Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA HASIL PERTANIAN

ACARA 2

PERHITUNGAN KIMIA DAN


PEMBUATAN LARUTAN

Disusun Oleh :
Lecia Zafira
NIM. 2103036021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL


PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
A. PENDAHULUAN
Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat. Salah satu
bentuk yang umum dari campuran ialah larutan Larutan memainkan peran
penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung
dalam air. Tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan.
Dan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan.
Larutan - larutan yangtersedia da!am laboratorium umumnya dalam
bentuk pekat. Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah
biasanya dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan
menambahkan aquadest ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquadest
ini mengakibatkan konsentrasi berubah dan volume diperbesar, tetapi jumlah mol
zat terlarut adalah tetap. Selain itu, pengenceran juga dapat dilakukan dengan
cara menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan dibuat terlebih
dahulu. Untuk menentukannya, menggunakan rumus pengenceran.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat berpariasi. Larutandapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sebagiankecil solute, relative terhadap jumlah
pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yangmengandung sebagian
besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut)
adalahmedium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya, zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H 2O).
Selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform,
benzena, minyak dan asam asetat. Jika menggunakan air, biasanya tidak
disebutkan (Gunawan, 2004).
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah
volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan
konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta
ditambah dengan persen massa dan persen volume.
Beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi larutan, yaitu :
a. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Molaritas Zat = w/Mr x 1000/v

b. Molalitas (m)
Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram
pelarut.
m = mol zat terlarut / kg pelarut
m = (gram zat terlarut / Mr zat terlarut) x (1000 / g pelarut)

c. Normalitas (N)
Konsentrasi Normalitas (N) yaitu jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam
larutan dibagi oleh volume larutan yang dinyatakan dalam liter.
Normalitas (N) = n. M, dimana : n = ekivalen
N = gr ekivalen/liter larutan

d. Fraksi Mol (X)


Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen
terhadap jumlah mol total semua komponen. Nilai total fraksi mol zat
terlarut dan pelarut haruslah sama dengan 1. Fraksi mol zat terlarut (X t)
adalah perbandingan antara jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol
total dalam larutan. Sedangkan fraksi mol pelarut (Xp) adalah
perbandingan antara jumlah mol pelarut terhadap jumlah mol total dalam
larutan.
Xt = mol zat terlarut / (mol zat terlarut + mol pelarut)
Xp = mol pelarut / (mol pelarut + mol terlarut)
Xp + Xt = 1

C. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari beberapa aspek yang terkait dengan larutan termasuk proses
pembuatan, penentuan konsentrasi dan karakterisasi sifat-sifatnya.
2. Setelah menyelesaikan percobaan membuat larutan dan analisisnya mahasiswa
akan dapat membuat larutan, menentukan konsentrasi larutan dan sifat-
sifatnya.
D. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Botol timbang kering

2. Labu takar 100 mL

3. Pipet ukur

Bahan :

1. Air suling

2. NaOH

3. H2SO4 Urea.

E. CARA KERJA

Pembuatan Larutan

Pembuatan larutan dengan zat terlarut bahan padat

1. Sediakan botol timbang/gelas piala kering dan bersih dalam keadaan


kosong.

2. Tambahkan (timbang) dengan teliti 4 gram NaOH padat (pelet), kemudian


larutkan dengan air suling ± 50 mL.

3. Masukkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian penuhkan labu ukur
dengan air suling sampai tanda tera. Perhatikan miniskus (permukaan
cekung dari zat cair) harus tepat menyinggung tanda tera labu ukur.

4. Kocok hingga homogen dan diberi label konsentrasinya (konsentrasi


dihitung dalam satuan M, N, X, dan m)

5. Ulangi percobaan a-d dengan mengganti NaOH dengan 5 gram urea.


Perhatikan perubahan temperatur larutan. Apakah terjadi reaksi eksotermis
atau endotermis?

Pengenceran 
Untuk membuat larutan standar kadang-ladang  dilakukan dengan
mengencerkan larutan yang sudah  tersedia.Misalnya dengan membuat
larutan standar NaOH 0, 1  N dari larutan NaOH1 N. Tentukan dulu berapa
banyak larutan  standar yang akan dibuat dan dihitung, berapa banyak larutan 
”asli” yang harus diencerkan dengan persamaan: 

V1 . N1 = V2 . N2

V1 = volume larutan ”asli” yang digunakan/diperlukan N1 = normalitas ”asli” 

V2 = volume larutan standar yang akan dibuat 

N2 = normalitas larutan standar yang akan dibuat 

a) Pengenceran dengan Labu Ukur 

1. Ambil 10 mL larutan NaOH yang telah dibuat pada  percobaan pembuatan


larutan sebelumnya, masukkan  kedalam labu ukur 100 mL. 

2. Tambahkan air suling sampai permukaan cekung  larutan tepat


menyinggung tanda tera labu ukur. c. Kocok sampai larutan homogen. 

3. Hitung konsentrasi hasil pengenceran berdasarkan  rumus

V1 . N1 = V2 . N2

V1, V2 = volume larutan sebelum dan sesudah  diencerkan 

N1, N2 = konsentrasi larutan sebelum dan sesudah  diencerkan 

4. Hitung konsentrasi dalam satuan M, N, X, dan m. 

b) Pengenceran H2SO4 

Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis  pada pengenceran seperti


H2SO4 pekat, maka  pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan 
sedikit demi sedikit H2SO4 kedalam pelarut. 

a. Ambil 7 mL air suling dengan menggunakan gelas  ukur, tuangkan kedalam


tabung reaksi. 

b. Ambil 3 mL H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet  tetes yang bersih,


isikan kedalam gelas ukur hingga  volume 3 mL. 
c. Tuangkan H2SO4 pekat ini kedalam tabung reaksi  yang diisi air suling tadi.
Ingat, penuangan harus  dilakukan dengan sangat hati-hati.
Perhatikan/rasakan  perubahan panas sebelum dan sesudah H2SO4 

dituang kedalam tabung reaksi.

F. HASIL PENGAMATAN
A. Pembuatan larutan 

Senyawa Konsentrasi larutan Sifat reaksi


kimia

M N X m Endoterm Eksoterm

NaOH 0,001 1 1 0,025 √

Penghitungan konsentrasi:

B. Pengenceran dengan labu ukur 


Normalitas NaOH awal (N1) = 1 N
Volume NaOH awal (V1) = 10 mL
Volume NaOH akhir (V2) = 100 mL 
Normalitas NaOH akhir (setelah diencerkan): 
V 1. N1
N2 = = 0,1 N
V2

C. Pengenceran H2SO4 pekat 

Volume air suling = 7 mL


Volume H2SO4 = 3 mL
Perubahan panas: 
Sebelum reaksi = normal
Sesudah reaksi = panas

G. PEMBAHASAN

Larutan adalah campuran yang serba sama antara dua zat atau lebih (homogen)
pada dasarnya zat terlarut lebih sedikit dari pada zat pelarut. Zat terlarut adalah pada
dasarnya berbentuk cair yaitu zat yang menyebar secara merata (terdispersi) dalam zat
pelarut.
Dalam pembuatan larutan NaOH ini, hal yang harus dilakukan adalah
menyediakan labu ukur 100 mI yang telah berisi aguades. Lalu pipet HCL4N untuk cara
penggunaan pipet yaitu di pencet bagian A untuk mengempeskan kemudian tekan atau
pencet 5 untuk menghisap dan di keluarkan pada bagian E, jika penggunaan pipet
masih kurang,lalu tambahkan dengan pipet kecil, batas ukur dilhat dari cekungan bawah
yang sama dengan tanda tera, setelah itu di homogenkan dengan labu ukur di tutup dan
di goyang-goyangkan atau di bolak-balik.
. Suhu dari larutan NaOH terasa lebih panas yang menunjukkan bahwa larutan
NaOH memiliki sifat reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan
kalor dari sistem ke lingkungan. Pelepasan kalor ke lingkungan akan menurunkan energi
di dalam sistem

H. KESIMPULAN

Proses pembuatan larutan yaitu dengan menentukan seberapa berat jenis bahan
yang akan dilarutkan yang kemudian melarutkannya dengan air aquades sesuai dengan
takaran yang diinginkan yang selanjutnya dihomogenkan dengan cara mengocok larutan
hingga homogen. Setelah pembuatan larutan NaOH, dapat dirasakan bahwa larutan
mengeluarkan kalor yang ditunjukkan dengan terasanya suhu panas. Dapat disimpulkan
bahwa NaOH bersifat eksotermis.
LAMPIRAN

Jawaban tugas setelah praktikum:

1. Diket: W = 10 gram V = 500 ml


Dit : M, N, m, X ?
W 10 g
M=
Mr .V
= 40 g/mol . 0,5 l = 0,5 M
W 10 g
N= =
BE . V 40 g/mol . 0,5 l
= 0,5 N
W 1000 10 g 1000
m= x = x = 0,25 mol x 2 kg = 0,5 m
Mr P 40 g/mol 500 g
W 10 g
n1 = x = 0,25 mol
Mr 40 g/mol
W 50 0 g
n1 = x =
Mr 18 g /mol
n1 0,25 mol
XNaOH =
n 1+ n 2
= 0,25 mol+27,78 mol
= 0,01

2. V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 0,2 = 100 . 0,1
10
V1 = = 500 ml
0,2

massa jenis x %massa x 10 1,84 kg /L x 95 x 10


3. M = = = 17,83 M
Mr 98 g/mol

4. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan,


sehingga kalor dari sistem berkurang. Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap
kalor dari lingkungan ke sistem, sehingga kalor dari sistem bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Eko, R. (2014). Perhitungan Kimia dan Pembuatan Larutan. Diakses pada 30 November
2021, dari https://www.scribd.com/doc/224794657/LAPORAN-PRAKTIKUM-KIMIA-
PERHITUNGAN-KIMIA-DAN-PEMBUATAN-LARUTAN

Aditya, R. (2015). Pembuatan Larutan. Diakses pada 29 November 2021, dari


https://www.scribd.com/document/254854785/Pembuatan-Larutan

Syahida, A. (2015). Laporan Praktikum Pembuatan Larutan. Diakses pada 29 November


2021, dari https://www.scribd.com/document/286949897/Laporan-Praktikum-
Pembuatan-Larutan

Anda mungkin juga menyukai