Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi ibu hamil

sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi

ibu buruk, baik sebelum kehamilan maupun selama kehamilan akan

menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), terhambatnya pertumbuhan

otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir yang mudah terinfeksi

penyakit, abortus dan sebagainya (Supariasa, 2013).

Kejadian mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin

merupakan masalah besar bagi negara-negara berkembang. Sekitar 20-50%

kematian wanita usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan

kehamilan di negara miskin. World Health Organization (WHO) tahun 2017

memperkirakan angka kematian ibu sebesar sangat tinggi di dunia, tercatat

800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan

kelahiran anak (Joseph, 2018).

Sekitar 160 juta wanita hamil setiap tahun di seluruh dunia berlangsung

dengan aman. Namun, sekitar 15% dari wanita hamil menderita komplikasi

berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.

Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih setengah juta ibu setiap tahun.

Dari jumlah ini, diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika, 10% di negara

1
2

berkembang lainnya dan kurang dari 1% di negara-negara maju. Risiko

kematian ibu lebih dari 1 dalam 10 kehamilan di beberapa negara,

sedangkan di negara maju risiko ini kurang dari 1 dalam 6000 kehamilan

(Sarwono, 2019).

Jumlah ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang

seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia gizi masih banyak di Indonesia.

Ibu hamil yang memiliki risiko KEK sebesar 16,2%. Persentase Ibu hamil KEK

yang mendapatkan makanan tambahan sebesar 79,3%. Ibu hamil yang

mengalami defisit energi sebesar 53,9%, sedangkan yang defisit protein sebanyak

51,9% (Kemenkes RI, 2018). Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018

menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil gizi kurang yang mengalami anemia

mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebanyak 37,1% menjadi 48,9% pada

tahun 2018.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2017, terdapat 113

kasus kematian ibu.  Jumlah tersebut bahkan meningkat dibandingkan tahun

2016 silam dengan jumlah 108 kasus. Kasus kematian ibu dan bayi di Sumatera

Barat terjadi hampir merata di 17 Kabupaten Kota, yang dipengaruhi oleh dua

faktor utama, yaitu perdarahan (33,6%) dan hipertensi (23,9%) (Kemenkes RI,

2017). Angka kematian ibu menurut data Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2015 yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu

penyebab kematian ibu adalah ibu mengalami KEK (Herlina, 2017).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman tahun 2019, dari total 8

Puskesmas, Puskesmas Naras memiliki angka kejadian yang tertinggi kejadian


3

KEK dengan 117 kasus (23,3%) ini meningkat dari tahun 2018 dengan kasus 65

orang (12,9%) .

Penilaian status gizi ibu hamil dapat diukur melalui Berat Badan (BB),

Hemoglobin (Hb), Relative Body Weight (RBW) dan Lingkar Lengan Atas

(LILA). Penilaian yang lebih baik untuk mengetahui status gizi ibu hamil salah

satunya adalah dengan pengukuran LILA. LILA mencerminkan status KEP

(Kurang Energi Protein) pada ibu hamil. Standar LILA yang dipakai di

Indonesia adalah > 23,5 cm (FKUI, 2017).

Pengaruh ibu hamil kurang gizi dikaitkan dengan berbagai dampak buruk

pada janin yang sedang berkembang, termasuk lambatnya pertumbuhan janin dan

berat lahir rendah. Kekurangan gizi selama kehamilan akan meningkatkan risiko

Stillbirth (bayi lahir mati) atau lahir prematur. Ibu dengan KEK cenderung

menderita anemia, melahirkan bayi BBLR, bayi lahir cacat, abortus, persalinan

lama, perdarahan dan payah jantung. Ibu hamil yang kurang gizi biasanya akan

mengalami kekurangan zat besi sehingga sering mengeluhkan pusing, lemah,

letih, lesu, mudah lelah (Muqorobbin, 2018; Herlina, 2017).

Faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil antara lain kebiasaan dan

pandangan wanita terhadap makanan yang dikonsumsi, status ekonomi,

pengetahuan zat gizi makanan, aktifitas, suhu lingkungan, berat badan dan umur

(Proverawati, 2017). Menurut Kemenkes RI (2015), faktor yang mempengaruhi

status gizi ibu hamil yaitu status kesehatan, usia ibu, jarak kelahiran dan paritas.

Penelitian Rosmala Dewi (2015) menemukan bahwa pengetahuan kurang

(69,8%), status ekonomi kurang (79,1%) dan gizi ibu hamil kurang (65,1%)
4

berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Cenrana Kabupaten Maros.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan 16 November 2020 di

Puskesmas Naras Pariaman, pada 10 orang ibu hamil, 7 orang ibu hamil

mengalami status gizi kurang dengan LILA dibawah 23,5 cm. Dari 7 orang

tersebut 6 orang ibu tidak mengetahui tentang makanan yang baik pada saat

hamil, 5 orang mengatakan mereka mengalami status gizi kurang karena

mengalami penyakit yang dideritanya dan 3 orang ibu mengatakan status gizi

kurang dikarenakan sebagai ibu rumah tangga memiliki beban pekerjaan dan

peran ganda ibu mengurus suami dan anak.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

“Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil di

Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan data yang telah diuraikan diatas maka

rumusan masalah penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan status gizi ibu hamil di Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil di

Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020.


5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi ibu hamil di Puskesmas Naras

Pariaman tahun 2020.

2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

gizi ibu hamil di Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020.

3. Mengetahui distribusi frekuensi status ekonomi ibu hamil di Puskesmas

Naras Pariaman tahun 2020.

4. Mengetahui distribusi frekuensi usia ibu hamil di Puskesmas Naras

Pariaman tahun 2020.

5. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan status gizi

ibu hamil di Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020.

6. Mengetahui hubungan status ekonomi dengan status gizi ibu hamil di

Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020.

7. Mengetahui hubungan aktifitas usia ibu hamil di Puskesmas Naras

Pariaman tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam

penerapan ilmu teori metodologi penelitian dan mengumpulkan, mengolah,

menganalisa, menginformasikan data temuan tentang gizi ibu hamil.


6

1.4.2 Bagi Puskesmas

Sebagai masukan bagi petugas kesehatan di tempat penelitian dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya tentang status gizi

ibu hamil.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan literatur yang dapat

digunakan untuk masa yang akan datang.

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor lain

yang berhubungan dengan status gizi ibu hamil.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan

status gizi ibu hamil di Puskesmas Naras Pariaman tahun 2020. Penelitian ini

menggunakan jenis analitik desain cross sectional, dimana yang menjadi

variabel independen adalah tingkat pengetahuan tentang status gizi, ekonomi,

usia ibu sedangkan variabel dependen adalah status gizi ibu hamil. Teknik

pengambilan sampel accidental sampling. Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Naras Pariaman. Data

dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Analisa data

menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan

menggunakan uji statistik Chi-Square.

Anda mungkin juga menyukai