Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PERSALINAN


PADA NY. L USIA 27 TAHUN G2P1A0 UK 39+4 MINGGU JANIN
TUNGGAL HIDUP INTRA UTERI INPARTU KALA I FASE AKTIF
DENGAN KPD 3 JAM DI PUSKESMAS TODANAN

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik


Stage Kolaborasi Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :
PITRIN EKO WAHYUNI
(P1337424820228)

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kolaborasi Persalinan pada Ny. L Usia 27


Tahun G2P1A0 UK 39+4 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Inpartu Kala I
Fase Aktif Dengan KPD 3 Jam di Puskesmas Todanan. Telah diperiksa dan
disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Blora, Oktober 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Khoirul Q, Amd. Keb Pitrin Eko Wahyuni


NIP. 19820715 201704 2 004 NIM. P1337424820228

Mengetahui

Pembimbing Institusi

Dr. Sri Sumarni, M.Mid


NIP. 19730729 199803 001
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PERSALINAN


PADA NY. S USIA 27 TAHUN G2P1A0 UK 39+4 MINGGU JANIN
TUNGGAL HIDUP INTRA UTERI INPARTU KALA I FASE AKTIF
DENGAN KPD 3 JAM DI PUSKESMAS TODANAN

A. Pengkajian
Tanggal : 14 Oktober 2021
Jam : 09.00 WIB
Tempat : PONED Puskesmas Todanan
B. Identitas Pasien
Identitas Pasien Penanggung Jawab: Suami
Nama : Ny. L Nama : Tn. R
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Todanan 4/2 Alamat : Todanan 4/2
C. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu datang merasa mengeluarkan cairan dari jalan lahir
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng sejak pukul 02.00 WIB.
Ketuban terasa rembes sejak pukul 06.00 WIB.
3. Riwayat Kesehatan
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
- Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun seperti hipertensi
atau diabetes, tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek,
demam, TBC), tidak sedang menderita penyakit kronis, dan penyakit
serius lainnya.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
- Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menurun yaitu hipertensi atau diabetes, tidak ada yang menderita
penyakit menular (TBC, hepatitis, penyakit menular seksual),
maupun penyakit menahun (asma, jantung).
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : 28 hari
3) Warna darah: Merah
4) Banyaknya : 2-3x per hari
5) Lama : 6-7 hari
6) Nyeri haid : Hari ke-1
7) Leukhorea : Kadang-kadang, berwarna putih, tidak bau, tidak
gatal
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil ke 2, usia kehamilan 39+4 minggu
2) HPHT : 10-01-2021
3) HPL : 17-10-2021
4) Gerak janin : Aktif (10 kali/12jam)
5) Tanda bahaya : Tidak ada
6) Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah imunisasi TT 5x
7) ANC : Ibu memeriksakan kehamilan secara
teratur, ANC sebanyak 9 kali
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Tahun Kehamilan Persalinan Keadaan
Frek Keluhan UK Jenis Penolong JK/BB Penyulit IM Penyuli Asi anak
ANC / D t ekslusif sekarang
penyulit
2016 8x Tidak 38 Spontan Bidan ♀/2900 Tidak Ya Tidak Ya Baik
ada ada ada

5. Riwayat KB
Jenis KB Lama Penggunaan Keluhan Alasan Berhenti
KB suntik 3 bulan 3 tahun Tidak ada Ingin punya anak

Ibu setelah melahirkan berencana menggunakan kontrasepsi IUD.


6. Pola Pemenuhan Kebutuhan
a. Nutrisi
Ibu terakhir makan tadi pagi kurang lebih 1 porsi sedang, dengan
nasi, sayur sop, dan lauk tahu bakso.
b. Eliminasi
Ibu terakhir BAB kemarin malam pukul 23.00 WIB, terakhir BAK
hari ini pukul 06.30 WIB
c. Personal hygiene
Ibu terakhir mandi kemarin sore
d. Istirahat/ tidur
Ibu tidak dapat tidur dengan nyenyak karna perutnya kenceng
kenceng dan merasa ada air yang keluar dari jalan lahir
e. Aktivitas fisik dan olah raga
Ibu mengatakan karena ada air yang keluar dari jalan lahir sehingga
ibu hanya rebahan sejak tadi pagi
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Ibu tidak minum jamu, tidak merokok, dan tidak meminum obat-
obatan selain yang diberikan oleh bidan atau dokter
7. Riwayat Psikososial – Spiritual
a. Riwayat perkawinan: Ibu mengatakan sudah menikahIbu menikah
umur 21 tahun dan suami umur 24 tahun. Lama pernikahan 6 tahun
b. Hubungan dengan keluarga: Ibu tinggal serumah dengan suami dan
anak-anaknya
c. Kehamilan ini diharapkan oleh ibu dan suami dan keluarga
d. Respon dan dukungan keluarga terhadap kehamilan ini: Keluarga
dan suami mendukung ibu, dan mengantarkan ibu untuk
memeriksakan dirinya.
e. Kekhawatiran: Ibu merasa cemas dengan kondisinya sekarang
D. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum:
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TD : 120/80 mmHg
4) HR : 76x/menit
5) Suhu : 36,50C
6) RR : 20x/menit
7) BB : 59 Kg
8) TB : 158 cm
b. Status present
Kepala : bersih, tidak ada kelainan
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik,
tidak ada kelainan
Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada caries gigi, tidak sariawan, tidak ada kelainan
Telinga : simetris, tidak ada sekret, tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
kelainan
Ketiak : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
kelainan
Dada : simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi dada,
tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada striae gravidarum, tidak ada bekas operasi
Lipat Paha : tidak ada varises, tidak ada kelainan
Vulva : tidak ada varises, tidak ada kelainan
Ekstremitas : simetris, tidak ada kelainan, tidak oedema
Refleks patella : .+/+
Punggung : simetris, tidak ada kelainan tulang belakang
Anus tidak ada hemoroid, tidak ada kelainan
c. Status obstetrik
1. Inspeksi
 Muka : tidak oedema, simetris, tidak ada kelainan
 Payudara : hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol
 Abdomen : tidak ada striae gravidarum, tidak ada kelainan
 Vulva : tidak ada varises, tidak ada pembesaran, kelenjar
bartholin
2. Palpasi
 Leopold I: TFU 2 jari dibawah px, bagian fundus teraba
satu bagian bulat lunak tidak melenting (bokong)
 Leopold II: bagian kanan ibu teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas) dan bagian kiri ibu teraba bagian keras
memanjang (punggung)
 Leopold III: bagian bawah teraba satu bagian bulat keras
melenting (kepala)
 Leopold IV: divergen
 TFU : 31 cm
 TBJ : 3100 gr
3. Auskultasi
DJJ : 136x/m
d. Permeriksaan dalam tanggal: 14 Oktober 2021, jam 09.20 WIB
 Vulva/vagina: bersih
 Serviks
Keadaan : lunak
Pembukaan : 4 cm
Efficement : 50%
 Kulit ketuban: -
 Presentasi: kepala
 POD: ubun-ubun kecil kiri depan
 Penyusupan: 0
 Bagian terbawah turun hidge: H I-II
e. Pemeriksaan penunjang
Tes Lakmus (Tes Nitrazin),Lakmus: Berwarna ungu/biru
E. Analisa
Ny. L usia 27 tahun G2P1A0 UK 39+4 minggu janin tunggal hidup intra uteri
inpartu kala I fase aktif dengan KPD 3 Jam
Diagnosa Potensial : Gawat janin dan infeksi maternal
Kebutuhan Segera : Kolaborasi dengan dokter

F. Pelaksanaan
Tanggal : 14 Oktober 2021
Jam : 09.20 WIB
1. Menyampaikan kepada ibu hasil pemeriksaan, ibu dalam persalinan buka
4 cm dengan ketuban pecah dini
Hasil: Ibu mengetahui keadaan dirinya dan merasa cemas
2. Menyampaikan kepada ibu untuk tidak mengejan dulu karena
pembukaan belum lengkap, mengatur nafas jika ibu merasakan kontraksi
Hasil: Ibu dapat melakukan teknik relaksasi pernafasan
3. Menyampaikan kepada ibu bahwa ibu untuk tidak turun dari tempat tidur
dan berjalan-jalan agar air ketuban tidak terlalu banyak yang keluar.
Hasil: Ibu mengerti dan mengatakan akan berbaring di bed
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemantauan ibu 4 jam
kedepan.
Hasil: telah dilakukan kolaborasi dengan dokter.
5. Memasangkan infuse RL dan menganjurkan minum obat amoxicillin
500mg
Hasil : terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kiri dan ibu sudah minum
obat
6. Meanjurkan ibu untuk makan dan minum ketika tidak ada kontraksi
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran bidan
7. Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan kepada
ibu
Hasil : Suami dan keluarga bersedia memberikan dukungan kepada ibu
8. Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan
Hasil : Telah didokumentasikan asuhan yang telah diberikan
Pengawasan 10

Nama Pasien : Ny. L

Bandle Tanda Kala II


Jam KU TD N S His DJJ PPV
RR Ring
 09.2  Bai
0 k 110/80  80x/m 36,50C  20x/m  3x/10’/40’’  140x/m  -  - -
 09.5
0  3x/10’/40’’  142x/m  -  -  -
 10.2
0  4x/10’/45’’  141x/m  -  - -
 10.5  Bai  110/8 Lendir
0 k 0  82x/m  36,20C  24x/m  4x/10’/50’’  138x/m  - Darah  +
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
KALA II

Nama Pasien: No. RM Tempat:


Ny. L Puskesmas
Todanan
Umur: Tanggal:
27 tahun 14 Oktober 2021
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan (SOAP) Nama dan
Paraf
14-10-2021 S:
10.50 WIB Ibu mengatakan ingin meneran.
O:
KU: baik
Kesadaran: composmentis
TD: 110/80 mmHg
RR: 24x/menit
P: 82x/menit
T: 36.7 0C
His: 4x dalam 10 menit lamanya lebih dari 50
detik, kuat dan teratur
DJJ: frekuensi 138 x/menit, sifat kuat dan
teratur.
Terdapat tanda-tanda kala II, yaitu: dorongan
meneran, tekanan anus, perineum menonjol, dan
vulva membuka.
Pemeriksaan dalam: portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, efficement 100%, ketuban (-)
jernih, presentasi kepala, penunjuk ubun-ubun
kecil kiri depan, penurunan Hodge III+.
A:
Ny. L usia 27 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39+4
minggu, janin tunggal hidup, intrauterine, preskep,
puki, divergen, inpartu kala II
P:
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa
pembukaan sudah lengkap, terdapat tanda-tanda
kala II seperti dorongan meneran, tekanan anus
dan perineum menonjol
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti
2. Memastikan partus set, heacting set lengkap,
oksitosin sudah dalam spuit 3 cc serta memakai
APD.
Hasil : alat dan obat sudah lengkap dan APD
sudah dipakai
3. Memeriksa DJJ saat kontraksi berhenti
Hasil : DJJ 138 x/menit
4. Menganjurkan suami untuk memberikan minum
dan menawari ibu untuk makan saat tidak ada
kontraksi agar kebutuhan nutrisi dan cairan ibu
tetap terpenuhi.
Hasil: Suami membantu mengambilkan minum
air putih
5. Membantu ibu untuk memilih posisi persalinan
yang nyaman
Hasil : ibu memilih posisi dosal recumbent
6. Membimbing ibu meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
Hasil : ibu meneran dengan tepat
7. Memimpin ibu untuk meneran pada saat ada his
dan istirahat bila tidak ada kontraksi
a. Menganjurkan kepada pendamping untuk
memberikan minum saat ibu tidak merasa
kontraksi.
b. Menganjurkan ibu beristirahat di antara
kontraksi
c. Memberikan semangat atas usaha ibu untuk
meneran
d. Memberikan pujian jika ibu meneran
dengan benar
8. Menolong kelahiran bayi
a. Melahirkan kepala:
Saat kepala bayi membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm, Menahan perineum saat
sub tangan kanan melindungi perineum
dengan dilapisis kain sedangkan tangan kiri
melindungi kepala agar tidak terjadi
defleksi agar tidak terlalu cepat. Segera
setelah kepala lahir, periksa lilitan tali pusat
sambil menunggu kepala melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
Hasil : Kepala lahir, tidak ada lilitan tali
pusat
b. Melahirkan bahu
Setelah putaran paksi luar, letakkan kedua
tangan secara biparetal, dengan lembut
menarik bayi kebawah untuk melahirkan
bahu anterior dan menarik bayi keatas
keatas untuk melahirkan bahu posterior.
Hasil : kedua bahu sudah dapat dilahirkan.
c. Melahirkan badan dan tungkai bayi
Setelah kedua bahu lahir, tangan kanan
menyangga tubuh bayi, tangan kiri
menelusuri tubuh bayi, dari mulai kepala
sampai mata kaki bayi, kemudian pegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati dan
membantu mengeluarkan kelahiran kaki
bayi, kemudian menilai bayi dengan cepat.
Hasil : seluruh badan bayi telah lahir, bayi
lahir spontan pukul 11.30 WIB, jenis
kelamin laki-laki, bayi menangis kuat,
warna kulit kemerahan, tonus otot aktif,
kelainan bawaan tidak ada.
9. Melakukan penanganan bayi baru lahir
a. Meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan dan segera
mengeringkannya sambil melakukan
penghisapan lender
b. Mengganti kain basah dengan kain kering.
c. Menjepit tali pusat dengan umbilical klem
3 cm dari pusat bayi, dan lakukan
pengurutan tali pusat mulai dari klem ke
arah ibu dan menjepit klem kedua 2 cm dari
klem pertama ((ke arah ibu), memotong tali
pusat di antara kedua klem.
d. Meletakkan bayi di atas payudara ibu
diselimuti untuk melakukan IMD.
Hasil : Bayi sudah dikeringkan, talipusat
sudah dipotong, bayi berada di atas dada ibu
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
KALA III

Nama Pasien: No. RM Tempat:


Ny. L Puskesmas
Todanan
Umur: Tanggal:
27 tahun 14 Oktober 2021
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan (SOAP) Nama dan
Paraf
14-10-2021 S:
11.30 WIB Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan
senang atas kelahiran bayinya, dan masih
merasakan mules pada perut.
O:
KU: baik
Kesadaran: composmentis
Tali pusat belum dipotong, tidak ada janin kedua
A:
Ny. L usia 27 tahun P2A0, inpartu kala III

P:
1. Memberitahu ibu bahwa plasenta belum lahir
dan akan dilakukan pengeluaran plasenta.
Hasil : ibu mengetahui bahwa plasenta belum
keluar
2. Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan
tidak ada janin kedua
Hasil : palpasi telah dilakukan dan tidak ada
janin kedua
3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
menyuntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Hasil : oksitosin telah disuntikkan di 1/3 paha
kanan atas bagian luar
4. Memindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5 cm didepan vulva.
Hasil : klem telah dipindahkan 5 cm didepan
vulva
5. Meletakkan tangan kiri diatas sympisis dengan
posisi telapak tangan horizontal menghadap
abdomen. Tangan kanan menegangkan tali
pusat sejajar lantai dengan cara memegang klem
diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan
posisi genggaman dan telapak tangan
menghadap keatas. Sambil mengamati tanda-
tanda pelepasan plasenta yaitu Uterus berbentuk
globuler, tali pusat bertambah panjang dan
terdapat semburan darah. Setelah uterus
berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus ke arah dorso kranial secara hati-hati
mencegah inversio uteri. Setelah plasenta
tampak di introitus vagina, pegang plasenta
dengan kedua tangan dan memutar plasenta
searah jarum jam sampai selaput ketuban
terpilin.
Hasil: tanda-tanda pelepasan plasenta telah
terlihat, plasenta lahir lengkap dengan selaput
dan kotiledon utuh, pukul 11.40 WIB, panjang
tali pusat ±50 cm.
6. Segera setelah plasenta lahir, melakukan
massage fundus uteri dengan gerakan sirkuler
secara lembut hingga uterus berkontraksi
Hasil : fundus uteri teraba keras
7. Mengobservasi perdarahan dan mengevaluasi
adanya laserasi pada vagina dan perineum.
Hasil : Tidak terdapat laserasi pada vagina.
CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN
KALA IV

Nama Pasien: No. RM Tempat:


Ny. L Puskesmas
Todanan
Umur: Tanggal:
27 tahun 14 Oktober 2021
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan (SOAP) Nama dan
Paraf
14-10-2021 S:
11.45 WIB Ibu merasa lelah dan perutnya masih terasa
mules serta senang dan bahagia atas kelahiran
bayinya
O:
KU: baik
Kesadaran: composmentis
Tanda-tanda vital:
TD: 120/80 mmhg
T: 36.70C
P: 80x/m
RR: 20x/m.
Kandung kemih kosong
Kontraksi uterus baik
Perdarahan 100 cc
A:
Ny. L umur 27 tahun P2A0 kala IV
P:
1. Memberitahukan pada ibu bahwa persalinan
sudah selesai, ibu dan bayinya dalam keadaan
baik.
Hasil : Ibu merasa senang
2. Mengevaluasi kembali keadaan umum ibu,
kontraksi, TFU, dan perdarahan.
Hasil: kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah
pusat, perdarahan normal.
3. Membersihkan seluruh badan ibu dari darah
dengan air DTT
Hasil : Ibu telah dibersihkan.
4. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian bersih.
Hasil : Ibu telah dipakaikan dengan pakaian
bersih dan ibu merasa nyaman.
5. Memberitahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin makan dan minum.
Hasil : Keluarga mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
6. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk
melakukan massase fundus untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada ibu
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti serta
bersedia melakukan.
7. Membereskan semua alat dan melakukan cuci
tangan secara efektif.
Hasil : alat sudah dibersihkan.
8. Memantau keadaan umum ibu, TTV, kandung
kemih, perdarahn dan kontraksi uterus setiap
15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua.
Hasil : terlampir
9. Melengkapi partograf
Hasil : Partograf telah dilengkapi
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada Ny.
L dalam persalinan dengan KPD di UPTD Puskesmas Todanan.
A. Pengkajian
Ny. L memeriksakan dirinya ke UPTD Puskesmas Todanan 2021 pada
tanggal 14 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB, mengeluh perutnya mulas tidak
teratur sejak pukul 01.00, ketuban rembes sejak tanggal 14-10-2021. Dari
hasil anamnesa didapatkan hasil ini merupakan kehamilan kedua, selama
kehamilan ibu rutin melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 9 kali, HPL ibu
17 Oktober 2021, saat ini usia kehamilan ibu 39 +4 minggu, saat datang ibu
merasa cemas akan kehamilannya karna cairan ketuban sudah rembes.
Hasil dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg, S:
36,5oC N: 76x/mnt S: 20x/mnt. Pemeriksaan leopold didapatkan hasil janin
tunggal, punggung kiri, presentasi kepala, kepala sudah masuk panggul TFU
31 cm, DJJ 136x/mnt kontraksi 3x10’35”. Ektremitas tidak ada oedem pada
tangan dan kaki, tidak anemis, hasil periksa dalam, ada pengeluaran ketuban
dari jalan lahir, portio tipis, pembukaan 4 cm, kulit ketuban negatif, kepala
turun di hodge I-.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
bersalin (Prawirohardjo, 2020). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/ sebelum infartu, pada pembukaan < 4 cm
(Walyani, 2015). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum jadi
inpartu (Manuaba, 2015). Dalam kasus Ny. L ibu merasa kencang-kencang
pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 01.00, sedang ketuban ibu mulai rembes,
yang berarti ketuban ibu sudah mulai rembes sejak sebelum adanya tanda-
tanda persalinan.
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu
fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan
letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun, faktor
golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial
ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm
sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau
asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul,
kelelahan dalam ibu bekerja, serta trauma yang didapat misalnya dalam
hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis (Prawirohardjo,
2020). Pada kasus Ny. L sehari sebelum ketuban rembes ibu dan suami
melakukan aktivitas seksual sehingga menurut penulis hal tersebut
merupakan salah satu faktor penyebab ibu mengalami KPD. Ibu hamil yang
memasuki usia kehamilan trimester III tentunya perut semakin membesar
yang akan mempengaruhi posisi kenyamanan untuk melakukan hubungan
intim. Posisi yang baik dalam berhubungan pada saat kehamilan trimester III
yaitu tidak menekan perut. Jika hubungan tidak tepat posisi akan
menyebabkan ibu hamil merasa tidak nyaman dan tidak rileks terlebih
melakukan gerakan dengan terlalu kencang yang menyebabkan ketuban
pecah sebelum waktunya. Menurut penelitian (L. Handayani et al., 2017) pola
seksual yang tidak tepat akan berisiko 10 kali lebih besar mengalami ketuban
pecah dini (KPD) dibandingkan dengan pola seksual yang tepat.
B. Analisa
Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan, didukung dan ditunjang
oleh beberapa data, dan dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan,
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan, seperti diagnosis, tetapi sungguh
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan (S. R. Handayani &
Mulyati, 2017).
Pada kasus Ny. L berdasarkan data subyektif ibu mengatakan air
ketuban rembes sejak tanggal 14-10-2021 pukul 06.00 WIB di dapatkan
vulva dan vagina normal, portio lunak, pembukaan 4 cm, ketuban pecah,
presentasi uuk kiri lintang penurunan hodge I-II molase tidak ada,
penumbungan tali pusat tidak ada, kesan panggul normal, pelepasan lendir,
darah dan air ketuban. Dilakukan pemeriksaan menggunakan kertas lakmus
dengan hasil kertas lakmus berubah warna menjadi biru.
Diagnosa penunjang dari penegakan diagnosa ibu KPD yang dapat
dilakukan dengan menggunakan Tes lakmus (Tes Nitrazin) yaitu lihat apakah
kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Jika berubah warna itu
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 (Marmi,
2012).
Diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasikan (S. R. Handayani &
Mulyati, 2017).
Pada tinjauan pustaka, masalah potensial yang dapat terjadi yaitu
infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry
labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif
obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan
pada janin yaitu prematuritas (respiratory distress syndrome, hypothermia,
neonatal feeding problem, retinopathy of premturit, intraventricular
hemorrhage, necroticing enterecolitis, brain disorder (and risk of cerebral
palsy, hyperbilirubinemia, anemia, sepsis), prolaps funiculli/ penurunan tali
pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder (kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry
labour/partus lama, APGAR score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy,
perdarahan intracranial, renal failure, respiratory distress), dan
oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas
ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas
perinatal (Marmi, 2012).
Pada kasus ini, penulis tidak menemukan tanda-tanda infeksi atau
komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu maupun janin.
C. Penatalaksanaan
Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera yang
harus dilakukan guna untuk menyelamatkan klien. Tindakan tersebut berupa
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yaitu dokter. Pada tinjauan pustaka,
tindakan segera/kolaborasi pada KPD adalah mengkolaborasikan dengan
dokter. Penatalaksanaan yang diambil yaitu dengan menunggu adanya
pertambahan pembukaan 5 jam lagi sampai batas waktu rujuk.
Pada penatalaksanaan kasus, ibu dijelaskan mengenai hasil
pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk BAK jika kandung kemih ibu penuh
ini menurut penelitian (rianti, 2020) yang berjudul Asuhan Kebidanan
Terintegrasi Pada Ibu Hamil Yang Sering Buang Air Kecil Dengan
Melakukan Senam Kegel, Bersalin, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Nagreg.Berdasarkan hasil penelitian senam kegel efektif untuk
mengurangi sering buang air kecil pada kehamilan trimester III. Diharapkan
senam kegel ini dapat dijadikan salah satu protap dalam penatalaksanaan
asuhan kebidanan pada ketidaknyamanan kehamilan trimester III dengan
sering buang air kecil. Sehingga efektif digunakan pada saat mengontrol BAK
pada saat persalinan.
Mengajari ibu teknik pernapasan ketika muncul kontraksi menurut
(Biswan et al., 2017), adaptasi pola pernafasan dapat mengurangi ketegangan
dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri yang ibu rasakan selama
persalinan dan kelahiran. Juga memungkinkan ketersediaan oksigen dalam
jumlah maksimal untuk rahim, yang juga mengurangi nyeri, karena otot kerja
(yang membuat rahim berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen.
Selain itu, konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan
otot membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan
karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit.
Mengajarkan ibu cara mengejan yang benar jika pembukaan sudah
lengkap, yaitu meneran seperti ingin BAB, tidak bersuara, tidak mengangkat
pantat, mata melihat ke arah pusat. Ini sesuai teori (Prawirohardjo, 2020)
pada kala II his terkoordinasi, kuat, dan lama. Kepala janin telah turun masuk
ruang panggul sehingga terjadi tekanan otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti
ingin buang air besar dengan tanda anus membuka. Sehingga jika dipimpin
untuk mengedan akan lahirlah janin mulai dari kepala hingga seluruh tubuh
janin.
Memberitahu ibu untuk makan dan minum saat kontraksi tidak ada,
guna untuk tenaga saat mengejan. Persalinan kala I berlangsung selama ± 1
jam 40 menit,kala II berlangsung selama 40 menit, kala III berlangsung
selama 10 menit dan kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam. Ibu dapat
melahirkan secara normal (Seftia et al., 2020).
Melakukan counter pressure yaitu pijatan yang dilakukan dengan
memberikan tekanan yang terus-menerus pada tulang sakrum pasien dengan
pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan. Hasil analisis data diperoleh
nilai mean intesitas nyeri sebelum dan sesudah perlakuan, responden
mengalami penurunan menjadi (1.45). Hasil uji one sample T-test
menunjukkan bahwa keknik Effleurage dan Counter Pressure Vertebra
Sacralis efektif menurunkan nyeri pada kala I persalinan dengan nilai sig
0.001 (t-hitung 11.22). Simpulan teknik effleurage dan counter pressure
vertebra sacralis terbukti berdampak terhadap pengurangan nyeri persalinan
Kala I (Puspitasari, 2020).
Menganjurkan suami untuk memberi dukungan pada ibu sambil masase
daerah punggung atau usap secara lembut pundak ibu untuk merangsang dan
mengurangi rasa nyeri persalinan. Dukungan suami saat persalinan adalah
kesediaan suami untuk meluangkan waktu yang dimiliki untuk sekedar
mendampingi saat istri akan melakukan persalinan, berada di satu ruangan
persalinan sebagai pendamping persalinan dan memberikan dukungan
kepada istri dalam menghdapi persalinan (Hidayati & Ulfah, 2019).
Menurut penelitian (Zayinah, 2015) dengan judul perbedaan kemajuan
persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin yang diberikan posisi miring kiri.
Berdasarkan hasil penelitiannya sebagian besar ibu dengan posisi miring kiri
mengalami kemajuan persalinan normal dengan rata-rata waktu 6-7 jam
(56,25%), sedangkan hampir setengahnya mengalami kemajuan secara cepat
dengan rata-rata 4-5 jam (43,75%). Dengan posisi miring kiri kemajuan
persalinan dapat berlangsung normal dan miring kiri membantu pergerakan
kepala bayi ke posisi optimal selama kala I hingga ibu merasa lebih nyaman
karena proses pembukaan terjadi secara perlahan.
Pada pukul 10.50 WIB dilakukan pemeriksaan dalam dengan indikasi
terdapat tanda gejala kala II yaitu ibu ingin BAB, terlihat tekanan pada anus,
perinium menonjol, vulva dan vagina membuka, hasil VT menunjukkan
pembukaan 10 (lengkap), efficement 100% dan kulit ketuban negatif (warna
jernih). Setelah pembukaan lengkap ibu dipimpin untuk mengejan, selama
proses persalinan suami dan keluarga mendampingi proses persalinan dan
memberikan dukungan kepada Ny. L. Setelah melakukan pimpinan
persalinan, pada pukul 11.30 bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki, BB:
3200 gram, dan PB: 50 cm dan segera melakukan penilaian awal dan
menghangatkan bayi dengan balutan kain.
Penatalaksanaan yang dilakukan penulis pada kala II sesuai dengan 60
langkah APN. Terdapat perbedaan antara teori dengan praktik dilapangan,
menurut (Saifuddin, 2014) fase laten dimulai dari pembukaan 1 cm sampai
pembukaan 3 cm (8 jam). Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm sampai
pembukaan lengkap (1 cm per jam). Pada fase aktif dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu periode akselerasi (pembukaan 3-4 cm, lama 2 jam, periode dilatasi
maksimal (pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam), periode deselerasi (pembukaan
9-10 cm, lama 2 jam). Sementara pada Ny. L proses fase aktif dari
pembukaan 4 hingga pembukaan lengkap berlangsung hanya 1 jam 50 menit.
Cepatnya pembukaan dan penurunan kepala pada kasus Ny. L terjadi karena
di Puskesmas Todanan menerapkan asuhan kebidanan komplementer berupa
ibu disarankan miring ke kiri dengan kedua kaki disangga menggunakan
peanut ball atau birth ball. Hal ini sejalan dengan penelitian (Mutoharoh &
Indrayani, 2020) yang berjudul Pengaruh Latihan Birth Ball Terhadap Proses
Persalinan yang menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil antara kelompok
yang diberi perlakuan latihan birthball dengan kelompok kontrol, dimana ibu
yang menerima latihan birth ball mengalami percepatan pembukaan serviks
yang ditunjukkan dengan nilai p value 0,002 dan RR 2,09.
Menurut (Saifuddin, 2014) kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Proses ini bisanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Kala II yang terjadi pada Ny. L
selama 40 menit jadi kala II yang dialami oleh Ny. L berlangsung secara
fisiologis.
Setelah bayi lahir segera melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU
setelah dilakukan pengecekan janin kedua dan dilanjutkan dengan proses
IMD (inisiasi menyusu dini) dengan cara meletakkan bayi di dada ibu, bayi
diberi topi dan selimut. Penatalaksanaan yang dilakukan di kala III yaitu
memindahkan klem pada tali pusat yang berjarak 5-10 cm dari vulva,
peregangan tali pusat, dan melakukan pengeluaran plasenta. Penatalaksaan
yang dilakukan penulis telah sesuai dengan apa yang ada diteori
(Prawirohardjo, 2020).
Plasenta lahir pada pukul 11.40 WIB. Hal ini sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2020) mengatakan bahwa pelepasan plasenta biasanya
berlangsung 10 menit untuk primipara karena plasenta akan sulit lepas pada
uterus yang kendur karena ukuran permukaan plasenta tidak akan berkurang
kala III tergantung dari kontraksi uterus yang terjadi. Maka yang dialami Ny.
L terjadi secara fisiologis.
Perdarahan yang dialami ibu sebanyak ±150 cc. sesuai dengan teori
bahwa perdarahan dengan jumlah kurang dari 500 cc setelah 24 jam
persalinan termasuk perdarahan normal. Menurut (Kurniarum, 2016)
perdarahan ibu lebih dari 500 cc setelah persalinan disebut perdarahan post
partum, hal ini berarti tidak ada kesenjangan teori dengan praktik karena ibu
tidak mengalami perdarahan post partum atau perdarahan ibu masih dalam
tahap normal.
Mengecek adanya laserasi dengan cara melakukan eksplorasi ke bagian
dalam vagina, perineum ruptur grade II. Penatalaksanaan yang dilakukan
penulis pada kala III sesuai dengan langkah APN, pada saat melakukan
heacting ibunya kooperatif, oleh karena itu hecting dilakukan dengan teknik
continuous (jelujur). Berdasarkan jurnal penelitian milik (Andarwulan, 2019)
dengan judul Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum antara
Penjahitan Jelujur dan Terputus pada Ibu nifas di BPM Maya Waru-Sisoarjo.
Berdasarkan pada hasil uji Mann-Whtney nilai p value = 1 lebih besar dari
nilai α= 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada tingkat nyeri ibu nifas antara jahitan jelujur dan terputus. Sehingga
tidak ada hubungan yang berarti antara tingkat nyeri denga perbedaan
jahitan baik itu jelujur maupun terputus.
Pada masa nifas terdiri dari 3 tahapan, yaitu puerperium dini,
intermedial, dan remote puerperium. Pada puerperium dini kepulihannya
yaitu ibu diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan, sedangkan puerperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu dan remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna setelah bersalin. Dari ketiga tahapan tersebut pada tahpan
pertamalah dilakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini ini sangat penting
karena ibu belajar bergerak ringan seperti miring kanan, kiri, duduk, berdiri,
dan berjalan. Hal ini bertujuan untuk ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan
early ambulation yaitu melakukan pergerakan yang mana otot-otot perut dan
panggul kembali normal, dan dapat mengurangi rasa sakit pada ibu, sehingga
faal usus dan kandung kemih lebih baik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Susanti, 2019) dengan judul
pengaruh mobilisasi dini terhadap penurunan TFU terlihat hasil penelitian
diketahui bahwa hampir setengah ibu nifas melakukan mobilisasi dengan
cukup sebanyak 11 orang (36,7%). Berdasarkan hasil observasi diperoleh
bahwa seluruh ibu post partum setelah melahirkan sudah melakukan miring
kiri dan kanan sebanyak 30 orang (100%) dan setelah 2 jam melahirkan, dan
tidak merasa pusing mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri sebanyak 20
orang (67%). Dalam waktu 12 jam TFU mencapai kurang lebih 1 jari diatas
pusat dan berubah menurun 1-2 jari setiap 24 jam. Jika dilihat dari data
tersebut maka responden mengalami penurunan TFU setelah melakukan
mobilisasi dini, karena mobilisasi dapat memperlancar darah ke dalam uterus
sehingga kontraksi uterus akan baik dan fundus uteri menjadi keras.
Kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka dan
perdarahan tidak terjadi sehingga penurunan TFU berlangsung dengan cepat.
Pada inpartu kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam, dengan hasil
kesadaran baik, tanda-tanda vital normal, kontraksi uterus keras, dan
perdarahan normal serta menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dengan
miring kanan dan kiri, duduk, berdiri, dan jalan-jalan. Hasil pemantauan yang
telah dilakukan dicatat di partograf. Penatalaksanaan yang telah dilakukan
dengan menerapkan asuhan sayang ibu seperti membersihkan ibu dari sisa air
ketuban, lendir dan darah serta membantu ibu memakai pakaian kering dan
bersih, pencegahan infeksi dengan melakukan dekontaminasi semua peralatan
dalam larutan klorin, membersihkan tempat persalinan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir, menganjurkan kepada ibu untuk makan dan
minum. Penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis sesuai dengan 60
langkah APN.
Pada kala ini pasien di anjurkan untuk banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein seperti putih telur ayam, lele agar luka jahita ibu
segera sembuh. Berdasarkan penelitian (Sebayang & Ritonga, 2021) bahwa
ditemukan 6 jenis nutrisi efektif yang baik dikonsumsi untuk mempercepat
proses penyembuhan luka perineum akibat persalinan. Jenis nutrisi tersebut
yaitu kapsul ekstrak ikan gabus, suplemen zinc, telur, jus jambu biji merah,
ikan lele, jus nanas dan madu. Dengan kandungan yang terkandung dalam
telur, khususnya kandungan protein yang di dalamnya terdapat kandungan
asam aminonya yang lengkap, telur menjadi makanan yang sangat baik untuk
luka jahitan (Dharmayanti, 2019). Fungsi protein yaitu membantu tubuh
membuat jaringan baru pada luka. Tentu saja, jika asupan protein seseorang
tercukupi dengan baik, maka proses penyembuhan luka pun akan semakin
cepat. Sebaliknya, kekurangan protein dalam tubuh akan menyebabkan luka
yang diderita membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses
penyembuhan luka, termasuk luka- jahitan (Ajrina, 2020).
Upaya dalam mencegah meningkatnya masalah ini yang utama adalah
dengan memberikan nasehat pada ibu nifas dalam pemenuhan asupan protein
yang baik guna membantu proses penyembuhan luka jahitan post sectio
caesarea. Pentingnya peran protein untuk penyembuhan luka jahitan sendiri
disebabkan oleh adanya beberapa kandungan asam amino yang ada di dalam
telur yang berguna untuk mengganti jaringan yang rusak dan mempercepat
penyembuhan luka jahitan.
Berdasarkan penelitian (Munizah, 2020) bahwa perawatan
vulvahygiene secara benar setelah setelah postpartum dengan melakukan
vulva hygiene setiap pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang air kecil
atau buang air besar, mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
bersih, sebaiknya cebok dilakukan dengan menggunakan air hangat atau air
mengalir, merawat luka jahitan dengan kapas dan betadin, mengganti
pembalut setidaknya 4 kali dalam sehari dan sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemaluan, dan pada waktu mencuci luka episiotomi, di
lakukan mencuci luka dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah anus
untuk yang terakhir. Vulva hygiene yang dilaksanakan dengan benar akan
menghindarkan ibu dari infeksi. Ini bertujuan untuk peningkatan kesehatan
selama masa nifas hingga masa selanjutnya sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan kenyamanan ibu (Sulistyawati, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ajrina, H. (2020). Analisis Faktor-Faktor (Kebutuhan Nutrisi, Pola Istirahat,


Teknik Menyusui, Perawatan Payudara) terhadap Produksi ASI pada Ibu
Post Partum Lebih Dari Sama dengan 10 Hari (Studi Wilayah Di
PONKESDES Tanggul Wonoayu Sidoarjo). STIKes Ngudia Husada Madura.

Andarwulan, S. (2019). Perbedaan Tingkat Nyeri Luka Perineum Antara


Penjahitan Jelujur Dan Terputus Pada Ibu Nifas Di BPM Maya Waru -
Sidoarjo. SNHRP-II UNIPA SURABAYA.

Biswan, M., Novita, H., & Masita. (2017). Efek Metode Non Farmakologik
terhadap Intensitas Nyeri. Jurnal Kesehatan, VIII(2), 282–288.

Dharmayanti, L. (2019). Pengaruh Konsumsi Putih Telur Kukus terhadap


Penyembuhan Luka Jahitan Post Sectio Caesarea. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan, 6–10.

Handayani, L., Amelia, R., & Sumarni, E. (2017). Hubungan Pola Seksual Ibu
Hamil dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KDP) di RSUD dr. h. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin. Dinamika Kesehatan, 8(1), 33–44.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/view/227

Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Kementerian


Kesehatan RI.

Hidayati, T., & Ulfah, M. (2019). Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan Lama
Persalinan Kala II. Jurmal Keperawatan Dan Kebidanan, 2018.

Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.

Manuaba. (2015). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC.

Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka Pelajar.


Munizah. (2020). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas. STIKES Ngudia Husada Madura.

Mutoharoh, S., & Indrayani, E. (2020). The Effect of Birthball Exercises on the
Labor Process. XIII(I).

Prawirohardjo, S. (2020). Ilmu kebidanan (4th ed.). Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Puspitasari, L. (2020). Efektifitas Teknik Effleurage Dan Counter Pressure


Vertebra Sacralis Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I. Jurnal
Kebidanan, 12(01), 46. https://doi.org/10.35872/jurkeb.v12i01.364

rianti, dian. (2020). Asuhan Kebidanan Terintegrasi Pada Ibu Hamil Yang Sering
Buang Air Kecil Dengan Melakukan Senam Kegel, Bersalin, Nifas, Dan
Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Nagreg. In Laporan Tugas Akhir.

Saifuddin, A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sebayang, W. B. R., & Ritonga, F. (2021). Nutrisi Efektif Mempercepat


Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Post Partum ( Systematic Review )
Effective Nutrition Accelerates Perineum Wound Healing on Mother Post
Partum ( Systematic Review ). 12, 330–336.

Seftia, B. A., Novianti, & Maryani, D. (2020). Implementasi Manajemen


Persiapan Laktasi. Journal Of Midwifery, 8(2), 15–23.
https://doi.org/10.37676/jm.v8i2.1199

Sulistyawati, A. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi
Offset.

Susanti, E. (2019). Pengaruh Mobilisasi Dini Ibu Post Partum Terhadap


Penurunan Tinggi Fundus Uteri. NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871, 1(1), 21–27.
https://doi.org/10.36089/nu.v1i1.101
Walyani, E. S. & E. P. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Pustaka Baru Pers.

Zayinah, Z. (2015). Perbedaan Kemajuan persalinan Kala I Fase Aktif Diberikan


Posisi Mirring Kiri. Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau, III.

Anda mungkin juga menyukai