Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
ABLASIO RETINA
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen pengampu : Dwi Novitasari S.Kep., Ns

Di Susun Oleh :
1. Nina Dwi Kartikasari
2. Nori Sulistiyowati
3. Novi Dwi Prastya

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2007
HALAMAN PERSETUJUAN

Diterima dan disetujui oleh dosen pembimbing mata kuliah KMB 3 (Keperawatan
Medikal Bedah 3) sebagai tugas untuk tambahan nilai ujian akhir semester.

Disetujui :
Dosen Pembimbing

(Dwi Novitasari S.Kep., Ns)


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PENYAKIT ABLASIO RETINA

A. Definisi
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya.
Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini
diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnya cairan pada robekan
tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di antara retina dan dinding
bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat
menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen. (www.
Klinikmatanusantara.com)
Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan dengan lapisan
dibawahnya, sebagian atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan terputusnya
proses penglihatan. Keadaan ini dapat menyebabkan cacat penglihatan atau
kebutaan. (www.bandungeyecenter.com)
Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya. Kejadian ini
merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia.
Kejadian ini lebih besar kemungkinannya pada penderita yang memakai
kacamata minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan yang keras.
(www.indo.net.id)
Ablasio retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan
penyokong di bawahnya.(www.medicastore.com)
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina
yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen
pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas
fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne,
2002).
B. Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di
Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia
setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi
pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus dan
pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas
retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain
itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan
yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera
dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan
atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, abalisio retina
pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang
tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi, diabetus
melitus paradangan, pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam vitreus
atau retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme, penyakit vaskuler,
dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

C. Manifestasi Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam
mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin
terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun
kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari
penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang
lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan
kemunduran penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi
sebagian atau seluruh pandangan seperti terhalang tirai/bergelombang
D. Patofisiologi

E. Pemeriksaan
Penunjang
Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan
teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut oftalmoskop. Dengan
cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat
menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu
diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang
mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa khusus, mikroskop, dan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek tetapi belum lepas,
maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.

F. Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan
retina maka harus dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang
dapat digunakan. Prosedur yang dipilih tergantung pada beratnya lepas retina
dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser Bila ditemukan robekan-
robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka
robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan
luka bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan
menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah
cairan lewat dan berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang
biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan dan tidak
memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) Membekukan dinding
bagian belakang mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat
merangsang pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan
retina dengan dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan
dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi memerlukan pembiusan setempat
pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina
dan memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan
operasi yang lebih rumit untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya
bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina yang lepas dan
kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan dinding
mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel
sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan
harus dikeluarkan dari bawah retina untuk memungkinkan retina menempel
kembali ke dinding belakang mata. Seringkali sebuah pita silikon atau
bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan lembut menekan
dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan
untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina,
misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran
listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).
Jenis pembedahan ablasio retina:
 Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali
retina yang lepas (ablasio retina).
 Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang
lepas.
 Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan
melakukan operasi didalam rongga bola mata untuk membersihkan vitreus
yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang mengalami ablasio,
mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan lain
yang diperlukan

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:
 Infeksi
 Perdarahan
 Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
 Penglihatan yang menurun
 Peningkatan tekanan bola mata
 Glaukoma
 Katarak
Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah
menjalani operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi
katarak beberapa tahun kemudian.
Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-
kadang menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat
langsung pada mata. Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius.
Bila anda akan mendapatkan pembiusan umum, anda akan ditangani oleh
spesialis anestesiologi sebelum operasi.

H. Pathway
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.
www.klinikmatanusantara.com
www.bandungeyecenter.com
www.indo.net.id
www.medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai