Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN DEMAM THYPOID


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

DISUSUN OLEH :

1. ABDUL AZIZ 10. ARIF BILLAH


2. ADHULIL JANATI 11. BINTANG PRAMULIASYAH
3. AISYATAR ROHMAH 12. CHINTIA MARETA
4. ALAWIYAH 13. DEA ANANDA SAPUTRI
5. ALDI ARIANTO 14. DESI UTAMI PULUNGAN
6. ANDHIKA PUTRA 15. DIARTI
7. ANGGA FARISKI 16. DINDA PUTRI PERMATA S
8. ANISA MARDILIYAH 17. DIO ERSADA
9. APRILIA PUTRI 18. DWI MARETA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA
PALEMBANG TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

TANGGAL

OLEH :

_________________________

Mengetahui, Palembang,………..2022

Preseptor Akademi Preseptor Klinik

______________ ______________
Leny Joice S.Kep., Ns.,M.Biomed Sri Ramayanty, Am.Kep. SKM
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
seminar ini, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktik klinik
keperawatan anak yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Bari Kota
Palembang.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah seminar ini, baik isi maupun cara penulisannya. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempuraan dimasa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan makalah seminar ini penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis juga mengungkapkan
banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu dr. Hj. MAKIANI, S.H.,M.M.,MARS Selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari
2. Bapak Kapten CKM ARIS TEGUH HIDAYAT S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Direktur
Akademi Keperawatan Kesdam II/Sriwijaya
3. Bapak Ns.ISMARDI, S.Kep Selaku Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang Bari
4. Bapak M.YAMIN, SKM., M.Kes Selaku Pudir I Akademi Keperawatan Kesdam
II/Sriwijaya
5. Ibu SUSANTI, SST.,M.Kes Selaku Pudir II Akademi Keperawatan Kesdam
II/Sriwijaya
6. Ibu SRI RAMAYANTY, Am.Kep. SKM Selaku Kepala Ruangan Anak Sekaligus
Pembimbing Lahan Praktik Di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
7. Ibu Leny Joice S.Kep., Ns.,M.Biomed Selaku Dosen Pembimbing Di Akademi
Keperawatan Kesdam II/Sriwijaya
8. Seluruh staf akper kesdam II/Sriwijaya yang telah membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah seminar ini.
Palembang, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1. Latar Bekalang............................................................................................1

2. Tujuan.........................................................................................................2

3. Tempat dan waktu......................................................................................2

4. Manfaat Penulisan......................................................................................2

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT BARI..................................................................4

BAB III TINJAUAN TEORI..................................................................................11

A. Konsep teori..............................................................................................11

1. Definisi...................................................................................................11

2. Anatomi Fisiologi...................................................................................11

3. Etiologi...................................................................................................14

4. Manifestasi Klinis...................................................................................14

5. Patofisiologi...........................................................................................16

6. Komplikasi.............................................................................................17

7. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................17

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan..........................................19

B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................20

1. Pengkajian.............................................................................................20

2. Pemeriksaan fisik..................................................................................21

3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................21

4. Intervensi Keperawatan.........................................................................24
iii
5. Implementasi.........................................................................................30

6. Evaluasi.................................................................................................30

BAB IV TINJAUAN KASUS................................................................................31

I. PENGKAJIAN...........................................................................................31

II. RIWAYAT KESEHATAN...........................................................................32

FORMAT ANALISA DATA...............................................................................50

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN..........................................54

FORMAT IMPLEMENTENSI ASUHAN KEPERAWATAN.................................58

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Bekalang
Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B,
salmonella typhi C. Penyakit ini mem

punyai tanda – tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang


berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan
erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit
ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia. (Widodo Djoko,
2019)

Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak


menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tidak
terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk
memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengendalkan
hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal
itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi
pola hidup beresiko. Artinya para pengambil kebijakan harus
mempertimbangkan untuk mengalokasi dana kesehatan yang lebih
menekankan pada segi preventif dari pada kuratif. ( Muttaqin Arif, 2018)

Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam


kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan
sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat
umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk
hidup sehat. Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah kasus di
rumah sakit besar di Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. ( Sudoyo, 2018)

1
2. Tujuan
a) Tujuan umum
Memperoleh gambaran atau pengalaman dalam memberikan
asuhan keperawatan anak dengan demam typhoid di ruang anak
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.

b) Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian, analisa data dan perumusan
diagnosa pada pasien anak dengan demam thypoid
2. Mampu menetapkan rencana asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan demam thypoid
3. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien anak
dengan demam thypoid
4. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak
dengan demam thypoid
5. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan demam thypoid

3. Tempat dan waktu


Penerapan asuhan keperawatan dengan kasus demam thypoid
pada pasien An.H dilaksanakan diruang zal anak Rumah Sakit Umum
Daerah Bari Kota Palembang, dimulai pada tanggal 9 Agustus sampai
dengan tanggal 12 agustus 2022.

4. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit.
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan khususnya bagi pasien dengan demam typhoid.
2. Bagi Perawat
Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
penderita demam typhoid dengan baik.
3. Bagi Instansi Akademik.
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang
akan datang.
2
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mendapatkan gambaran tentang
penyakit demam typhoid dan cara perawatan demam typhoid
dengan benar.
5. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit demam
typhoid dan cara perawatan pasien dengan demam typhoid.

3
BAB II

PROFIL RUMAH SAKIT BARI

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palembang BARI terletak sekitar 800
meter dari jalan utama arah Kertapati dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 Ha
yakni di Jalan Panca No.1 Kelurahan 5 ULu Kecamatan Seberang Ulu 1.
Awalnya merupakan Puskesmas Panca Usaha sejak tahun 1986 hingga 1997.
Melalui SK Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 ditetapkan menjadi Rumah
Sakit Umum Daerah kelas C pada tangga 10 november 1997. RSUD Palembang
BARI terus mengalami kemajuan hingga memperoleh status akreditasi penuh
tingkat dasar pada tangga 7 November 2003 berdasarkan Kepmenkes RI Nomor:
HK/00/06.2.2.4646.lalu ditahun 2004 dirancang sebuah master plan RSUD

Palembang BARI oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Setelah ditahun 2001 dibuat jalan alternative dari arah Jakabaring melalui
jalan poros Jakabaring. Pembangunan gedung dimulai pada tahun 2005 yakni
gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan dilanjutkan gedung Bank Darh di tahu
2006. Ditahun 2007 pembangunan dilanjutkan dengan gedung lainnya seperti
gedung Administrasi, gedung Pendaftaran, gedung Rekam Medik, gedung

4
Farmasi, gedung Laboratorium, gedung Radiologi, gedung Perawatan VIP, dan
kantin. Sementara ditahun 2008, pembangunan gedung yang dilaksanakan
meliputi gedung Poliklinik (3 lantai), gedung Instalasi Gawat Darurat, gedung
Instalasi Gizi (dapur), gedung laundry, gedung VVIP, gedung CSSD, gedung ICU
gedung genset dan IPAL.
Pada Februari 2008, RSUD Palembang BARI berhasil memperoleh status
akreditasi penuh tingkat lanjut berdasarkan Kepmenkes RI Nomor:
YM.0I.10/III/334/08. Ditahun yang sama ditetapkan pula sebagai BLUD-SKPD
RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota Palembang No.9I5.b
tahun 2008 penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menerapkan Pola pengelolaan Keuangan Badan Layanan Usaha Daerah (PPK-
BLUD) secara penuh.
Ditahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe B
berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/W/2009 tentang peningkatan
kelas RSUD Palembang BARI milik Pemerintah Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan tanggal 2 April 2009. Adapun pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2009 meliputi : gedung Kebidanan, gedung Neonatus,
gedung Rehabilitas Medik serta gedung Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan
gedung yang berlangsung ditahun 2010-2011 meliputi Perawatan Kelas
I,II,III,Kamar Jenazah, gedung ICCU, gedung PICU, Workshop dan Mushola.
Saat ini status akreditasi yang telah berhasil diperoleh oleh RSUD
Palembang BARI yang dilakukan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Nomor: KARS-SERT/297/I/2019 adalah lululs tingkat paripurna SNARS Edisi I
dengan 5 (lima) layanan unggulan yakni gastro-entero-hepatologi bedah digestif,
pediatric intensive carre unit (PICU), bedah ortopedi-traumatologi, medical Check
Up (MICU) dan rehabilitasi medic. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan
COVID-19 di Sumatera Selatan, RSUD Palembang BARI telah melayani pasien
COVID-19 sejak 8 April 2020 hingga sekarang.

5
1. Visi,Misi,dan Motto
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit yang Unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
2. Meningkatkan mutu manajemensumber daya kesehatan.
3. Menjadi RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia
Motto
Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagian Kami.
2. Fasilitas Pelayanan
a. Janji Layanan RSUD Palembang BARI
Janji Layanan RSUD Palembang BARI yaitu sebgai berikut:
1. Unit Gawat Darurat
Dalam waktu kurang dari 5 menit, anda sudah mulai kami layani
2. Unit Pendaftaran
Sejak pasien dating sampai dengan dilayani diloket pendaftaran tidak lebih
dari 10 menit.
3. Unit Rawat Jalan
Pasien sudah dijalani paling lambat 30 menit setelah mendaftar diloket
pendaftaran.
1. Unit Laboratorium
Pemeriksaan cito dan sederhana, hasil jadi ≤ 3 jam
2. Unit Radiologi
Pelyanan photo sederhana dilaksanakan ≤ 3 jam
3. Unit Farmasi
 Obat jadi diserahkan maksimal 30 menit sejak resep diterima
 Obat racikan diserahkan makasimal 60 menit sejak resep diterima
a. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan Rawat Jalan terdiri dari:

6
Lantai 1:

1) Poliklinik geriatric
2) Poliklinik syaraf
3) Poliklinik penyakit dalam
4) Poliklinik gastroenterohepatologi
5) Poliklinik sub imunologirespiratori
6) Poliklinik sub kardiovaskuler
7) Poliklinik anak
8) Poliklinik tumbuh kembang terpadu
9) Poliklinik obgyn
10) Poliklinik KB dan kesehatan reproduksi
11) Poliklinik bedah
12) Poliklinik sub ortopedi
13) Poliklinik sub bedah thorax
14) Poliklinik bedah digestif
15) Poliklinik bedah plastic
16) Poliklinik TB dots
17) Poliklinik anestesi
18) Poliklinik konsul gizi

Lantai 2

1) Poliklinik gigi
2) PoliklinikTHT
3) Poliklinik mata
4) Poliklinik psikologi
5) Poliklinik jiwa
6) Poliklinik kulit dan kelamin
7) Poliklinik senam hamil

Lantai 3:

1) MCU
2) EEG

7
3) Endoskopi
b. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan Gawat Darurat terdiri dari:
1) Dokter dan perawat jaga 24 jam
2) Ambulance 24 jam
c. Pelyanan Rawat Inap dan Intensif Care
Instalasi Rawat Inap terdiri dari:
1) Rawat Inap Anak Kelas I dan II
2) Rawat Inap Anak Kelas III
3) Rawat Inap PDL Laki-laki
4) Rawat Inap PDL Perempuan
5) Rawat Inap TB Paru
6) Rawat Inap Bedah
7) Rawat Inap Kebidanan
8) Rawat Inap Neonatus
9) Rawat Inap Kelas I dan II
10) Rawat Inap VIP dan VVIP
11) Rawat Inap Isolasi Covid 19

Instalasi Intensif Care terdiri dari:

1) ICU
2) ICCU
3) PICU
4) NICU
5) ICU Covid 19

d. Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Pelayanan Penunjang Medis
1. Laboratorium
2. Bank Darah
3. Radiologi
4. Farmasi

8
5. Gizi
6. CSSD
7. Rekam Medis
8. Rehab Medik
9. Kamar Jenazah
10. Hemodialisa
2) Pelayanan Penunjang Non Medis
1. IPS-RS
2. IPL-RS
3. Laundry

9
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Konsep teori
1. Definisi
Demam typhoid merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Salmonella enterica khususnya turunan Salmonella typhi.
Salmonella typhi yang dibawa oleh manusia yang terinfeksi di dalam saluran
darah dan saluran pencernaan yang menyebar ke orang lain melalui
makanan dan air minum yang terkontaminasi dengan kotoran yang terinfeksi.
Gejalanya berupa demam berangsur naik, terutama sore dan malam hari.
(Yuniawati, 2020).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu.
(Sitti, Fitriani, 2020).
Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
infeksi bakteri salmonella typhi. Demam thypoid dapat diberikan terapi
farmako ataupun non farmako yang bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan sekaligus untuk mencegah penyebaran penyakit. (Rahmasari,
2018)

2. Anatomi Fisiologi

11
Sistem pencernaan memiliki beberapa organ dan setiap organ memiliki
Peran dalam mencegah makanan dan mengelolah sisa-sisa makanan
tersebut Saluran pencernaan membentuk saru tabung paniang dan terus
melalui tubuh, berawal dari mulut dan berakhir di anus. (ena, 2018)
a. Mulut
Mulut merupakan Suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan Padat dan Cairan Serta menjadi "gerbang masuk” bagi sistem
Pencernaan, kerja sistem pencernaan Sebenarnya sudah dimulai sejak
dari mulut, Sewaktu makanan dikunyah. Di dalam mutut makanan
dipotong potong oleh gigi depan (Ineivius) dan dikunyah oleh gigi
belakang (molar/geraham) menjadi bagian bagian kecil agar lebih
mudah dicerna air liur enzim di dalam air liur disebut amilase berfungsi
memecah karbohidrat tertentu menjadi bentuk lebih Sederhana.

b. Tenggorokan (faring)
Tenggorokan merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Kerongkongan memilik rongga persimpangan antara
Jalan napas dan jalan makanan. letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Didalam lengkung Faring
(Amandel) yaitu limpe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi.

c. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus adalah otot berbentuk tabung yang berada di dalam
kerongkongan bagian belakang, faring dan esofagus bertemu pada
ruas ke 6 tulang belakang. Setelah dikunyah dan ditelan, makanan
esofagus dan didorong menuju lambung oleh gerak Peristaltik.

d. Lambung
Setelah makanan masuk kedalam perut, Proses pencernaan terus
berlanjut di dalam lambung lambung adalah otot berongga berukuran
besar dan terdiri dari 3 bagian yaitu, kardia, Fundus, dan antrum.

12
Makanan Masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk Cincin (Sfingter) yang menghalang masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.

e. Usus halus
Usus halus / Usus kecil adalah bagian dari Saluran pencernaan
yang terletak diantara lambung dan usus besar. Usus halus berbentuk
tabung paniang dimana Sebagian besar Vitamin dan nutrisi diserap dari
makanan ke dalam aliran darah. Dinding halus dipenuhi Pembuluh
darah yang bertugas mengangkut zat-zat untuk diserap ke hati melalui
veaporta. (syaifudin, 2018)

f. Usus besar
Usus besar/kolon adalah bagian usus yang terletak diantara Usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
Feses (tinja). Setelah bergerak melalui Usus kecil / makanan kemudian
sebagian dicerna dan sebagian didalam bentuk (air didorong melewati
sfingter. disebut katup ileosekal agar mamasuki usus besar. Di dalam
usus besar sebaran besar diserap dan bahan limbah. Pada Feses/tinja
mencapai ujung usus besar, berbentuknya sudah menjadi lebih padat.

g. Usus buntu
Usus buntu/ Cecum adalah suatu kantung yang terhubung pada
usus ileum serta menjadi bagian kolon yang menanjak dari usus besar
organ ini umumnya ditemukan pada mamalia, burung dan beberapa
Jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki serum yang besar,
sedangkan karnivora ekskulsif memiliki sekum yang kecil yang
sebagian / Seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

h. Rektum
Bagian akhir usus besar disebut rektum yakni semacam "waduk"
yang menampung tinja sebelum bisa keluar dari tubuh. Rektum

13
berbentuk Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.

i. Anus
Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Anus memiliki dua otot sfingter yang berfungsi
menahan tinja di dalam tubuh sampai tiba saatnya keluar.

3. Etiologi
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) penyakit typhoid disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella thposa / Eberthela thyposa yang merupakan kuman
negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu
tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu
70°C dan antiseptik.

Salmonella thyphosa mempunyai 3 macam antigen yaitu :

a. Antigen O Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak menyebar)


b. Antigen H Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
c. Antigen V: kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terdapat fagositosis
Salmonella parathyphi terdiri 3 jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua sumber
penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien
dengan carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dengan demam typoid dan
masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun.

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam typhoid menurut (Wulandari dan Erawati 2016) yang
terjadi ialah pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat
adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika infeksi
melalui minuman masa tunas terlama berlangsung 30 hari Selama masa
inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan yang tidak

14
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, yang
kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut.

a. Demam

Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu, sifat


febris remitten dan suhu seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada
akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah


tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang diseratai
tremor. anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen
kembung hepatomegali, dan spenomegali, kadang normal, dapat terjadi
diare.

c. Gangguan keasadaran

Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi


supor, koma atau gelisah. (Ardiansyah, 2012). Masa tunas typhoid adalah
sekitar 10-14 hari dengan rincian sebagai berikut :

1) Minggu ke 1

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
kepala, anoreksia, dan mual batuk, epistaksis, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak diperut.

2) Minggu ke 2

Pada minggu ke 2 gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,


lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.

15
5. Patofisiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi, Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basil gram negatif
anaerob fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk kedalam mbuh melalui oral
bersama dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sebagian
bakteri akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian
bakteri Salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di
ileum dan jejunum untuk berkembang biak. Bila sistem imun humoral mukosa
(IgA) tidak lagi baik dalam merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam
sel epitel usus halus (terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia
bakteri akan difagositosis oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat
berkembang biak didalam makrofag dan masuk ke sirkulasi darah (bakterimia)

I). Bakterinia I dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi selama 7-
14 hari Bakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama
plak payer. Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan
translokasi ke dalam folikel limfoid intestin dan aliran limfe mesenterika dan
beberapa bakteri melewati sistem retikuloendotelial di hati dan limpa. Pada
fase ini bakteri juga melewati organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri
meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biak di sinusoid hati.
Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke sirkulasi darah untuk kedua kalinya
(bakterimia

II). Saat bakteremia II. makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri, maka terjadi pelepasan mediator inflamasi salah
satunya adalah sitokin. Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan munculnya
demam, malaise, myalgia, sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak payer dapat
mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan dapat terus berlanjut
hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat timbul ulserasi
yang pada akhirnya dapat terbentuk ulkus diminggu ketiga. Terbentuknya
ulkus mi dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan
salah satu komplikasi yang cukup berbahaya dari demam typhoid (Levam dan
Prastya 2020).

16
6. Komplikasi
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) komplikasi demam typhoid dapat
dibagi dalam dua bagian, yaitu:

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus: diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan


benzidin. Dapat terjadi melena,disertai nyeri perut dengan tanda
renjatan.

2) Perforasi usus: biasa terjadi pada minggu ke III bagian distal


ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada
udara di hati dan diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak.

3) Perionitis: gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat,


dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan.

b. Komplikasi ekstraintestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer


(renjatan,sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis,

2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trompositopenia, atau


koagulasi intravaskuler diseminata dan sindrom uremia himolitik.

3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan


arthritis.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi:

a. Pemeriksaan Rutin

17
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan
leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat
terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula
ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis
leukosit demam typhoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali
meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan
SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

b. Kultur Darah

Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan


tetapi hasil negative tidak menginginkan demam typhoid, karena
mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Telah mendapat terapi antibiotik.


2) Volume darah yang timbul kurang.
3) Riwayat vaksinasi.
c. Uji Widal.

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman


salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman salmonella typhi dengan antibody disebut aglutinin.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid yaitu:

1) Aglutinin O (dari tubuh kuman).


2) Aglutinin H (flagellu kuman).
3) Aglunnin Vi (sampai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan II yang
digunakan. Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :

1) Pengobatan dini dengan antibiotik.


2) Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid.
3) Waktu pengambilan darah.
4) Darah endemik atau non endemik.
18
5) Riwayat vaksinasi.
6) Reaksi anamnestik.
7) Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin
silang dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi
antigen.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Penatalaksanaan Demam Typhoid Penatalaksanaan penyakit typhoid
menurut (Wulandari dan Erawati, 2016) dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Istirahat dan perawatan Tirah baring dan perawatan profesional


bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan
sepenuhnya di tempat seperti makanan, minuman, mandi, buang air
kecil dan besar akan mempercepat masa penyembuhan dalam
perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan
perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk
mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta hygiene
perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

b. Diet dan terapi penunjang Diet merupakan hal yang cukup penting
dalam proses penyembuhan penyakit dalam typhoid, karena makanan
yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan penyakit dalam typhoid
diberi bubur saring. kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan
akhirnya diberi nasi, perubahan diet tersebut disesuaikan dengan
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut
ditujukan untuk menghindari komplikasi pendarahan saluran cerna
atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat bahwa usus
harus diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukan bahwa pemberian
makanan padat dini yaitu nasi demgan lauk pauk rendah selulosa
(menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan
dengan aman pada penderita demam typhoid.

c. Pemberian antibiotik

1) Antimikroba

19
a. Klroramfenikol 4 X500 mg sehari/IV
b. Tiamfenikol 4 X500 mg sehari oral
c. Kotrimoksazol 2 X2 tablet sehari oral (1 tablet-sulfa metoksazol
400 mg + trimetropin 80 mg atau dosis yang sama IV.
dilarutkan dalam 250 ml cairan infus).
d. Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV, dibagi
dalam 3 atau 4 dosis
e. Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
demam.
2) Antipicritik seperlunya.

3) Vitamin B kompleks dan vitamin C.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar
dapat mengidentifikasi mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
( Dermawan, 2012).
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang identitas pasien meliputi
nama pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis
kelamin, agama, dan penanggung jawab pasien.
b. Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin
turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi, psikososial,

20
psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan nutrisi anak.

d. Riwayat penyakit dahulu


Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit
sekarang. Perawat harus mengkaji apakah gejala yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini tengah diderita oleh
pasien.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi
dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.

2. Pemeriksaan fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe
yang meliputi : keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstermitas dan genito-urinaria.
1) Sistem kardiovaskuler.
2) Sistem pernapasan.
3) Sistem pencernaan.
4) Sistem genitourinus
5) Sistem saraf
6) Sistem lokomotor/musculoskeletal
7) Sistem endokrin
8) Sistem integument

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 diagnosis keperawatan
merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

21
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien anak
dengan demam typoid adalah sebagai berikut:

No. Diagnosa Penyebab Gejala Tanda


Keperawatan Mayor dan Minor

1. Hipertermia : 1. Dehidrasi Gejala dan Tanda


Suhu tubuh 2. Terpapar lingkungan Mayor
meningkat di panas
Subjektif
atas rentang 3. Proses penyakit (mis.
normal tubuh infeksi, kanker)
(tidak tersedia)
4. Ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu Objektif
lingkungan
Suhu tubuh diatas
5. Peningkatan laju
nilai normal
metabolisme
6. Respon trauma
Gejala dan Tanda
7. Aktivitas berlebihan
Minor
8. Penggunaan inkubator
Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Kulit merah
2. Kejang

3. Takikardi

4. Takipnea

5. Kulit terasa
hangat

22
2. Intoleransi 1. Ketidakseimbangan a) Subjektif :
aktivitas : antara suplai dan 1)Mayor :
Ketidakcukupan kebutuhan oksigen mengeluh lelah
energi untuk 2. Tirah baring 2) Minor : dispnea
melakukan 3. Kelemahan saat/setelah
aktivitas sehari 4. Imobilitas aktivitas, merasa
hari 5. Gaya hidup monoton tidak nyaman
setelah
beraktivitas,
merasa lemah.
b) Objektif
1)Mayor : frekuensi
jantung meningkat
>20% dari kondisi
istirahat
2) Minor : tekanan
darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat, gambaran
EKG menunjukkan
aritmia
saat/setelah
aktivitas,
gambaran EKG
menunjukkan
iskemia, sianosis.

23
3. Risiko deficit Faktor Risiko : -
nutrisi : Beresiko 1. Ketidakmampuan
mengalami menelan makanan
asupan nutrisi 2. Ketidakmampuan
tidak cukup mencerna makanan
untuk memenuhi 3. Ketidakmampuan
kebutuhan mengabsorbsi nutrien
metabolisme. 4. Peningkatan
kebutuhan
metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis.
finansial tidak
mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis.
stres, keenganan
untuk makan)
 

4. Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Intervensi keperawatan
adalah segala treatmen yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencari luaran (outcome)
yang diharapkan

No. Diagnosa Luaran Intervensi


24
Keperawatan

1. Hipertermia Setelah dilakukan MANAJEMEN


intervensi keperawatan HIPERTERMIA
selama …x24 jam Observasi
diharapkan 1. Identifkasi penyebab
Termoregulasi hipertermi (mis.
membaik dengan dehidrasi terpapar
kriteria hasil : lingkungan panas
penggunaan
1. Menggigil menurun
incubator)
2. kulit merah menurun
2. Monitor suhu tubuh
3. kejang menurun
4. akrosianosis menurun 3. Monitor kadar

5. Konsumsi oksigen elektrolit

menurun 4. Monitor haluaran urine


6. piloereksi menurun
7. Vasokontraksi Perifer Terapeutik
menurun
1. Sediakan lingkungan
8. Kutis memorata
yang dingin
menurun
2. Longgarkan atau
9. Pucat menurun
lepaskan pakaian
10. Takikardi menurun 3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
11. Takipnea Menurun
4. Berikan cairan oral
12. Bradikardi 5. Ganti linen setiap hari
Menurun atau lebih sering jika
mengalami
13. Dasar kuku
hiperhidrosis (keringat
sianolik menurun
berlebih)
14. Hipoksia menurun 6. Lakukan pendinginan
15. Suhu tubuh eksternal (mis. selimut

membaik hipotermia atau


kompres dingin pada
25
16. Suhu kulit dahi, leher, dada,
membaik abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian
17. kadar glukosa
antipiretik atau aspirin
darah membaik
8. Batasi oksigen, jika
18. pengisian kapiler perlu
membaik
Edukasi
19. Ventilasi membaik

darah 1. Anjurkan tirah baring


20. Tekanan
membaik Kolaborasi

1. Kolaborasi cairan dan


elektrolit intravena,
jika perlu

2. Intoleransi Setelah dilakukan MANAJEMEN ENERGI


Aktivitas intervensi
Observasi :
keperawawatan
selama ...x24 jam 1. Identifkasi gangguan
diharapkan toleransi fungsi tubuh yang
aktifitas meningkat mengakibatkan
dengan kriteria hasil : kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik
1. Frekuensi nadi
dan emosional
meningkat
3. Monitor pola dan jam
2. Saturasi oksigen
tidur
meningkat
4. Monitor lokasi dan
3. kemudahan dalam
ketidaknyamanan
melakukan
selama melakukan
aktivitas sehari
aktivitas
hari meningkat

Terapeutik :
4. kecepatan

26
berjalan 1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
5. jarak berjalan stimulus (mis. cahaya,
meningkat suara, kunjungan)
6. kekuatan tubuh 2. Lakukan rentang
bagian atas gerak pasif dan/atau
meningkat aktif
7. kekuatan tubuh 3. Berikan aktivitas
bagian bawah distraksi yang
meningkat menyenangkan
8. toleransi dalam 4. Fasilitas duduk di sisi
menaiki tangga tempat tidur, jika tidak
meningkat dapat berpindah atau
9. keluhan Lelah berjalan
menurun Edukasi :
10. dispnea saat
1. Anjurkan tirah baring
aktivitas menurun
2. Anjurkan melakukan
11. Dispnea setelah
aktivitas secara
aktivitas menurun
bertahap
12. Perasaan lemah
3. Anjurkan
menurun
menghubungi perawat
13. aritmia saat
jika tanda dan gejala
aktivitas menurun
kelelahan tidak
14. Aritmia setelah
berkurang
aktivitas menurun
4. Ajarkan strategi
15. sianosis menurun
koping untuk
16. Warna kulit mengurangi kelelahan
membaik
17. Tekanan darah Kolaborasi :
membaik
1. Kolaborasi dengan
18. Frekuensi napas
ahli gizi tentang cara
membaik
meningkatkan asupan
27
19. EKG iskemia makanan
membaik

3. Risiko deficit Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI


nutrisi intervensi keperawatan
Observasi :
selama ….x24 jam
diharapkan Status 1. Identifikasi status
nutrisi membaik nutrisi
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
1. Porsi makanan
3. Identifikasi makanan
yang dihabiskan
yang disukai
meningkat
2. Kekuatan otot
4. Identifikasi kebutuhan

mengunyah kalori dan jenis

meningkat nutrient

3. Kekuatan otot 5. Identifikasi perlunya

menelan serum penggunaan selang

albumin meningkat nasogastrik

4. Verbalisasi 6. Monitor asupan

keinginan untuk makanan

meningkatkan 7. Monitor berat badan


nutrisi meningkat 8. Monitor hasil
5. Pengetahuan pemeriksaan
tentang pilihan laboratorium
makanan yang
sehat meningkat Terapeutik
6. Pengetahuan
1. Lakukan oral hygiene
tentang pilihan
sebelum makan, jika
minuman yang
perlu
sehat meningkat
2. Fasilitasi menentukan
7. Pengetahuan
pedoman diet (mis.
tentang standar

28
asupan nutrisi Piramida makanan)
yang tepat 3. Sajikan makanan
meningkat secara menarik dan
8. Penyiapan dari suhu yang sesuai
penyampaian 4. Berikan makan tinggi
makanan yang serat untuk mencegah
aman meningkat konstipasi
9. Penyiapan dan 5. Berikan makanan
penyimpanan tinggi kalori dan tinggi
minuman yang protein
aman meningkat 6. Berikan suplemen
10. Sikap terhadap makanan, jika perlu
makanan/minuma 7. Hentikan pemberian
n sesuai dengan makan melalui selang
tujuan Kesehatan nasigastrik jika
meingkat asupan oral dapat
11. Perasaan cepat ditoleransi
kenyang menurun
12. Nyeri abdomen Edukasi
menurun
13. Sariawan menurun 1. Anjurkan posisi

14. Rambut Rontok duduk, jika mampu

menurun 2. Ajarkan diet yang


15. Diare menurun diprogramkan
16. Berat badan Kolaborasi
membaik
1. Kolaborasi pemberian
17. indeks massa
medikasi sebelum
tubuh (IMT)
makan (mis. Pereda
membaik
nyeri, antiemetik), jika
18. Frekuensi makan
perlu
membaik
19. Nafsu makan 2. Kolaborasi dengan
membaik ahli gizi untuk

29
20. Bising usus menentukan jumlah
membaik kalori dan jenis
21. Tebal lipatan kulit nutrient yang
trisep membaik dibutuhkan, jika perlu
22.membrane mukosa
membaik

5. Implementasi
Menurut tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018 Tindakan keperawatan
adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementsikan intervensi keperawatan.

6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.

Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah


asuhan keperawatan yang dilakukan kepasien berhasil mengatasi
masalah pasien ataukah asuhan yang sudah dibuat akan terus
berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai
benar-benar masalah pasien tersebut teratasi (Ernawati,2019 ).

BAB IV
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien

30
1. Nama / Nama Panggilan : An. H

2. Tempat Tgl Lahir/Usia : Palembang, 22 September 2015

3. Jenis Kelamin : Laki laki

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : 1 SD

6. Alamat : Lr.Nepos 2,Rt 17/No.1401 (Plaju )

7. Tanggal Masuk : 8 Agustus 2022 (jam 19.20)

8. Tanggal pengkajian : 9 Agustus 2022

9. Diagnosa Medik : Thypoid Fever

B. Identitas Orang Tua (Penanggung Jawab)

1. AYAH

a. Nama : Tn.S

b. Usia : 40 thn

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Wiraswarta

e. Agama : Islam

f. Alarrmat : Lr.Nepos 2,Rt 17/No.1401 (Plaju)

2. IBU

a. Nama : Ny.M

b. Usia : 40 thn

c. Pendidikan : SMK
31
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e. Agama : Islam

f. Alamat : Lr.Nepos 2,Rt 17/No.1401 (Plaju)

C. Identitas Saudara Kandung

NO. NAMA USIA HUBUNGAN STATUS


KESEHATAN

1. Natasya 21 th Saudara Sehat


kandung

Saudara
2. Dedi 17 th Sehat
kandung

Saudara
3. Zakir 12 th kandung Sehat

4. Hatam 6 th Pasien Sakit

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Keluhan Utama : Demam sejak 7 hari yang lalu

Riwayat Keluhan Utama (P, Q, R, S, T) : Tidak ada keluhan nyeri

Keluhan Pada Saat Pengkajian : Demam 39.10C

Masalah Keperawatan : Thypoid faver

B. Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus Untuk Anak Usia 0 – 5 Tahun )

1. Prenatal care

Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di RS

32
Keluhan Selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh dokter
dianjurkan untuk

a. Riwayat terkena radiasi : Tidak

b. Riwayat berat badan selama hamil : 65 Kg

c. Riwayat imunisasi TT : Lengkap

d. Golongan darah ibu :A Golongan darah Ayah: O

2. Natal

a. Tempat melahirkan : RS

b. Jenis Persalinan : SC

c. Penolong Persalinan : Dokter

d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan : Tidak ada

3. Post Natal

a. Kondisi bayi : Baik APGAR 8/9

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :

Klien mengalami penyakit : Thypoit Pada Umur : 6thn

Diberikan obat oleh : Dokter


 Riwayat kecelakaan : Tidak ada
 Perkembangan anak disbanding saudara saudaranya : Tidak
ada perbedaan

c. Riwayat Kesehatan keluarga

 Genogram

33
Ket : Ppp = Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

= Anak yang sakit

III. RIWAYAT IMUNISASI ( Imunisasi lengkap )

No Jenis Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi Frekuensi


Imunisasi Setelah
Pemberian

1. BCG 1 bulan 1X Rewel 1X

2. DPT 2, 3 dan 4 bulan 3X Bengkak di 3X


(I,II,III) suntikan
dan demam
ringan

3. Polio 1, 2, 3 dan 4 bulan 4X Demam 4X


(I,II,III,IV) ringan dan
rewel

4. Campak 9 bulan 1X Tidak mau 1X


makan

5. Hepatitis < 24 jam, 1 dan 4 3X Kemerahan 3X


bulan dan
bengkak

6. Tambahan - - - -

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

34
A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : 19 Kg
2. PB/TB : 138 cm
3. LK : 50 cm
4. LLA : 17cm
B. Perkembangan (Gunakan KPSP untuk menilai perkembangan anak)
lingkari yang sesuai dengan perkembangan anak

1. Sesuai dengan umur

2. Meragukan

3. Kemungkinan Penyimpangan

V. RIWAYAT NUTRISI

A. Pemberian ASI/PASI

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian : Sudah cukup umur

2. Jumlah pemberian : 8-12X 10-20 menit

3. Cara pemberian : Melalui obat

Pada perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai tahap saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0-6 bulan Asi 6 bulan

6 bulan - 2 tahun Pasi 1 tahun 6 bulan

VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

a. Anak tinggal Bersama : Keluarga /orang tua Di : Rumah Sendiri

35
b. Lingkungan berada di : Plaju

c. Rumah dekat dengan : Lapangan tempat bermain

Kamar klien : sendiri

d. Rumah ada tangga : Tidak ada

e. Hubungan antar anggota keluarga : Anak kandung

f. Pengasuh anak : Tidak ada

VII. RIWAYAT SPIRITUAL

a. Suport system dalam keluarga : Baik

b. Kegiatan keagaaman : Baik

VIII. REAKSI HOSPITALISASI

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

- Ibu membawa anaknya ke RS karena : Demam naik turun 7 hari

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya

- Perasaan orang tua saat ini : Cukup cemas melihat


anaknya sakit

- Orang tua selalu berkunjung ke rs : iya

- Yang akan tinggal dengan anak : ibu

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : Sakit itu tidak enak
apalagi dirawat.

IX. AKTIFITAS SEHARI HARI


A. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Frekuensi 4x1 3x1


1 Porsi dihabiskan
Jumlah ¼ Porsi dihabiskan
Nasi

36
Jenis Baik Bubur
Selera Tidak selera
Masalah keperawatan : Resiko defisit nutrisi

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis minuman Air putih Air putih

2. Frekuensi Minum Tidak terhitung 9-10X / hari

3. Kebutuhan cairan 1700 ml/hari 1,050 ml /hari

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

C. Eliminasi (BAB)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Tempat pembuangan WC WC

2. Frekuensi (waktu) 3x sehari 1x sehari

3. Konsistensi Padat Padat

4. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan

5. Obat pencahar Tidak Tidak

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur

- Siang Tidak tidur 30-50 menit

- Malam 8 jam 8-9 jam

37
2. Pola tidur Baik Baik

3. Kebiasaan sebelum Nonton tv Main hp


tidur

4. Kesulitan tidur
Tidak ada Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

E. Aktifitas Bermain

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Jenis Main bola Main hp

2. Lama Setengah hari Saat bosen saja

X. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Composmentis

2. Kesadaran :15 (E4 V5 M6)

3. Tanda – Tanda vital

 Tekanan darah :-
 Denyut nadi : 103 x / menit
 Suhu : 39,1 C
 Pernapasan : 23 x/menit

4. Berat Badan : 19 Kg

5. Tinggi Badan : 138 cm

6. Kepala
38
Inspeksi : Bersih

Keadaan rambut & hygiene Kepala

a. Warna rambut : Hitam

b. Penyebaran :-

c. Mudah rontok : Tidak

d. Rambut : Keadaan rambut baik

Palpasi

Benjolan ada / tidak ada : Tidak ada

Nyeri tekanan ada/tidak ada : Halus

Tekstur rambut kasar/halus : Normal

Masalah keperawatan : Tidak ada masaah

7. Muka

Inspeksi

a. Simetris / tidak : Simetris

b. Bentuk wajah : Tidak ada

c. Gerakan abnormal : Tidak ada

d. Ekspresi wajah : Lesu, pucat

Palpasi

Nyeri tekan /tidak : Tidak

Data lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

8. Mata

Inspeksi
39
a. Palpebra : Edema / tidak Radang / tidak

b. Sclera : Icterus / tidak

c. conjungtiva : Radang/tidak Anemis/tidak

d. Pupil : - Isokor/anisokor Miosis/midriasi

- reflek pupil terhadap cahaya : Normal

e. Posisi mata

Simetris / tidak : Simetris

f. Gerakan nola mata : Normal

g. penutupan kelopak mata : Normal

h. Keadaan bulu mata : Normal

i. Keadaan visus : 6/6

j. Penglihatan : Kabur/tidak -Diplopia/tidak

Palpasi

Tekanan bola mata : Tidak ada

Data lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

9. Hidung & sinus

Inspeksi

a. Posisi hidung : Normal

b. Bentuk hidung : Normal

c. Keadaan septum : Normal

d. secret / cairan : Tidak ada


40
e. Data lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

10. Telinga

Inspeksi

a. Posisi telinga : Normal

b. Ukuran / Bentuk telinga : Normal

c. Aurikel : Normal

d. Lubang telinga : Bersih / Serumen / nanah

e. Pemakaian alat bantu : Tidak ada

Palpasi

Nyeri tekan : Ya/tidak

Pemeriksaan uji pendengaran

a. Rinne : Baik

b. Weber : Baik

c. swabach : Baik

Pemeriksaan vestibuler : Baik

Data lain lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

11. Mulut

Inspeksi

a. Gigi

- Keadaan gigi : Baik

- Karang gigi / Karies : Cukup bersih

b. Gusi
41
Merah / Radang / tidak : Tidak

c. Lidah

Kotor/tidak : Kotor

d. bibir

- Cianosis/pucat/tidak : Pucat

- Basahn/kering/pucat : Kering

- Mulut berbau/tidak : Tidak

- Kemampuan berbicara : Pasien mampu berbicara

Data lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

12. Tenggorokan

1. Warna mukosa : Merah/pink

2. Nyeri tekan : Tidak ada

3. Nyeri menelan : Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

13. Leher

Inspeksi

Kelenjar Thyroid : Membesar/tidak

Palpasi

1. Kelenjar thyroid : Teraba/tidak

2. Kaku kuduk / tidak : tidak ada

3. Kelenjar limfe : tidak ada

4. Data lain : Tidak ada


42
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

14. Thorax dan pernafasan

1. Bentuk dada : Simetris

2. Irama pernafasan : Reguler

3. Pengembangan di waktu bernafas : Vesikuler

4. tipe pernafasan : Thorax abdominal

Data lain : tidak ada

Palpasi

a. Vokal fremitus : Normal

b. Massa/nyeri : Tidak ada

Auskultasi

a. Suara nafas : Vasikuler/Bronchial/Bronchovesikuler

b. Suara tambahan : Ronchi/Wheezing/Rales

Perkusi : Redup/Pekak/Hypersonor/tympani

Data lain lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

15. Jantung

Palpasi

Octus Cordis : Normal/Taraba di intercostal kasi

Perkusi

Pembesaran jantung : Tidak

Auskultasi
43
a.BJ I : dup-dup-dup (terang)

b. BJ II : dup-dup-dup (sedang)

c. BJ III : dup-dup-dup (kecil)

e. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada

Data lain

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

16. Abdomen

Inspeksi

1. Membuncit : Tidak

2. Ada luka / tidak : Tidak

Palpasi

a. Hepar : Tidak teraba

b.Lien :Tidak teraba

c. Nyeri tekan : Tidak ada

Auskultasi

Peristaltik : tidak ada

Perkusi

a. Tympani : +/+

b. Redup : -/-

Data lain

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

17. Genitalia dan Anus : Bersih

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


44
18. Ekstremitas : Skala kekuatan otot

Ekstremitas atas

a. Motorik

- Pergerakan kanan/kiri : Aktif

- Pergerakan abnormal : Pasif

-Kekuatan otot kanan/kiri : Aktif

- Tonus otot kanan : aktif

- Koordinasi gerak : aktif

b. Sensori

- Nyeri : Tidak

- Rangsang suhu : Hangat

- Rasa raba : Hangat

Ekstermitas Bawah

a. Motorik

- Gaya berjalan : Normal

- Kekuatan kanan/kiri : Baik

- Tonus otot kanan/kiri : Baik

b. Refleks

- Babinsky Kanan/kiri : Pasien merasakan rangsagan geli

Data lain

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

19. Status Neurologi

Saraf – Saraf cranial


45
a. Nervus I (Olfactorius) Penghidu : Baik

b. Nervus II (Opticus) Penglihatan : Baik

c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)

- Konstriksi pupil : Baik

- Gerakan kelopak mata : Baik

- Pergerakan bola mata : Baik

- Pergerakan mata kebawah dan dalam : Baik

d. Nervus V (Trimeginus)

- Sensibilitas / sensori : Baik

- Refleks dagu : Baik

- Refleks cornea : Baik

e. Nervus VII (Facialis)

- Gerakan mimic : Baik

- Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : Baik

f. Nervus VIII (Acusticus)

Fungsi pendengaran

g. Nervus IX dan X (Glospharingeus dan Vagu)

- Refleks menelan : Baik

- Refleks muntah : Baik

- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Baik

- Suara : Normal

h. Nervus XI (Assesorius)

- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan:


46
- Mengangkat bahu

i. Nervus XII (hypoglossus)

- Deviasi lidah : Baik

Tanda – tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : Baik

b. Kernig sign : Baik

c. Refleks Brudzinski : Baik

d. Refleks lasegu : Baik

Data lain

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (0 – 6 TAHUN)

Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar

Anak dapat lompat 2-3X dengan satu kaki, anak dapat mempertahankan
keseimbangan dalam 11 detik, anak dapat menagkap bola

2. Motorik halus

Anak dapat mengambarkan orang dengan anggota tubuh lengkap, anak


dapat mengambarkan seperti yang dicontohkan (kotak)

3. Bahasa

Anak dapat menunjukkan dan menyebutkan sesuai warna, dan anak


dapat menjawab pertanyaan dengan benar

4. Personal social

Anak dapat mengunakan pakaian tanpa bantuan

XII. TES DIAGNOSTIK


47
Tanggal pemeriksaan : 8 agustus 2022

Nama test Hasil Satuan Nilai rujukan

Hematologi : 14 -16

Hemoglobin 14.0 g/dl Nilai Kritis

Umum < 8 - > 16

Anak anak < 10 - > 16

Eritrosit 5.29 Juta / uL 4.5 – 5.5

Leukosit 6.9 Ribu / uL 5 – 10

Nilai Kritis

< 1.0 - > 50.0

Trombosit 339 Ribu / mm3 150 – 400

Nilai Kritis

Umum < 100.000 - >


800.000

Anak anak < 100.000 -


> 400.000

Hematokrit 42 % 40 – 52

Widal Paratyphi : (-) (-)

S.Typhi O +1 / 320

S. Paratyphi A O (-) (-) (-)

S. Parathypi B O +1 / 160 (-) (-)

S. Paratyphi C O +1 / 80 (-) (-)

S. Thypi H +1 / 80 (-) (-)

48
S. Parathypi A H (-) (-) (-)

S. Parathypi B H (-) (-) (-)

S. Parathypi C H (-) (-) (-)

XIII. TERAPI SAAT INI (ditulis dengan rinci)

- IVFD Rl 58 cc/jam

- Pct Sirup 3x10ml

- Inj Cefriaxone 1x 520mg ( drip dalam D5% 100cc

- Domperidon Sp 3x2,5 ml

FORMAT ANALISA DATA


Nama pasien : An H Diagnosis medis : hipertermia

Jenis kelamin : laki-laki No. Bed. Record : 62.62.xx

No. Kamar/bed : zaal anak Hari/Tanggal : 09-08-2022

NO Data Pengunjung Etiologi Masalah keperawatan

49
Kuman Masuk
1. Data Subjektif: Kedalam tubuh Hipertermia

Pasien mengatakan Proses Infeksi
demam sejak 7 hari ↓
yang lalu, demam naik Menyerang Pusat
Panas di Hipotalamus
turun

Seluiruh badan panas

Data Objektif :

Tubuh pasien terasa


hangat

K/U : baik

BB : 19 Kg

HR : 103 x/menit

T : 39,10C

TB : 138 cm

Lila : 17 cm

FORMAT ANALISA DATA

Nama pasien : An H Diagnosis medis :

Jenis kelamin : laki-laki No. Bed. Record : 62.62.xx

No. Kamar/bed : zaal anak Hari/Tanggal : 09-08-2022

No Data penunjang Etiologi Masalah keperawatan

50
2. Data Subjektif : Prosedur Tindakan Intoleransi aktivitas

Pasien mengeluh lelah ↓


Keterbatasan rentang
karena terlalu lama tirah
gerak
baring

Kelemahan

Data Objektif : ↓
Intoleransi aktivitas
Pasien tampak lesu dan
lemah

K/U : baik

BB : 19 Kg

HR : 103 x/menit

T : 39,10C

TB : 138 cm

Lila : 17 cm

FORMAT ANALISA DATA

Nama pasien : An H Diagnosis medis :

Jenis kelamin : laki-laki No. Bed. Record : 62.62.xx

No. Kamar/bed : zaal anak Hari/Tanggal : 09-08-2022

51
No Data penunjang Etiologi Masalah keperawatan

3. Data subjektif : Salmonella thypi Risiko defisit nutrisi

Pasien mengatakan ↓
Masuk ke dalam tubuh
kurang nafsu makan
dan mual saat makan ↓
Berkembang biak di
Data objektif : dalam usus

Pasien tampak lesu, ↓


HCL naik
porsi makan tidak di
habiskan ↓
Mual
K/U : baik

BB : 19 Kg Anorexia

HR : 103 x/menit ↓
Intake berkurang
T : 39,10C

TB : 138 cm Risiko defisit nutrisi

Lila : 17 cm

FORMAT DAFTAR MASALAH, PRIORITAS DIAGNOSA

DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

52
1. Hipertermia

2. Intoleransi aktifitas

3. Resiko defisit nutrisi

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN:

1. Hipertermia

2. Intoleransi aktitas

3. Resiko defisit nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuhabnormal,kulit hangat

2. Intoleransi aktifitas b.d tirah barin kelelahan d,d mengeluh Lelah merasa
lemah

3. Resiko defisit nutrisi d.d ganguan persepsi makan.

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Luaran Intervensi

1. Hipertermia Setelah dilakukan MANAJEMEN


berhubungan dengan
Tindakan HIPERTERMIA
proses penyakit
53
dibuktikan dengan keperawatan selama Observasi
suhu tubuh diatas
…x24 jam. Maka 1. Monitor suhu tubuh
nilai normal, kulit
terasa hangat termoregulasi 2. Monitor kadar elektrolit
membaik. Dengan 3. Monitor komplikasi
kriteria hasil : akibat hipertermia
Data subjektif :

Pasien mengatakan 1. suhu tubuh


demam sejak 7 hari Terapeutik
membaik
yang lalu, demam
naik turun 1. Sediakan lingkungan
2. suhu kulit membaik
yang dingin
2. Longgarkan atau
Data Objektif :
lepaskan pakaian
Tubuh pasien terasa 3. Basahi dan kipasi
hangat
permukaan tubuh
K/U : baik
4. Berikan cairan oral
BB : 19 Kg 5. Ganti linen setiap hari
HR : 103 x/menit atau lebih sering jika
T : 39,10C mengalami

TB : 138 cm hiperhidrosis (keringat


berlebih)
Lila : 17 cm
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)

7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

54
Kolaborasi

Kolaborasi cairan dan


elektrolit intravena, jika
perlu

2. Intoeransi aktivitas Setelah dilakukan MANAJEMEN ENERGI


berhubungan dengan
Tindakan Observasi :
tirah baring,
kelemahan dibuktikan keperawatan selama
1. Identifkasi gangguan
dengan mengeluh
…x24 jam. Maka fungsi tubuh yang
lelah, merasa lemah
mengakibatkan
intoleransi aktivitas
Data Subjektif : kelelahan
meningkat. Dengan
Pasien mengeluh 2. Monitor kelelahan
kriteria hasil : fisik dan emosional
lelah karena terlalu
lama tirah baring
1. kemudahan dalam 3. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan
Data Objektif : sehari-hari aktivitas
Pasien tampak lesu meningkat
dan lemah Terapeutik :
K/U : baik 2. keluhan lelah 1. Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
BB : 19 Kg stimulus (mis.
3. perasaan lemah cahaya, suara,
HR : 103 x/menit
kunjungan)
T : 39,10C menurun 2. Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
TB : 138 cm aktif
Lila : 17 cm Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
55
makanan

3. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI


dibuktikan dengan
Tindakan
gangguan persepsi Observasi :
makan keperawatan selama
Data subjektif : …x24 jam. Maka 1. Identifikasi status
intoleransi aktivitas nutrisi
Pasien mengatakan
kurang nafsu makan meningkat. Dengan 2. Identifikasi alergi dan
dan mual saat makan
kriteria hasil : intoleransi makanan
Data objektif : 3. Identifikasi makanan
1. porsi makan yang
Pasien tampak lesu, yang disukai
porsi makan tidak di dihabiskan
4. Monitor asupan
habiskan meningkat
makanan
K/U : baik
2. frekuensi makan 5. Monitor berat badan
BB : 19 Kg
membaik
HR : 103 x/menit Terapeutik
0
3. nafsu makan
T : 39,1 C
membaik 1. Sajikan makanan
TB : 138 cm
secara menarik dan
Lila : 17 cm suhu yang sesuai
2. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk,


jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

56
Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

FORMAT IMPLEMENTENSI ASUHAN KEPERAWATAN


Nama : AN.H Diagnosa medis :

Jenis kelamin : Laki-laki No.Med.Record : 62.62.xx

Ruang/kamar : zaal anak Tanggal : 9 agust 2022

57
No DIAGNOSA KEEPERAWATAN IMPLEMENTASI

1. Hipertermia berhubungan Tindakan:


dengan proses penyakit
1.Memonitor suhu tubuh
dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas nilai normal kulit terasa Respon : suhu tubuh anak 39,1oC
hangat
2.Melonggaran atau lepaskan pakaian

Respon:Anak dapat melepaskan


pakaian dengan bantuan ibunya

3.Membasahi dan mengipasi


permukaan tubuh

Respon: ibu pasien melakukan


pengompreskan pada dahi, tangan
dan seluruh tubuh pasien

4.Memberikan cairan oral

Respon: ibu pasien mampu


memberikan cairan oral berupa pct syr
sebanyak 3-4 cc pada saat suhu tubuh
anak meningkat

5.Menganjurkan tirah baring

Respon: ibu pasien membantu anak


untuk berbaring

58
Intoleransi aktivitas 1.Memonitor kelelahan fisik dan
berhubungan dengan tirah emosional
baring kelelahan dibuktikan
Respon: Anak mengeluh lelah karena
dengan mengeluh Lelah merasa
terlalu sering berbaring
lemah
2.Menganjurkan beraktivitas secara
bertahap

Respon: Pasien diajarkan untuk duduk


berjalan secara perlahan lahan dan
hati hati

3. Risiko berhubungan dibuktikan 1.Mengindentifikasi alergi makanan


dengan gangguan persepsi
Respon:pasien mengatakan tidak ada
makan
alergi makanan

2. Mengidentifikasi makanan yang


disukai

Respon: pasien mengatakan suka


makan jeruk & makanan yang manis

3.menganjurkan posisi duduk

Repon: pasien mengusahankan


mauan dengan posisi duduk

59
FORMAT IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : AN.H Diagnosa medis :

Jenis kelamin : Laki laki No.Med.Record : 62.62.xx

Ruang/kamar : zaal anak tanggal : 10 agust 2022

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI

1 Hipertermia berhubungan dengan 1. Memonitor suhu tubuh


preses penyakit dibuktikan
Respon : suhu tubuh pasien sedikit
dengan suhu tubuh diatas nilai
menurun 38,3°C
normal kulit terasa hangat
2. Memberikan cairan oral

Repson : Ibu pasien mampu


memberikan cairan oral berupa pct syr
sebanyak 3-4 cc pada saat suhu anak
panas

3. Menganti linen setiap hari lebih


sering Jika mengalami hiperdrosis
(keringat berlebih).

Respon : Ibu mengganti linen saat


keringat anak berlebih

2 Intervensi aktivitas berhubungan 1. Menganjurkan beraktivitas bertahap.


dengan tirah baring kelelahan Respon : pasien mampu berjalan
dibuktikan dengan mengeluh lelah dengan baik.
merasa lemah
2. munyediakan lingkungan nyaman.
Respon : pasien mampu bersosialisasi
& lingkungannya.

60
3 Risiko defisit nutrisi dibuktikan 1.Memonitor asupan makanan
dengan gangguan persepsi
Respon : paasien sudah mampu
makanan
makan dengan baik

2.Berikan makanan tinggi saat untuk


mencegah konstipasi

Respon : pasien diberikan makanan


dan minuman jambu biji.

61
FORMAT IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : AN.H Diagnosa medis :

Jenis kelamin : laki laki No.Med.Record : 62.62.xx

Ruang/kamar : zaal anak Tanggal : 11 agust 2022

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI

1 Hipertermia berhubungan dengan 1.Memonitor suhu tubuh


proses penyakit dibuktikan
Respon : suhu tubuh pasien 37,1oC
dengan suhu tubuh diatas nilai
normal kulit terasa hangat

2 Intoleransi aktivitas berhubungan 1.Anjurkan aktivitas secara bertahap


dengan tirah baring kelelahan
Respon : Anak mampu melakukan
dibuktikan dengan mengeluh
aktivitas tanpa penyakit
Lelah merasa lemah

3 Risiko defisit nutrisi dibuktikan .1.Memonitor asupan makanan


dengan gangguan persepsi
Respon : Nafsu makan pasien sudah
makanan
normal

62
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Nama : An.H Diagnosa medis :

Jenis kelamin : laki laki No.Med.Record : 62.62.xx

Ruang/kamar : zaal anak

No Diagnosa Tgl / jam Evaluasi Ttd

1 Hipertetrmia 9/8/22 S : Pasien mengeluh panas


berhubungan sejak 1 minggu yang lalu
11.30
dengan
proses
penyakit O : Tubuh pasien terasa hangat
dibuktikan
RR : 23x/menit
dengan suhu
tubuh diatas HR : 103x/menit
nilai normal
T : 39,1oC
kulit terasa
hangat Tb : 138 cm

Lila : 17cm

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi 1&4 dilanjutkan

63
2 Intoleransi 9/8/22 S : pasien mengeluh Lelah
aktivitas karena terlalu lama berbaring
11.45
berhubungan
O : pasien tampak lesuh dan
dengan tirah
lemah
baring
kelelahan di k/u : baik
buktikan
RR : 23 x/m
dengan
mengeluh HR : 103x/m
lelah merasa
T : 39,1oC
Lelah/ lemah

A ; masalah belum teratasi

P : intervensi 2 dilanjutkan

3 Resiko defisit 9/8/22 S : pasien mengatakan kurang


nutrisi nafsu makan , mual saat makan
12.10
dibuktikan
O : pasien tampak lesuh , porsi
dengan
makan tidak dihasilkan
gangguan
persepsi k/u : baik
makan
Rr : 23x/m

Hr : 103/m

T : 39,1oC

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan

64
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An.H Diagnosa Medis : Hipertermia

Jenis Kelamin : Laki-laki NO Med. Record : 62.62.xx

No Kamar : Zaal Anak

No Diagnosa Tgl / jam Evaluasi Ttd

1 Hipertermia 10-8-22 S: Pasien mengeluh panas


berhubungan masih naik turun
17.36
dengan proses
O : Tubuh pasien masih
penyakit
terasa hangat
dibuktikan
dengan suhu k/u : baik
tubuh diatas nilai
RR : 25 x/m
normal, kulit
terasa hangat HR : 106x/ m

T : 38,3oC

A : Masalah belum tertasi

P : Intervensi dilanjutkan

2 Intoleransi 10-8-22 S: Pasien mengatan sudah


Aktifitas tidak terlalu pegal karena
17.55
berhubungan sudah dapat berjalan tetapi
dengan tirah masih dibantu ibunya
baring, kelelahan
O: Pasien sudah tampak
dibuktikan
sedikit ceria
dengan
mengeluh lelah, k/u : baik
merasa lemah
RR : 25 x/m

65
HR : 106 x/m

T : 38,3oC

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

3. Risiko Defisit 10-8-22 P : Pasien mengatakan


Nutrisi dibuktikan nafsu makan sedikit
18.00
dengan membaik
gangguan
O : Pasien tampak sedikit
persepsi makan
ceria dari sebelumnya porsi
makan dihabiskan sebagian

k/u : baik

RR : 25 x/m

HR : 106x/ m

T : 38,3oC

A : Masalah teratasi
Sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

CATATAN PERKEMBANGAN
66
Nama : An.H Diagnosa Medis : Hipertermia

Jenis kelamin : Laki-laki No. Med. Record : 62.62.xx

No. Kamar/Bed : Zaal Anak

No Diagnosa Tgl / Jam Evaluasi Ttd

1 Hipertermia 11-8-22 S: Pasien mengatakan suhu


berhubungan tubuh sudah menurun dan
08.20
dengan proses tidak panas lagi
penyakit
O : Suhu tubuh pasien
dibuktikan
sudah normal
dengan suhu
tubuh diatas nilai k/u : baik
normal kulit
RR : 20x/m
terasa hangat
HR : 102x/m

T : 37,1oC

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

2 Intoleransi 11-8-22 S: Pasien mengatakan


aktivitas sudah tidak merasa pegal
08.32
berhubungan dan lesu lagi
dengan tirah
O: Pasien tampak senang
baring, kelelahan
dan ceria
dibuktikan
dengan k/u : baik
mengeluh lelah,
RR : 20x/m
merasa lemah
A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

67
3 Risiko Defisit 11-8-22 S: Pasien mengatan sudah
Nutrisi nafsu makan dan makan
08.45
dengan lahap

O : Pasien tampak ceria dan


makanan dihabiskan

k/u: baik

RR: 20x/m

HR: 102x/m

T: 37,1oC

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

68

Anda mungkin juga menyukai