Anda di halaman 1dari 25

 Beranda

 aplikasi
o aplikasi java
o Chating
o game hp
o IRC ( Internet Relay Chat )
 buku tamu
 Dunia Dalam Berita
 FILM
o Indonesia
 Merah Putih 2010
 Game Online ( PC )
o Left 4 Dead
o Point Blank
 Ilmu blogging
 Kesehatan
 Laptop Toshiba Terbaik
 Request
 Wisata
 Tentang Wadung

Wadung Indah Permai


Sukses itu : Selamat dunia dan akhirat
« Terapi Bermain (Usia Toddler)
Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal »

Makalah Demam Berdarah Dengue


22 Maret 2010 //
2

1.1  Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopyctus. Faktor – faktor  yang
mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan
pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran nyamuk
penular demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang tidak memadai serta factor
keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama
adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk (Dinkom,2007).
Insiden dan prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue menimbulkan kerugian pada individu,
keluarga dan masyarakat. Kerugian ini berbentuk kematian, penderitaan, kesakitan, dan
hilangnya waktu produktif (Indra,2003).
Penyakit demam berdarah dengue menjadi momok tiap tahun. Insiden di Indonesia antara 6
hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat Kejasian Luar
Biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998(IPD,2007), hingga medio 2005 masih
ada daerah berstatus Kejadian Luar Biasa, sampai mei tahun 2005 di seluruh Indonesia tercatat
28.224 kasus dengan jumlah kematian 348 orang, hingga awal oktober 2005 kasus demam
berdarah dengue di 33 propinsi tercatat 50.196 kasus dengan 701 diantaranya meninggal. Dari
data di atas menunjukkan peningkatan hampir 2 kali lipat dari mei hingga awal oktober
2005(Sisilia,2005). Beerdasarkan data dari Dinkes Jawa Timur hingga 20 oktober 2005 sebanyak
8.619 kasus dari jumlah tersebut meninggal 131 orang dan pada tahun 2006 ada 20.420 penderita
dan menyebabkan kematian 233 jiwa, pada tahun 2007 sampai juli yakni 102.175 penderita
dengan kematian 1.098 jiwa (Dinkom,2007). Dari hasil studi pendahuluan data yang diperoleh
dari dinas kesehatan banyuwangi dari tahun 2005 sampai 2007 mangalami peningkatan yaitu 596
kasus pada tahun 2005, 677 kasus pasda tahun 2006 dan 788 kasus pada tahun 2007, sedangkan
pada tahun 2008 mengalami penurunan kasus Demam Berdrah Dengue yaitu 581 kasus (Dinkes
Kab. BWI,2008). Dan dari data yang diperoleh dari puskesmas Gitik  tahun 2005 sampai 2007
juga mengalami peningkatan yaitu 35 kasus pada tahun 2005, 55 kasus pada tahun 2006 dan 66
kasus pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2008 jumlah penderita Demam Berdarah Dengue
mencapai 43 kasus (Dinkes Kab. BWI,2008).

Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk mengatasi masalah
penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan, berbagai upaya pemberantasan
vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai
penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan
terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi letusan
wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai dampak negative terhadap
lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan kimia diantaranya
melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003). Keberhasilan pemberantas nyamuk aedes aegypti
tidak lepas dari peran petugas kesehatan atau perawat yaitu memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang demam berdarah dengue secara intensif.

Upaya pemberantasan dan pencegahan yang dilakukan Puskesmas Gitik yaitu yang pertama
dengan penyuluhan , penyuluhan yang dilakukan melalui rapat koordinasi desa dan kecamatan,
selain itu penyuluhan dilakukan dari rumah kerumah oleh petugas kesehatan. Kedua dengan
abatesasi yaitu pemberian abate kepada seluruh masyarakat. Ketiga denggan fogging atau
pengasapan sebagai alternative terakhir untuk pemberantasan nyamuk dewasa yang telah
mengandung virus dengue. Dengan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian guna
mengetahui “ Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Angka Bebas Jentik Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008”.

1.2  Rumusan Masalah


Adakah Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keadaan Bebas Jentik Demam
Bedarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008?

1.3  Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keadaan Bebas Jentik Demam
Bedarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008.

1.3.2 Tujuan Khusus

a)      Mengidentifikasi Pemberantasan Sarang Nyamuk(3M Plus)

b)      Mengidentifikasi Keadaan Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue.

c)      Mengidentifikasi Adakah Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keadaan


Bebas Jentik Demam Bedarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gitik Tahun 2008.

1.4  Manfaat Penelitian

a)      Teoritis

Menberikan wacana ilmiah bagi masyarakat tentang Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(3M Plus) dengan Keadaan Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue.

b)      Praktis

Dengan dilaksanakannya penelitian ini di harapkan masyarakat dapat meningkatkan PSN


(Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara rutin seminggu sekali secara optimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberantasan Sarang Nyamuk

2.1.1 Pengertian

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah kegiatan mamberantas telur,
jentik, dan kepompong nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) di tempat –
tempat perkembengbiakannya.(Depkes,RI,2005)

2.1.2 Tujuan PSN DBD


Mengendalikan populsi nyamuk aedes aegypti, sehingga penularan DBD  dapat dicegah atau
dikurangi.(Depkes,RI,2005)

2.1.3 Sasaran PSN DBD

Sasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat perkembangbiakan nyamuk
penular DBD, antara lain:

 Tempat penampunga air (TPA) untuk keperluan sehari – hari.


 Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari – hari.
 Tempat penampung air alamiah. (Depkes,RI,2005)

2.14 Ukuran keberhasilan PSN DBD

Keberhasailan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ),
apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 % di harapkan penularan DBD dapat di cegah atau di
kurangi.(Depkes RI, 2005).

2.1.5 Cara PSN DBD

PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M’ , yaitu :

 Menguras dan menyikat tempat – tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum,
dll seminggu sekali (M1).
 Menutup rapat – rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dll (M2).
 Mengubur dan menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air hujan
(M3).

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:

 Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak.
 Menutup lubang – lubang pada potongan bambu /pohon, dll.
 Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat – tempat yang sulit di kuras atau di
daerah yang sulit air.
 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak – bak penampung air.
 Memasang kawat kasa.
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
 Menggunakan kelambu.
 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah  “3M Plus”.(Depkes RI, 2005).

2.1.6        Pelaksanaan PSN DBD


Pelaksanaan PSN DBD menurut Depkes RI (2005), yaitu:

 Di rumah

Dilaksanakan oleh anggota keluarga

 Tempat – tempat umum

Dilaksanakan oleh petugas yang di tunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat – tempat umum,
seperti:

1. kantor oleh petugas kebersihan kantor


2. sekolah oleh petugas sekolah
3. pasar oleh petugas kebersihan pasar, dll.(Depkes RI,2005).

2.1.8 Jenis Kegiatan PSN DBD

a)      Bulan Bakti Gerakan 3M atau juga dengan istilah bulan kewaspadaan 3M sebelum musim
penularan atau gerakan 3M sebelum mas penularan (G 3M SMP) adalah suatu kegiatan yang di
laksanakan pada saat sebelum terjadi penularan DBD, yaitu bulan dimana jumlah kasus DBD
paling rendah, berdasarkan jumlah kasus rata – rata perbulan selama 5 tahun terakhir. Kegiatan
ini dilakukan selama sebulan penu dengan mengajak warga melakukan PSN DBD dipimpin oleh
Kepala wilayah setempat serta melibatkan lintas sector. Kegiatan ini di prioritaskan di
desa/kelurahan rawan 1 (endemis) agar sebelum terjadi puncak penularan virus dengue, populasi
nyamuk penular dapat ditekan serendah – rendahnya sehingga Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat
dicegah.

b)      Penyeluhan kepada keluarga

Selain penyuluhan secara individu yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat luas juga
dilakukan secara kelompok (seperti pada pertemuan kader, arisan, dan selapanan) dan secara
missal (seperti pada saat pertunjukan layer tancap, ceramah agama dan pertemuan musyawarah
desa)

c)      Pergerakan masyarakat dalam PSN DBD secara terus menerus dan berkesinambungan
sesuai dengan situasi dan kondisi masing – masing daerah, apabila terjadi KLB atau wabah,
dilakukan penyemprotan insektisida/pemberantasan vector dengan pengasapan (fogging) yang
dilaksanakan 2 siklus dengan interval satu minggu yang melibatkan petugas dinas kesehatan
kabupaten/kota,puskesmas dan tenaga lain yang terlatih (Depkes,RI,2005)

2.1.9 Perlunya 3M

Sudah tidak diragukan lagi bahwa penyebaran wabah dengue disebabkan oleh nyamuk Aedes
Aegipty terutama nyamuk betina. Nyamuk ini sangat pintar menyembunyikan suaranya dengan
membuat gerakan sayap yang halus sehingga nyaris tak trdengar. Nyamuk betina ini menghisap
darah menusia sebagai bahan untuk mematangkan telurnya (http://www.mediaindo.com)
Bila nyamuk jenis lain bertelur dan menetaskan pada sarangnya. Aedes aegipty betina
melakukannya diatas permukaan air karena dengan demikianlah telur – telurnya itu berpotensi
menetas dan hidup, telur menjadi larva yang kemudian mencari makan dengan memangsa
bakteri yang ada di air tersebut, nyamuk penyebab demam berdarah ini berkembang biak pada
genangan air terutama yang kotor.

Penyebaran wabah dengue dipengaruhi oleh ada tidaknya nyamuk aedes aegipty yang
dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air yang kotor, oleh karena itu pengontrolan dengue
bias dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :

a)      Pertama adalah membunuh nyamuk baik dengan peptisida maupun dengan ovitrap, yakni
dengan bak perangkap yang di utup kasa, penggunaan peptisida selain memerlukan biaya dan
berbahaya pada manusia, juga akan memicu munculnya nyamuk yang resisten, sehingga cara ini
bukanlah cara yang efektif untuk jangka panjang, untuk jangka pendek cara ini masih digunakan

b)      Kedua adalh membuat nyamuk trasgenik supaya tidak terinfeksi oleh virus dengue, jika
nyamuk tidak bisa terinfeksi oleh virus dengue otomatis manusia tidak akan pernah terinfeksi
oleh virus dengue. Cara ini digunakan oleh beberapa peneliti unutk mengatsi masalah malaria,
nmaun pengembangan cara ini masih memerlukan puluhan tahun untuk bias di
aplikasikan(http://www.mediaindo.com)

c)      Cara yang ketiga adalah PSN yang efektif dan efisien melalui kegiatan 3M yaitu dengan
menguras tempat penyimpanan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang –
barang bekas yang memungkinkan dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan jentik
nyamuk aedes aegipty, menutup lubang – lubang pada bamboo dengan tanah atau adukan semen,
melipat pakain/kain yang bergantungan pada kamr agar nyamuk tidak hinggap disitu, untuk
tempat – tempat air yang tidak memungkinkan atau sulit di kuras taburkan bubuk abate kedalam
genangan air tersebut untuk membunuh jenti – jentik nyamuk, ulangi hal ini setiap 2-3 bulan
sekali (Depkes,RI,2005)

2.2 Keadaan Bebas Jentik DBD

2.2.1 Pengertian Keadaan Bebas Jentik

Dari pengertian ABJ (Angka Bebas Jentik) di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya Keadaan
Bebas Jentik merupakan suatu keadaan dimana ABJ lebih atau sama dengan 95 %

2.2.2 Pengertian DBD

Penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue dan terutama menyerang anak-
anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi
menimbulkan shock dan kematian.(Faziah,2004)

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis , demam,nyeri
otot, dan atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfa demopati, trombositopenia dan
datesis hemoregic (IPD,2007)
Suatu infeksi arboirus (arthropod – borne virus)akut, ditularkan oleh nyamuk spesies aedes.
(IKA,2005)

2.2.3 Penyebab Demam Berdarah Dengue

Penyebab penyakit adalah virus dengue. Virus ini termasuk kelompok arthropoda. Borne viruses
(arbovirosis). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus yaitu :

1. dengue 1 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944


2. dengue 2 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944
3. dengue 3 diisolasi oleh sather
4. dengue 4 diisolasi oleh sather

keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di indonesia dan yang terbanyak
adalah type 2 dan type 3. penelitian di indonesia menunjukkan dengue type 3 merupakan
serotype vius yang dominan menyebabkan kasus yang berat.(Faziah,2004)

2.2.4 Patofisiologi dan Patogenesis

Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan demam berdarah
dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permabilitas dinidng pembulu darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya
nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi
sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan
mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meninginya nilai hematokrit. Mekanisme
sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah dengue hingga kini belum
diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut “the secondary heterologous infection
hypothesis” yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue
pertama mendapat infeksi berulang dengan type virus dengue yang berlainan dalam jangka
waktu tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. Patogenesis terjadinya renjatan
berdasarkan hipotese infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh suvvate

Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seseorang penderita dengan
kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi ananmestik yang akan terjadi dalam
beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan
antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Disampaing itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat
terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan
terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen.
Pelepasan c3a dan c5a akibat antivasi c3 dan c5 menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembulu darah dan merembesnya plasma melalui endotel dinding pembulu darah. Pada
penderita ranjatan berat, volume plasma dapat berkurang samapai lebih dari 30 % dan
berlangsung selama 24-48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekwat akan
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Sebab lain penyebab kematian pada DBD adalah perdarahan saluran pencernaan hebat yang
biasa timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia
merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DB. Nilai
trombosit mulai menurun pada masa demam.

Dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkatkan
pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan
penyakit.

Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab perdarahan pada penderita
DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor
XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh
kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifitas sistem
koagulasi.

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat terjadi juga saling
mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat,
terlihatnya organ-organ vital dan berakhir dengan kematian.(Faziah,2004)

2.2.5 Penularan DBD

DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti
melalui gigitannya. Meskipun nyamuk Aedes albopictus dapat menularkan DBD tetapi
peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup di kebun-kebun.
Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka
orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi
carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).

Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang
nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan
kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari).

Apabila terdapat tetangga Anda yang menderita DBD dan lokasi rumahnya berada tidak jauh
dari rumah Anda, maka perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini karena
kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan terbang maksimal sejauh 100 m.
Sehingga secepatnya melakukan pembersihan terhadap tempat-tempat penampungan air di
sekitar Anda atau menghubungi Puskesmas terdekat.

Sehingga setiap orang dapat terserang demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes
aegypti yang mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang
memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga selain memberantas vektor
penular dan menghindarinya, ada baiknya setiap orang menjaga imunitasnya sehingga dapat
terhindar dari kasus DBD.(DepKes,RI,2005)

2.2.6 Tempat Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat
potensial untuk terjadi penularan DBD adalah :
1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari
berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut antara lain :

 Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah selain itu merupakan
kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD
 Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Karena dalam hal ini
orang yang datang dari berbagai wilayan dan kemungkinan diantaranya adalah penderita
DBD atau carier virus dengue
 Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah

1. Pemukiman baru di pinggir kota

Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya
terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-masing
lokasi asal.

2.2.7 Tanda dan gejala DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau ruam merah pada kulit
yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintik-bintiknya. Hal itu memang menjadi salah
satu tanda bahwa telah tergigit nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti
kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD :

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari.
Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7
mendadak turun. Jika digambarkan, maka grafiknya menyerupai pelana kuda.

Jangan tunggu hingga 7 hari, lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk
memeriksakan diri dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari penderita
tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.

1. Tanda-tanda pendarahan

Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Torniquet
(Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai
berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi,
Hematemesis, Melena, dan Hematuri.

Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya, regangkan
kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda
pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam.
Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada kulit seluas 1 inci
persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).

1. Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Sifat pembesaran hati :

1.
1.
1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit
2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus

1. Renjatan (Syok)

Tanda-tanda renjatan:

1.
1.
1. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan
dan kaki
2. Penderita menjadi gelisah
3. Sianosis di sekitar mulut
4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang

Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler
melalui kapiler yang terganggu.

1. Trombositopeni
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)

1.
1.
1. Jumlah trombosit < 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit
2. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah
trombosit dalam batas normal atau menurun.
3. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila
normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada


DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului
peningkatan hematokrit.
1. Gejala Klinik lain
2. Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran
sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis

1.
1.
1. Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot,
anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan
kejang

1.
1.
1. Aktif
Keluhan sakit perut07.00
Pagi jam yang–hebat12.00sering
WIB kali timbul mendahului perdarahan
Sore jam 15.00 – 17.00 WIB
Hinggap pada benda benda yang menggantung.
Larva Berkembang biak pada air jernih yang dasarnya bukan tanah.
Telur Diletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan air.
Jumlah telur selama hidupnya berjumlah 600 – 800 butir.
Lama hidupnya 3-4 Minggu.
Pupa Dibawah permukaan air.
Terbang Kemampuan terbang 50 – 200 m
Siklus Telur  –  larva  –  pupa  –  dewasa
hidup 1-2 hr                    4-5 hr                   1-2 hr.
gastrointestinal dan renjatan.(Depkes,RI,2005)

2.2.8 Siklus Nyamuk Aedes Aegipty

2.2.9 Ciri-Ciri Nyamuk DBD

`Adapun cirri-ciri nyamuk aedes Agypti adalah :

1.   Mempunyai ciri-ciri khusus dan paling mudah dikenal adalah warna hitam dan belang-belang
( Loreng-loreng ) putih pada seluruh tubuhnya dan benmtuknya lebih kecil jika dibandingkan
dengan nyamuk biasa.Tubuh nyamuk jika menghisap darah posisinya mendatar. Nymuk yang
menggigit manusia hanya nyamuk aedes betina  (untuk mematangkan telur ), karena nyamuk
jantan lebih tertarik pada cairan yang mengandung gula seperti bunga dan tumbuhan.

2.   Nyamuk ades agypti tidak dapat berkembang biak deselokan atau Got. Nyamuk ini       
bertelur serta pembiakannya di air yang jernih, dimana permukaan air pada dinding tegak lurus
dan terlindung pengaruh mata hari langsung.

3.  Biasanya mengigit ( menghisap darah ) pada pagi sampai sore hari.Ada 2 puncak aktivitas
menggigit yaitu antara pukul 08.00 sampai 10.00 pagi dan pukul 16.00 samai 18.00 sore. Malam
hari nyamuk lebih suka bersembunyi disela-sela pakaian yang tergantung atau korden, terutama
diruang gelap atau lembab.
4.   Nyamuk aedes agypti tergolong antropilik yaitu doyan ( suka ) darah manusia.berbeda
dengan  species nyamuk lain yang biasanya sudah puas menggigit/menghisap darah satu orang
saja, maka nyamuk aedes agypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang, yaitu menggigit
beberapa orang secra bergantian dalam waktu singkat, sehingga semakin cepat proses
penuralaran yang terjadi. Nyamuk ini setiap 2 hari sekali menggigit / menghisap darah manusia.
Bagi nyamuk , darah manusia ini untuk kebutuhan repruduksi ( memetangkan terlur agar dapat
dibuahi pada saat perkawinan.) , biasanya 3 hari setelah menghisap darah, nyamuk akan bertelur
di tempat yang disukai yaitu digenangan air bersih.

5.  Mampu terbang sampai radius 100-200 meter saja sehingga selalu mencari mangsa  dekat .
Mobilisasi penduduk dari tempa yang satu ketempat yang lain berpengaruh besar pada
penyebaran nyamk ini, biasanya nyamuk bersembunyi didalam mobil, perahu, kapal kereta api,
dll.

6.  Pada fase jentik berukuran 0,5-1 cm, selalu bergerak di dalam air ( gerakan berulang – ulang
dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas, kemudian kembali ke bawah ). Pada saat
istirahat, posisinya hamper tegak lurus dangan permukaan air.

7.  Ukuran telur Aedes Agypti sangat kecil ( 0,7 mm ), berwarna hitam dan tahan sampai 6 bulan
ditempat kering dan masih menyimpan larva yang siap menetas ketika turun hujan dan air.
(Administrator.2008)

2.2.10 Diagnosa DBD

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7

b.  Manitestasi Perdarahan

c.  Tombositoperiia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya Ditemukan antara
hari ke 3-7 sakit.

d. Mokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator yang peka Terhadap


jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang secara periodik. Kenaikan Ht
20% menunjang diagnosa klinis Demam Berdarah Dengue.

Meningkatkan derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa secara klinis dapat
dibagi atas (WHO 75).

1.  derajat demam I (ringan)

Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klien  lain, dengan manifestasi perdarahan dengan uji
truniques positif

2.  derajat II (sedang)


Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih berat karena ditemukan perdarahan spontan kulit dan
perdarahan lain.

3.  derajat III (berat)

Penderita dengan gejala shoch/kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (<20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan penderita menjadi
gelisah.

4.  derajat IV (berat)

Penderita shoch berat dengan tensi yang tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat diraba.
(Faizah,2004)

2.2.11 Pencegahan Penyakit DBD

Berdasarkan data pemantauan, sebagian besar jenis container (tempat penampungan air) yang
positif adalah : bak mandi (50%), vas bunga (11%) dan ember (11%), sedangkan sisanya adalah
ban bekas, botol minuman, tempat sampah dan lain-lain. (blog.360.yahoo.com).

Pencegahan paling efektif yang dapat dilakukan adalah :

1.
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) yaitu dengan cara :

1. Fisik

cara ini dikenal dengan kegiatan 3 m yaitu : menguras, (dan menyikat) baik bak mandi, bak wc,
dan lain-lain, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain),
serta mengubur, menyingkirkan atau memusnakan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban dan
lain-lain), pengurasan tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak ditempat itu.
Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3 M yang perluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya,
sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan karena keberadaan
jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.

1. Kimia

Cara memberantas jentik aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain
adalah Temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules), dosis
yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air, larvasida
dengan temephos ini mempunyai efek resdu 3 bulan.
1. Biologi

Dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo,
dan lain-lain). Dapat juga digunakan bacillus thuringlen sisvar, isrealiensis (Bti).

(Depkes,RI.2005)

1.
1. Fogging/ Pengasapan

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pemyemprotan


(pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida, mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-banda bergantung, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah
seperti pemberantasan nyamuk penular malaria.

Inseksida yang padat digunakan antara lain inseksida golongan:

1. organophospat, misalnya malathion


2. pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotri, cypermetrin dan alfa methin
3. carbamat

Alat yang digunakan  untuk penyemprotan adalah mesin fog atau mesin ULV dan penyemprotan
dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu. Untuk membasmi penularan virus dengue
penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval 1 minggu, pada penyemprotan siklus
pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk
yang lainnya akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan
menghisap darah penderita vevimia yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya
penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua, penyemprotan
yang kedua dilakukan 1 minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang
infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.(DepkesRI.2005).

1.
1. Abatiasi (Penggunaan Abate)

Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :

untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE

contoh :

untuk 10 liter air ABATE yang diperlukan = (100/10)x 1 gram = 10 gram ABATE, untuk
menakar ABATE digunakan sendok makan, satu sendok peres berisi 10 gram ABATE.

Bila memerlukan ABATE kurang dari 10 gram, maka dapat dilakukan sebagai berikut :

1. ambil 1 sendok makan peres ABATE dan tuangkan pada selembar kertas.
2. Lalu bagilah ABATE menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang dibutuhkan.

Setelah dibubuhkan ABATE maka :

1. selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik aedes
aegypti.
2. selama 3 bulan bila tempat penampungan tersebut akan dibersihkan / diganti airnya,
hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut.
3. air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar tidak membahayakan dan
tetap aman bila air tersebut diminum.(Depkes,RI,2005)

2.2.12 Pengobatan

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi


keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan
pemberian cairan melalui infuse, demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau
antipivetika. (http://www.tabloid_nakita.com)

2.3 Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) dengan Keadaan Bebas Jentik
DBD

Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk mengatasi masalah
penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan, berbagai upaya pemberantasan
vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai
penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah
gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan
terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi letusan
wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai dampak negative terhadap
lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan kimia diantaranya
melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector dengan melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003).

Demikian juga WHO (2000) telah menyatakan bahwa pemberantasan jentik nyamuk aedes
aegipty dengan 3M Plus dapat efektif menanggulangi penyakit DBD. 3M Plus walaupun
pengerjaannya menggunakan waktu yang agak lama ternyata efektif menurukan kepadatan
populasi nyamuk aedes aegipty atau meningkatkan angka bebas jentik, sehingga menurunkan
resiko terjadinya penyakit DBD. Pelaksanaan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) memang
memerlukan waktu yang agak lama, karena memerlukan peran aktif keluarga, akan tetapi
keberhasilan dalam upaya ini cukup besar dalam rangka penurunan angka penyakit DBD
(Indra,2003).

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HEPOTESIS


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian keperawatan merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian


keperawatan. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang
digunakan kerangka kerja penelitian. Populasi sampel yang akan diteliti. Jumlah sampel yang
diperlukan, teknik sampling yang digunakan, cara mengidentifikasi variabel dengan definisi
operasionalnya, cara pengumpulan data, metode analisis data yang digunakan, keterbatasan
penelitian dan nilai etika penelitian. (Hidayat, 2007).

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah case control. Penelitian ini merupakan
rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan. Rancangan
penelitian ini dikenal dengan sifat retrospektif, yaitu rancangan bangun dengan melihat
kebelakang dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti
(Hidayat,2007)

4.2 Kerangka Kerja

4. 3 Populasi, Sampel, Sampling , dan besar sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti.
Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki subjek atau objek tersebut. (Hidayat,2007)

Pada penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah semua masyarakat yang pernah menderita
DHF diwilayah kerja Puskesmas Gitik Kabupaten Banyuwangi Pada tahun 2008 sebanyak 43
kasus.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian poplasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik yang
dimiliki oleh populasi (Hidayat,2007)

Dengan kriteria sampel pada penelitian ini yaitu :

1. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang
memenuhi syarat sebagai sampel.(Nursalam,2003)
a)      Masayarakat yang bersedia menjadi responden

b)      Masyarakat yang kooperatif

c)       Masyarakat yang pernah terkena DBD sejak tahun 2008.

1. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang menyebabkan
antara lain adalah adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau berada pada
suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.(Hidayat,2007)

a)      Masyarakat yang tidak menetap tempat tinggalnya

b)      Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden

c)      Masyarakat yang tidak kooperatif

4.3.3  Tekhnik Sampling

Tehnik sampling adalah proses menyeleksi porsi populasi untuk dapat mewakili poplasi. Tehnik
sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian. (Nursalam,2003)

4.3.4 Besar sampel

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian ibu pasca persalinan di
puskesmas klatak Banyuwangi . Dan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :

n =     N

1 + N ( d )2

Keterangan : n     = jumlah sampel

N    = jumlah populasi

d     = tingkat signifikan (a ) = 0,05

n =       43           = 39

1 + 43 ( 0,05 )2

4.4 Identifikasi Variabel Penelitian.

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu atau variabel adalah
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh yang lain. (Noto Adminodjo,2005)

4.4.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen ini merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas
dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel ini punya nama lain seperti variabel predictor,
resiko atau kuasa.(Hidayat,2007)

Variabel Independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel
independen ini biasanya dimanipulasi, diukur dan diamati untuk diketahui hubungannya terhadap
variabel lain.(Nursalam,2003)

Pada penelitian ini variabel independen adalah : Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M
Plus).

4.4.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen ini merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel
dependen ini merupakan faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan dari variabel independen.(Nursalam,2003)

Pada penelitian ini variabel dependen adalah: Keadaan Bebas Jentik DBD.

4.5  Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala score


Variabel bebas Kegiatan yang Kegiatan pemberantasan observasi Ordinal 0-3 :
: Tindakan dilakukan masyarakat sarang nyamuk (3M plus) :
Pemberantasa untuk memberantas Kurang
n Sarang jentik,telur dan 1. Menguras dan 4-6 :
Nyamuk kepompong nyamuk menyikat bak
penular DBD di mandi seminggu Sedang
tempat – tempat sekali
perkembangbiakanny 2. Menutup rapat – 7-9 :
a rapat tempat
penampungan air. Baik
3. Mengubur dan
menyingkirkan
barang – barang
bekas
4. Mengganti air vas
bunga, tempat
minum burung,dll
seminggu sekali.
5. Memperbaiki
saluran dan talang
air yang tidak
lancar.
6. Menu tup lubang –
lubang pada
potongan
bambu/pohon
dengan tanah
7. Memelihara ikan
pemakan jentik
dikolam
8. Memasang kawat
kasa
9. Menghindari
kebiasaan
menggantung
pakain dalam
kamar

10.  Mengupayakan
pencahayaan dan ventilasi
ruang yang memadai

11.  Menggunakan
kelambu

12.  Memakai obat yang


dapat mencegah gigitan
nyamuk.
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala score
Variabel Merupakan Keadaan dimana telur, Studi Ordinal > 95 %:
terikat: suatu keadaan jentik, dan dokumentasi Baik.(3-5)
dimana kepompong nyamuk
Keadaan ABJ(Angka penular DBD (Aedes < 95 %:
Bebas Bebas Jentik) Aegipty) berkurang Cukup.
Jentik DBD lebih atau sama atau tidak ada.
dengan 95% (0-2)

4.6  Pangumpulan Data dan Analisa Data

4.6.1  Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi dan studi dokumentasi. Observasi
merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan, melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden penellitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
(Hidayat,2007)

4.6.2  Analisa Data

Analisa data yang digunakan yaitu analisa data bervariabel yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi.(Notoatmodjo,2003)

1. a. Coding

memberi kode-kode pada lembar observasi dan lembar studi dokumentasi.

1. b. Scoring

1)      Variabel Independen        :Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus)

Score Baik             : 7-9

Score Sedang        : 4-6

Score Kurang        : 0-3

2)      Variabel dependen            :Keadaan Bebas Jentik DBD

Score Baik             : 3-5

Score Cukup         : 0-2

1. c. Analisa Statistic dengan Uji Rank Spearmen.

Rumus : ρ = 1 –

Dimana :

ρ          = Rho = Koefisien korelasi, tata jenjang

b          = Beda = (Diferent)

i           = Interval

n          = Sampel

Jika ρ hasil > ρ tabel maka ada hubungan antara variabel independent dan variabel dependent Ho
ditolak, Ha diterima.

4.7 Masalah Etika


Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengajukan permohonan ijin pada Puskesmas Gitik
untuk mendapatkan persetujuan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Gitik. Setelah dilakukan
pengumpulan data dengan menekan masalah etika pada subjek yang diteliti, meliputi :

4.7.1 Informed Consent

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilaksanakan pada subjek yang diteliti. Subjek
diberi tahu tentang maksud dan tujuan dari penelitian jika subjek bersedia, harus ada bukti
persetujuan yaitu dengan tanda tangan.

4.7.2 Anonimity

Subjek tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup kode nomor
saja untuk menjamin kerahasiaan identitas.

4.7.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Penyajian data atau hasil penelitian ditampilkan dalam forum akademik.

Lembar Observasi Untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus)

Nama Responden (inisial)     :

Umur Responden                  :

Alamat Responden                :

Kode Responden                   :

Tanggal                                  :

No Parameter Dilakukan Tidak dilakukan


1. Mengubur kaleng bekas ……………. …………….

2. Menutup tempat penampungan air ……………. …………….

3. Menguras bak mandi seminggu sekali ……………. …………….

4. Mengganti air vas bunga/tempat air ……………. …………….


minum burung
5. ……………. …………….
Memberikan saluran dan talang air yang
6. tidak lancar ……………. …………….

Menutup lubang – lubang pada


7. potongan bamboo/pohon ……………. …………….

8. Menaburkan bubuk larvasida ……………. …………….

9. Memelihara ikan pemakan jentik di ……………. …………….


kolam/bak – bak penampung air
10. ……………. …………….
Memasang kawat kasa
11. ……………. …………….
Menghindari kebiasaan menggantung
12. pakaian dalam kamar …………….. …………….

13. Mengupayakan pencahayaan dan …………….. …………….


ventilasi ruang yang memadai
……………. ……………..
Menggunakan kelambu

Memakai obat yang dapat mencegah


gigitan nyamuk
Jumlah skor

LEMBAR REKAPITULASI STUDI DOKUMENTASI UNTUK KEADAAN BEBAS


JENTIK

Nama Responden (inisial)     :

Umur Responden                  :

Alamat Responden                :

Kode Responden                   :

Tanggal                                  :

No Parameter Ada Tidak


1. Keadaan dimana telur, jentik, dan larva
nyamuk penular DBD (Aedes Aegipty)
berkurang atau tidak ada, minimal >
95%

DAFTAR PUSTAKA
Dinkom.2007.Jadikan PSN Sebagai Budaya.http://www.infokom.jatim.go.id

Indra Cahaya.2003.Pemberantasan vector demam berdarah di Indonesia.

http://www.library.usu.co.id

Tim Editor.2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Departemen IPD FKUI.

Sisila,Pujiastuti.2005 DBD dalam Data. www.Pdat.co.id

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008

Depkes RI.2005.Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengu Di


Indonesia.Jakarta:Dirjen PP&PL

________,2004.Dengue dengan Permasalahannya.http://www.mediando.co.id

Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah       Dengue di


Indonesia.http://www.library.usu.co.id

Staff  Pengajar Fkui 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Bagian IKA FKUI

Hidayat. Aziz.2007. Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Surabaya: Salemba
Medika

Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Medika Salemba.

Noto Adminodjo, S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta


About these ads

Rate this:

 
 
 
 
 
 
1 Votes

Like this:

Tag Demam Berdarah, Epidemik, Ilmu Komunitas, Kesehatan, Makalah, Wadung, Wadung
Indah Permai
Kategori Makalah

2 komentar Post your own or leave a trackback: Trackback URL

1. Larvasidasi Berdasakan Data Kasus DBD di Desa Suwawal Timur Kecamatan


Pakis Aji Kabupaten Jepara Periode April 2010 « Mindly Oriented Anatomy
mengatakan:

10 Juli 2011 pada 4:26 pm

[...] [6] Ghandi. Makalah demam berdarah dengue [article on the internet; 2010].
Available from: http://wadung.wordpress.com/2010/03/22/makalah-demam-berdarah-
dengue/ [...]

Balas

2. GUSTINA DELKISS SITOMPUL mengatakan:

30 Maret 2012 pada 8:58 pm

thankkkkzzz yoooooooo

Balas

Tinggalkan Balasan

 in gadget
o Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi
nanti.
 bookmark
sekilas info

 Klik tertinggi
o discovertheforest.org
Blog pada WordPress.com. | Tema: Wu Wei oleh Jeff Ngan.
Kembali ke paling atas
Ikuti

Follow “Wadung Indah Permai”

Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai