Anda di halaman 1dari 18

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR (SOP)

SURVEI EVALUASI PREVALENSI CACINGAN

SUBSTANSI FILARIASIS DAN KECACINGAN


DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN
ZOONOTIK (P2PTVZ)
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia


termasuk di Indonesia. Kecacingan menggambarkan masalah kesehatan masyarakat khususnya di
daerah tropis dimana kondisi sanitasi masih belum memadai. Ada tiga jenis cacing yang umumnya
menginfeksi anak-anak yaitu: Ascaris iumbhcoides (cacing gelang), Ancylostoma duodenale
(cacing tambang) dan Trichiuris trichiura (cacing cambuk). Cacingan secara umum mengakibatkan
kerugian langsung oleh karena adanya gangguan pada intake makanan, pencemaan, penyerapan
serta metabolismenya dan memberikan dampak yang sangat nyata bagi kesehatan anak. Infeksi
cacing berhubungan erat dengan kehilangan mikronutrien, malabsorbsi vitamin A pada anak
prasekolah yang mengakibatkan malnutrisi, anemi dan retardasi pertumbuhan {Stunting).
Pemerintah menetapkan target program penanggulangan cacingan berupa reduksi cacingan yaitu
penurunan prevalensi cacingan sampai dengan di bawah 10% (sepuluh persen) di setiap daerah
kabupaten/kota, dengan demikian diperlukan upaya sistematis dan terpadu untuk mencapai
reduksi sesuai target yang telah ditetapkan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah cacingan tersebut seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan antara lain surveilans cacingan dan POPM Cacingan. Terdapat 3 kegiatan utama
dalam surveilans kecacingan yaitu penemuan kasus cacingan, survei faktor risiko dan survel
prevalensi cacingan.
Survei prevalensi cacingan harus cukup akurat memberikan data dan informasi dalam
pengambilan keputusan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil survei
prevalensi cacingan antara lain petugas pelaksana hingga metode pelaksanaan. Dengan adanya
Standar Operasional dan Prosedur survey evaluasi prevalensi cacingan diharapkan menjadi
pedoman bagi petugas survei baik petugas Pusat, B/BTKL PP, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan survei di daerah.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada tim penyusun standar operasional dan
prosedur survei evaluasi prevalensi cacingan. Khtik, saran dan masukan sangat kami harapkan
guna perbaikan di masa yang akan datang.

Jakarta^ . Desember2021
/W
lifif ^ Dirgktur P2PTVZ,

^.-.Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes


NIP. 196204201989031004
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SURVEI PREVALENSI CACIN6AN

1. Definisi

Survei Prevalensi Cacingan dalam Permenkes No. 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan merupakan bagian dari Surveilans Cacingan. Survei dilaksanakan meialui pemeriksaan
tinja secara terpilih (sampling) pada siswa sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah atau yang
sederajat kelas 3 - 5.

Pemeriksaan tinja pada kegiatan Survei Prevalensi Cacingan ini menggunakan metode Kato-Katz.
Penggunaan metode Kato-Katz dapat memberikan hasil kualitatif dan kuantitatif. Target
pemeriksaan pada survei ini adalah jenis cacing yang ditularkan meialui tanah / Soil-
Transmitted Helminths (STH) yakni Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing
cambuk), dan Ancylostoma duodenale, Necator americanus (cacing tambang).

2. Tujuan Kegiatan
Tujuan Survei Prevalensi Cacingan sebagai berikut:
1. Mendapatkan hasil prevalensi cacingan
2. Mendapatkan hasil prevalensi cacing gelang
3. Mendapatkan hasil prevalensi cacing cambuk
4. Mendapatkan hasil prevalensi cacing tambang
5. Mendapatkan hasil intensitas infeksi cacing gelang
6. Mendapatkan hasil intensitas infeksi cacing cambuk
7. Mendapatkan hasil intensitas infeksi cacing tambang

3. Kriteria dan kelayakan survei


a. Kab/kota yang dapat dilakukan survei evaluasi prevalensi cacingan yaitu kabupaten/kota yang
sudah melakssiswaan POPM cacingan atau POPM Filariasis selama minimal lima tahun
berturut-tunjt.

b. Waktu pelaksanaaan survei evaluasi cacingan yaitu minimal 3 (tiga) bulan setelah POPM
cacingan atau filariasis
c. Pemilihan kab/kota yang akan disurvei diutamakan pada daerah yang belum mencapai 100%
ODF (Open defecation free).
4. Metode Survei

4.1 Lokasi Survei

Lokasi survei adalah sekoiah dasar yang dipiiih secara acak, dengan iangkah sebagai berikut;
1. Buat daftar kelurahan/ desa yang ada dalam suatu kabupaten/ kota.
2. Hitung jumlah desa dan buat daftar nama Desa/ Kelurahan di Kabupaten/ Kota yang akan di
survei.

3. Tentukan sampling interval dengan cara jumlah total desa/ kelurahan dibagi dengan 30.
4. Setelah mendapatkan angka interval maka pilih desa pertama sebagai starting point dengan
cara memilih secara acak.

5. Pemilihan desa kedua adalah dengan menambahkan starting point dengan 1x sampling
interval.

6. Pemilihan desa ketiga adalah menambahkan starting point + 2 x sampling interval, demikian
seterusnya sampai diperoleh 30 desa cluster.
7. Setelah mendapatkan 30 desa/kelurahan terpilih, dilanjutkan dengan pemilihan sekoiah
yaitu 1 sekoiah per desa/ kelurahan. Pada desa/kelurahan yang memiliki jumlah sekoiah
lebih dari satu maka pemilihannya dilakukan secara acak sederhana (misal: pemilihan acak
dapat dengan cara mengundi atau menggunakan tabel random atau aplikasi random
sampling).

4.2 Sasaran

Sasaran survei adalah siswa sekoiah dasar di kelas 3, 4 dan 5 yang berada di sekoiah dasar
terpilih. Setiap tingkatan kelas dipiiih 7 siswa secara acak. Siswa yang telah terpilih tersebut
diberikan pot tinja, sehingga ada 21 siswa di setiap sekoiah dasar terpilih (menyesuaikan data
riil siswa di sekoiah).

Langkah pemilihan siswa yang akan diberikan pot tinja dilakukan sebagai berikut:
a. Petugas survei meminta daftar hadir siswa di kelas 3, 4 dan 5.
b. Petugas survei melakukan pendataan siswa yang hadir dan tidak hadir di setiap tingkatan
kelas tersebut dan memberikan nomor random terhadap siswa yang hadir. Pemberian
nomor random sebaiknya dilakukan di setiap tingkatan kelas. Pada kondisi tertentu dapat
ditemukan adanya lebih dari satu lokal pada suatu tingkatan kelas di sekoiah dasar
terpilih. Langkah pemberian nomor random dilakukan dengan menggabungkan terlebih
dahulu siswa yang hadir di kelas 3 A dan kelas 3 B dan seterusnya sejumlah lokal yang
ada. Bila proses belajar-mengajar masih dilakukan secara daring, pemilihan sampel siswa
dilakukan dengan menggunakan data absen siswa yang masih aktif bersekolah.
c. Petugas survei melakukan random terhadap siswa yang hadir tersebut. Siswa yang terpilih
dapat diberikan pot tinja. Apabiia dalam satu tingkatan kelas terdapat jumlah tidak lebih
dari 7 siswa yang hadir maka siswa di tingkatan kelas tersebut dapat diberikan pot tinja.

4.3 Target Sampel


Minimal sampel yang diperiksa yaitu sebanyak 80% dari total pot yang dibagikan

4.4 Kriteria Petugas Pemeriksa Sampel/ spesimen


a. Analisis kesehatan

b. Petugas yang terlatih dibidang pencegahan dan pengedalian cacingan

4.5 Metode pemeriksaan


• Sampel tinja yang diperiksa merupakan tinja segar
• Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Kato-Katz.

4.6 Mat dan bahan

a. Bahan kontak yaitu bahan yang diberikan pada respoden/ siswa sebagai bentuk
partisipasi dalam kegiatan survei
b. Bahan Pemeriksaan cacingan Kato katz
Menggunakan Kato Katz Kit. Bila tidak tersedia berupa kit dapat menggunakan bahan
sebagai berikut:
• Larutan Kato {Glycerol-malachite green atau glycerol-methylene blue solution)
• Akuades (apabiia belum tersedia larutan Kato-Katz)
• Glycerol (apabiia belum tersedia larutan Kato-Katz)
• Selofan {cellophane tape), tebal 40-50 pm, ukuran 30x25 mm
• Beaker glass
• Kasa saring 60-105 mesh
• Kertas minyak
• Plastik cetakan t}eriubang dengan ukuran lubang 6 mm dan tebal 1,5 mm untuk
berat tinja 41,7 mg.
c. Bahan Pengumpulan dan Pembuatan spesimen
• Mikroskop cahaya
Kaca objek {slide)
Pinset

Tutup botol dari karet


Spatula/stik es
Spidol tahan air
Kertas saring
tissue

Sabun cuci tangan /antiseptik


desinfektan

waskom

Counter (alat penghitung)


Pot tinja ukuran 10 - 15 cc
Apron
Handscoen

Hairnet

masker

Underpath
Plastik klip
Plastik sampel
Plastik Biohazard

Bench Aid telur cacing


Map/book slide
Fomiulir Survei

5. Manajemen Tim Pelaksanaan survei


Tim peiaksana
Komposisi tim peiaksana Survei Prevalensi Cacingan setidaknya terdiri dari Petugas
Pusat, Petugas Provinsi, Petugas Kabupaten, Petugas Puskesmas, Pendamping
Survei, dan petugas pembaca sampel.
a. Petugas Pusat
Petugas Pusat dapat berasal dari Substansi Filariasis dan Kecacingan, Balai
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (B/BTKLPP), Litbangkes,
dan atau Universitas sebagai pengawas utama. Pengawas Utama ini bertugas
mendesain dan mengawasi implementasi Sun/ei Evaluasi Prevalensi Cacingan.
Petugas yang bisa ditunjuk menjadi pengawas utama diharapkan sudah
pemah mengikuti pelatihan cacingan dan atau memiliki pengaiaman mengikuti
Survei Prevalensi Cacingan sebagai pengawas utama. Pengawas utama
bertanggung jawab terhadap kualitas survei dari tahap persiapan survei,
pengambilan sampel di sekolah, crosschecker sampei negatif, data hasil survei
hingga penyebatluasan hasil survei.
Salah satu bagian penting saat persiapan survei yang perlu dilakukan oleh
pengawas utama adalah menganalisa data sampling yang sudah dilakukan oleh
petugas provinsi, persiapan logistik, berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota serta berkoordinasi dengan Substansi Filariasis dan Kecacingan
untuk kelayakan survei.

b. Petugas Provinsi
Petugas dari Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Pengawas Tim. Pengawas Tim
ini bertugas mengawasi tim dan melakukan kendali mutu survei di tiap sekolah.
Komposisi pengawas tim setidaknya berasal dari pengelola program
kecacingan dan petugas yang memiliki latar belakang analis kesehatan atau
petugas yang sudah pemah mengikuti Pelatihan Surveyor Cacingan. Selain itu,
Pengawas Tim diminta menjaga kesiapan logistik, komunikasi tim, sampling,
kualitas pengolahan dan pembacaan sampel serta mengisi pencatatan dan
pelaporan Survei Prevalensi Cacingan.

c. Petugas Kabupaten
Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertugas sebagai Koordinator
Lapangan saat pelaksanaan survei. Petugas melakukan koordinasi seluruh
kegiatan Survei Prevalensi Cacingan dengan puskesmas, sekolah dan lintas
sektor lainnya.
Sebelum pelaksanaan survei petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
perlu melakukan pengumpulan data sekolah dasar dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kantor Kementerian Agama setempat. Data tersebut
dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk selanjutnya dilakukan
sampling.

d. Petugas Puskesmas
Petugas puskesmas bertugas sebagai pelaksana survei yang akan melakukan
penyuluhan kesehatan kepada siswa sekolah dasar terpilih serta membagikan
pot tinja kepada siswa kelas 3, 4 dan 5 yang terpiiih dan mengumpulkan
kembali pot tinja untuk selanjutnya dibawa ke tempat pemeriksaan sampei.
Semua pot tinja yang dibagikan dan dikumpulkan dicatat pada fomnulir survei 1.
Pada saat pembagian pot tinja petugas hams menjelaskan antara lain maksud
dan tujuan pengumpulan sampei tinja, tata cara pengampiian sampei tinja,
pengemasan sampei tinja, hingga waktu penyerahan sampei tinja. Pada saat
pengumpulan sampei tinja petugas perlu melakukan pengecekan kembali pot
tinja sebelum dibawa ke tempat pemeriksaan.

e. Petugas Pendamping Survei


Petugas pendamping survei bertugas secara teknis membantu petugas
puskesmas dalam pembagian dan pengumpulan pot tinja. Petugas pendamping
survei dapat berasal dari kader atau pihak lain yang ditunjuk atau ditugaskan.

f. Petugas Pembaca Sampei


Petugas pembaca sampei bertugas melakukan pengolahan dan pembacaan
sampei tinja yang berasal dari sekolah dasar terpiiih. Petugas dapat berasal
dari Analis Kesehatan atau petugas lain yang sudah pemah mengikuti pelatihan
cacingan. Petugas melakukan pengecekan kiriman sampei sebelum dilakukan
pengolahan dan pembacaan sampei.

Semua Tim dari yang berasal dari Pusat, Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas, pendamping survei, petugas pembaca sampei, bahkan juga periu
penA/akilan dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kantor Kemente rian
Agama setempat untuk mengikuti rapat pembekalan teknis (on the job training/OJT)
sebelum survei dimulai. Pengawas utama harus memastikan hal ini untuk kesamaan
alur pelaksanan survei sesuai prosedur yang ditetapkan.

6. Proses Pelaksanaan Survei Prevalensi Cacingan


Pelaksanaan survey Cacingan beriangsung selama 6-7 hari, tergantung dari lokasi survei
Cacingan apakah berada didaerah sulit atau akses yang jauh.
Alur pelaksanaan survei terdiri dari (bagan alur teriampir);
a. Hari pertama adalah kedatangan tim pusat dan provinsi ke kabupaten, proses persiapan
pelaksanaan survei yang terdiri dari penyiapan logistik, persiapan pembekalan teknis
survei pada petugas puskesmas selaku petugas pelaksana , membuat larutan kato dan
membuat pulasan selofan bagi yang tidak menggunakan Kato Katz Kit.
b. Hari kedua adaiah pelaksanaan pembekaian teknis atau on job training (OJT) yang terdiri
dari Pusat, Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas, pendamping survei,
petugas pembaca sampel, perwakilan dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kantor Kementerian Agama. Pembekaian teknis terdiri dari:
• Melakukan quiz sebeium pemaparan materi OJT untuk mendapatkan gambaran
pemahaman dasar peserta tentang program cacingan (dapat dilakukan dengan tanya
jawab langsung).
• Membahas pedoman survei prevalensi cacingan untuk memastikan bahwa semua tim
akan mengikuti prosedur yang seragam.
• Membuat jadwal kunjungan tim ke sekolah-sekolah.
• Melakukan demonstrasi pembagian dan pengumpulan pot tinja
• Melakukan demontrasi pengolahan dan pembacaan sampel tinja
• Membahas masalah yang mungkin akan dihadapi tim selama bekerja di lapangan dan
pemecahannya, sehinggatim lebih siap untuk mengambil tindakan korektif di lapangan.
• Melakukan diskusi tentang materi yang telah diberikan untuk mengukur pemahaman
peserta tentang program cacingan
c. Hari ketiga adaiah pelaksanaan kunjungan di 50-60% SD terpilih yang terdiri dari
pemberian edukasi tentang pencegahan Cacingan pada siswa SD, random data siswa SD
terpilih, pembagian pot tinja dan simulasi cara pengambilan sampel tinja.
d. Hari keempat adaiah:
• pelaksanaan kunjungan di 40-50% SD terpilih, melaksanakan edukasi tentang
pencegahan cacingan pada siswa SD, random data siswa SD terpilih, pembagian pot
tinja dan simulasi cara pengambilan sampel tinja.
• pengumpulan sampel tinja dari pot tinja yang sudah dibagikan pada 1 hari sebelumnya
(50-60% SD terpilih yang sudah ditetapkan), pengecekan sampel oleh petugas
Puskesmas dan kader/ pihak lainnya, pembagian bahan kontak pada siswa SD yang
mengumpulkan sampel dan penyerahan sampel kepada petugas analis.
• Proses pengolahan sampel tinja dan pembacaan spesimen oleh petugas analis.
• Proses pencatatan data sesuai dengan formulir
e. Hari kelima adaiah:

• pengumpulan sampel tinja dari pot tinja yang sudah dibagikan pada 1 hari seb elumnya
(40-50% SD terpilih yang sudah ditetapkan), pengecekan sampel oleh petugas
Puskesmas dan kader/ pihak lainnya, pembagian bahan kontak pada siswa SD yang
mengumpulkan sampel dan penyerahan sampel kepada petugas analis.
• Proses pengolahan sampel tinja dan pembacaan spesimen oleh petugas analis
• Proses pencatatan data sesuai dengan formulir
f. Hari keenam adalah:

• Proses pengolahan sampel tinja dan pembacaan spesimen oleh petugas analis untuk
sampel yang belum terkumpul pada hari sebelumnya
• Rekapitulasi data sesuai dengan fomiulir
• Laporan singkat hasil survei kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat
• Tim provinsi dan pusat kembali ke provinsi

7. Pembuatan Lanitan Kato-Katz

Cara pembuatan lanjtan kato-Katz bila tidak tersedia kit Kato Katz yaitu ;
• Akuades sebanyak 100 cc
• Glycerol sebanyak 100 cc, dan
• Larutan malachite green 3% sebanyak 1 cc
a. pertama mendapatkan larutan malachite green 3% sebagai berikut:
- Timbang malachite green sebanyak 3 gram
- Masukan malachite green sebanyak 3 gram ke dalam botol/ beker glass dan
tambahkan akuades 100 cc sedikit demi sedikit lalu aduk/ kocok sehingga
homogen.
b. Langkah kedua mendapatkan larutan Kato-Katz sebagai berikut:
- Masukan 100 cc akudes ke dalam waskom plastik kecil
- Tambahkan 100 cc Glycerol sedikit demi sedikit
- Tambahkan 1 cc larutan malachite green 3%,
- Aduk sampai homogen. Proses ini akan menghasilkan larutan kato 201 cc.

c. Merendam/ memulas selofan {cellophane tape)


- Buatlah bingkai kayu persegi empat sesuai dengan ukuran waskom plastik kecil.
- Lilitkan selofan pada bingkai tersebut
- Rendamlah selama minimal 24 jam dalam lamtan kato
- Pada waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam sepanjang
2,5 cm.
Catatan: Proses pembuatan Larutan Kato-Katz dan perendaman/ pemulasan
selofan {cellophane tape) minimal dilakukan 2 (dua) hari sebelum digunakan
untuk pemeriksaan.
8. Pengolahan Sampel Tinja
- Memakai sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi.
- Menuliskan kode sampel pada geias obyek dengan spidoi sesuai dengan yang tertulis
di pot tinja.
- Meletakkan kertas minyak ukuran 10 x 10 cm di atas meja dan meletakan tinja sebesar
ruas jari di atas kertas minyak.
- Melakukan penyaringan tinja menggunakan kassa saring.
- meletakkan plastik berlubang di atas slide kemudian masukkan tinja yang sudah
disaring pada lubang tersebut.
- Mengangkat plastik berlubang tersebut dengan periahan dan tutuplah tinja dengan
selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato.
- Ratakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan sediaan kurang lebih
selama 20 - 30 menit.

- Baca di bawah mikroskop dengan pembesaran lOx dan 40x


- Baca seluruh lapangan pandang, tentukan spesiesnya, hitung jumlah telur untuk setiap
spesies yang ditemukan

9. Pengolahan limbah sampah spesimen


- Limbah pot tinja dimusnahkan bersama dengan limbah medis lainnya
- Limbah kaca slide direndam dalam desinfektan sebelum di musnahkan

10. Manajemen Data


Pencatatan dan pelaporan
Menggunakan formulir survei standar terdiri dari fonnulir pemeriksaan survei evaluasi
prevalensi cacingan, formulir hasil positif, fomnulir rekapitulasi hasil survei evaluasi
prevalensi cacingan. Data dapat diinput menggunakan komputer atau laptop untuk
memudahkan dalam pengolahan data.

H.Analisis dan Interpretasi Hasil


Hasil pemeriksaan positif bila dalam sampel tinja ditemukan adanya telur cacing STH.
Hasil pemeriksaan yang dicatat sebagai berikut;
i. Sampel tinja dengan hasil positif telur cacing STH ataupun hasil negatif.
ii. Sampel tinja dengan hasil pemeriksaan positif cacing STH dicatat:
- Spesies telur cacing STH yang ada di seluruh lapang pandang
- Jumlah telur setiap spesies yang ditemukan pada seluruh lapang pandang.
Hasil hitung telur cacing setiap sampel selanjutnya dilakukan hitungTelur per Gram (TPG)
Tinja setiap spesies dengan rumus sebagai berikut;

Jumlah Telur di seluruh lapang pandang


TPG = X1000

Berat Tinja

Keterangan : menggunakan cetakan kato katz dengan ukuran lubang diameter 6 mm dan
ketebalan 1,5 mm untuk berat tinja sebesar 41,7 mg.

Adakalanya saat pemeriksaan sampel tinja dapat ditemukan telur cacing non STH. Hasil
pemeriksaan tersebut tetap dicatat sebagai adanya telur cacing non STH (jika ada beserta
spesiesnya). Apabila ada sampel yang hanya ditemukan jenis telur cacing non STH maka hasil
tersebut tidak tercatat sebagai hasil positif pada survei ini karena yang disebut sebagai sampel
positif hanya adanya telur cacing STH.

12. Hitung Prevalensi


Pada hitung prevalensi cacingan dibutuhkan data jumlah sampel yang diperiksa, jumlah sampel
positif cacingan, sampel positif cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang. Berikut
rumus hitung prevalensi.

a). Prevalensi cacingan

Jumlah sampel tinja positif cacingan


X 100%
Jumlah sampel tinja yang diperiksa

b). Prevalensi cacing gelang

Jumlah sampel tinja positif telur cacing gelang


X 100%

Jumlah sampel tinja yang diperiksa

c). Prevalensi cacing cambuk

Jumlah sampel tinja positif telur cacing cambuk


X 100%

Jumlah sampel tinia vanq diperiksa


d). Prevalensi cacing tambang

Jumiah sampel tinja positif telur cacing tambang


X100%

Jumlah sampel tinja yang diperiksa

13. Pembagian dan Pengumpulan Pot Tinja


13.1 Pembagian Pot Tinja
Siswa yang diberi pot tinja adalah siswa yang terpilih dari hasil random siswa. Siswa
yang mendapatkan pot tinja hams dicatat pada fomiulir survei. Pot tinja yang diberikan
kepada siswa haais sudah diberikan kode sampel.

Petugas menyampaikan arahan kepada siswa yang diberikan pottinja sebagai berikut;
1. Pot tinja yang diberikan terdapat kode sampel sehingga tidak boleh ditukar dengan
pot tinja milik temannya.
2. Pot tinja yang diberikan tidak boleh dibuat mainan.
3. Pot tinja digunakan untuk menampung tinja.
4. Tinja yang akan dimasukan kedalam pot tinja banyaknya sebesar kelereng atau ibu
jari tangan siswa (100 mg).
5. Cara membuka dan menutup pot tinja
6. Waktu pengambilan tinja.
7. Cara membuang tinja di WC.
Saat buang air besar siswa diminta tidak menjatuhkan tinjanya langsung kedalam
lubang wo. Perlu adanya ilustrasi gambar wc dan posisi jatuhnya tinja. (Ilustrasi
gambar terlampir)
8. Cara pengambilan tinja. Contohkan siswa cara mengabil tinja dengan
menggunakan sendok yang sudah ada dalam pot tinja atau juga bisa
menggunakan tangkai es cream (stik).
9. Cara masukan tinja kedalam pot dan tutup rapat.
10. Kapan pot tinja akan diserahkan dan kepada siapa akan diserahkan.

Petugas menuliskan nama dan kode sampel pada formulir survei dan label. Label yang telah
tercatat tersebut diletakkan pada pot tinja dan plastik klip
Nama siswa

Nomor sampel

kode Kelas
*«/IS/V/'04

Kode klaster

Kode Kab/Kota

13.2 Pengumpulan Pot Tinja


Pengumpulan pot tinja dilakukan besok harinya. Saat pengumpulan petugas survei dan
pendamping survei melakukan kegiatan ;
1. Mencatat siswa yang membawa pot tinja
2. Mencatat siswa yang tidak membawa pot tinja.
3. Pengecekan langsung terhadap isi pot tinja yang dibawa siswa
- Mencatat siswa yang membawa pot tinja tapi tidak ada tinjanya
- Mencatat siswa yang membawa pot tinja dan berisi tinjanya.

Pencatatan pada kegiatan pengumpulan pot tinja ini dilakukan pada formulir survei. Sampel
tinja yang telah diperoleh langsung dibawa ke tempat pemeriksaan. Proses serah terima
sampel tinja antara petugas pengumpul sampel dengan petugas pemeriksa sampel harus
dilakukan dengan baik.

14. Pemeriksaan Sampel


a. Tempat Pemeriksaan Sampel
Tempat pemeriksaan sampel dapat dilakukan di laboratorium kesehatan daerah atau
puskesmas. Tempat tersebut ditata menjadi tempat untuk melakukan proses pengolahan
sampel tinja dan tempat untuk melakukan pemeriksaan sampel tinja

b. Petugas Pemeriksa Sampel


Petugas pemeriksa sampel adalah analis kesehatan, atau petugas yang sudah pernah
mengikuti pelatihan Gacingan.
Petugas pengoiah sampel tinja hams memiliki catatan :
1. Sampel tinja yang diterima dari petugas pengumpul tinja
2. Sampel tinja yang sudah diolah dan diberikan kepada petugas pemeriksa sa mpel

Petugas pemeriksa sampel tinja hams memiliki catatan :


1. Sampel tinja yang telah diterima dari petugas pengoiah tinja
2. Sampel tinja yang diperiksa

15. Laporan Hasil


Laporan hasil survei prevalensi cacingan yang sudah didapatkan mencakup :
1. Sekolah dasar yang menjadi lokasi survei
2. Jumlah sampel siswa yang diberikan pot tinja
3. Jumlah siswa yang memberikan sampel tinjanya
4. Jumlah sampel tinja yang diperiksa
5. Jumlah sampel yang negatif cacing STH
6. Jumlah sampel yang positif cacing STH
7. Jumlah sampel yang positif cacing gelang
8. Jumlah sampel yang positif cacing cambuk
9. Jumlah sampel yang positif cacing tambang
10. Jumlah sampel yang positif cacing gelang dan cacing cambuk
11. Jumlah sampel yang positif cacing gelang dan cacing tambang
12. Jumlah sampel yang positif cacing cambuk dan cacing tambang
13. Jumlah sampel yang positif cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang
14. Hitung TPG cacing gelang
15. Hitung TPG cacing cambuk
16. Hitung TPG cacing tambang
17. Jenis cacing non STH yang ditemukan
LAMPIRAN BAGAN ALUR KEGIATAN

Laporan Hasit

j
Pemeriksaan Sampel Tinia
• Pengoiahan tinja Metode Kato-Katz Tempat Pemeriksaan Sampel
• Pemeriksaan Mikroskopis
• Pencatatan hasil pemeriksaan

-
Penqumpulan Pot Tinia
Pencatatan siswa yang membawa/tidak
membawa pot tInja
A Sekolah Dasar

- Pencatatan siswa yang membawa tinja


- Membawa sampel tinja ke Tempat Pemeriksaan
Sampel

Pembaqian Pot Tinia


-
-
-
Penyuluhan kesehatan
Pencatatan siswa
Pembagian pot tinja
- Penjelasan kepada siswa tentang tata cara
i Sekolah Dasar

pengisian tinja dan waktu pengumpulan tinja


- Pencatat titik koordinat dengan GPS

Mendaoatkan dan mencatattitik koordinat


sekolah dasar


-

-
-
Koordinasi Laoanaan
Penjelasan Program dan Teknis
Lapangan
Pembagian tim survei
Penyusunan Jadwal
A Kabupaten/Kota

- Pembagian afat dan bahan : pot tinja,


ldt>el, formulir survei, dan sebagainya

- Membuat larutan Kato-Katz


- Membuat puiasan selofan
LAMPIRAN 1. GAMBAR ILUSTRASI PENEMPATAN SAMPEL TINJA Dl CLOSET

llustrasi Gambar

wwaw fwwiTAei uwii ? w


TIM PENYUSUN

Penasehat : Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TularVektor dan


Zoonotik

Penanggung Jawab : Koordinator Kelompok Substansi Filariasis dan Kecacingan


Penyusun 1. Lita Renata Sianipar, SKM, M. Epid
2. dr. Lusy Levlna
3. dr. Dauries Ariyanti Muslikhah, M. Epid
4. dr. Ajie Mulia Avisena, M. Epid
5. Hipokrates, SKM
6. Femmy Imelia Pica!, SKM
7. Yayuk Agustin Hapsari, SKM
8. Sri Cahyaningrum, SKM

Kontributor : 1. dr. Solihah Widyastuti, M.Epid


2. dr. Eksi Wijayanti, M.Epid
3. Sunardi, SKM, MKM
4. dr. Sri Hartoyo, M.Epid
5. Dwi Martanti, SKM, MKM

Anda mungkin juga menyukai