Anda di halaman 1dari 4

LK 1.

3 Penentuan Penyebab Masalah

Hasil eksplorasi penyebab


No. Akar penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah
1 Sarana dan Prasarana yang 1. Tidak Tersedianya Perpustakaan Digital Sebagai Setelah melakukan analisis, yang menjadi akar penebab
dimiliki Sekolah/Madrasah Referensi Digital Peserta Didik. masalah adalah :
kurang memadai. 1. Tidak tersedianya buku buku mata pelajaran
Kajian Literatur :
penunjang kurikulum sebagai referensi peserta
Zainal A. Hasibuan (2005) didik.
Buku mata pelajaran penunjang kurikulum sangat
Digital Library atau sistem perpustakaan digital merupakan
dibutuhkan oleh peserta didik dalam kegiatan
konsep menggunakan internet dan teknologi informasi
pembelajaran. Ketika buku mata pelajaran penunjang
dalam menajemen perpustakaan.
kurikulum sulit untuk didapatkan oleh peserta didik
Ismail Fahmi (2004) sebagai sumber belajar maka proses pembelajaran akan
Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang terdiri dari terganggu dan hal ini akan menyebabkan motivasi dan
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),  prestasi belajar peserta didik menurun. Selain itu referensi
kolekasi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, buku mata pelajaran penunjang kurikulum juga mampu
mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan
memperkaya khasanah literatur dan referensi sehingga
berdampak pada wawasan peserta didik yang luas. Tidak
berbagai jenis teknologi informasi.
tersedianya toko buku yang lengkap di daerah kami juga
(Chowdhury, 2004:5-6) menjadi penyebab utama sulitnya mendapatkan buku
Perpustakaan digital adalah layanan informasi di mana mata pelajaran penunjang kurikulum sehingga peserta
semua sumber daya tersedia dalam bentuk yang dapat didik memiliki akses yang terbatas terhadap informasi
diproses komputer dan fungsi akuisisi, penyimpanan, yang di butuhkan.
pelestarian, pengambilan, akses, dan tampilan dilakukan
melalui penggunaan teknologi digital.

2. Tidak tersediannya buku buku mata pelajaran


pendukung Kurikulum sebagai referensi Peserta Didik.

Prayitno dan Erman Amti (2004 : 271)


Buku- buku panduan (seperti buku panduan sekolah
atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi para
karywan)
dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak
informasi yang berguna.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti(1992:5)


Mengemukakan Buku teks adalah media pembelajaran yang
umumnya digunakan di sekolah-sekolah pada saat ini, yang
menggunakan urutan kegiatan pembelajaran, uraian,
contoh dan latihan.

Nana Sudjana (1995:170)


Pemanfaatan buku teks sebagai media pembelajaran sangat
penting. Siswa dapat menggunakan buku teks sebagai
sumber ilmu, oleh karenanya membaca buku teks adalah
keharusan bagi siswa. Dengan membaca buku teks siswa
menjadi lebih kaya informasi dalam memahami materi
pembelajaran yang diberikan guru.
2 Peserta Didik tidak menguasai 1. Sekolah/Madrasah belum mengembangkan program
Literasi Informasi ( Membaca budaya Literasi dan Numerasi di kalangan Peserta Didik,
dan Menulis), Literasi Sehingga hal ini mengakibatkan Peserta Didik memiliki
Matematika dan Sains serta tingkat penguasaan Literasi dan Numerasi yang rendah.
Literasi Digital.
Kajian Literatur :
(Abidin, Mulyani, & Yunansah, 2017).
Pengertian gerakan literasi sekolah yaitu Gerakan sosial
secara kolaboratif yang didukung oleh berbagai elemen
pendidikan.
Anisa (2017)
Implementasi gerakan literasi sekolah harus difokuskan
pada tahap pembiasaan dan memperhatikan beberapa
faktor seperti aspek sarana dan prasarana, faktor internal
peserta didik, guru dan evaluasi program.

(Suwono, Rizkita, & Susilo, 2017).


Hasil terbaru yaitu PISA 2012 menunjukkan rata-rata literasi
sains siswa sebesar 382 dengan rata-rata sebesar 501 dan
berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta.
(Islam, Nahadi, Permanasari, 2015).
Sementara tahun 2009 hasil survei PISA menunjukkan rata-
rata literasi sains siswa Indonesia sebesar 383 dengan
ratarata sebesar 501 dan berada pada rangking 59 dari 65
negara peserta. Hasil ini menunjukkan bahwa peringkat
literasi sains siswa Indonesia menurun.

(Labudasari & Rochmah, 2019)


Budaya literasi dapat diwujudkan melalui penerapan
gerakan literasi sekolah (GLS). GLS dapat dilaksanakan
dengan mengintegrasikan kegiatan kourikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler di sekolah.

2. Rendahnya literasi Matematika dan Sains serta Literasi


Digital Peserta Didik untuk mengembangkan kapasitas
individu dan menemukan solusi atau memecahkan
masalah di kehidupan sehari hari.

Kajian Literatur :
Munir (2015:13)
mengemukakan bahwa keadaan menunjukkan belum
mampu mendayagunakan potensi ICT (Information and
Communication Technology) secara baik, dan oleh karena
itu Indonesia terancam digital divide (kesenjangan digital)
yang semakin tertinggal terhadap negara negara maju.

(Awofala and Blessing 2014).


Literasi matematika dapat membantu seseorang untuk
memahami peran atau manfaat matematika dalam
kehidupan sehari-hari, serta menggunakannya untuk
membuat keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga
negara yang membangun, peduli, dan berpikir.
3 1.
2.
3.
dst
4
5
6
7

Abdul Hakim Sudarnoto, Perpustakaan dan Pendidikan Pemetaan Peran Serta Perpustakaan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Jakarta, 2007), h. 3.

Darmono, Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, (Jakarta: PT.Grasindo, 2007), Cet 1, h. 1.

Ibrahim Bafadal, Pengolahan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet V, h. 189.

Solihin, Lukman. "DARURAT LITERASI MEMBACA DI KELAS AWAL." Masyarakat Indonesia 46.1 (2020): 34-48.

Anda mungkin juga menyukai