Jakarta^ . Desember2021
/W
lifif ^ Dirgktur P2PTVZ,
1. Definisi
Survei Prevalensi Cacingan dalam Permenkes No. 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan merupakan bagian dari Surveilans Cacingan. Survei dilaksanakan meialui pemeriksaan
tinja secara terpilih (sampling) pada siswa sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah atau yang
sederajat kelas 3 - 5.
Pemeriksaan tinja pada kegiatan Survei Prevalensi Cacingan ini menggunakan metode Kato-Katz.
Penggunaan metode Kato-Katz dapat memberikan hasil kualitatif dan kuantitatif. Target
pemeriksaan pada survei ini adalah jenis cacing yang ditularkan meialui tanah / Soil-
Transmitted Helminths (STH) yakni Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing
cambuk), dan Ancylostoma duodenale, Necator americanus (cacing tambang).
2. Tujuan Kegiatan
Tujuan Survei Prevalensi Cacingan sebagai berikut:
1. Mendapatkan hasil prevalensi cacingan
2. Mendapatkan hasil prevalensi cacing gelang
3. Mendapatkan hasil prevalensi cacing cambuk
4. Mendapatkan hasil prevalensi cacing tambang
5. Mendapatkan hasil intensitas infeksi cacing gelang
6. Mendapatkan hasil intensitas infeksi cacing cambuk
7. Mendapatkan hasil intensitas infeksi cacing tambang
b. Waktu pelaksanaaan survei evaluasi cacingan yaitu minimal 3 (tiga) bulan setelah POPM
cacingan atau filariasis
c. Pemilihan kab/kota yang akan disurvei diutamakan pada daerah yang belum mencapai 100%
ODF (Open defecation free).
4. Metode Survei
Lokasi survei adalah sekoiah dasar yang dipiiih secara acak, dengan iangkah sebagai berikut;
1. Buat daftar kelurahan/ desa yang ada dalam suatu kabupaten/ kota.
2. Hitung jumlah desa dan buat daftar nama Desa/ Kelurahan di Kabupaten/ Kota yang akan di
survei.
3. Tentukan sampling interval dengan cara jumlah total desa/ kelurahan dibagi dengan 30.
4. Setelah mendapatkan angka interval maka pilih desa pertama sebagai starting point dengan
cara memilih secara acak.
5. Pemilihan desa kedua adalah dengan menambahkan starting point dengan 1x sampling
interval.
6. Pemilihan desa ketiga adalah menambahkan starting point + 2 x sampling interval, demikian
seterusnya sampai diperoleh 30 desa cluster.
7. Setelah mendapatkan 30 desa/kelurahan terpilih, dilanjutkan dengan pemilihan sekoiah
yaitu 1 sekoiah per desa/ kelurahan. Pada desa/kelurahan yang memiliki jumlah sekoiah
lebih dari satu maka pemilihannya dilakukan secara acak sederhana (misal: pemilihan acak
dapat dengan cara mengundi atau menggunakan tabel random atau aplikasi random
sampling).
4.2 Sasaran
Sasaran survei adalah siswa sekoiah dasar di kelas 3, 4 dan 5 yang berada di sekoiah dasar
terpilih. Setiap tingkatan kelas dipiiih 7 siswa secara acak. Siswa yang telah terpilih tersebut
diberikan pot tinja, sehingga ada 21 siswa di setiap sekoiah dasar terpilih (menyesuaikan data
riil siswa di sekoiah).
Langkah pemilihan siswa yang akan diberikan pot tinja dilakukan sebagai berikut:
a. Petugas survei meminta daftar hadir siswa di kelas 3, 4 dan 5.
b. Petugas survei melakukan pendataan siswa yang hadir dan tidak hadir di setiap tingkatan
kelas tersebut dan memberikan nomor random terhadap siswa yang hadir. Pemberian
nomor random sebaiknya dilakukan di setiap tingkatan kelas. Pada kondisi tertentu dapat
ditemukan adanya lebih dari satu lokal pada suatu tingkatan kelas di sekoiah dasar
terpilih. Langkah pemberian nomor random dilakukan dengan menggabungkan terlebih
dahulu siswa yang hadir di kelas 3 A dan kelas 3 B dan seterusnya sejumlah lokal yang
ada. Bila proses belajar-mengajar masih dilakukan secara daring, pemilihan sampel siswa
dilakukan dengan menggunakan data absen siswa yang masih aktif bersekolah.
c. Petugas survei melakukan random terhadap siswa yang hadir tersebut. Siswa yang terpilih
dapat diberikan pot tinja. Apabiia dalam satu tingkatan kelas terdapat jumlah tidak lebih
dari 7 siswa yang hadir maka siswa di tingkatan kelas tersebut dapat diberikan pot tinja.
a. Bahan kontak yaitu bahan yang diberikan pada respoden/ siswa sebagai bentuk
partisipasi dalam kegiatan survei
b. Bahan Pemeriksaan cacingan Kato katz
Menggunakan Kato Katz Kit. Bila tidak tersedia berupa kit dapat menggunakan bahan
sebagai berikut:
• Larutan Kato {Glycerol-malachite green atau glycerol-methylene blue solution)
• Akuades (apabiia belum tersedia larutan Kato-Katz)
• Glycerol (apabiia belum tersedia larutan Kato-Katz)
• Selofan {cellophane tape), tebal 40-50 pm, ukuran 30x25 mm
• Beaker glass
• Kasa saring 60-105 mesh
• Kertas minyak
• Plastik cetakan t}eriubang dengan ukuran lubang 6 mm dan tebal 1,5 mm untuk
berat tinja 41,7 mg.
c. Bahan Pengumpulan dan Pembuatan spesimen
• Mikroskop cahaya
Kaca objek {slide)
Pinset
waskom
Hairnet
masker
Underpath
Plastik klip
Plastik sampel
Plastik Biohazard
b. Petugas Provinsi
Petugas dari Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Pengawas Tim. Pengawas Tim
ini bertugas mengawasi tim dan melakukan kendali mutu survei di tiap sekolah.
Komposisi pengawas tim setidaknya berasal dari pengelola program
kecacingan dan petugas yang memiliki latar belakang analis kesehatan atau
petugas yang sudah pemah mengikuti Pelatihan Surveyor Cacingan. Selain itu,
Pengawas Tim diminta menjaga kesiapan logistik, komunikasi tim, sampling,
kualitas pengolahan dan pembacaan sampel serta mengisi pencatatan dan
pelaporan Survei Prevalensi Cacingan.
c. Petugas Kabupaten
Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertugas sebagai Koordinator
Lapangan saat pelaksanaan survei. Petugas melakukan koordinasi seluruh
kegiatan Survei Prevalensi Cacingan dengan puskesmas, sekolah dan lintas
sektor lainnya.
Sebelum pelaksanaan survei petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
perlu melakukan pengumpulan data sekolah dasar dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kantor Kementerian Agama setempat. Data tersebut
dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk selanjutnya dilakukan
sampling.
d. Petugas Puskesmas
Petugas puskesmas bertugas sebagai pelaksana survei yang akan melakukan
penyuluhan kesehatan kepada siswa sekolah dasar terpilih serta membagikan
pot tinja kepada siswa kelas 3, 4 dan 5 yang terpiiih dan mengumpulkan
kembali pot tinja untuk selanjutnya dibawa ke tempat pemeriksaan sampei.
Semua pot tinja yang dibagikan dan dikumpulkan dicatat pada fomnulir survei 1.
Pada saat pembagian pot tinja petugas hams menjelaskan antara lain maksud
dan tujuan pengumpulan sampei tinja, tata cara pengampiian sampei tinja,
pengemasan sampei tinja, hingga waktu penyerahan sampei tinja. Pada saat
pengumpulan sampei tinja petugas perlu melakukan pengecekan kembali pot
tinja sebelum dibawa ke tempat pemeriksaan.
Semua Tim dari yang berasal dari Pusat, Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas, pendamping survei, petugas pembaca sampei, bahkan juga periu
penA/akilan dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kantor Kemente rian
Agama setempat untuk mengikuti rapat pembekalan teknis (on the job training/OJT)
sebelum survei dimulai. Pengawas utama harus memastikan hal ini untuk kesamaan
alur pelaksanan survei sesuai prosedur yang ditetapkan.
• pengumpulan sampel tinja dari pot tinja yang sudah dibagikan pada 1 hari seb elumnya
(40-50% SD terpilih yang sudah ditetapkan), pengecekan sampel oleh petugas
Puskesmas dan kader/ pihak lainnya, pembagian bahan kontak pada siswa SD yang
mengumpulkan sampel dan penyerahan sampel kepada petugas analis.
• Proses pengolahan sampel tinja dan pembacaan spesimen oleh petugas analis
• Proses pencatatan data sesuai dengan formulir
f. Hari keenam adalah:
• Proses pengolahan sampel tinja dan pembacaan spesimen oleh petugas analis untuk
sampel yang belum terkumpul pada hari sebelumnya
• Rekapitulasi data sesuai dengan fomiulir
• Laporan singkat hasil survei kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat
• Tim provinsi dan pusat kembali ke provinsi
Cara pembuatan lanjtan kato-Katz bila tidak tersedia kit Kato Katz yaitu ;
• Akuades sebanyak 100 cc
• Glycerol sebanyak 100 cc, dan
• Larutan malachite green 3% sebanyak 1 cc
a. pertama mendapatkan larutan malachite green 3% sebagai berikut:
- Timbang malachite green sebanyak 3 gram
- Masukan malachite green sebanyak 3 gram ke dalam botol/ beker glass dan
tambahkan akuades 100 cc sedikit demi sedikit lalu aduk/ kocok sehingga
homogen.
b. Langkah kedua mendapatkan larutan Kato-Katz sebagai berikut:
- Masukan 100 cc akudes ke dalam waskom plastik kecil
- Tambahkan 100 cc Glycerol sedikit demi sedikit
- Tambahkan 1 cc larutan malachite green 3%,
- Aduk sampai homogen. Proses ini akan menghasilkan larutan kato 201 cc.
Berat Tinja
Keterangan : menggunakan cetakan kato katz dengan ukuran lubang diameter 6 mm dan
ketebalan 1,5 mm untuk berat tinja sebesar 41,7 mg.
Adakalanya saat pemeriksaan sampel tinja dapat ditemukan telur cacing non STH. Hasil
pemeriksaan tersebut tetap dicatat sebagai adanya telur cacing non STH (jika ada beserta
spesiesnya). Apabila ada sampel yang hanya ditemukan jenis telur cacing non STH maka hasil
tersebut tidak tercatat sebagai hasil positif pada survei ini karena yang disebut sebagai sampel
positif hanya adanya telur cacing STH.
Petugas menyampaikan arahan kepada siswa yang diberikan pottinja sebagai berikut;
1. Pot tinja yang diberikan terdapat kode sampel sehingga tidak boleh ditukar dengan
pot tinja milik temannya.
2. Pot tinja yang diberikan tidak boleh dibuat mainan.
3. Pot tinja digunakan untuk menampung tinja.
4. Tinja yang akan dimasukan kedalam pot tinja banyaknya sebesar kelereng atau ibu
jari tangan siswa (100 mg).
5. Cara membuka dan menutup pot tinja
6. Waktu pengambilan tinja.
7. Cara membuang tinja di WC.
Saat buang air besar siswa diminta tidak menjatuhkan tinjanya langsung kedalam
lubang wo. Perlu adanya ilustrasi gambar wc dan posisi jatuhnya tinja. (Ilustrasi
gambar terlampir)
8. Cara pengambilan tinja. Contohkan siswa cara mengabil tinja dengan
menggunakan sendok yang sudah ada dalam pot tinja atau juga bisa
menggunakan tangkai es cream (stik).
9. Cara masukan tinja kedalam pot dan tutup rapat.
10. Kapan pot tinja akan diserahkan dan kepada siapa akan diserahkan.
Petugas menuliskan nama dan kode sampel pada formulir survei dan label. Label yang telah
tercatat tersebut diletakkan pada pot tinja dan plastik klip
Nama siswa
Nomor sampel
kode Kelas
*«/IS/V/'04
Kode klaster
Kode Kab/Kota
Pencatatan pada kegiatan pengumpulan pot tinja ini dilakukan pada formulir survei. Sampel
tinja yang telah diperoleh langsung dibawa ke tempat pemeriksaan. Proses serah terima
sampel tinja antara petugas pengumpul sampel dengan petugas pemeriksa sampel harus
dilakukan dengan baik.
Laporan Hasit
j
Pemeriksaan Sampel Tinia
• Pengoiahan tinja Metode Kato-Katz Tempat Pemeriksaan Sampel
• Pemeriksaan Mikroskopis
• Pencatatan hasil pemeriksaan
-
Penqumpulan Pot Tinia
Pencatatan siswa yang membawa/tidak
membawa pot tInja
A Sekolah Dasar
•
-
-
-
Koordinasi Laoanaan
Penjelasan Program dan Teknis
Lapangan
Pembagian tim survei
Penyusunan Jadwal
A Kabupaten/Kota
llustrasi Gambar