luka.
dapat digunakan untuk memperbaiki
keterlambatan penyembuhan luka akibat
radiasi. Katalase dapat mendetoksifikasi
DAFTAR PUSTAKA
hidrogen peroksida yang dapat menimbulkan
kerusakan parah pada regenerasi sel dan 1. Luchi, Y., et al, 2010. Spontaneous skin
aplikasi topikal katalase dapat meningkatkan damage and delayed wound healing in
penyembuhan jaringan pulpa gigi. Kombinasi SOD1-deficient mice. Mol Cell Biochem.
vitamin E, sodium pyruvate dan asam lemak 341; 181-194.
telah digunakan untuk meningkatkan 2. Vermeij, W.P., Backendorf, C., 2010. Skin
penyembuhan pada kondisi normal, laser Cornification Proteins Provide Global Link
resurfacing dan luka akibat sistem imun yang between ROS Detoxification and Cell
Migration during Wound Healing. PLoS
tertekan. Sodium pyruvate dan vitamin E
berfungsi sebagai antioksidan, asam lemak tak ONE. 5(8); e11957; 1-7.
jenuh berperan sebagai sumber pengganti asam 3. Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin,
M.T.D., Mazur, M., Telser, J., 2007. Free
lemak membran yang rusak. Zinc juga berfungsi
radicals and antioxidants in normal
sebagai antioksidan pada kulit serta memiliki
physiological functions and human
efek yang menguntungkan dalam penyembuhan
disease. The International Journal of
luka. Pengaruh antioksidannya terkait dengan
Biochemistry & Cell Biology. 39 (1); 44-84.
penggantian redox reactive metals seperti zat
4. Soreja , A., Drews, M., Malinski, T., 2005.
besi dan tembaga pada tingkat sel dan
Role of nitric oxide, nitroxidative and
ekstraselulernya sehingga dapat mencegah
oxidative stress in wound healing.
meningkatnya hydroxyl radical serta
Pharmacological reports. 57; 108-119.
menginduksi sintesa senyawa metallothionein
yang berperan sebagai scavenger radikal bebas 5. Chiu, J., Dawes, I.W., 2012. Redoxs control
(4). of cell proliferation. Trends in Cell Biology.
22 (11); 592-601.
6. Schäfer, M., Werner, S., 2008. Oxidative
stress in normal and impaired wound
repair. Pharmacological Research. 58 (2);
165-171.

28
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 5(2) : 22-29

7. Ardhie, A. M., 2011. Radikal Bebas dan


peran Antioksidan dalam Mencegah
Penuaan. Medicinus. 24 (1); 4-9.
8. Burton, G. J., Jauniaux, E., 2011. Oxidative
stress. Best Practice & Research Clinical
Obstetrics and Gynaecology. 25; 287-298.
9. Madamanchi, N.G., Vendrov, A., Runge,
M.S., 2005. Oxidative Stress and Vascular
Disease. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 25;
29-38.
10. Schremi, S., Szeimies, R. M., Prantl, L.,
Landthaler, M., Babilas, P., 2010. Oxygen in
Acute and Chronic Wound Healing. The
British Journal of Dermatology. 163 (2);
257-268.
11. Vogiatzi, G., Tousoulis, D., Stefanadis, C.,
2009. The Role of Oxidative Stress in
Atherosclerosis. Hellenic J cardiol. 50; 402-
409.
12. Ushio-Fukai, M., Nakamura, Y., 2008.
Reactive oxygen species and angiogenesis:
NADPH oxidase as target for cancer
therapy. J Cancer Letters. 266; 37-52.
13. Rahman, K., 2007. Studies on free radicals,
antioxidants, and co-factors. Clinical
Intervention in Aging. 2 (2); 219-236.

29

Anda mungkin juga menyukai