Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

Praktik Klinik Keperawatan Komunitas Dan Keluarga, Mahasiswa


Program Studi Profesi Ners

Diusulkan Oleh :

Nama NPM
Billy Robinara 21260002

M.Jefri Aprizal 21260004

Berry Arya Kusuma 21260023

Desti Sartika 21260005

Leo Anggara 21260021

Oktika Purnama 21260006

Yuwen Centisia 21260007

Yuliana Pratiwi 21260132

Viana Restiani 21260131

Dewi Puspasari 21260130

Aldino 21260155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU (UNIVED)
TAHUN 2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan hasil praktik Asuhan Keperawatan Komunitas dalam Konteks


Pelayanan Kesehatan Utama di Rt.11 Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan
Singgaran Pati Kota Bengkulu, 06 juni - 2 juli 2022 telah mendapatkan
persetujuan pada tanggal juni 2020.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik (CI)


UPT Puskesmas Sibela

Mengetahui,
Kaprodi Sarjana Keperawatan,
Program Studi Profesi Ners
Universitas Dehasen Bengkulu

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Praktek
Klinik keperawatan komunitas dengan sebaik-baiknya. Dalam penulisan laporan
ini melibatkan berbagai pihak khusunya kepada warga Rt.11 Kelurahan Jembatan
Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota Bengkulu. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada berbagai pihak yang bersangkutan dalam menyelesaikan penulisan
laporan ini. laporan ini penulis susun untuk memenuhi tugas praktik Klinik
keperawatan komunitas dan keluarga, Mahasiswa Program Studi Profesi Ners.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan terdapat banyak kesalahan dan


kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Bengkulu, Juni 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………..i
HALAMAN PENGESAHAN….…………………………………………………ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Tujuan …………………………………………………………………….2
C. Manfaat ….. ………………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN TEORI…….………………………………………………...5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian………………………………………………………………..28
B. Analisa Data ……………………………………………………………..37
C. Prioritas Diagnosa………………………………………………………..38
D. Diagnosa Keperawatan Komunitas ……………………………………...39
E. Rencana Keperawatan …………………………………………………...40
F. Planning of Action (POA) ……………………………………………….43
G. Implementasi …………………………………………………………….45
H. Evaluasi ………………………………………………………………….46
I. Rencana Tindak Lanjut ………………………………………………….49
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………...50
B. Saran ……………………………………………………………………..50
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian
asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan yang banyak
diderita oleh komunitas tersebut. Dengan terlebih dahulu melakukan
screening kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang banyak
diderita oleh masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain
diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus
dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit
“ atau kesehatan tersebut (Sumijatun, 2012).
Selama 06 juni - 2 juli 2022 tugas praktik Klinik keperawatan
komunitas dan keluarga, Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, di Rt.11
Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota Bengkulu, untuk

5
memberikan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga secara holistic
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat setempat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang
telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Komunitas di Rt.11 Kelurahan Jembatan Kecil
Kecamatan Singgaran Pati Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di
Rt.11 Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota
Bengkulu.
b) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di Rt.11
Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota
Bengkulu.
c) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada
masyarakat di di Rt.11 Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan
Singgaran Pati Kota Bengkulu.
d) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di Rt.11
Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota
Bengkulu.
e) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Rt.11 Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota
Bengkulu.
f) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Rt.11 Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singgaran Pati Kota
Bengkulu.

6
C. Manfaat
1. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan sebagai bahan ataupun data untuk menyusun
kebijaksanaan dalam program kerja dibidang kesehatan.
2. Bagi pendidikan
Sebagai sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengerti dan menyadari permasalahan kesehatan
yang ada dan mencoba menanggulanginya serta masyarakat dapat
mengerti gambaran tentang status kesehatannya.
4. Untuk mahasiswa
Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan dengan
keadaan permasalahan yang ada dimasyarakat untuk mendapatkan
pengalaman belajar mengenai masalah dimasyarakat dan mampu
menentukan langkah-langkah penyelesaiannya.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai
klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas
individu dari Neuman (2010) dalam Anderson (2013) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan
batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi
model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan
sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita
resiko tinggi seperti penderita penyakit demam, darah tinggi dan diare.
Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan
berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

5
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan
strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu
primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas
dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok.

6
Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang
melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan
perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi,
anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikan sebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah
tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,
berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2011):
1) Falsafah Keperawatan
Kesehatan Komunitas Keperawatan kesehatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan
masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang
mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat
komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan.
2) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan

7
sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi
sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2011).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-
tahapan berikut:
a) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang
menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan
kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat
dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui
pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada
individu, keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan dan
mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan
pendidikan kesehatan.
e) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat
f) Tahap akhir Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan
pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk
perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

B. Konsep Keperawaatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010). Misalnya di dalam kesehatan

8
di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan
komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat
melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau

9
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

10
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus

11
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.
Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan
untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus
kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan
perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan
program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga
dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang
bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan
klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain

12
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja
dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas
dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,
perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2011).

C. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di
dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan

13
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan
perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai
hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien
adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli

14
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,
observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien
menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu

15
selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase
ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu
klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatan (Mubarak, 2011).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan
pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga
merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang
sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka
miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup
sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2011).

16
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis.
Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan
komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship
dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
(Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau
kelompok adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok
antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk

17
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data

18
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan

19
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya
dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak,
2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen

20
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak,
2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

E. Teori Perubahan Komunitas


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan
seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :

21
a) Ada perubahan yang akan dilakukan
b) Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c) Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d) Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
a. Diagnosis
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang
yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan
mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.
2. Teori roger (1962 )
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang 3 tahap
perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang terlibat
dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut dilaksanakan.
Roger (1962) menjelaskan 5 tahap dalam perubahan,yaitu:
kesadaran,keinginan,evaluasi,mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga
sebagai AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption).
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap perubahan
lebih kompleks dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin (1951). Terutama
pada setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima
atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu
saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang
menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung individu
yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan maju serta
mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya

22
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu,
situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan,
disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang
memengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain, atau situasi
lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari
perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi perubahan.
Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit (1973) adalah
mengidentifikasi 7 tahap dalam proses perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan
harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta
dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering berpikir dan
mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data -data yang
dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi tentang perubahan
dimiliki seorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat
diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan,
harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan tersebut, karena
setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu menginformasikan
tentang fenomena yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi perubahan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan
kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlibat di
dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan yang
tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin
timbul, dan dukungan yang akan diberikan.Mengingat mayoritas praktik
keperawatan berada pada suatu organisasi/instansi, maka struktur

23
organisasi harus dikaji apakah peraturan yang ada, kebijakan, budaya
organisasi, dan orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau
justru menghambatnya. Fokus perubahan pada tahap ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
terhadap proses perubahan tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer
dalam proses perubahan.Pandangan manajer tentang perubahan harus
dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu
menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan
perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-masukan dari staf dan
selalu mencari solusi yang terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu
kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu
dilakukan ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
e) Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau
manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan dapat
memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia
bisa berperan sebagai seorang “mentor yang baik.” Perubahan akan
berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai
pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan
perubahan tersebut.
f) Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan
dengan komitmen yang ada.Komunikasi harus terbuka dan terus

24
diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan
yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak.
g) Tahap 7: Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti
oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus
dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai
peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang
telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia menjadi konsultan dan
secara aktif terus terlibat dalam perubahan
4. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan
perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai
perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara
agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model
Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan

25
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan

Tabel 1. Perbandingan Teori Perubahan


No Redin Lewin Lippit Rogers Havelock Spradley
1 Diagnosa Unfreez Mendiagnosa Kesadaran Membangu Mengenali
ing masalah n hubungan masalah
2 Penetapa Mengkaji Mendiagnos Mendiagnos
n tujuan motivasi dan a masalah a
bersama kemampuan menganalisa
untuk jalan keluar
berubah
3 Penekana Moving Mengkaji Minat Mendapatka Memilih
n motivasi evaluasi n sumber perubahan
kelompok denga sumber percobaan yang
agen berubah berhubunga
n
4 Informasi Menyeleksi Memilih Merencanak
maksimal objek akhir jalan an
perubahan perubahan
yang
progresif
5 Diskusi Memilih Melaksanak
tentang peran yang an
penatalak sesuai untuk perubahan
sanaan agen berubah
6 Pengguna Mempertahan Meningkatk Mengevalua
an upaya kan an si
ritual perubahan penerimaan perubahan
7 Intervensi Refreez Mengakhiri Adopsi Stabilisasi Menstabilka
penolaka ing hubungan dan n perubahan
n saling perbaikan
membantu diri

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Geo-sosial Maping
1. Deminsi Fisik
a. Kelahiran (rata-rata kelahiran pertahun, kelahiran tidak diinginkan,
aborsi): angka kelahiran pada tahun 2021-2022 berjumlah 12,
kelahiran tidak diinginkan tidak ada, aborsi tidak ada.
b. kematian(rata-rata kematin pertahun, umur tertentu, penyebab khusus):
Jumlah kematian di kelurahan jembatan kecil Rt. 11 ada 2 orang tahun
2022, 1 orang lansia disebabkan oleh lansia, 1 orang remaja.
c. Kesakitan:

Penyakit Insiden Prevalensi

jantung 2 per tahun


2022

Hipertensi 19 per tahun 2022

DM 3 per tahun 2022

Asam urat 4 per tahun 2022

Bagaimana rata-rata angka kesakitan dan kematian bila dibandingkan


dengan tahun sebelumnya?
Bandingkan dengan angka kejadian serupa dengan tingkat provinsi
dan nasional (menurut resit kesehatan dasar kemenkes RI,
dll)? .........................................................................................................
........................................................................................................

Apakah imunisasi pada masyarakat tersebut mengalami masalah


( tidak lengkap , sikap menolak,imunisasi , dll ) ? Apakah masyarakat
tersebut memerlukan imunisasi tertentu yang
spesifik? ..................................................................................................
.........

27
d. Lokasi komunitas ( batas, Rt/kabupaten/kecematan ) :
 Batas utara : batas Rt.10
 batas selatan : batas jl.rinjani Rt.9 kelurahan jembatan kecil
 Batas barat : kelurahan tanah patah
 Batas Timur : batas jl.rinjani Rt.10 kelurahan jembatan kecil

e. Luas wilayah Rt. 11 dan kepadatan penduduk keliling :lebih kurang 12


Hektar

f. Gambaran Topogarfi wilayah yang menonjol (sungai /gunung /


lembah /jurang, dll) :
Wilayah di kelurahan jembatan kecil Rt.11 sebagian besar terdiri dari
daratan dan sebagian kecil merupakan daerah yang berasal dari lahan
perkebunan,iklim yang ada di kelurahan jembatan kecil Rt.11 ini
sebagai mana daerah di wilaya indonesia mempunyai iklim kemarau
dan penghujan .

g. Sumber air bersih masyarakat:


Masyarakat kelurahan jembatan kecil Rt.11 sebagian besar masyarakat
mengunakan sumber air yang berasal dari sumur gali, sumur bor dan
PDAM untuk kebutuhan rumah tangga seperti minum,mencuci, mandi.

h. Pengolahan dan pembuangan air limbah ( limbah Rumah tangga,


industri rumahan, dll. ) :
Rata-rata masyarakat di kelurahan jembatan kecil Rt.11 saluran
pembuangan air limbah rumah tangga di buang ke GOT, tetapi limbah
tidak di olah langsung oleh masyarakat,karena sampah sebagian
dibakar dan diangkut oleh petugas sampah

i. Faktor pengganggu lain :


Di kelurahan jembatan kecil Rt.11tidak ada faktor penganggu

j. Potensi bencana
Di kelurahan jembatan kecil Rt.11 ini merupakan daerah yang
berpotensi bencana banjir khususnya di daerah perbatasan karna akibat
air got yang tidak lancar.

2. Demensi psikologi
a. Harapan masa depan komunitas :
Masyarakat berharap agar daerahnya dapat di lindungi dari
bencana,masyarakat berharap agar infrastrukur segera di bagun seperti
pembangunan got diperdalam dan di perluas khususnya di Rt.11, Rt.11

28
bisa lebih maju dan fasilitas yang di perlukan oleh masyarakat dapat
terpenuhui.

b. Intraksi kelompok dengan komunita secara umum ( suku kedaerahan) :


Masyarakat kelurahan jembatan kecil Rt.11 ini saling berinteraksi satu
sama lain di lingkungan sosial dan saling menghargai anatar
masyarakat.dan jika ada masalah yang ada di masyarakat akan di
selesaikan dengan musyawarah bersama.

c. Pelayanan perlindungan ( cukup / kurang / tidak aman, rata-rata


kejadian kejahatan, rata-rata penggunaan ansuransi ) :
Di kelurahan jembatan kecil Rt.11 ini terdapat pos jaga malam dengan
adanya hal tersebut lingkungan menjadi aman dan faktor kejahatan
rendah.

d. Jaringan komunikasi ( media, saluran informal ( pengaruh terhadap


komunitas, wilayah ditempati ) :
Hampir seluruh masyarakat kelurahan jembatan kecil Rt.11 ini dapat
memanfaatkan sumber komunikasi yang ada seperti televisi,
handphone, dan radio sebagai sumber informasi dan komunikasi

e. Sumber stress di masyarakat


Sebagian besar masayarakat yang ada di kelurahan jembatan kecil
Rt.11 stress dengan tidak ada nya duit berhubungan tidak adanya
pemasukan dan sering terjadinya banjir di daerah perbatasan tanah
patah.

3. dimensi social
a. Bahasa yang di gunakan penduduk setempat
Sebagian besar masayarakat yang ada di kelurahan jembatan kecil
Rt.11 menggunakan bahasa Indonesia,dan bahasa daerah.

b. Tingkat pendapatan masyarakat (angka kemiskinan, program bantuan


usaha rakyat):
Tingkat sosial ekonomi di Rt.11 kelurahan jembatan kecil memiliki
pendapatan dari mata pencarian dari berkebun,berdagang serta buruh
lepas harian

c. Pendidikan (level mayoritas pendidikan, ketersedian pasilitas


pendidikan, lokasi fasilitas pendidikan ):
Pendidikn terbanyak di kelurahan jembatan kecil Rt.11 adalah tamatan
SLTA.

d. Agama (mayoritas, kegiatan dan fasilitas keagamaan, pengaruh agama


pada kesehatan

29
Mayoritas masyarakat di kelurahan jembatan kecil Rt.11 beragama
islam

f. Ketersediaan lapangan kerja di masyarakat :


Di kelurahan jembatan kecil Rt.11 lapangan pekerjaan masih kurang
tersedia karena masih ada masyarakat yang menganggur atau belum
dapat pekerjaan.

g. Transportasi (tipe ketersediaan, biaya atau ongkos, kecukupan


Transportasi yang ada di kelurahan jembatan kecil Rt.11 adalah motor
dan mobil, angkot.

h. Fasilitas pasar (tipe, keteredian, biaya, pemanfaatan oleh masyarakat


Fasilitas pasar yang terdekat di kelurahan jembatan kecil Rt.11 ada
pasar panorama setiap hari masarakat biasanya pergi ke pasar untuk
membeli perlengkapan rumah tangga, isi dapur, dan dll.

i. Fasilitas sosial (tipe ketersediaan, biaya, pemanfaatan oleh


masyarakat):
Fasilitas sosial yang terdapan di kelurahan jembatan kecil Rt.11 yang
biasanya digunakan masyarakat seperti fasilitas sekolah, fasilitas
puskesmas, fasilitas jalan raya, fasilitas tempat beribadah, fasilitas
pasar dan fasilitas olahraga.

j. Pekerjaan utama anggota masyarakat setempat


Sebagian besar masyarakat kelurahan jembatan kecil Rt.11 memliki
pekerjaan pedangang, petani, buru, swasta dan pegawai negeri sipil
(PNS).

k. Pengusaha (ukm) setempat (pengandaam program setempat pegawai)


Terdapat kebun sayur, terdapat puskesmas tempat masyarakat berobat

l. Hazar dalam pekerjaan


Faktor cuaca yang ada di kelurahan jembatan kecil Rt.11 yang sering
hujan dapat membahayakan masyarakat terutama yang bekerja di luar
ruangan

4. dimensi prilaku
pola konsumsi
a. nutrisi (stastus gizi masyarakat secara umum, jenis makanan yang
umum di konsumsi, kebutuhan nutrisi khusus, prevalensi anemia
obesitas.

30
Masyarakat di kelurahan jembatan kecil Rt.11 tidak ada yang
mengalami masalah nutrisi, jenis makanan yang biasa di konsumsi
adalah sayur, dan lauk+pauk.

b. alkohol (pola konsumsi alkohol masyarakat, kekerasan akibat ( pola


alkoholisme).
Tidak ada masyarakat yang mengkonsumsi alkohol dan belum ada
insiden kejahatan yang terjadi di lingkungan masyarakat berhubungan
dengan pengunaan alkohol.

c. Penggunaan obat obatan ( sesuai hukum atau legal, tidak sesuai


hukum/ legal )
Tidak ada masyarakat yang ada di kelurahan jembatan kecil Rt.11 ini
mengunakan atau transaksi obat-obatan terlarang.

d. perilaku merokok (banyaknya perokok, ketersediaan program berhenti


merokok, ketersediaan program pencegaan merokok.
Sebagian besar masyarakat di kelurahan jembatan kecil Rt.11
khususnya laki-laki merokok dan belum ada program untuk
pencegahan merokok.

5. Aktifitas luang
a. Kegiatan untuk mengisi waktu mengisi waktu luang anggota
masyarakat :
Biasanya masyarakat menghabiskan waktu luang dengan bersantai di
rumah.
b. Fasilitas rekreasi `(ketersedian, pemanfaatan, biaya, harga :
Fasilitas rekreasi di kelurahan jembatan kecil Rt.11 tidak ada, sebagian
besar masyrakat pergi ke daerah pantai, BIM kota Bengkulu.
c. Hazards kesehatan yang ada di tempat rekreasi :
Hazard yang ada di tempat rekreasi adalah Kecelakaan jatuh,, hanyut,
dan dll.

31
perilaku lain-lain

a. Penggunaan sarana pengamanan (kebakaran/gempa/banjir/dan lain-lin


Penggunaan terdapat titik evakuasi jika terjadi bencana alam dan ambulan
jika ada penaganan kegawatdaruratan.
b. Alat konrasepsi
Wanita usia subur di kelurahan jembatan kecil Rt.11 mengunakan alat
kontrasepsi antara lain kondom, suntik, spiral, IUD, pil, implant.
c. Diagram organisasi komunitas (dusun/kampung/desa)
(struktur organisasi perangkat desa atau dusun setempat)

32
Struktur organisasi perangkat kelurahan jembatan kecil Rt.11

KEPALA DESA
(YUDI SUTANTO

SEKDES
(Hartono, SE)

KASI KASI KASI


PELAYANAN PEMERINTAHAN KESEJAHTERAAN
(YULIAN ADI P) (TEJO KASIYANTO) (TRI SUDIARTO) KAUR KAUR KAUR
TU DAN UMUM PRENCANAAN KEUANGAN
(TRIO (AHMAD PAJARBI) (SIGIT WIDIARTO)
ANDRIATAMA)

KADUS I KADUS II KADUS III


(TEDI PRAWOTO) (GUNAWAN. M) (APRIADI ENISAN)

KADUS IV KADUS V KADUS VI


(SUGENG IRWANTO) (SODIKIN) (SANDIMAN)

33
B. Sitem kesehatan lokal
1. Sikap masyarakat terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan
(definisi, dukungan terhadap ketersediaan pelayan
Masyarakat memanfaatkan fasilitas yang ada di lingkungan masyarakat
seperti puskesmas, dan jika ada posyandu lansia , remaja, bayi, balita,
dan masyarakat selalu datang.

2. Pelayanan kesehatan dan sumbernya (tipe, ketersediaan, biaya,


ketersediaan, kemanfaatan.
Pelayanan kesehatan yang ada di kelurahan jembatan kecil Rt.11
terdapat 1 puskesmas.

3. Perawatan prenatal (ketersediaan, kecukupan pelayanan):


Masyarakat biasanya mengunjungi bidan setempat dan pelayanan
puskesmas yang ada di kelurahan jembatan kecil Rt.11.

4. Pelayanan kegawat daruratan (ketersedian, kecukupan pelayanan):


Jika ada pristiwa atau kejadian yang bersifat kegawat daruratan
biasanya langsung di bawa ke puskesmas kelurahan jembatan kecil
Rt.11.

5. Pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan (ketersedian, kecukupan


pelayanan):
Masyarakat biasanya mendapat pendidikan kesehatan dari puskesmas.

6. Pelayanan perawatan kesehatan (ketersediaan asuransi kesehatan,


kecukupan tersedianya asuransi, kecukupan cakupan pembiayaan
asuransi dalam pengobatan dan perawatan, dukungan dana pajak):
Masyarakat kelurahan jembatan kecil Rt.11 sebagian besar
mengunakan asuransi kesehatan BPJS.

kalender lokal
(peringatan rutin masyarakat, perayaan tahunan masyarakat lokal,
kegiatan adat budaya setempat)

34
C. Sejarah daerah setempat
Pada tahun 1917 adanya kedatangan orang belanda yang pertama
kali membuka hutan belantara yang diberi nama ondernaming Bukit
Kabah, dan pada tahun 1953 belanda membagi wilayah ondernaming
menjadi 4 wilayah yaitu Sambirejo, Sumber Bening, Batang Gelang, dan
Mojorejo. Tahun 1958 terjadi perubahan nama dari Batang Gelang
berubah menjadi Sumber Urip. Tahun 1968 dibangunnya SD Negeri 34 di
Sumber Urip yang memiliki guru 4 orang. Pada tahun 1982 terjadi
pemekaran desa sumber urip yang kemudian diberi nama Desa Karang
Jaya. Pada tahun 1983 dibangunnya puskesmas pembantu yang kemudian
berubah menjadi puskesmas induk dan dibangunnya balai desa.
Setelah pembagian desa tersebut menjadi 4 bagian wilayah
khususnya masyarakat desa Batang Gelang langsung menunjuk Bapak
Ismail sebagai kepala desa yang pertama. Dan beliau menjabat selama 2
tahun. Kemudian pada tahun 1955 masyarakat melakukan pemilihan
kepala desa kembali, dan terpilihlah Bapak Mulyadi sebagai kepala desa
yang kedua dan berakhir pada tahun 1960. Pada masa kepemimpinan
bapak mulyadi inilah berdasarkan kesepakatan-kesepakatan dari
masyarakat kemudian batang gelang berubah nama diganti menjadi sumbir
urip pada tahun 1958.

D. Kisah hidup tokoh masyarakat


(Kisah hidup tokoh yang berpengaruh atau tokoh masyarakat atau tokoh
adat yang di jadikan panutan oleh masyarakat di Rt.11 kelurahan jembatan
kecil)

35

Anda mungkin juga menyukai