Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menempuh mata kuliah
Magang Sarjana Strata Satu
Oleh :
SISKA INDAH SARI
184027
1
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH MAGANG
DINAS SOSIAL NGAWI
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
KATA PENGANTAR
Saya sadar dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan sehingga
saya sangat berharap koreksi dan bimbingan dari pihak – pihak yang mendukung
terselesainya laporan ini.
5
BAB I
PENDAHULUAN
2
d. Meningkatkan keterampilan dan memberikan pengalaman bagi
mahasiswa sebagai calon tenaga kerja yang diharapkan memiliki
keahlian dan keterampilan.
e. Meningkatkan hubungan kerja sama antara perusahaan dengan pihak
universitas.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
perencanaan pembangunan terdiri dari 4 ( empat ) tahapan yakni :
1.)Penyusunan rencana
2.)Penetapan rencana
3.) Pengendalian
pelaksanaan rencana
4.) Evaluasi
rencana
5
Rencana strategis ini menggambarkan pilihan program dan kegiatan
yang dapat dan harus dilaksanakan oleh jajaran Dinas Sosial dan
Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Ngawi yang mencakup kegiatan dan
sasaran yang mempunyai daya dorong kuat dan strategis terhadap
pencapaian program pembangunan Kabupaten Ngawi
6
2.2 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari sila kelima Pancasila
perihal keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan
Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial sebagai upaya mencapai tujuan bangsa
sesuai amanat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini
menunjukkan bahwa ada warganegara yang belum terpenuhi hak atas
kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial
dari Negara. Akibatnya, masih ada warga Negara yang mengalami hambatan
pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara
layak dan bermartabat. Kehidupan yang layak dan bermartabat merupakan
amanah Negara sesuai Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Tahun 1945, bahwa Negara memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar,
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat 1 Penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan dan juga bertanggungjawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang baik.
Berdasarkan pasal tersebut maka Pemerintah maupun Pemerintah Daerah
sebagai wakil Negara bertanggunggjawab dalam memberikan rehabilitasi
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai
perwujudan pelaksanaan kewajiban Negara dalam menjamin terpenuhinya hak
atas kebutuhan dasar warga negara terutama yang miskin dan tidak mampu.
Kewajiban Negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar
warganegaranya merupakan hak asasi manusia sebagaimana termaktub dalam
Bab XA Undang Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia khususnya
7
Pasal 28A, bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Dalam Pasal 28G ayat (1) bahwa setiap orang berhak atas perlindungan
diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Pasal 28H ayat (1) berisi ketentuan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3)
bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia,Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR RI 2013, hlm. 107.
3 Pengembangan manusia secara utuh dan bermartabat tidak dapat dilepaskan
dari upaya meningkatkan kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Hak setiap orang atas jaminan sosial yang memungkinkan
setiap orang berkembang secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
hanya merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan sosial. Selain
jaminan sosial, Negara juga mempunyai kewajiban dalam peningkatan
kesejahteraan sosial dengan melaksanakan rehabilitasi sosial, pemberdayaan
sosial dan perlindungan sosial.
Jaminan sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat. Pemberdayaan sosial adalah semua upaya
yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah
8
sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah
dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial. Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1. Keempat ruang
lingkup untuk meningkatkan kesejahteraan sosial tersebut mempunyai
cangkupan yang sangat luas dan dalam hal ini peran masyarakat baik
perseorangan, keluarga maupun kelompok dan masyarakat seperti organisasi
kemasyarakatan dan keagamaan, sangat diperlukan demi terselenggaranya
kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu dan berkelanjutan. Demi
terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu dan berkelanjutan
diperlukan suatu pemahaman yang tepat terhadap tanggungjawab dan peranan
masing-masing unsur dalam hal ini pemerintah, masyarakat dan perorangan.
Pemahaman juga diperlukan untuk mengetahui secara benar siapa yang
menjadi subyek kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial Pasal 5 ayat (2) ditentukan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial
diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak
secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial antara lain masalah
kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan
penyimpangan perilaku dan korban bencana, korban tindak kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi. Di antaranya adalah korban perdagangan orang.
9
Kesejahteraan sosial memiliki tiga kerangka nilai, meliputi Body of
knowledge (kerangka pengetahuan), Body of value (kerangka nilai) dan Body of
skills (kerangka keterampilan). Definisi Kesejahteraan Sosial menurut Suharto
(2010:3) adalah sebagai berikut : Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau
bidang kesejahteraan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan
baik oleh lembagalembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk
mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah
sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu. Definisi tersebut menggambarkan
kesejahteraan sosial adalah suatu lembaga sosial yang beraktifitas atau yang
berperan penting dalam mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusinya
dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh setiap individu, kelompok,
maupun masyarakat.
Adapun definisi kesejahteraan sosial yang lain menurut Suharto (2009:
154) adalah sebagai berikut : “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.
Berdasarkan definisi tersebut maka kesejahteraan sosial merupakan keadaan untuk
memenuhi semua kebutuhan dari mulai material dan spiritual sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik dan layak tanpa adanya halangan
apapun. Fungsi sosialnya tersebut dapat juga berupa sosialisasinya serta mobilitas
dalam kesehariannya. Definisi kesejahteraan sosial tentunya sangatlah beragam,
namun pada intinya seluruh definisi kesejahteraan sosial tersebut merujuk pada
keberfungsian sosial yang terjadi dalam upaya untuk dapat meningkatkan
kebutuhan dalam masyarakat. Salah satu definisi yang juga tidaklah jauh berbeda
dengan defisini kesejahteraan sosial yang telah dijelaskan diatas adalah definisi
kesejateraan sosial menurut UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1 yang
diperbaharui dalam UU No.11 Tahun 2009 yang dikutip oleh Fahrudin (2012: 10)
adalah sebagai berikut : Menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Definisi di atas menjelaskan kesejahteraan sosial merupakan
10
suatu tata kehidupan yang bertujuan dengan pelayanan untuk individu, kelompok
dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. 22
Tujuan utama dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu tercermin
dalam semua program kesejahteraan sosial menurut Schneiderman dalam
Fahrudin (2012:10) adalah sebagai berikut :
1. Untuk mencapai kehidupan yg sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan
pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial
yang harmonis dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di
lingkungannya, misalnya dengan menggali sumbersumber, meningkatkan, dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
11
1. Fungsi Pencegahan (preventive) Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat
individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial
baru.
2. Fungsi penyembuhan (curative) Kessejahteraan sosial ditujukan untuk
menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar
orang yang mengalami masalah tersebut daapat berfungsi kembali secara wajar
dalam masyarakat.
3. Fungsi Pengembangan (development) Kesejahteraan sosial berfungsi untuk
memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses
pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam
masyarakat.
4. Fungsi Penunjang (supportive) Fungsi ini mencangkup kegiatan-kegiatan untuk
membantu mencapai tujuan sector atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial.
Fungsi kesejahteraan sosial ini dapat di terapkan dalam praktik pekerja sosial
profesional dan dalam pemecahan masalah penyandang disabilitas yang tidak
dapat terlaksana kemandiriannya, upaya untuk memenuhi kemandirian
penyandang disabilitas pihak
12
saja, hal inilah yang membedakan pelayanan kesejahteraan sosial dengan yang
lainnya. Pelayanan kesejahteraan sosial diadakan karena tuntutan kebutuhan
manusia.
4) Profesionalisme Pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara profesional
berdasarkan kaidah ilmiah, terstruktur, sistematik, dan menggunakan metoda dan
teknik-teknik pekerjaan sosial dalam praktiknya
5) Kebijakan Pelayanan kesejahteraan sosial harus ditunjang oleh seperangkat
perundang-undangan yang mengatur syarat memperoleh, proses pelayanan dan
pengakhiran pelayanan.
6) Peran serta masyarakat Usaha kesejahteraan sosial harus melibatkan peran serta
masyarakat agar dapat berhasil dan memberi manfaat kepada masyarakat. Peran
serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dari para penyandang disabilitas
untuk dapat turut serta berpartisipasi dalam mengikuti program peningkatan
kapasitas diri ini untuk meningkatkan keterampilannya.
7) Data dan informasi kesejahteraan sosial Pelayanan kesejahteraan sosial harus
ditunjang dengan data dan informasi yang tepat. Tanpa data dan informasi yang
tepat maka pelayanan akan tidak efektif dan tidak tepat sasaran.
13
6) pelayanan sosial koreksional
7) pelayanan kesehatan mental
8) pelayanan sosial medis
9) pelayanan sosial bagi penyadang cacat
10) pelayanan sosial bagi wanita
11) pelayanan sosial perumahan dan lingkunganlembaga yang terkait perlu untuk
terlibat dalam memecahkan masalah tersebut.
14
tidak diharapkan orang atau komuniti, namun dalam kehidupan bermasyarakat
masalah sosial tidaklah dapat terpisahkan begitu saja. Tentunya masyarakat
haruslah memiliki cara untuk dapat mengatasi permasalahan sosial tersebut, salah
satunya adalah dengan adanya aksi ataupun kegiatan untuk dapat merubah hal
tersebut.
2.Pandangan tentang Masalah Sosial
Dalam masalah sosial terdapat 2 pandangan yang berbeda, pandangan tersebut
berasal dari persepsi yang dibedakan oleh kelas yang ada. Perbedaan persepsi
tersebut tentunya menimbulkan pandangan yang berbeda antara keduanya.
Pandangan tersebut yaitu :
1) Pandangan umum atau orang awam Pada pandangan ini orang awam dan
umum cenderung menanggapi masalah sosial sebagai suatu yang berkenaan
langsung dengan sendi kehidupan dirinya selaku anggota komuniti.
2) Pandangan para ahli Pada pandangan ini para ahli cenderung menanggapi
masalah sosial terjadi dikarenakan adanya faktor lain yang mendukung sehingga
terjadi suatu permasalahan sosial 40
3. Klasifikasi Masalah Sosial berdasarkan Sumbernya Masalah sosial timbul
karena adanya nilai-nilai ataupun perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, dalam setiap masalah
sosial tentunya terdapat juga sumber-sumber permasalahan yang akan tentu
menjadi suatu akar permasalahan sehingga menjadi suatu masalah sosial. Masalah
sosial juga memiliki kualifikasi-kualifikasi seperti yang dikutip dalam Soekanto
(2012: 314) Klasifikasi masalah sosial berdasarkan sumber-sumbernya, yaitu :
1. Ekonomis (contoh : kemiskinan, pengangguran, dsb)
2. Biologis (contoh : penyakit)
3. Biopsikologis (contoh : penyakit saraf, bunuh diri, disorganisasi jiwa)
4. Kebudayaan (contoh : perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik
rasial, dan keagamaan) Berdasarkan klasifikasi-klasifikasi masalah sosial tersebut
dapat dipahami bahwa masalah sosial memiliki berbagai macam klasifikasi yang
berdasarkan dengan berbagai sumber-sumber yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat. Tentunya hal tersebut menjadi suatu pembelajaran khususnya
15
untuk pemerintah maupun warga Negara agar permasalahan sosial yang ada dapat
diminimalisir
16
9. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang
Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis;
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 42 Tahun 1981 tentang
Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin.
12. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 43 Tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.
17. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
19. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2016-
2021;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 06 Tahun 2016
tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Ngawi
13
21. Peraturan Bupati Ngawi Nomor 38 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Hukum Organisasi, Tugas dan Fungsi serta
Tata Kerja Dinas Sosial Kabupaten Ngawi
2.5 Pelayanan
Pelayanan (customer service) secara umum adalah setiap kegiatan yang
diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan,
melalui pelayanan ini keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan adalah
sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani yaitu
membantu menyiapkan (membantu apa yang diperlukan seseorang). pada
hakekatnya pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang merupakan proses.
Sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan
meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat, proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Menurut R.A Supriyono pelayanan adalah
kegiatan yang diselenggarakan organisasi menyangkut kebutuhan pihak
konsumen dan akan menimbulkan kesan tersendiri, dengan adanya pelayanan
yang baik maka konsumen akan merasa puas,dengan demikian pelayanan
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menarik konsumen untuk
menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
Sedangkan definisi yang lain menyatakan bahwa pelayanan atau service
adalah setiap kegiatan atau manfaat yang diberikan suatu pihak kepada pihak
lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan
sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk
fisik. Selanjutnya Munir juga mengatakan pelayanan umum adalah kegiatan yang
oleh seseorang (sekelompok orang) dengan landasan faktor material melalui
sistem, prosedur dan metode dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang
lainya sesuai dengan haknya. Munir mengemukakan bahwa pelaksanaan
pelayanan dapat diukur, oleh karena itu dapat ditetapkan standar baik dalam
waktu yang diperlukan maupun hasilnya. Dengan adanya standar manajemen
dapatmerencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
pelayanan agar hasil akhir memuaskan kepada pihak-pihak yang mendapatkan
13
pelayanan.
B. Bentuk-bentuk Pelayanan
Pelayanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk yaitu: layanan dengan lisan,
layanan dengan tulisan, layanan dengan perbuatan.
1. Layanan dengan lisan Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas
dibidang hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang-
bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada
siapapun yang memerlukan.
2.. Layanan dengan tulisan Layanan dengan tulisan merupakan bentuk layanan
yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah
tetapi juga dari segi peranannya. Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan tulisan
4Munir, Manajemen Pelayanan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 275 26
cukup efisien terutama layanan jarak jauh karena faktor biaya. Agar layanan
dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, satu hal yang dapat
diperhatikan adalah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun
proses penyelesaiannya, (pengetikannya, penandatanganannya, dan pengiriman
kepada yang bersangkutan).
3. Layanan dengan perbuatan Dilakukan oleh sebagian besar kalangan menegah
dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat
menetukan hasil perbuatan atau pekerjaan.
C. Dasar-dasar Pelayanan Seorang karyawan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang prima kepada konsumen. Agar pelayanan yang diberikan dapat
memuaskan konsumen maka seorang karyawan diharapkan dapat melayani
keinginan dan kebutuhan konsumennya. Berikut ini dasar-dasar pelayanan yang
harus dipahami dalam memberikan pelayanan yaitu:
1. Berpakain dan berpenampilan bersih dan rapi.
2. Percaya diri, bersikap akrap dengan penuh senyum.
3. Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika sudah kenal
.4. Tenang, sopan, hormat, serta tekun mendengarkan setiap pembicaraan.
Berbicara dengan bahasa baik dan benar.
5. Bertanggung jawab sejak awal hingga selesai. Setiap perusahaan selalu ingin
13
dianggap terbaik dimata konsumennya. Konsumen pada intinya ingin diberikan
pelayanan yang terbaik, pelayanan yang baik harus diketahui oleh pihak
perusahaan sehingga keinginan konsumen dapat diberikan secara maksimal.
Adapun pelayanan yang baik adalah sebagai berikut:
a. Tersedia sarana dan prasarana yang baik Konsumen ingin dilayani prima, oleh
karena itu untuk melayani konsumen salah satu yang paling penting diperhatikan
adalah sarana dan prasarana yang tersedia.
b. Tersedianya karyawan yang baik Kenyamanan konsumen tergantung dari
petugas yang melayaninya. Petugas harus ramah, sopan, dan menarik, disamping
itu petugas harus cepat tanggap, pandai berbicara, menyenangkan serta pintar
c. Bertanggung jawab kepada konsumen sejak awal hingga selesai. Dalam
menjalankan kegiatan pelayanannya setiap karyawan harus mempu melayani dari
awal hingga selesai
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat Dalam melayani konsumen
diharapkan petugas harus melakukannya sesuai prosudur. Layana yang diberikan
sesuai jadwal dan pekerjaan tentunya dan jangan membuat kesalahan dalam arti
pelayanan yang diberikan sesuai dengan keinginan konsumen.
e. Mampu berkomunikasi Petugas harus mampu berbicara kepada setiap
konsumen dan memahami keinginan konsumen, artinya petugas harus dapat
berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti, dan jangan
menggunakan istilah yang sulit dimengerti.
f. Berusaha memahami kebutuhan konsumen Petugas harus cepat tanggap apa
yang diinginkan konsumen, mengerti dan memahami keinginan dan kebutuhan
konsumen.
13
2.6 Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono,2007).
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara
membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka
terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan /
inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang
diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka
kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima
melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat
baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada
yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau
kegi tan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.
Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.
Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum
dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi
akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan
mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita
jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja
biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil
13
kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam
hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa
yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan
yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk
kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan
cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata
mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka
harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan
antara produsen dan konsumen menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian
ke pelayanan purna jual, kekal abadi melampaui masa kepemilikan produk.
Perusahaan menganggap konsumen sebagai raja yang harus dilayani dengan baik,
mengingat dari konsumen tersebut akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan agar dapat terus hidup.
13
BAB III
GAMBARAN UMUM DINAS SOSIAL NGAWI
13
h Pemeliharaan anak-anak terlantar.
i Pendataan dan pengelolaan data fakir-miskin cakupan kabupaten.
j Penyediaan kebutuhan dasardan pemulihan trauma bagi korban bencana
kabupaten
13
Gambar 1
Kantor Dinas Sosial Ngawi
13
Gambar 2
Foto kepala Dinas Sosial dan karyawannya
13
3.1 Visi Misi dan Tujuan Dinas Sosial Ngawi
1. VISI
Visi adalah cara pandang ke depan kearah mana Dinas Sosial Ngawi
harus dibawa agar eksis, antisipasif, dan inovatif. Jadi Visi adalah
pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan Instansi Pelayanan
Masyarakat. Pernyataan Visi ini merupakan gambaran yang menantang
tentang keadaan masa depan yang ingin dicapai oleh Dinas Sosial
Ngawi. Visi Dinas Soaial Ngawi adalah sebagai berikut :
”Ngawi Sejahtera, Berakhlak Berbasis Pedesaan Sebagai Barometer Jawa
Timur”
2. MISI
Misi dari Dinas Sosial Kabupaten Ngawi adalah:
a Menanggulangi kemiskinan secara terpadu ddan berkelanjutan.
b Meningkatkan pelayanan dasar bidang pendidikan dan kesehatan
yang berkualitas serta berdaya saing.
c Meningkatkan kuwalitas infrastruktur sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan fungsi ruang.
d Mengembangkan iklim usaha dan ekonomi kerakyatan berbasis
agraris.
e Pembaharuan tata kelola Pemerintah Daerah dan Desa serta
pelayanan publik yang baik, bersih dan akunttabel serta peningkatan
kesejahteraan aparatur pemerintah melalui peninkatan kinerja.
f Meningkatkan budaya yang berlandaskan kearifan dan keagamaan
dalam suasana yang kondusif..
g Meningkatkan kondusifitas daerah dalam mendukung,
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan
dan pemberdayaan sebagai barometer pembangunan di Jawa Timur.
3. TUJUAN
13
serta memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan PMKS
2. Meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan sosial melalui
pengembangan alternatif-alternatif intervensi dibidang kesejahteraan
sosial, peningkatan kemampuan dan kompentensi pekerja sosial dan
kemasyarakatan lainnya
3. Terlindungnya masyarakat dari dampak peyelenggaraan pembangunan
dan perubahan sosial yang cepat melalui wardah jaringan kerja
4. Menyediakan data dan informasi yang benar dan bertanggungjawab
kepada masyarakat dan dunia usaha
5. Meningkatkan furngsi koordinasi jaringan kelembagaan dalam upaya
pembentukan keterpaduan pengendaliaan masalah-masalah sosial.
4. BUDAYA KERJA
a. Religius
Berkerja dengan niat ibadah untuk memberikan pelayanan yang terbaik serta
nilai-nilai religi dalam setiap pekerjaan.
b. Profesional
Bekerja dengan cerdas dan terampil sesuai dengan standar profesi,Sselalu
mengikuti perkembangan terkini.
c. Tanggung Jawab
Disiplin dan bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan, bisa
berkerjasama dan mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
d. Jujur
Kesesuaian antara lisa, hati, dan perbuatan, tidak berbohong serta tidak
melanggar hak orang lain.
e. Bersahabat
Ramah, sopan, saling menghargai dan selalu memperhatikan nilai-nilai
agama, norma, dan susila.
13
3.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Bupati Ngawi Nomor 34 Tahun 2019 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Sosial Tipe B Kabupaten Ngawi, maka jabatan structural pada Dinas Sosial
Kabupaten Ngawi sebagai berikuit:
a) Kepala DinasSekretariat
1) Sub Bagian Perencanaaan dan Keuangan
2) Sub Bagian Umum
b) Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
1) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
2) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
3) Seksi Jaminan Sosial Keluaraga
13
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Ngawi
KEPALA
Sekertariat
Seksi
Seksi Seksi
Kelembagaan
Jaminan Sosial Rehabilitasi Sosial
Kepahlawanan
Keluarga Tuna Sosial & Korban
dan Restorasi
Perdagangan Orang
13
2. Tugas Pokok
a. Kepala Dinas
Dinas Sosial Kabupaten Ngawi mempunyai tugas pokok yakni
melaksanakan Sebagian tugas pokok sesuai kebijakan Bupati dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, merumuskan
kebijaksanaan, mengoordinasikan, dan mengendalikan tugas-tugas
dinas.
Dalam melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud dalam
PERBUB Ngawi No. 34 pasal 4 Tahun 2019, Kepala Dinas
Menyelanggarakan:
1) Perumusan kebijakan daerah di bidang perlindungan dan jaminan
sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang penanganan fakir
miskin dan pemberdayaan sosial.
2) Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perlindungan dan jaminan
sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang penanganan fakir
miskin dan pemberdayaan sosial.
3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan daerah di bidang perlindungan
dan jaminan sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang
penanganan fakir miskin dan pemberdayaan sosial.
4) Pelaksanaan administrasi dinnnas daerah di bidang perlindungan
dan jaminan sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang
penanganan fakir miskin dan pemberdayaan sosial
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupatii sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan,
keuangan dan umum sertatugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas Sosia sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, sekretariat menyelenggarakan
fungsi :
13
1. Penyusunan bahan kebijakan di bidang perencanaan, pelaporan,
penatausahaan keuangan, urusan umum dan kepegawaian.
2. Pelaksanaan penyusunan perencanaan dan pelaporan.
3. Penatausahaan keuangan.
4. Penyelenggaraan urusan umum dan kepegawaian.
5. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas-tugas bidang dan UPT.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
13
d. Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas
melaksanakan Sebagian tugas Dinas Sosial di Bidang Perlindungan
dan Jaminan Sosial serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang perlindungan dan jaminan
sosial menyelenggarakan fungsi :
13
2. Melaksanakan program rehabilitasi sosial
3. Pelayanan terhadap permasalahan anak dan lanjut usia.
4. Pemberian pelayanan terhadap penyandang diabilitas dan
masyarakat yang mengalami ketunaan sosial.
5. Pemberian pelayanan terhadap korban tindak kekerasan (KTK) dan
Korban Perdagangan Orang (KPO)
6. Pengembangan terhadap lembaga kesejahteraan sosial(LKS).
7. Upaya penanaman nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan,
kesetiakawanan dan restorasi sosial.
8. Pembinaan peran serta masyarakat dan lembaga kesejahteraan sosial
(LKS) dalam usaha kesejahteraan sosial.
13
5. Melaksanakan pengawasan program penanganan fakir miskin
6. Melaksanakan kegiatan vokasional dan peningkatan pengetahuan
Berikut ini Jenis dan Jumlah Aset Dinas Sosial Kabupaten Ngawi
berikut terlampir Tabel Aset dan Modal Dinas Sosial Kabupaten Ngawi
. Tabel Aset dan Modal Dinas Sosial Kabupaten Ngawi
13
13
3.4 KINERJA PELAYANAN DINAS SOSIAL
13
4. Fasilitasi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT).
5. Pemberian Pelayananan kepada masyarakat lanjut usia (lansia)
kurang produktif.
6. Pemberian bantuan perbaikan rumah tidak layak huni kepada
rumah tangga miskin.
7. Pemberian bantuan dalam rangka rehabilitasi sosial kepada
penyandang cacat.
8. Pembinaan generasi muda melalui KUBE Karang Taruna.
9. Penanggulangan Korban Bencana.
3.5 STRATEGI
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran
dan tujuan atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi
pemerintah.
Berdasarkan strategi dan kebijakan, selanjutnya ditetapkan sejumlah program
prioritas yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Sosial
Kabupaten Ngawi sebagai upaya untuk mewujudkan visi organisasi melalui
perwujudan sasaran-sasaran misi yang telah ditetapkan. Rencana Program
Kegiatan tersebut dikelompokkan atas dua bagian yaitu Unsur Pendukung dan
Program Substansi
1. Unsur Pendukung
13
2. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya air dan Listrik
3. Penyediaan Peralatan dan bahan Kebersihan Kantor
4. Penyediaan Alat Tulis Kantor
5. Penyediaan Barang Cetakan Dan Penggandaan
6. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan
7. Penyediaan Makanan dan Minuman
8. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
9. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke dalam Daerah
10. Pembuatan Perda
11. Penyusunan RKA, LPPD, Renstra, Renja, Lakip.
12. Peningkatan Kapasitas SDM ASN
2. Program Substansi
13
A. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
keberdayaan sosial keluarga fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT) dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya.
Kegiatan:
1. Operasional PKH
2. Pembinaan dan Pemantapan Pendamping dan Operator Program
Keluarga Harapan Kabupaten
3. Pembinaan Taruna Siaga Bencana (TAGANA)
4. Pembinaan dan Operasional Tenaga Kesejahteraan Sosial dan
Kecamatan (TKSK)
5. Lomba Paduan Suara Lansia
6. Pengadaan Pakaian TAGANA
7. Bantuan Operasional Lembaga Komisi Daerah Lansia
8. Peningkatan Peran Aktif KUBE Karang Taruna
9. Bantuan Operasioanal kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial
13
8. Bantuan Tali Asih kepada Legiun Veteran Republik Indonesia
(LVRI)
9. Pengembangan Bakat dan Keterampilan Anak Terlantar
10. Biaya Operasional Personil Verifikasi dan Validasi PMKS
11. Koordinasi Program Keluarga Harapan (PKH) antar Leading Sector
12. Pembinaan LK3 Pemberian Bantuan Sembako bagi Keluarga yang
terkena musibah bencana
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis jelaskan selama melakukan
magang di Dinas Sosial Ngawi, sebagai berikut :
Dalam melaksanakan tugas sebagaiamana dimaksud dalam
PERBUP Ngawi No. 34 pasal 4 Tahun 2019, Kepala Dinas
Menyelanggarakan:
2) Perumusan kebijakan daerah di bidang perlindungan dan jaminan
sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang penanganan fakir
miskin dan pemberdayaan sosial.
3) Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perlindungan dan jaminan
sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang penanganan fakir
miskin dan pemberdayaan sosial.
4) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan daerah di bidang perlindungan
dan jaminan sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang
penanganan fakir miskin dan pemberdayaan sosial.
5) Pelaksanaan administrasi dinnnas daerah di bidang perlindungan dan
jaminan sosial, bidang rehabilitasi sosial, dan bidang penanganan
fakir miskin dan pemberdayaan sosial.
6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupatii sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
4.2. Saran
1.Fakultas
Saran penulis terhadap fakultas ialah semoga kegiatan atau mata kuliah magang
terus ada, karena akan memberikan mahasiswa pengalaman untuk memasuki
dunia kerja.
2. Dinas Sosial Ngawi
Penulis memberikan saran kepada Dinas Sosial Ngawi agar lebih meningkatkan
pelayanan pada masyarakat guna memberikan kepuasan kepada warga
khususnya masyarakat ngawi.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://ngawikab.go.id/dinas/dinas-sosial-tenaga-kerja-dan-transmigrasi/
ngawikab.bps.go.id (diakses 10 Oktober 2019)
https://info.metrokota.go.id/dinas-sosial-tenaga-kerja-dan-pemberdayaan-
masyarakat/
http://repository.unpas.ac.id/31050/3/BAB%20II.pdf
13