BAB I PENDAHULUAN
1.1...................................................................................Latar Belakang iv
1.2...............................................................................Perumusan Masalah iv
1.3................................................................................Tujuan dan Manfaat v
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ..................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam kehidupan ekonomi sehari-hari selalu terdapat permintaan (demand) dan
penawaran (supply) yang saling mempengaruhi. Dalam ilmu ekonomi kata permintaan dan
penawaran sudah tidak asing lagi bagi kita, akan tetapi pengetahuan kita akan pengertian dua
kata tersebut masih sangat minim. Bahkan kebanyakan dari kita hanya bisa mengucapkannya
saja. Bisa di jelaskan secara singkat bahwa, Permintaan adalah Jumlah barang yang di minta
oleh konsumen pada saat membeli suatu barang tertentu dengan jumlah tertentu dalam waktu
tertentu.
Penawaran Adalah banyak nya barang yang di tawarkan atau disediakan oleh
produsen dan distributor kepada konsumen
PEMBAHASAN
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima
oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu
ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima
sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga
lainnya serta untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai
alat penunda pembayaran. Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara
umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun
kekayaan.
Menurut Sadono Sukirno dalam bukunya yang berjudul “Makro Ekonomi”, yang
dimaksud dengan permintaan uang adalah jumlah uang yang diperlukan masyarakat dalam
suatu waktu tertentu. Uang memang sangat diperlukan masyarakat untuk melakukan berbagai
kegiatan dengan berbagai tujuan. Dan umumnya, semakin maju perekonomian suatu negara,
akan semakin tinggi permintaan uangnya.
Pada pembahasan sebelumnya, permintaan uang diartikan sebagai jumlah uang yang
diperlukan masyarakat dalam suatu waktu tertentu.
Menurut John Maynard Keynes seorang ahli ekonomi Inggris, ada tiga motif yang
mendorong manusia lebih menyukai menyimpan uang dalam bentuk tunai, yaitu motif
(transaksi) (transaction motive), motif berjaga-jag. (precautionary motive), dan motif
berspekulasi (speculative motive), yang disebut liquidity preference.
Menurut Keynes, kurva permintaan uang dapat digambarkan untuk setiap motifnya.
a. Kurva Permintaan Uang Menurut Motif Transaksi
Banyak sedikitnya permintaan uang untuk transaksi ditentukan oleh pendapatan. Semakin
tinggi pendapatan, semakin banyak uang yang diperlukan untuk transaksi. Hal ini dapat
digambarkan dalam kurva berikut.
Pada saat pendapatan sebesar Y0, permintaan uang untuk transaksi sebanyak M0. Dan pada
saat pendapatan naik menjadi Y1, permintaan uang untuk transaksi sebanyak M1.
Banyak sedikitnya permintaan uang untuk berjaga-jaga juga ditentukan oleh pendapatan.
Semakin tinggi pendapatan, semakin banyak uang yang diperlukan untuk berjaga-jaga. Hal
ini digambarkan dalam kurva berikut.
Kurfa: Permintaan Uang Menurut Motif Berjaga-Jaga
Banyak sedikitnya permintaan uang yang digunakan untuk spekulasi ditentukan oleh suku
bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin sedikit permintaan uang yang digunakan untuk
spekulasi.
Mengapa demikian? Karena suku bunga yang tinggi menyebabkan orang lebih tertarik
menabung di bank dibandingkan berspekulasi. Dan sebaliknya, semakin rendah suku bunga,
semakin banyak permintaan uang yang digunakan untuk spekulasi.
Adalah Untuk memperdalam wawasan tentang konsep permintaan uang, berikut kita akan
membahas pengertian permintaan uang, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang
dan kurva permintaan uang.
Apa yang dimaksud dengan permintaan uang? Menurut Sadono Sukirno dalam bukunya yang
berjudul “Makro Ekonomi”, yang dimaksud dengan permintaan uang adalah jumlah uang
yang diperlukan masyarakat dalam suatu waktu tertentu. Uang memang sangat diperlukan
masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan dengan berbagai tujuan. Dan umumnya,
semakin maju perekonomian suatu negara, akan semakin tinggi permintaan uangnya.
Menurut Sadono Sukirno dalam bukunya “Makro Ekonomi”, yang dimaksud dengan
penawaran uang secara umum adalah jumlah uang yang ada (beredar) dalam perekonomian
pada suatu waktu tertentu. Dengan bahasa yang lebih singkat, penawaran uang bisa diartikan
sebagai jumlah uang yang beredar.
Selanjutnya, menurut Sadono Sukirno, penawaran uang dapat diartikan secara sempit
dan secara luas. Arti penawaran uang secara sempit adalah jumlah uang kartal dan uang giral
yang beredar pada suatu waktu tertentu. Adapun arti penawaran uang secara luas adalah
jumlah uang kartal, uang giral dan uang kuasi yang beredar pada suatu waktu tertentu. Yang
dimaksud uang kuasi adalah uang yang tersimpan di bank dalam bentuk tabungan, deposito
berjangka dan tabungan valuta asing milik swasta domestik (swasta dalam negeri.
Penggolongan uang beredar dalam arti sempit bermanfaat untuk mengetahui berapa
jumlah uang yang dapat digunakan untuk melancarkan transaksi perdagangan. Adapun
penggolongan uang beredar dalam arti luas selain bermanfaat untuk mengetahui berapa
jumlah uang yang dapat digunakan untuk melancarkan transaksi perdagangan, juga
bermanfaat untuk mengetahui berapa jumlah uang yang dalam waktu singkat dapat
digunakan untuk membeli barang dan jasa.
c. Tingkat Harga
Tingkat harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penawaran uang.
Kenaikan biaya produksi (misalnya disebabkan oleh naiknya harga BBM akibat pengurangan
subsidi) umumnya akan menyebabkan naiknya hargaharga barang dan jasa. Jika harga-
harga barang dan jasa naik, maka harus tersedia lebih banyak uang agar masyarakat bisa
membayar kenaikan tersebut. Itu berarti, pemerintah perlu menambah jumlah uang yang
beredar.
d. Selera Masyarakat
Selera masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penawaran uang.
Jika selera masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat maka akan mendorong
peningkatan permintaan. Jika permintaan meningkat, maka harga barang dan jasa akan
meningkat. Jika harga barang dan jasa meningkat, maka pemerintah harus menambah jumlah
uang yang beredar, agar masyarakat bisa membayar kenaikan tersebut.
Meningkatnya produksi barang dan jasa merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penawaran uang. Selain mampu memengaruhi permintaan uang,
meningkatnya produksi barang dan jasa juga bisa memengaruhi penawaran uang.
Peningkatan produksi barang dan jasa yang tidak diimbangi dengan penambahan jumlah uang
yang beredar akan mengakibatkan deflasi. Agar tidak terjadi deflasi, pemerintah perlu
menambah penawaran uang (jumlah uang yang beredar).
Kebijakan anggaran yang dianut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penawaran uang. Jika negara menjalankan kebijakan anggaran defisit, maka semakin tinggi
belanja negara akan semakin tinggi pula penawaran uang, sebab Bank Sentral harus
menyediakan uang lebih banyak untuk menutupi anggaran yang defisit. Salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan mencetak uang baru. Dan, pencetakan uang baru sudah pasti akan
menambah penawaran uang (jumlah uang yang beredar).
Pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-dana atau surat-surat
berharga yang mempunya jangka waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun dan dapat
disalurkan melalui lembaga-lembaga perbankan. Pasar uang sering juga disebut pasar kredit
jangka pendek.
Keseimbangan pasar uang tercapai bila permintaan uang telah sama dengan penawaran
uang. Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang
konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk keseimbangan uang riil.
Kurva LM akan bergeser bila permintaan dan atau penawaran uang berubah. Jika ada
penambahan jumlah uang beredar dan permintaan uang bertambah maka kurva LM akan
bergeser ke kanan (dari Lm0 ke Lm1). Begitu pula sebaliknya jika jumlah uang beredar dan
permintaan uang berkurang maka kurva LM akan bergeser ke kiri.
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir
atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
[1]
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan
ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah
uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau
singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang
beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank
Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan
inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar
yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir
atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.