KELOMPOK 3
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas metodologi dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS”.
Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak rahmat-Nya pada penulis, tapi penulis
terkadang lupa mensyukuri rahmat dan nikmat teersebut. Banyak tantangan yang dihadapi penulis
dalam menyusun makalah ini. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah
ini terselesaikan. Telah banyak sekali pihak-pihak yang secara disadari maupun tidak disadari,
langsung atau tidak langsung telah dibuat repot dalam membantu penulis dalam membuat makalah
ini.
Walaupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan penulis agar makalah ini
dapat berguna dalam menjadi bahan bacaaan. Sesungguhnya yang benar hanya dari Allah SWT
semata dan yang salah dari kelemahan penulis.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus ( H I V ) adalah virus yang menumpang hidup dan merusak
sistem imun tubuh. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome ( A I D S ) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus ( H I V ),
(Brunner&Suddarth; edisi 8)
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana konsep teori HIV/AIDS dari asuhan keperawatan pada pasien penderita HIV/AIDS?
C.Tujuan
PEMBAHASAN
1. Defenisi
Human Immunodeficiency Virus ( H I V ) adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem
imun tubuh. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome ( A I D S ) adalah kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus
Human Immunodeficiency Virus atau di sering di singkat dengan ( H I V ) merupakan virus yang
dapat menyebabkan penyakit AIDS. H I V menyerang manusia dan menyerang sistem imun
( kekebalan ) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi yang menyebabkan
kekurangan (defisiensi) sistem imun.
Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh
2 Etiologi
HIV) primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
b. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
c. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
d. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi
neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk
kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena.
c. Partner seks dari penderita AIDS.
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi
3 Manifestasi Klinis
Pasien dengan penyakit AIDS mempunyai riwayat tanda dan gejala penyakit. Pada infeksi H I V
primer akut yang lamanya 1 sampai 2 minggu, pasien mulai merasakan sakit seperti influenza. pada
saat fase supresi imun simtomatik ( tiga tahun ) pasian akan mengalami demam, berkeringat di
malam hari, berat badan menurun, diare, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan
kognitif, dan lesi oral.
Pada saat HIV menjadi AIDS ( 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS). akan terjadi gejala
oportunistik yang paling umum adalah pneumocystic carini, Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial,
atipikal.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala
penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
Sejak tanggal 1 januari 1993, masyarakat dengan keadaan indicator AIDS ( kategori C, A3 dan B3)
di anggap menderita Acquired Immune Deficiency.
Beberapa klasifikasi tanda klinis sesorang yang di duga menderita AIDS
Kategori ini mecakup satu atau lebih keadaan di bawah ini pada dewasa atau remaja dengan
infeksi HIV yang sudah di pastikan tampa keadaan dalam kategori B klinis dan C klinis yaitu : 1.
Infeksi HIV yang simtomatik
.
4 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
HumanImmunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4
terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman
ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini
akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi
infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
5 Pemeriksaan penunjang
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
g. Neurosensori
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi
buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon melambat.
Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase,
kejang Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan :
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak
otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan :
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius, batuk (mulai sedang
sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan
sputum).
j. Keamanan :
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna,
ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak,
paha) Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas :
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia
l. Interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi, perobahan
penyusunan tujuan.
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan responimun , kerusakan
kulit.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Bare,2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan suddart, Edisi 8,
Jakarta, EGC