Anda di halaman 1dari 3

A.

Bentuk penerapan dan pelanggaran nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Penerapan.
 Nilai yang diterapkan sangat erat kaitannya dengan SMART ASN, dimana
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat
menggunakan media digital secara bertanggung jawab termasuk dalam
pengelolaan teknologi di berbagai era, seperti maraknya start up (ex. Gojek, uber,
gocar).
 Pada revolusi industri keempat atau 4.0, efisiensi mesin dan manusia sudah mulai
terkonektivitas dengan internet of things. Ragam diantaranya Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things (IOT), Unmanned Vehicles (UAV), Mobile
Technology (5G), Shared Platform, Block Chain, Robotics dan Bio-Technology.
 Nilai ASN Berakhlak yang diterapkan pada kasus tersebut ialah nilai
berorientasi pelayanan (responsivitas, kepuasan), akuntabel (integritas),
Loyal (kontribusi) dan Kolaboratif (kerja sama untuk hasillebih baik) dalam
menghadapi era digitalisasi seperti pada kasus. Pada revolusi industri keempat
atau 4.0 memperkuat peran PNS sebagai pelayan publik.
2. Pelanggaran.
Kasus tersebut tidak dijelaskan secara rinci terkait adakah pelanggaran atas nilai dan
kedudukan serta peran PNS. Satu satunya yang menjadi kelemahan ialah pada nilai
kompeten dan adaptif itu sendiri. Dikatakan bahwa terdapat beberapa lembaga atau
kementrian yang belum dapat menyesuaikan atau minim dalam penggunaan perangkat
komputerisasi (berbasis digital).
B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi tersebut untuk
mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi
salah satu kendala belum efektifknya aplikasi tersebut.
2. Sistem E-Government yang merupakan upaya pemerintah dalam
mengimplementasikan pemanfaatan komputer, jaringan komputer dan teknologi
informasi untuk menjalankan pemerintahan terutama pelayanan publik masih sangat
minim. Masih sedikit Kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah yang
memanfaatkan teknologi dalam proses pelayanan publik.
C. Gagasan Alternatif.
1. Dampak.
Data pelayanan publik tiap instansi belum terintegrais ke aplikasi SIPPN.
Gagasan Alternatif;
Tinjauan kembali regulasi Menpan RB dan meningkatkan kerjasama lintas sektor
untuk terbentuknya layanan yang terintegrasi dan holistik.
2. Dampak.
Minimnya penggunaan sistem E-Government pada sebagian lembaga pelayanan
publik/ kementrian/ pemerintah daerah.
Gagasan Alternatif;
a. Sosialisasi dan pelatihan bersertifikat terkait dengan sistem layanan yang sedang
diterapkan oleh kementrian terkait.
b. Inhouse training di lembaga/ OPD oleh pegawai yang sudag bersertifikat.
c. Menyediakan buku panduan penggunaan perangkat.

KONSEKUENSI TIAP GAGASAN ALTERNATIF.


1. Tinjauan kembali regulasi Menpan RB dan meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk
terbentuknya layanan yang terintegrasi dan holistik.
Konsekuensi :
 Membutuhkan waktu baik dalam tinjauan kembali hingga sosialisasi regulasi terbaru.
2. Sosialisasi dan pelatihan bersertifikat terkait dengan sistem layanan yang sedang
diterapkan oleh kementrian terkait.
Konsekuensi ;
 Waktu, tenaga, dan biaya tersita sehingga beban kerja bertambah untuk pengenalan
sistem.
3. Inhouse training di lembaga/ OPD oleh pegawai yang sudah bersertifikat sebagai
mentor.
Konsekuensi ;
 Sebab berani meluangkan waktu dan tenaga, yang secara otomatis beban kerja
pegawai juga bertambah sebagai mentor.
4. Menyediakan buku panduan penggunaan perangkat.
Konsekuensi ;
 Beban kerja meningkat.
1. MenpanRB.
Penyedia layanan Aplikasi SIPPN.
2. Menteri (Kemnetrian selain MenpanRB).
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pimpinan Lembaga.
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Gubernur.
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Bupati.
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Walikota.
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Direktur Utama BUMN.
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Direktur Utama BUMD.
Wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN
setelah berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai