Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI HIJAUAN PAKAN

DI SUSUN OLEH :
Nama Kelompok : 1. Ardiansyah (E1CO18017)
2. Fenny Tri Octaviani ( E1C015084)
2. Iksan (E1C018007)
3. Muhammad Rizki (E1C018014)
4. Selintaria pardede (E1C018006)
Dosen Pembimbin : 1. Ir. Edi Soetrisno, M.Sc.
2. Ir. Hidayat, M.Sc.
3. Ir. Tris Akbarillah, M.P.
Co-Ass : 1. Dona Safitri
2. Endah Meli Santri
3. Teza Pernama Sari
4. Farah Azizah

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb

Bismillahhirohmannirrohim, berkat rahmat dan karunia allah swt sehingga dapat


menyelesaikan Laporan Praktikum Produksi Hijauan Pakan ini dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan. Dan juga kami kelompok 10 mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Edi
Soetrisno M.Sc, Ir. Hidayat M.Sc, dan Ibu Ir. Tris Akbarillah M.Sc, selaku Dosen Pengampu
Praktikum Produksi Hijauan Pakan dan juga kepada ko-ass yang telah membimbing hingga
praktikum selesai.

Dan semoga dalam laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai produksi hijauan pakan. Kami juga menyadari bahwa sepenuhnya
di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. maka dari itu kami
selaku praktikan minta maaf jika terdapat banyak kesalahan.

      Saya berharap laporan ini dapat dipahami dan sekiranya laporan yang telah disusun ini
dapat berguna. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan atas perhatianya
kami ucapkan terimakasih.

Waalaikumussalam Wr. Wb

Bengkulu,30 Desember 2020

(Penulis)
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hijauan makanan ternak adalah tumbuhan yang dapat dimakan dan diberikan kepada ternak,
tidak beracun (merugikan) untuk tujuan hidup, produksi reproduksi ternak. Hijauan makanan
ternak terdiri dari : tanaman makanan ternak pada umumnya terdapat dalam dua famili yaitu
graminae (rumpu-rumputan) dan Leguminosa (kacang-kacangan), limbah pertanian,, pohon-
pohonan dan dedaunan dari perdu-perduan (browse).
Produktifitas ternak ruminansia seperti sapi (potong dan perah), kerbau, kambing dan domba,
salah satunya ditentukan oleh faktor pakan (ransum)-nya. Pakan utama ternak ruminansia pada
dasarnya adalah hijauan. Agar ternak ruminansia dapat menghasilkan produksi yang tinggi
diperlukan pakan hijauan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya. Dan untuk
menyediakan hijauan pakan ternak diperlukan pengetahuan tentang jenis–jenis tanaman makanan
ternak serta cara – cara pengelolaannya.
Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan
budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau
penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan
yang diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian
kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung
pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan . Oleh karena itu, untuk
mendapatkan hijauan yang produktivitasnya tinggi maka dilakukanlah praktikum produksi
hijauan pakan mulai dari pemilihan lokasi, pemetaan wilayah, pengelolaan tanah, pemilihan
bibit, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan usaha-usaha untuk mempertahankan
dan meningkatkan produksi hijauan pakan.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu mempersiapkan lahan sebelum penanaman.
Mahasiwa mampu mengolah lahan baik secara manual maupun dengan menggunakan
traktor.
Mahasiswa mampu membuat lubang tanam.
Mahasiswa mampu melakukan pemupukan dasar pada lahan, dan melakukan pemupukan
lanjutan.
- Mahasiswa mampu melakukan cara penanaman dengan baik dan benar.
- Mahasiswa mampu mengukur estimasi produksi pastura.
- Mahasiswa mampu mengatasi masalah dormansi setiap biji lamtoro, turi dan indigofera
yang berbeda.
- Mahasiwa mampu mengenali jenis-jenis hijaun pakan.
- Mahasiswa mampu melakukan pengukuran produksi biji legume dari setiap biji legum
yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan Lahan

2.1.1 Pengolahan Lahan secara Manual


Pembersihan lahan merupakan salah satu tahapan dalam mempersiapkan lahan siap untuk
ditanami. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pekerjaan clearing, antara lain: 1)
kelebatan pohon; 2) penggunaan setelah penegerjaan, misalnya untuk jalan raya sehingga aka
mempengaruhi pada  metode clearing; 3) keadaan dan daya dukung tanah; 4) topografi; 5) iklim;
dan 6) kekhususan pekerjaan. (Poerwowidodo.2005).
Setelah proses pembalikan lapisan olah dan pemeraman bahan organik dalam
tanah. Kemudian dilakukan proses pengolahan kedua yaitu proses penggemburan atau
proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses ini dimaksudkan agar bahan
organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah. Diusahakan selama pengolahan ini
pasokan air agar mencukupi. Jangan terlalu kering dan jangan terlalu basah. Proses pencampuran
ini dilakukan sampai bahan organik benar-benar menyatu dan melumpur dengan lapisan olah
tanah (Dariah, Ai. 2009)
Proses selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat berupa papan
kayu yang ditarik sapi atau kerbau, atau dengan menggunakan traktor tangan. Proses ini
dimaksudkan agar lapisan olah tanah benar-benar siap untuk di tanami tanaman padi pada saat
tandur dilaksanakan. Waktu yang dibutuhkan selama proses pengolahan tanah ini
berkisar antara 16 – 18 hari.( Mayunar dan Subrata. 2009).
Pengolahan lahan dengan metode konvensional atau manual biasanya dilakukan untuk
lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak
dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya
sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak
dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya
dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak menagalami
kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya (Rahayu,
Subekti.  2004)..
Dan menyediakan mikro hara dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang
biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik). Penggunaan bahan-bahan ini
juga dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah (Padi.
2007).
Proses pembalikan lapisan dengan bantuan cangkul atau olah tanah agar sisa – sisa
tanaman seperti rumput, dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibalik, maka dibiarkan
beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukan sisa tanaman dan jerami di
dalam tanah ( Zulkifli Zaini,Diah WS. 2004)
sistem pengolahan lahan dapat dilaksanakan secara tradisional dengan menggunakan
bajak, singkal, dan cangkul. Proses pengolahan lahan sawah yang baik seyogiannya diawali
dengan cara melakukan pemisahan jerami, sisa – sisa panen yang tidak terangkat, rumput dan
tanaman gulma lainnya. Agar supaya jerami dan sisa – sisa tanaman lainya tidak dibakar. Maka
untuk memudahkan proses pengolahan lahan, sebaiknya jerami dipisahkan dan dikumpulkan
disekitar pematang pinggiran petakan (Pardede, James P, 2009).
2.1.2 Membuat Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam setiap tanaman berbeda-beda dan harus memadai untuk
mendukung adaptasi perakaran bibit dengan kondisi lapangan. Ukuran lubang tanam di tanah-
tanah yang teksturnya lebih berat perlu diperbesar agar perakaran bibit memiliki waktu untuk
beradaptasi lebih lama dengan lingkungan fisik perakaran (Erwiyono, R. 2007).

Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan perakaran yang


optimal bagi bibit tanaman, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Tanah di lapangan sering
terlalu mampat bagi perakaran bibit tanaman untuk berkembang dengan baik setelah
dipindahkan dari tanah gembur di dalam polibag. Karena itu, kondisi yang relatif sama dengan
kondisi di pembibitan perlu disiapkan di lapangan dengan cara mengolah tanah secara minimal
atau dengan cara membuat lubang tanam. Dengan demikian diharapkan tanaman dapat
beradaptasi dengan baik pada awal pertumbuhannya di lapangan (Agustina, L. 2004)

Lubang tanam sebaiknya tidak dibuat ketika tanah dalam keadaan sangat basah, terutama
pada tanah bertekstur berat. Dalam kondisi sangat basah dinding lubang cenderung berlumpur
ketika digali dan memadat ketika kering. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya lapisan kedap
yang bisa menghambat perkembangan perakaran bibit. Selain itu, rembesan air hujan berlebih
keluar dari lubang tanam sehingga kondisi kelembapan tanah di dalam lubang tanam cenderung
berlebihan dan sebaliknya aerasi tanah berkurang (Rosmarkam. 2002).

Namun, perlu diperhatikan juga bahwa dalam pembuatan lubang tanam yang dilakukan
secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, karena tanaman perkebunan
termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan ceroboh. Lubang tanam untuk
bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran yang berbeda dengan lubang
tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan secara generatif (Endah, W. 2013).

2.1.3 Pemupukan Dasar dan Pemupukan Lanjutan

Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu
sebelum tanam. Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kedalam tanah, baik organik maupun
anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur tanah dari dalam tanah dan
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan
yang baik (Kartasapoetra, 1989).

Pemupukan dilakukan untuk menambah hara tanah, sehingga tanaman menjadi subur
yang pada akhirnya akan mengurangi erosi, dijelaskan pula pemupukan akan mempertahankan
kesuburan tanah, karena sisa pemupukan saat itu merupakan cadangan hara bagi tanaman
selanjutnya (Poerwowidodo, 1991).

Pemupukan bertujuan untuk mengatasi defisiensi unsur hara makro,pada umumnya


dipengaruhi oleh laju sintesis karbohidrat,protein tanaman dan juga terhadap komposisi mineral
pada pertumbuhan pupuk dengan dosis tinggi dan ada 16 unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman yaitu C,H,O,N,P,K,Ca,Mg,B,Mo,Cu,Zn dan Cl.(Supardi,2009).

Pemupukan akan meningkatkan percabangan akar dan perkembangan akar lateral dan ini
meningkatkan penggunaan dan peningkatan pupuk oleh tanaman,kemampuan ini menunjang
kesempurnaan proses fotosintesis pada stadium generatif sehingga pertumbuhan menjadi lebih
baik ( Porwowidodo,2007).
2.2 Penanaman Hijauan

2.2.1 Cara Tanam


Salah satu teknik budidaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak cabang, agar
diperoleh bahan untuk stek dalam jumlah yang maksimal adalah defoliasi. Defoliasi adalah
pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh
manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri sewaktu ternak digembalakan (Suwarso,
2009). Perlakuan pada defoliasi, sintesis auksin ditiadakan sehingga tidak terjadi transport auksin
kebawah sehingga konsentrasi auksin di ketiak daun semakin rendah. Turunnya auksin di ketiak
daun akan memacu pembentukan hormon sitokinin (Taiz dan Zeiger, 1998).

Semakin tua hijauan waktu dipotong, maka kadar serat kasar akan meningkat dan kadar
protein akan menurun karena makin meingkatnya senyawa-senyawa bukan protein sebaliknya
bertambah umur maka produksi makin meingkat pada akhirnya menyebabkan kandngan dan
produksi protein menurun

Perlu diatur jarak antar pemotongan pertama, kedua dan selanjutnya, sebab setelah
defoliasi, pertumbuhan tanaman memerlukan zat-zat yang kaya akan energi seperti gula dan pati.
Interval pemotongan yang panjang tidak mengkhawatirkan tetapi pada interval pemotongan
pendek atau intensitas pemotongan tinggi dapat menyebabkan kandungan karbohidrat dalam akar
akan menurun sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kembali. Cadangan karbohidrat setelah
defoliasi segera dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi. Zat tersebut kemudian
dipergunakan untuk pertumbuhan. Jarak defoliasi pada musim penghujan sebaiknya 40 hari
sekali dan musim kemarau 60 hari sekali (Soetrisno et al., 2008)

2.2.2 Pengukuran Pertumbuhan


Pertumbuhan tanaman rumput. Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput adalah
dengan vegetatif, transisi, dan reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar terdiri atas
helaian daun. Leher helaian daun tetap terletak di dasar batang, tidak terjadi pemanjangan
selubung daun atau perkembangan kulmus, sebagai respon terhadap temperatur dan panjang hari
kritis, meristem apikal secara gradual berubah dari tunas vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini
disebut induksi pembungaan. Fase perubahan ini disebut dengan fase transisi. Selama fase
transisi helaian daun mulai memanjang. Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase
reproduktif (pembuangan) dimulai dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke
tunas bunga (Soetrisno et al., 2008).

Panicum maximum atau rumput Benggala atau disebut juga Guinea grass berasal dari
Afrika tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat berfungsi sebagai penutup tanah,
penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk hay dan silase. Ciri tanaman ini adalah tumbuh
tegak membentuk rumpun, tinggi dapat mencapai 1 – 1,8 m, daun lebih halus daripada rumput
gajah, buku dan lidah daun berbuku, banyak membentuk anakan, bunga tersusun dalam malai
dan berwarna hijau atau kekuningan, serta akar serabut dalam.

Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe semak, tipe berkas, batang bersifat tegak atau
decumbent, serambling, dan roset. Tipe semak yaitu sebuah tangkai sentral dengan cabang-
cabang samping muncul sepanjang batang utama dengan cabang aksiler, Tipe berkas yaitu
sebuah tangkai yang darinya muncul beberapa batang dan tunas baru sehingga sulit
mengidentifikasi batang utama. Batang bersifat tegak atau decumben, merambat yaitu batang
berkembang menjalar di atas permukaan tanah. Serambling adalah banyak tanaman yang
merambat tumbuh memanjat dan malingkari obyek yang tinggi. Roset adalah bentuk vegetatif
beberapa tanaman perennial berkembang setelah berbunga (Soetrisno et al., 2008).

2.3 Pengukuran Produksi

2.3.1 Estimasi Produksi Pastura

Secara teknis diketahui bahwa ruminant mempunyai potensi biologis untuk dapat
menggunakan hijauan dengan baik sebagai bahan makanan utamanya. Hijauan terutama rumput
relative lebih mudah ditanam atau dipelihara ssehingga harga sumber energi lebih murah
dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya. Akan tetapi di lain pihak, hewan
dapat mengadaptasi diri terhadap berbagai keadaan lingkungan termasuk pemeliharaan intensif,
apalagi dibantu dengan proses seleksi(Parrakkasi, 1999).

Rumput setaria merupakan rumput potong yang tumbuh tegak membentuk rumpun
dengan tinggi 1 m. Rumput ini tahan terhadap genangan air dengan hasil hijauan segar sebanyak
100-110 ton/ha/tahun (satu kali pemotongan dengan interval 45 hari adalah 12,50–13,75 ton/ha)
(Rukmana, 2005). Nilai gizi yang terkandung dalam rumput lampung ini adalah protein kasar 6-
7%, serat kasar 42,0%, BETN (Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen) 36,1%, dan lemak 2,8%. Rumput
setaria digunakan untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan Potensi hasil panenPotensi
hasil panen rumput setaria dapat mencapai 80 - 100 ton rumput segar/Hektar/Tahun

2.3.2 Pengukuran Produksi Hijauan Setaria spacellata dan Panicum maximum

Rumput setaria merupakan rumput potong yang tumbuh tegak membentuk rumpun
dengan tinggi 1 m. Rumput ini tahan terhadap genangan air dengan hasil hijauan segar sebanyak
100-110 ton/ha/tahun (satu kali pemotongan dengan interval 45 hari adalah 12,50–13,75 ton/ha)
(Rukmana, 2005). Nilai gizi yang terkandung dalam rumput lampung ini adalah protein kasar 6-
7%, serat kasar 42,0%, BETN (Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen) 36,1%, dan lemak 2,8%. Rumput
setaria digunakan untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan Potensi hasil panenPotensi
hasil panen rumput setaria dapat mencapai 80 - 100 ton rumput segar/Hektar/Tahun.

Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput adalah dengan vegetatif, transisi, dan
reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar terdiri atas helaian daun. Leher helaian daun
tetap terletak di dasar batang, tidak terjadi pemanjangan selubung daun atau perkembangan
kulmus, sebagai respon terhadap temperatur dan panjang hari kritis, meristem apikal secara
gradual berubah dari tunas vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini disebut induksi pembungaan.
Fase perubahan ini disebut dengan fase transisi. Selama fase transisi helaian daun mulai
memanjang. Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase reproduktif (pembuangan) dimulai
dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke tunas bunga (Soetrisno et al., 2008).

Pertumbuhan tanaman legum. Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe semak, tipe
berkas,batang bersifat tegak atau decumbent, serambling, dan roset. Tipe semak yaitu sebuah
tangkai sentral dengan cabang-cabang samping muncul sepanjang batang utama dengan cabang
aksiler, Tipe berkas yaitu sebuah tangkai yang darinya muncul beberapa batang dan tunas baru
sehingga sulit mengidentifikasi batang utama. Batang bersifat tegak atau decumben, merambat
yaitu batang berkembang menjalar di atas permukaan tanah. Serambling adalah banyak tanaman
yang merambat tumbuh memanjat dan malingkari obyek yang tinggi. Roset adalah bentuk
vegetatif beberapa tanaman perennial berkembang setelah berbunga (Soetrisno et al., 2008).

Kebanyakan makanan ternak dapat di kelompokkan menjadi dua jenis secara garis besar,
yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyakpada
bahan keringnya. Hijauaan dapat dibagi lagi menjadi hijauan kering dan hijauan segar, dimana
hijauan segar mengandung banyak air. Sumber terbanyak dari hijauan adalah rumput-rumputan.
(Williamson, 1993).

2.4 Mengatasi Masalah Dormansi

2.4.1 Indigofera arrecta

Indigofera merupakan spesies tanaman multiguna memiliki sifat-sifat unggul yang


bermanfaat baik bagi manusia maupun lingkungan. Pertama, jenis ini merupakan tanaman pionir
yang bisa dimanfaatkan untuk memberantas tanaman liar semisal alang-alang, tembelekan dan
gelagah. Ia banyak dimanfaatkan untuk menahan erosi. Akarnya banyak mengandung bintil-
bintil penyubur tanah (Leguminosa) sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki struktur
tanah. Daunnya cepat rimbun sehingga sangat berguna untuk mempercepat penutupan lahan dan
mudah lapuk sehingga cepat membentuk humus di tanah. Daunnya juga dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak. Kayunya bermanfaat sebagai kayu bakar yang bermutu baik karena ia
cepat kering. Ia juga digunakan sebagai tanaman pelindung bagi kopi dan teh. Kaliandra merah
juga memiliki bunga-bunga yang cantik sehingga, pantas ditanam di pinggir jalan, pekarangan
rumah, tanggul-tanggul irigasi atau pematang sawah. Bunga-bunga yang indah ini juga bisa
dijadikan pakan.

2.4.2 Leucaena leucocephala

Tanaman ini mempunyai sebutan berbeda di tiap daerah, misal di daerah jawa Barat dan
Jawa Timur, tanaman ini disebut temu gledek atau temu poh, di Jawa Barat disebut dengan
koneng badas, koneng lalab, koneng pari dan koneng juho. Di daerah Madura menyebut tanaman
ini dengan temu pao (Kardinan, 2003).

Lamtoro adalah pohon perdu, tinggi 20 meter. Meski kebanyakan hanya antara 5-10
meter. Percabangan rendah, banyak, dengan pepagan kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-
bintil dan berlentisel. Ranting bulat torak, dengan ujung yang berambut rapat. Daun majemuk
menyirip rangkap, sirip 3-10 pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada poros daun tepat sebelum
pangkal sirip terbawah, daun penumpu kecil, berbentuk segitiga. Anak daun tiap sirip 5-20
pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang dengan ujung runcing dan pangkal miring (tidak
sama), permukaannya berambut halus dan tepinya berjumbai (Siswanto, 2010).
2.4.3 Sesbania grandiflora

Turi merupakan pohon yang berkayu lunak dan berumur pendek. Tingginya dapat
mencapai 5-12 meter. Akarnya berbintil-bintil yang gunanya untuk menyuburkan tanah.
Bunganya besar dan keluar dari ketiak daun. Bunganya besar dan apabila mekar, berbentuk
seperti kupu-kupu. Warna bunganya ada yang merah dan ada juga yang putih. Ada juga yang
berwarna gabungan kedua-duanya. Letaknya menggantung dengan 2-4 bunga yang bertangkai,
dan kuncupnya berbentuk sabit.

Rantingnya menggantung, kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan. Kulit luarnya ini
tidak rata dengan alur membujur dan melintang tidak beraturan dengan lapisan gabus yang
mudah terkelupas. Pada bagian dalam, batangnya berlendir dan berair yang berwarna merah, dan
rasanya pahit. Percabangan baru keluar apabila sudah panjangnya sudah 5 meter.

Daunnya majemukdan tersebar. Memiliki daun penumpu sepanjang 1/2-1 cm. Anak
daunnya bentuknya jorong memanjang, rata, dan menyirip genap. Panjang daun 20-30 cm.
Tangkainya pendek, dan setiap tangkai berisi 20-40 pasang anak daun. Warna bunganya ada
yang merah dan ada juga yang putih. Buahnya berbentuk polong, meggantung, bersekat, dengan
panjang 20-55 cm, sewaktu muda berwarna hijau, dan sudah tua berwarna kuning keputih-
putihan. Sedangkan bijinya berbentuk bulat panjang, dan berwarna coklat muda. Perkecambahan
merupakan serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang
sedang tumbuh (Setyati, 1996). Menurut Kartasapoetra (1989), daya kecambah benih adalah
mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai. Daya kecambah benih
meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai (Kamil, 1983).

2.5 Pengenalan Jenis Hijauan Pakan

2.5.1 Daun (Tipe Daun), Bunga (Tipe Bunga), Akar (Tipe Akar)

Panicum maximum atau rumput benggala atau disebut juga guinea grass berasal dari Afrika
tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat berfungsi sebagai penutup tanah, penggembalaan,
ataupun diolah dalam bentuk hay dan silase (Reksohadiprodjo, 1985). Ciri tanaman ini adalah
tumbuh tegak membentuk rumpun, tinggi dapat mencapai 1 – 1,8 m, daun lebih halus daripada
rumput gajah, buku dan lidah daun berbuku, banyak membentuk anakan, bunga tersusun dalam
malai dan berwarna hijau atau kekuningan, serta akar serabut dalam (Setyati,1980).

Rumput setaria merupakan rumput potong yang tumbuh tegak membentuk rumpun dengan tinggi
1 m. Rumput ini tahan terhadap genangan air dengan hasil hijauan segar sebanyak 100-110
ton/ha/tahun (satu kali pemotongan dengan interval 45 hari adalah 12,50–13,75 ton/ha)
(Rukmana, 2005). Nilai gizi yang terkandung dalam rumput lampung ini adalah protein kasar 6-
7%, serat kasar 42,0%, BETN (Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen) 36,1%, dan lemak 2,8%. Rumput
setaria digunakan untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan. Bentuk umum dari
rumput ini adalah bentuk daun agak lebar, halus dan lemas pada permukaan atasnya terutama
dekat batang, daunnya agak lunak, pangkal batangnya berwarna kemerah-merahan dan bunganya
tersusun dalam tandan yang berwarna coklat keemasan (Reksohadiprodjo, 1985).

Legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji/cotyledone (Susetyo,
1985). Menurut Soegiri et al. (1982) bahwa famili legum dibagi menjadi tiga group sub famili,
yaitu: mimisaceae, tanaman kayu dan dan herba dengan bunga reguler; caesalpinaceae, tanaman
kayu dan herba dengan bunga irreguler dan papilionaceae, tanaman kayu dan herba ciri khas
berbentuk bunga kupu-kupu, kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk dalam
papilionaceae.Legum yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binial atau perennial.

Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan jenis legum yang berasal dari Amerika Tengah
(Mexico) dan Amerika Selatan dengan bahan penanaman berupa biji. Tanaman ini dapat
beradaptasi baik pada jenis tanah sedang sampai berat, dengan ketinggian 700-1200 m diatas
permukaan air laut, suhu 20-30 0C dengan curah hujan 700-1650 mm/tahun. Ciri-ciri tanaman
lamtoro antara lain tidak berduri, daun-daunnya berkarang merupakan daun majemuk, tangkai
keras merupakan batang perkayuan yang memiliki akar tunggang, bunga berbentuk bola warna
putih kekuningan atau merah muda (Soedomo, 1985).

Rumput signal memiliki cirri sebagai tanaman rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan
stolon membentuk hamparan lebat yang tingginya sekitar 30-45 cm, memiliki daun kaku dan
pendek dengan ujung daun yang runcing, mudah berbunga dan bunga berbentuk seperti bendera
Sutopo (2000). Jenis rumput ini tumbuh baik pada kondisi curah hujan 1000-1500 mm/tahun dan
merupakan jenis rumput penggembalaan terbaik di Kongo (Soegiri, 1992).
Rumput raja merupakan tanaman persilangan antara P. purpureum dan P. thypoides yang berasal
dari Afrika selatan. Rumput ini memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun dengan warna
daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, tulang daun lebih putih dari rumput
gajah. Adaptasinya mampu tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat, tidak tahan
terhadap genangan air serta permukaan air tanah yang tinggi, tahan naungan, tidak tahan
terhadap penggembalaan berat dan pemotongan dilakukan pada tahun kedua (Rukmana, 2005).

Kalopo merupakan legum subfamili Papilionoideae.Tanaman ini berasal dari Amerika


Selatan. Sifat tanaman kalopo adalah tumbuh parenial, menjalar, dan membelit, dapat
membentuk hamparan setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu cokelat keemas-emasan,
berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun
membulat, berbulu halus, dan berwarna cokelat keemas-emasan, bunga kecil berwarna bitu dan
berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih, pendek (3-4 cm), dan berbulu cokelat keemas-
emasan (Rukmana, 2005).

Kalopo tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 1.000 m dpl.dengan curah
hujan tahunan 1.270 mm atau lebih. Tanaman ini dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah,
tetapi tidak tahan terhadap genangan air (Harjadi, 2001).

Gamal (Gliricida sepium) adalah sejenis legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman
berbentuk pohon, warna batang putih kecoklatan, daun tirfoliate, perakaran kuat dan dalam
(Soegiri et al., 1992). Batang tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m.
Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal
tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang telah
tua.Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai daun.Helai daun berhadapan,
panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat.Ukuran daun semakin kecil menuju
ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm,
susunan bunga tegak (Amara et al., 2000).

Rumput adalah tumbuhan yang kuat dan bisa tumbuh cepat. Padang rumput yang luas di
Afrika dinamakan sabana, di Australia dinamakan semak, di Amerika Utara dinamakan prairie,
di Amerika Selatan dinamakan pampas, dan di Asia di sebut stepa (Civardi, 2003). Hijauan yang
hendak ditanam tentu saja menguntungkan sehingga harus memenuhi produktivitas persatuan
luas yang tinggi, nilai palabilitas yang baik, serta beradaptasi baik dengan lingkungan.Sebagai
contoh jenis rumput potong yang memilki palabilitas yang baik adalah rumput gajah (Pennistum
purpureum), Setaria sphacelata, Panicum maximum, rumput gembala misalnya African Star
Grass (AAK. 2003).

2.6 Produksi Biji

Tanaman Indigofera spicata adalah jenis leguminosa pohon yang selama ini belum
dieksplorasi potensinyasebagai hijauan pakan ternak.Tanaman ini memiliki kandungan protein
yang tinggi setara dengan alfalfa, kandungan mineral yang tinggi ideal bagi ternak perah,
struktur serat yang baik dan nilai kecernaan yang tinggi bagi ternak ruminansia. Penelitian yang
telah dilakukan menunjukan bahwa produktivitas tanaman ini tergolong tinggi yaitu mencapai 30
ton bahan kering per haper tahun dengan interval pemotongan 60 hari dan intensitas pemotongan
1,5 m di atas permukaan tanah (Sutopo, 2000).

Kebanyakan tanaman pakan dan tanaman ekonomi penting termasuk dalam papiloneceae
group. Legume ada yang mempunyai siklus hidup secara annual, biennial atau perennial
(Reksohadiprodjo, S. 2000).
Leguminosa memegang peranan penting sebagai hijauan pakan ternak dan rumput-
rumputan untuk ternak herbivora (Lubis, 2002).
Lamtoro adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika
Selatan.Tumbuh pada drainase baik dengan tekstur berat. Kultur teknis bahan biji, stek dan
pertanaman campuran dengan rumput guinea, pada tanaman ini memiliki racun mimosin pada
daun muda (McIlroy, 2000).
Ciri-ciri pada lamtoro adalah tanaman ini berbentuk pohon yang bisa mencapai
ketinggian 10 meter, memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daunnya kecil-kecil,
berbentuk lonjong, bunganya bertangkai, berbentuk bulat bola yang warnanya putih kekuning-
kuningan, toleran terhadap hujan angin, kekeringan, serta tanah-tanah yang kurang subur asal
drainase sempurna. Tanaman lamtoro berguna sebagai makanan ternak, jumlah zat-zat yang
terkandung di dalamnya merupakan saingan bagi alfalfa sebab banyak kandungan gizi (Soegiri et
al., 2000).
BAB III

METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan :

• Alat Tulis

• Square sampling 50 X 50 cm

• Mistar

• Timbangan Analitik

• Kantong asoi

• Gelas Kimia

• Erlemeyer

• Ember

• Meteran

• Amplas

• Tali Rapia

• Sabit

• Cangkul

• Parang

Bahan yang digunakan :

• Polibek

• Pupuk kandang dan urea

• Berbagai macam jenis legum dan rumput.


• Asam Sulfat

• Air Panas

• Bibit rumput Setaria spacellata

• Bibit Panicum maximum

• Biji Indigofera Arrecta

• Biji Leucaena leucocephala 

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Persiapan lahan

• Praktikum pertama seluruh praktikan diwajibkan memakai sepatu boot, dan juga
membawa peralatan seperti arit, cangkul, dan paring.

• Mendengarkan arahan dari dosen pengampu dan koass, dan seluruh praktikan memulai
membersihkan lahan.

• Mengarit rumput liar yang ada dalam lahan yang akan di olah.

• Memotong pohon-pohon kecil maupun besar yang sekiranya mengganggu proses


pengolahan lahan.

• Mengangkat rumput dan juga kayu-kayu keluar dari area lahan.

• Setelah membersihkan lahan dan membuang kayu-kayu, melakukan pengukuran lahan


setiap kelompok.

• Setiap kelompok ukuran lahannya yaitu 11m x 4m.

• Lalu menggemburkan tanah yang sudah di ukur menggunakan cangkul, garbu dll.

• Setelah itu setiap kelompok wajib membuat siring /parit dengan lebar 50cm dan tinggi
atau kedalaman 30cm.
3.2.2 Pengolahan lahan secara manual

• Melakukan pengemburan tanah kembali dengan menggunakan cangkul dll.

• Melakukan pembuatan lubang tanam.

• Membuat ukuran jarak tanam 50cm x 50cm.

• Membuat jarak lubang tanam dengan lebar sebanyak 9 lobang dan panjang sebanyak 23
lubang tanam.

• Setelah itu membuat tanda lubang tanam menggunakan potongan-potongan kayu.

3.2.3 Penanaman Hijauan

a. Cara Tanam

- Ada 2 macam rumput yang dengan bentuk fisik yang berbeda yaitu batang(Panicum
maxsimum dengan setiap lobang berisi 2 batang) bentuk sobekan (Setaria spacellatadengan
setiap lobang berisi 3 sobekan).

b. Cara pengukuran

1. Tinggi Tanaman

- Mengukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung batang teratas dengan mistar.

2. Panjang Daun

- Mengukur dari pangkal daun sampai ujung dengan mistar.

3. Lebar daun

- Mengukur lebar daun dari sisi satu kesisi lain pada bagian terlebar daun dengan mistar.

4. Jumlah Anakan

- Menghitung jumlah anakan yang tumbuh pada rumput.


3.2.4 Pemupukan Kimia

3.2.5 Pengukuran produksi

• Mendengar arahan koass mengenai pasture sampling.

• Setiap kelompok mendapatkan 2 square sampling dan mengambil 3 sampel rumput.

• Melempar square sampling dilahan yang telah disediakan

• Lalu mengarit/mengambil rumput yang berada di square sampling dan memasukan


kedalam plastic.

• Melakukan pelemparan sebanyak 3 kali karena untuk 3 sampel.

• Lalu menimbang 3 sampel tersebut dan mencatatnya.

• Kemudian memasukan masing-masing sampel tersebut kedalam map/kertas yang sudah


di bolong-bolong dan menutupnya.

• Menjemur ketiga sampel sampe beratnya konstan.

• Lalu menimbang kembali 3 sampel tsb mencatatnya.

• Dan menghitung estimasi produksinya.

3.2.6 Mengatasi masalah dormansi

3.2.7 Pengenalan Jenis Hijauan Pakan

• Membandingkan penampilan sampel rumput segar dengan gambar yang ada di buku

• Mengamati bentuk dan tipe daun, bunga maupun akar, dan ciri lain

• Mencari beberapa hijauan dan menempelnya dibuku gambar

3.2.8 Produksi Biji


a. Membuat LubangTanam

1. Lahan Tanam Rumput Panicum maxsimum

- Lahan dengan luas 3 m x 5 m digunakan untuk menanam rumput Panicum maxsimum


dengan jarak tanam 75 cm x 75 cm dihitung mulai dari tepi lahan.

- Menghitung jumlah lubang tanam dari lahan tersebut

- Membuat lubang dengan mencangkul, melubangi lahan berdasarkan jarak tanam dengan
kedalaman 20 cm.

2. Lahan untuk Setarias pacellata

- Lahan dengan luas 3 m x 10 m ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm, dimulai dari
tepi

- Menghitung jumlah lubang tanam

- Membuat lubang dengan mencangkul, melubangi lahan berdasarkan jarak tanam dengan
kedalaman 20 cm.

3. Pemupukan Dasar

- Pupuk kandang diberikan atas dasar kebutuhan, dosis yang diperlukan ialah 20 ton/ha

3.2.2 Penanaman hijauan

c. Cara Tanam

- Ada 2 macam rumput yang dengan bentuk fisik yang berbeda yaitu batang(Panicum
maxsimum dengan setiap lobang berisi 2 batang) bentuk sobekan (Setaria spacellatadengan
setiap lobang berisi 3 sobekan).

d. Cara pengukuran

5. Tinggi Tanaman

- Mengukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung batang teratas dengan mistar.
6. Panjang Daun

- Mengukur dari pangkal daun sampai ujung dengan mistar.

7. Lebar daun

- Mengukur lebar daun dari sisi satu kesisi lain pada bagian terlebar daun dengan mistar.

8. Jumlah Anakan

- Menghitung jumlah anakan yang tumbuh pada rumput.

3.2.3 Pengukuran Produksi

- Memilihl ahan pasture yang akan diukur

- Menggunakan square sampling

- Melemparkan sejauh mungkin square sampling dilahan pasture

- Memanen hijauan didalam square sampling

- Menimbang hasil panenan

- Mengulang lemparan square sampling sebanyak 5 kali

- Memanen hijauan yang ada di square sampling

- Menimbang hasil panenan tersebut

- Memasukkan kedalam table hasil pengamatan yang didapat

3.2.4 MengatasiMasalahDormansi

- Merendam biji lamtoro, kaliandra dan turi masing-masing 10 buah dengan air panas
selama 4 menit (suhu 60o)

- Merendam biji lamtoro, kaliandra dan turi masing-masing 10 buah selama 1 menit
dengan asam sulfat kuat lalu membilasnya dengan air.
- Abrasi dengan mengamplas kulit biji lamtoro, kaliandra dan turi masing-masing 10 buah

- Kontrol (tanpa perlakuan) menyiapkan biji lamtoro, kaliandra dan turi masing-masing 10
buah

- Kemudian menanam biji-biji tersebut kedalam polibek berdasarkan perlakuan dengan


setiap polibek diisi dengan 2 biji

- Selanjutnya melakukan pengukuran pertumbuhan kecambah biji setiap hari sampai hari
ke-29

- Mencatat setiap hasil pengukuran

3.2.5.Pengenalan Jenis Hijauan Pakan

- Membandingkan penampilan sampel rumput segar dengan gambar yang ada di buku

- Mengamati bentuk dan tipe daun, bunga maupun akar, dan ciri lain

- Mencari beberapa hijauan dan menempelnya dibuku gambar

3.2.6.Produksi Biji

- Menandai tanaman yang sedang berbiji (Indigofera arrecta) Memanennya setelah biji
sudah tua dengan melihat perubahan warna kulit polong biji menjadi berwarna kuning atau
cokelat muda

- Menimbang saat panen (berat segar)

- Mengeringkan dengan terik matahari dalam karung yang terbuka untuk menghindari biji
berserakan sampai kering benar

- Menimbang biji dalam keadaan kering

- Meremas atau menginjak biji yang benar – benar kering sehingga kulit polong biji
mengelupas dan biji keluar dari polongnya

- Memisahkan biji dari kulit polong dan menimbang biji dan kulit polong

- Menghitung produksi biji dari segar, persen polong dari berat biji utuh.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Lahan

4.1.1 Pengolahan Lahan secara Manual

Lahan sebelum : Penuh dengan rumput/tanaman liar dan pepohonan, tanah lembab, karena pada
saat mulai melakukan pengolahan lahan adalah memasuki musim hujan.

Lahan sesudah : Tanaman liar dan pepohonan perdu serta rumput sudah dihilangkan dengan
menggunakan alat bantu parang, cangkul dan lahan sudah lumayan bersih

Pembahasan :

Pada saat pengolahan lahan secara manual, lahan sebelumnya penuh dengan rumput/tanaman liar
dan pepohonan, tanah lembab, karena pada saat mulai melakukan pengolahan lahan adalah
memasuki musim hujan. Kemudian dengan menggunakan alat bantu cangkul dan parang setelah
beberapa hari lahan sudah lumayan bersih, tanaman liar dan pepohonan perdu serta rumput
sudah. Namun dalam pengolahan lahan secara manual ini membutuhkan waktu yang cukup lama
dan tenga kerja yang banyak. Dan disisi lain kelebihan pengolahan lahan secara manual yaitu
tidak memerlukan biaya yang cukup banyak dan tidak akan merusak habitat hewan lainya seperti
semut, mikroba, dan lain-lain.

Menurut (Rahayu, Subekti, 2004), menyatakan bahawa pengolahan lahan dengan metode
konvensional atau manual biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang sempit dan memiliki
kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang
sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman
sayuran. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena
dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan
lahan dengan system ini banyak menagalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu
yang lama dalam pengerjaannya.

Sedangakan menurut (Zulkifli Zaini,Diah WS. 2004), proses pembalikan lapisan dengan bantuan
cangkul atau olah tanah agar sisa – sisa tanaman seperti rumput, dan jerami dapat terbenam.
Setelah tanah dibalik, maka dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk
membusukan sisa tanaman dan jerami di dalam tanah.

Dan menurut (Endah, W. 2013),perlu diperhatikan juga bahwa dalam pembuatan lubang tanam
yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, karena tanaman
perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan ceroboh. Lubang
tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran yang berbeda dengan
lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan secara generatif.

4.2 Membuat Lubang Tanam

Lahan untuk rumput Setaria spacellata

Untuk lahan Panicum maximum yaitu 10 x 3 m2 dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm

(3/(0,50)+1)(3/(0,50)+1)

= (6+1)(6+1)

=7x7

= 49 lubang tanam ( ditanam sedalam 20 cm )

untuk rumput Setaria spacellata luas lahan yang digunakan yaitu 3 m x 3 m dengan jarak tanam
0,5 m x 0,5 m sehingga setelah dilakukan perhitungan seperti diatas jumlah lobang untuk Setaria
spacellata yaitu 49 lubang dengan setiap lubang berisi 3 sobekan. Menurut (Erwiyono, R. 2007),
ukuran lubang tanam setiap tanaman berbeda-beda dan harus memadai untuk mendukung
adaptasi perakaran bibit dengan kondisi lapangan. Ukuran lubang tanam di tanah-tanah yang
teksturnya lebih berat perlu diperbesar agar perakaran bibit memiliki waktu untuk beradaptasi
lebih lama dengan lingkungan fisik perakaran.

4.3 Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar

Pemupukan pada Panicum maximum

Lahan 3 x 3 m = 9 m2, maka pupuk kandang = 〖(9 m)/(10.000 ha)〗^2 x 20.000 gr


= 18 kg

Maka untuk per lubag tanam, pupuk kandang yang dibutuhkan adalah sebanyak

= (18.000 gr)/(49 lubang) = 368 gr / lubang

Pembahasan :

Pada praktikum ini, setiap akan melakukan penanaman hijauan sebaiknya dialukuakn terlebih
dahulu pemupukan dasar yang berguna untuk kesiapan nutrisi untuk tanaman nantinya.
Pemupukan dasar biasanya menggunakan pupuk kandang dan dalam pemupukan ini perlua
adanya perhitungan mengenai berapa dosis pupuk yang akan kita berikan setiap lobangnya.

Pemupukan dasar yang kami lakukan ini yaitu untuk setiap lubang rumput setaria spacellata
yaitu 368 gr / lubang . Dan dalam pemupukan dasar ini menghabiskan pupuk kandang sebanyak
18 kg dimana untuk rumput Setaria spacellata 18. Menurut (Kartasapoetra, 1989), pemupukan
dasar dan pemupukan lanjutan pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan bedengan
kurang lebih seminggu sebelum tanam. Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kedalam
tanah, baik organik maupun anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur tanah
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor
keliling atau lingkungan yang baik.

4.4 Penanaman Hijauan

Pembahasan :

Jenis rumput yang digunakan rumput Setaria spacellata, cara penanaman setiap rumpun berbeda
beda, terlihat data diatas bahwa bentuk fisik rumput rumput panikum yaitu berbentuk batang
dengan setiap satu lubang tanam terdiri atas 3 batang rumput panikum yang cara penanamannya
dimiringkan dengan kedalaman 20 cm. Selanjutnya untuk rumput setari bentuk fisiknya yaitu
berbentuk sobekan denagan setiap satu lobang tanaman berisi 3 sobekan rumput setaria dan
dengan kedalaman 20 cm.

Kemudian rumput setaria tersebut dilakukan penanaman sesuai dengan prosedur petunjuk
praktikum misalnya untuk tanaman setaria mempunyai jarak tanam 0.5 m x 0,5 m, hal ini
dilakukan agar tanaman tertata rapi dan dapat ber produksi dengan baik. Menurut (Soetrisno et
al., 2008), menyatakan bahwa perlu diatur jarak antar pemotongan pertama, kedua dan
selanjutnya, sebab setelah defoliasi, pertumbuhan tanaman memerlukan zat-zat yang kaya akan
energi seperti gula dan pati. Interval pemotongan yang panjang tidak mengkhawatirkan tetapi
pada interval pemotongan pendek atau intensitas pemotongan tinggi dapat menyebabkan
kandungan karbohidrat dalam akar akan menurun sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
kembali. Cadangan karbohidrat setelah defoliasi segera dirombak oleh enzim tertentu menjadi
energi. Zat tersebut kemudian dipergunakan untuk pertumbuhan. Jarak defoliasi pada musim
penghujan sebaiknya 40 hari sekali dan musim kemarau 60 hari sekali.maka sesuai dengan
literarur menurut soetrisno ,jadi tanaman kami sudah sesuai dengan literatur.

5.4.1 Pengukuran Pertumbuhan

Pembahasan :

Pada pengukuran pertumbuhan tanaman setaria, pengukuran pertumbuhan pertama dilakukan


dari minggu pertama sampai minggu ke-7 . Pertumbuhan masing masing hijauan sangat pesat
dari hari pertama hingga hari ketuju tinggi tanaman, lebar daun panjang dau dan jumlah anka
terus bertambah yaitu pada pengukuran minggu pertama sampai minggu ke-7 tinggi tanaman
setaria rata-rata mencapai 60 cm.

Kemudian untuk hasil pengukuran pertumbuhan pada panjang daun masing-masing rumput dari
minggu pertama sampai minggu ke-7 yaitu untuk rmput setaria mencapai 60 cm. Selanjutnya
tanaman rumput ini dilakukan pemberian pupuk, sehingga pertumbuhaan hijauan semakin hari
semakin tinggi, hal ini juga terjadi akibat curah hujan yang cukup pada saat berlangsung
penanaman hijaua dan sehingga untuk jumlah sobekan pada rumput setaria sampai hari
pemanenan yaitu minggu ke-7 jumlah sobekannya mencapai rata-rata 17 sobekan.pada saat
minggu ke4 terjadi kecelakaan dimana tanaman kami dimakan oleh sapi yang berkeliaran
dikarenakan lahan kami belum memiliki kandang pembatas untuk membatasi lahan kami dari
ternak yang dilepaskan.

Sedangkan menurut (Soetrisno et al., 2008), menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman rumput.
Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput adalah dengan vegetatif, transisi, dan
reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar terdiri atas helaian daun. Leher helaian daun
tetap terletak di dasar batang, tidak terjadi pemanjangan selubung daun atau perkembangan
kulmus, sebagai respon terhadap temperatur dan panjang hari kritis, meristem apikal secara
gradual berubah dari tunas vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini disebut induksi pembungaan.
Fase perubahan ini disebut dengan fase transisi. Selama fase transisi helaian daun mulai
memanjang. Internodus kulmus juga mulai memanjang. Fase reproduktif (pembuangan) dimulai
dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke tunas bunga.

4.7 Pengenalan Jenis Hijauan Pakan


 Hasil Pengamatan

No Nama hijauan Deskripsi

1. Setaria spacellata(Setaria) Tipe bunga bungga karang,


tipe daun berdaun halus dan
lebar, warna hijau gelap,
tipe akar akar serabut,tipe
batang berbatang lunak
warna merah keungguan,
pangkal batang pipih, cara
tumbuh tumbuh tinggi dan
memiliki banyak anakan
sehingga membentuk
seperti rumpun.

2. Axonopus comprensus(Rumput Lapang) Daun lonjonghijau


bercampur ungu, bunga
bulat, ramping 2 sd 3
tangkai, akar tunggang, dan
cara tumbuh menjalar
ditanah dan menyebar

3. Eleusine indica(rumput belulang) Daun meruncing panjang,


bunga Racemes, akar stolon
dan cara hidup Menjalar

4. Panicum maximum Tipe bu Bunga dan strukturnya


berbentuk bulat dan
bewarna coklat, warna hijau
keunguan, tipe daun
menyirip,mempunyai
lembaran daun dan terdapat
bagian pelepah daun,tipe
akar membentuk serabut
buku, dan lidah daun
berbulu.

5. Pennisetum purpureum Pelepah daun gundul hingga


berbulu pendek dan ujung
nyaruncing, helai daun
bergaris, bunga Spike, Akar
serabut, Berdiri tegak dan
berumpun

6. Malastoma malabatrucum Daun nya tunggal berbentuk


segitaga, bunga majemuk
memiliki kelopak berwarna
ungu, akarnya tuggang,
tumbuhnya tegak dan
berkayu

7. Imperata cylindrica Daun berbentuk pita, bunga


berbentuk majemuk
berbentuk bulir dan
bertangkai panjang, akar
stolon, cara tumbuh tumbuh
berumpun.

8. Mikania micrantha Tipe bunga Tipe daun berbentuk segi


tiga menyerupai hati
denngan panjang daun 4-13
cm dan lebar daun 2-9 cm.
tipe batang menjalar,
bewarna hijau muda,
bercabang dan ditumbuhi
rambut-rambut halus.
panjang batang dapat
mencapai 3-6 m. pada tiap
ruas terdapat dua helai daun

9. Cyperus rotundus batang rumputnya


membentuk segitiga
menajam kearah atas. akar
dan pelepah daunnya
tertutup oleh tanah, helaiian
daun seperti pita yang
bersilang berjajar,
permukaan atas berwarna
hijau mengkilat dan
memanjang antara 10 -30
cm dengan lebar mencapai 3
– 6 cm. biasanya berkumpul
berupa rumpun.

10. Leucaena leucocephala Daun bersirip dua dengan 3-


10 pasang sirip, bunga
majemuk berupa bongkol
bertangkai panjang yang
berkumpul dalam malai
berisi 2-6 bongkol, akar
tunggal, bentuk batang
tegak.

11. Mimosa pudica Daun menyirip, bunga


berwarna merah jambu,
berbentuk rambut bulat,
akar serabut, batang tegak
agak menjalar.

12. Centrosema pubescens Daun trifoliate, dengan elips 


selebaran sekitar 4 × 3,5 cm
(1,6 × 1,4 inci), gelap-hijau
dan gundul di atas, bunga
berwarna ungu bentuk kupu,
akar serabut dan batang
tidak menjadi berkayu
sampai sekitar 18 bulan
setelah tanam.

12. Sesbania glandifora Daun penumpu sepanjang


1/2-1 cm, anak daunnya
bentuknya jorong
memanjang,berbentu kupu-
kupu berwarna merah dan
ada putih, akar tunggal,
batang tegak.

13. Calopogonium mucoides Daun menjorong, bunga


berwarna ungu dan biru,
akar serabut, batang
membelit atau menjalar.

14. Ceiba petandra Daun majemuk menjari


beranak daun tujuh, bunga
berwarna putih, akar
serabut, dan batang tegak
seperti pohon.

15. Gliricidia maculata Daun majemuk menyirip


ganjil, panjang 15–30 cm,
bunga berkelopak 5, hijau
terang, dengan mahkota
bunga putih ungu, akar
tungang, batang tegak
seperti pohon.
16. Indigofera arrecta Daun menyirip berbentuk
elips, kecil, bunga tersusun
seperti tandan, akar
tunggang, batangnya tegak
berkayu.

17. Tamarindus indica daun majemuk menyirip


genap, bunga berbentuk

kupu – kupu dengan


kelopak 4 dan mahkota 5
buah, akar tunggang dan
batang tegak.

18. Cassea siamea Daun menyirip genap


berwarna hijau gelap, bunga
berbentuk malai , akar
tunggal dan tumbuh batang
tegak.
19. Artocarpus heteropygluss Akar tunggang, Daun
tanaman nangka tergolong
daun tunggal yang tumbuh
berselang-seling pada
bagian ranting tanaman,
Tanaman nangka adalah
tanaman berumah satu,
artinya dalam satu tanaman
dapat dijumpai bunga jantan
dan bunga betina. Bunga
jantan dicirikan dengan
bentuknya yang menyerupai
gada, bengkok, dan
berwarna hijau tua,
sedangkan bunga betina
dicirikan dengan bentuknya
yang menyerupai gada
silindris yang pipih.

20. Arachis pyntoi Daun oval hijau muda,


bunga berwarna kuning,
batangnya tumbuh menjalar,
perakaran tunggal dan kuat,
dan tanaman ini tumbuh
membentuk lapisan tebal.

Pembahasan :
Dari hasil praktikum diatas maka dapat dilihat bahwa rumput setaria bertumbuh tinggi
dan tegak, memiliki anakan atau rumpun. Berdaun halus serta bewarna hijau gelap. Hal ini
sesuai pendapat Lubis (2002) yang menyatakan bahwa rumput setaria tumbuh tegak, berumpun
lebat, kuat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar
berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang
pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas.

Gamal merupakan jenis legum yang disukai oleh ternak terutama kambing. Tipe daun
gamal ini majemuk menyirip kasar sedangkan bunganya bewarna merah muda hal ini sesuai
dengan pendapat Amara (2000) yang menyatakan bahwa Batang tunggal atau bercabang, jarang
yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau
tanpa cabang di dekat pangkal tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil
pada batang yang telah tua.Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai
daun.Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat.Ukuran
daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang
yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak.

Rumput raja merupakan salah satu jenis rumput yang sangat disukai oleh ternak
ruminansia terutama sering diberikan kesapi. Rumput ini memiliki warna hijau tua, jika ditanam
ditempat yang sering tergenag air maka daya tahan rumput ini kurang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rukmana, (2005) yang menyatakan bahwa Rumput raja merupakan tanaman
persilangan antara P. purpureum dan P. thypoides yang berasal dari Afrika selatan. Rumput ini
memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun dengan warna daun hijau tua dengan bagian dalam
permukaan daun kasar, tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Adaptasinya mampu tumbuh
pada struktur tanah sedang sampai berat, tidak tahan terhadap genangan air serta permukaan air
tanah yang tinggi, tahan naungan, tidak tahan terhadap penggembalaan berat dan pemotongan
dilakukan pada tahun kedua.

Lamtoro merupakan jenis legum yang buahnya bisa dijadikan bibit jika sudah tua dan
siap panen. Lamtoro mempunyai sistem perakaran yang kuat yaitu akar tunggang dan batang
lamtoro berinti sel sehingga pohonnya dapat bertumbuh besar. Lamtoro juga merupakan legum
yang diberikan kepada ruminansia seperti kambing. Kandungan zat-zat didalam lamtoro ini juga
cukup banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiri (1992) yang menyatakan bahwa Ciri-ciri
pada lamtoro adalah tanaman ini berbentuk pohon yang bisa mencapai ketinggian 10 meter,
memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daunnya kecil-kecil, berbentuk lonjong, bunganya
bertangkai, berbentuk bulat bola yang warnanya putih kekuning-kuningan, toleran terhadap
hujan angin, kekeringan, serta tanah-tanah yang kurang subur asal drainase sempurna. Tanaman
lamtoro berguna sebagai makanan ternak, jumlah zat-zat yang terkandung di dalamnya
merupakan saingan bagi alfalfa sebab banyak kandungan gizi.

Dari masing-masing jenis legum dan rumput semuanya berbeda sesuai jenis dan cirinya
masing-masing. Gamal dan indigofera salah satu jenis legum yang keduanya hampir mirip jika
dilihat sekilat karena dari bentuk daun, sistem perakaran dan batang keduanya mirip. Hanya saja
gamal mempunyai daun yang bewarna hijau cerah sedangkan indigofera mempunyai daun yang
agak gelap keungu-unguan. Dan gamal daunnya sedikit lebih lebar dibanding indigofera.

Dari jenis rumput yang mempunyai kemiripan yang hampir sama yaitu rumput raja,
rumput gajah, dan rumput benggala . rumput raja merupaka hasil persilangan antara P.
purpureum dan P. thypoides yang berasal dari Afrika selatan. Nah persilangan ini lah yang
membuat rumput raja hampir mirip dengan rumput gajah hanya saja pada bagian dalam
permukaan daun rumput raja ini kasar, sedangkan rumput gajah permukaan daunnya halus.
Kedua jenis rumput ini sama-sama tumbuh berumpun. Nah rumput benggala dibanding kedua
jenis rumput ini tadi , rumput benggala ini memilikirumpun yang lebig banyak hanya saja batang
dari rumput benggala inilebih kecil dibanding kedua jenis rumput gajah dan raja.

Daun kapuk dan daun singkok kedua jenis hijauan ini terkadang digunakan sebagai pakan
ternak ruminansia. Daun kapuk memiliki ruas daun hingga 5-9 ruas . hal ini sama juga terdapat
pada daun singkok. Hanya saja batang daun kapul bisa tumbuh besar hingga 5-10 m, sedangkat
daun singkok tumbuh hanya memcapai 5 m, bagian akar daun singkong ini berbentuk umbi
sedangkan daun kapuk tidak.

Turi, mikania, alang-alang, rumput teki, Eleisine indica, Paspalum conjugatum,


Crotalaria trichotoma, semuanya ini termasuk hijauan yang dikonsumsi oleh ternak. Hijaunan
mengandung nilai nutrisi yang berbeda-beda tergantung dari jenis hijauan apakah dari jenis
rumput atau legum.

Rumput Belulang ini memiliki akar rumput belulang Eleusine indica memiliki system
perakaran serabut. Akar rumput membentuk tali halus. Akar serabut yang kecil, kecil memiliki
percabangan yang sangat banyak, selain itu juga memiliki bulu yang halus.Batang Rumput
Belulang Eleusine indica membentuk rumpun yang kokoh dengan perakaran yang lebat. Tumbuh
tegak atau ada kalanya merambat. Membentuk cabang. Sering membentuk akar pada buku
terbawah. Tingginya 12-85 cm.Daun Rumput Belulang (Eleusine indica) memiliki helai daun
panjang. Bentuk garis. Bagian pangkal tidak menyempit. Ujungnya runcing atau tegak tumpul.
Pada pangkalnya selalu terdapat beberapa rambut panjang bunga rumput belulang tegak atau
condong ke samping. Dengan 0-7 tumbuh di bawah atau tersebar atau rapat satu sama lain.
Sumbu bulir lurus dan rata-rata 2,5-15 cm panjangnya. Muncul di ujung batang. buah rumput
belulang (Eleusine indica) berbentuk elips meruncing. Benang sarinya berwarna kekunung-
kuningan. Mempunyai rambut-rambut papus putih menyerupai perak. Buah sangat ringan.
Memiliki putik. biji rumput belulang (Eleusine indica)berwarna putih. Biji berbentuk bulat
seperti telur. Biji tidak keras. Biji ringan. Biji tua berwarna kuning kecoklatan.

Akarnya memiliki tunas yang merayap di dalam tanah, panjang dan bersisik. Biasanya
sistem perakarannya serabut dan banyak memiliki rambut akar yang lebat dan ujungnya
meruncing. Pada setiap ujungnya terdapat kaliptra yang berfungsi untuk menembus tanah dan
melakukan banyak percabangan. Batang alang-alang ini memiliki tinggi 1,2-1,5 m. Permukaan
batang alang-alang ini beruas-ruas. Ruas tersebut sebagai tempat duduknya daun. Arah
tumbuhnyya batang alang-alang ini ke atas. Batang menjulang berbunga naik keatas tanah. Daun
alang-alang berbentuk garis lanset dengan pangkal menjepit dan berbentuk talang. Panjangnya
sekitar 15-80 cm. Tepi daunnya juga sangat kasar, pada pangkal berambut panjang, dengnan
tulang daun tengah yang lebar dan pucat. Alang-alang juga memiliki malai yang panjangnya 10-
20cm. Bunga alang-alang ini memiliki benag sari yang kerap kali dengan 2 kepala sari putih atau
ungu. Tangkai putik 2 dengan kepala putik yang panjang berwarna ungu dan muncul dari anak
bulir yang panjangnya 4 mm, putih ataupun keunguan.

Daun putri malu atau sikejut berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang sempurna.
Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5-26 pasang. Helaian anak daun berbentuk
memanjang sampai lanset, ujung runcing, pangkal memundar, tepi rata. Jika kita raba pada
permukaan atas dan bawah daun terasa licin, panjang 6-16 mm, lebar 1-3 mm. daun berwarna
hijau, akan tetapi pada tepi daun umumnya berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan
diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4-5,5 cm. Batang tumbuhan putri
malu berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu batang putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh
batangnya terdapat rambut dan mempunyai duri yang menempel , batang tumbuhan putri malu
dengan rambut sikat yang mengarah secara miring kepermukaan tanah atau kearah bawah.

Ciri-ciri Indigofera Sp adalah daunnya berseling, biasanya bersirip ganjil, kadang-kadang


beranak daun tiga atau tunggal. Bunganya tersusun dalam suatu tandan di ketiak daun, daun
kelopaknya berbentuk genta bergerigi lima, daun mahkotanya berbentuk kupu-kupu. Secara
umum tipe buahnya polong, berbentuk pita (pada beberapa jenis hampir bulat), lurus atau
bengkok, berisi 1-20 biji yang kebanyakan bulat sampai jorong. Semainya dengan
perkecambahan epigeal, keping bijinya tebal, cepat rontok, dan memiliki akar tunggang.

Dari hasil pengenalan hijauan yang kami dapatkan dapat katakan bahwa semuanya
merupakan pakan ternak yang diduga memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi ternak. Hijauan
pakan yang biasa digunakan untuk pakan ternak yaitu jenis rumput dan legum, sehingga pada
pengenalan hijauan ini kami telah dapat membedakan mana yang tergolong jenis pakan hiajaun
berupa rumput dan mana yang tergolong legum.

Anda mungkin juga menyukai