Anda di halaman 1dari 4

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada
diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan
diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Kita tanamkan dalam hati bahwa seandainya seluruh manusia dan jin bersatu untuk
membuat kita celaka, maka mereka tidak akan mampu mencelakai kita kecuali jika Allah
menghendaki hal itu. Demikian pula seandainya seluruh manusia dan jin bersatu untuk
memberikan manfaat kepada kita, maka mereka tidak akan memberikan manfaat kepada
kita kecuali apabila Allah menetapkan hal itu. Oleh karenanya, marilah kita menyerahkan
semua urusan kepada Allah ta’ala dan kita percaya penuh kepada-Nya. Apa pun yang Allah
kehendaki terjadi, pasti akan terjadi, dan apa pun yang tidak Allah kehendaki, pasti tidak
akan pernah terjadi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Marilah kita ingat selalu bahwa kita sekarang ini bukan tengah berada di surga, melainkan
kita berada di kehidupan dunia. Sebagaimana kita tahu bahwa dunia adalah tempat berbagai
musibah dan bala. Dunia ini memperdaya, mendatangkan mara bahaya dan pada akhirnya
berlalu begitu saja. Marilah kita bertawakal kepada Allah dan bersabar atas musibah yang
Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai kita memprotes atau menyalah-nyalahkan Allah.
Allah ta’ala berfirman :
Saudaraku seiman,
Jika kita terkena musibah, hendaklah kita meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam kesabarannya. Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sahabat Anas
bin Malik radliyallahu ’anhu bahwa ia masuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk melihat putranya yang bernama Ibrahim saat sakratul maut. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengambilnya dan menciumnya. Kemudian setelah
itu kami menengoknya lagi dan saat itu Ibrahim telah terenggut nyawanya. Kedua mata
Nabi pun mengalirkan air mata. ‘Abdurrahman bin ‘Auf radliyallahu ’anhu berkata
kepadanya, “Anda pun menangis, wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sungguh inilah rasa kasih sayang. Nabi kembali
meneteskan air mata dan bersabda

Kesulitan yang pertama kali dialami seorang manusia adalah ketika tali pusarnya dipotong,
kemudian ketika diikatkan bedung ke badannya sehingga ia merasakan ketidaknyamanan
dan susah bergerak. Lalu ia merasakan kesulitan ketika menyusu kepada ibunya.
Seandainya ia tidak menyusu, maka ia akan terlantar dan kelaparan. Lalu ia merasakan
sakit saat tumbuh giginya. Setelah itu ia akan mengalami kesulitan saat disapih, melebihi
rasa sakit terkena pukulan. Kemudian ia merasakan rasa sakit saat dikhitan. Setelah
melewati itu semua, ia akan menghadapi guru yang mendidiknya, menggemblengnya dan
terkadang memberikan hukuman kepadanya.

Setelah itu, ia akan disibukkan dengan persiapan nikah dan disibukkan dengan pekerjaan
setiap hari untuk dapat menafkahi keluarganya. Lalu ia akan disibukkan dengan urusan
anak dan istri. Kemudian disibukkan dengan membangun rumah dan melengkapinya
dengan berbagai perabot rumah tangga. Setelah itu, ia akan memasuki usia tua, badan
lemah dan beberapa anggota badan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Belum lagi
berbagai penyakit yang sewaktu-waktu bisa saja menyerangnya, flu: sakit kepala, sakit gigi,
sakit jantung, sakit paru-paru, terinfeksi virus dan lain sebagainya. Ditambah lagi dengan
beban hidup seperti hutang, mengangsur cicilan, dicaci orang, dibicarakan kejelekannya
dan lain sebagainya. Hingga tibalah saatnya sakratul maut yang luar biasa sakitnya. Setelah
hembusan nafas yang terakhir, apakah berakhir semua kesulitannya?. Belum, hadirin
sekalian. Setelah itu, ia akan memasuki alam barzakh dan alam akhirat. Ada pertanyaan
malaikat Munkar dan Nakir. Ada hisab. Ada perjalanan melewati shirath. Hingga pada
akhirnya masa penentuan itu tiba, apakah ia akan merasakan berbagai kenikmatan surga
ataukah ia akan sengsara di neraka.

Saudara-saudara seiman,
Karenanya, marilah kita laksanakan semua perintah Allah. Marilah kita saling berpesan
serta berwasiat untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan kesabaran.

Marilah kita bersabar atas musibah dan bala` yang menimpa kita. Jangan sampai kita
bermaksiat kepada Allah disebabkan musibah yang menimpa kita. Jangan sampai musibah
dan berbagai kesulitan hidup menyebabkan kita melanggar aturan-aturan Allah. Janganlah
kita memprotes Allah ketika terkena bala’ dan musibah. Hendaklah kita bersabar dan terus
menerus menjalankan kewajiban dan menjauhi perkara yang diharamkan dalam keadaan
apa pun, seberat apa pun masalah yang kita hadapi.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika hati kita sedih karena ditimpa musibah, jika dada kita sesak dengan berbagai kesulitan
hidup, salah satu obat yang akan menenangkan hati dan pikiran kita adalah pergi ke
makam. Kita berziarah ke makam orang tua, keluarga dan kawan-kawan kita. Kita
renungkan di sana, di manakah rumah terakhir kita. Kemanakah kita akan pergi
meninggalkan dunia ini. Hendaklah diketahui bahwa seandainya nilai dunia ini sebanding
dengan satu sayap seekor nyamuk saja, niscaya Allah tidak akan memberikan kepada orang
kafir apa pun meskipun hanya seteguk air di dunia ini. Artinya, dunia ini tidak ada nilainya
sama sekali menurut Allah. Dunia ini tidak ada nilainya sama sekali dibandingkan dengan
kehidupan akhirat. Dunia adalah penjara bagi orang yang sempurna imannya dan ibarat
surga bagi orang kafir.
Hal yang paling bernilai dan paling penting bagi kita -melebihi apa pun di dunia ini- adalah
meninggal dengan membawa islam dan iman yang sempurna.

Saudaraku seiman,
Selezat apa pun makanan yang kita makan, pasti akan menjadi kotoran. Semahal apa pun
pakaian yang kita kenakan, pada akhrnya pasti akan dibuang ke tempat sampah. Sebesar
dan semewah apa pun rumah yang kita bangun, pasti tidak akan kita bawa mati. Rumah
terakhir kita semuanya berukuran sama, tidak lebih dari 1 x 2 meter. Sedangkan apa yang
kita perbuat di dunia ini, maka kita akan mendapatkan balasannya. Kematian adalah
kepastian yang telah ditetapkan oleh Allah. Perpisahan dengan orang-orang yang kita cintai
di dunia ini adalah janji Allah yang pasti terpenuhi. Kehidupan di dunia ini permulaannya
adalah kedla’ifan dan kelemahan dan berakhir dengan kematian dan kuburan.
Marilah kita bersabar atas bala` yang Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai kita
memprotes dan menyalah-nyalahkan Allah. Kita yakin bahwa pada setiap kejadian pasti
ada hikmahnya.

Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan
bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Anda mungkin juga menyukai