Anda di halaman 1dari 10

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ERA MODERN

Woman Leadership In The Modern Era

Husain Hamka

Universitas Hasanuddin
Alamat: Jl Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar
Email: husain.hamka@yahoo.com

Naskah diterima tanggal 5 Juni 2012. Naskah direvisi tanggal 25 Agustus 2012. Naskah disetujui tanggal 9 Oktober 2012

Abstract

Perempuan dalam era modern ini sudah menjalani fungsi yang signifikan di ruang publik. Mereka
tidak lagi terkungkung dalam ruang domestik. Bahkan banyak diantaranya telah menjadi pemimpin
di komunitas, oirganisasi tertentu bahkan menjadi pemimpin negara. Meski demikian tak jarang
perempuan masih diposisikan sebagai makhluk kedua (the second sex). Kenyataan ini nampak masih
muncul dalam konteks keagamaan. Misalnya dalam kepemimpinan Islam mereka diposisikan sebaiknya
tidak menempati jabatan tertinggi. Perempuan tetap di anggap tidak memiliki karakter laki-laki seperti
pemberani dan kuat yang di anggap sebagai potensi untuk menjadi pemimpin. Tulisan ini akan mencoba
mengurai persoalan kepemimpinan perempuan dengan menggunakan analisis sosiologi agama dan
hasilnya agama dalam hal ini Islam memberikan kesempatan yang luas bagi perempuan untuk berkiprah
dalam berbagai hal.

Kata kunci: kepemimpinan Islam, perempuan, sosiologi agama, ruang publik dan domestik

Abstract

Woman in the modern era has been undergoing a significant role in public context in which they are not
confined to the domestic sphere anymore. In fact, many of them have become leaders in communities,
certain organizations even a president of a nation. Nevertheless, women are still often positioned as the
second creature. This fact seems still to occur in religiousness context. For instance, in Islamic leadership,
they are considered not to be placed in the top position or leader. Women are still considered that they do
not have male’s character such as braveness and strangeness as the required potencies to be a leader. This
paper will try to analyze the issue of woman leadership by using religion sociology analysis. Based on the
result of the research, it was found that Islam religion provides wide opportunity for women to take part in
a variety of ways

Keywords: Islamic Leadership, Female, Sociology of religion, public and domestic space

PENDAHULUAN dari yang rendah sampai posisi puncak dalam suatu

P
lembaga atau negara. Bahkan sejarah telah mencatat
erkembangan pemikiran bagi kaum beberapa wanita yang jaya di panggung politik dan
perempuan dari tahun ketahun mengalami menduduki jabatan menteri, wakil presiden hingga
perkembangan yang signifikan. Hal ini presiden atau perdana menteri bahkan sudah
terlihat semakin banyaknya kaum perempuan yang banyak perempuan menjadi ketua pengadilan, baik
ikut dalam kanca politik maupun organisasi yang tingkat kabupaten maupun pada tingkat propinsi
dapat mewakili kaum perempuan di berbagai jenis bahkan pusat pun sudah mulai ada.
kegiatan di masyarakat. Dalam kaitan ini telah Kenyataan ini, telah memunculkan polemik
banyak wanita yang berhasil meraih jabatan, mulai di kalangan umat Islam, khususnya para ulama,

Kepemimpinan Perempuan dalam Era Modern - Husain Hamka | 107


dan organisasi islam lainnya yang berkaitan dengan Artinya: ‘Tidak akan beruntung (sukses) suatu kaum
pandangan Islam terhadap keberadaan wanita dalam yang menyerahkan urusan mereka kepada
jabatan-jabatan strategis di sektor publik itu. Polemik perempuan.’ (HR Bukhari dari Abu Bakrah)
ini berawal dari pandangan tentang perbedaan
struktur biologis antara laki-laki dan wanita yang Namun masalahnya adalah apakah memang
berimplikasi pada peran yang diembannya dalam demikian makna ayat 3 surat al-Nisa di atas?
masyarakat. Dari struktur anatomi biologis, wanita Jelasnya, apakah teks QS. Al-Nisa; 34 mengandung
dianggap memiliki beberapa kelemahan yang makna bahwa hanya laki-laki saja yang dianggap
lebih banyak dibandingkan dengan kaum laki-laki memiliki kualifikasi (keahlian) sebagai pemimpin,
normal. baik sebagai kepala rumah tangga (sektor publik),
Oleh karena itu, anatomi biologi laki-laki maupun dalam kehidupan sosial masyarakat (sektor
sangat memungkinkan menjalankan sejumlah publik)? Kalau memang demikian pemahamannya,
peran utama dalam masyarakat (sektor publik) maka apakah tidak akan melahirkan image bahwa
karena dianggap lebih potensial, lebih kuat dan lebih al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam telah
produktif. Organ reproduksi dinilai membatasi melakukan diskriminasi terhadap peran sosial
ruang gerak wanita, karena secara kodrati mereka antara laki-laki dengan perempuan? Pertanyaan ini
akan hamil, melahirkan dan menyusui. Sedangkan perlu didiskusikan lebih lanjut.
laki-laki secara kodrati tidak memiliki fungsi Berdasarkan asumsi di atas, tulisan ini
reproduksi tersebut. Perbedaan itu melahirkan bermaksud menganalisis tentang perempuan
pemisahan fungsi dan peran serta tanggung jawab yang menduduki jabatan kepala dalam perspektif
antara laki-laki dengan wanita. Dalam hal ini laki- sosiologis dan hukum Islam.
laki dipandang cocok berperan di sektor publik
sedangkan wanita dipandang cocok berperan di PEMBAHASAN
sektor kerumah tanggaan. Peran Perempuan Dalam Analisis Gender
Namun demikian bahwa penjelasan tentang Ada dua perbedaan kehidupan sosial yang
“wanita” itu sendiri dalam bahasa Arab mempunyai nyata bagi laki-laki dan perempuan, lingkungan
konotasi inferior (lemah lembut, pelupa, penghibur, masyarakat sebagai tempat pertama bagi laki-laki,
akalnya kurang) berlawanan dengan “laki-laki” yang dan perempuanlah yang akrab dengan lingkungan
dalam bahasa Arab berkonotasi superior (cerdas, rumah tangga hubungan diantara keduanya adalah
berpikir, dan kuat). tidak langsung. Penafsiran yang diberikan kepada
Tampaknya pandangan tersebut didukung biologis perempuan menyebabkan kerugian mereka
oleh tekstual QS. Al-Nisa (4): 34 bahwa: ‘Kaum laki- pada semua tingkat masyarakat bukan keadaan
laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…’ biologis mereka sendiri. Perempuan di manapun
Adapun makna ayat tersebut di atas dapat umumnya kurang dikenal dan kurang berwenang
dipahami secara zahir (tekstual), yang seakan-akan dalam adat. Penafsiran inilah yang mengikat mereka
menunjukkan bahwa yang layak menjadi pemimpin untuk hanya mengasuh anak-anak dan tetap dalam
hanyalah laki-laki. Sebaliknya wanita hanya layak lingkungan rumah tangga.
dipimpin oleh laki-laki. Pemahaman seperti ini Adapun yang menyebabkan perempuan
diklaim mencakup segala aspek kehidupan dan kurang berpartisipasi dalam arena politik, yaitu
peran sosial masyarakat. Dengan pemahaman ini, :1) Secara kultural dan diperkuat oleh interpretasi
maka wanita tidak bisa menjadi pemimpin apalagi agama perempuan berada di posisi subordinat
pemimpin pada posisi puncak dalam sektor publik. terhadap laki-laki, masih dianggap sebagai mahluk
Wanita hanya cocok berperan di sektor domestik yang berada di bawah kepemimpinan laki-laki,
sebagai ibu rumah tangga. sehingga dalam pengambilan keputusan, berkaitan
Pemahaman tersebut mendasarkan dengan kehidupan sosial, politik ekonomi maupun
argumentasinya pada sabda Nabi saw: kehidupan pribadi itu sendiri umumnya perempuan
tidak memiliki hak suara apalagi hak untuk
‫ال يفلح قوم و لوا أمرهم إمرأة‬ mengambil dan menjalankan keputusan; 2) Akses
) ‫(رواه البخارى عن أبى بكرى‬ perempuan terhadap ekonomi dan informasi sangat

108 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 19 Nomor 1 Juni 2013


kecil. 3) Sejak dihancurkannya gerakan perempuan ganda” yang melestarikan wawasan bahwa tugas
di masa orde baru, kemudian segera disusul dengan perempuan terutama adalah di rumah sebagai
doktrin pencitraan perempuan yang dipaksakan. 4) ibu rumah tangga, cenderung mengalami proses
Rasa percaya diri yang kurang Tjokrominoto, 1996: aktualisasi potensi perempuan secara utuh; 4)
31). Adanya sindroma subordinasi dan peran marginal
Dengan ketat melalui berbagai jalur legislatif, perempuan telah melestarikan wawasan bahwa
politik maupun budaya, perkembangan gerakan peran dan fungsi perempuan dalam masyarakat
perempuan diarahkan menuju satu titik yaitu adalah bersifat sekunder (Tjokroaminoto, 1996: 59).
domestikasi perempuan, dengan meletakkan Selanjutnya Rasdiayanah) mengemukakan
perempuan di dalam rumah tangga, sebagai isteri bahwa masih kuatnya pandangan-pandangan bahwa
pendamping suami dan ibu dari anak-anaknya. perempuan lebih cocok dengan pekerjaan-pekerjaan
Kebijakan ini menjadikan perempuan bersikap rumah tangga dibanding laki-laki, atau pandangan
apolitis atau rendah kesadaran politiknya (H.Dian, bahwa perempuan lebih menggunakan perasaannya
2002:25). dari pada rasional, sehingga perempuan tidak cocok
Dalam hal ini laki-laki di anggap mampu dengan bidang-bidang pekerjaan yang keras dan
menjaga jarak dari lingkungan kehidupan rumah rasional termasuk bidang politik yang dianggap
tangga sebagai akibatnya mereka tidak memerlukan hanya cocok dengan laki-laki. Ini merupakan
komitmen pribadi terhadap orang lain sebagaimana gambaran mengenai adanya diskriminasi klasik
yang diperlukan oleh ibu-ibu atau perempuan. Laki- terhadap perempuan (Andi Rasdiana, 1999: 41).
laki lebih dihubungkan dengan wewenang abstrak Potensi dasar yang dimiliki oleh perempuan
dan dengan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai makhluk religius, individu, sosial dan
sebagai suatu keseluruhan. Keterpisahan laki-laki budaya sebenarnya tidak berbeda dengan laki-laki.
dari lingkungan rumah tangga membuat mereka Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan
lebih cocok dalam keterlibatan ritual di ruang tidak adanya perbedaan yang signifikan tentang
public. kemampuan dasar potensial dari kedua jenis
Dengan demikian ini akan menyebabkan (laki-laki dan perempuan) tersebut. Bahkan pada
keterlibatan laki-laki dalam kehidupan politik beberapa penelitian, tanpak bahwa perempuan
dan keagamaan mendapat legitimasi melebihi memiliki beberapa kelebihan khas, antara lain
perempuan yang difokuskan pada kehidupan perempuan lebih mampu untuk berperan ganda,
rumah tangga. Perempuan memiliki kekuatan yang di samping mengembang kodratnya sebagai
lebih sedikit dibanding laki-laki dalam masyarakat. ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui
Ketidakseimbangan antara jenis kelamin adalah dan membesarkan anak dengan kasih sayang,
lebih besar dalam masyarakat dibanding faktor lain, perempuan memiliki potensi dasar untuk lebih
dan perempuan bisa menjadi lebih dekat persamaan tahan uji, rela berkorban, tahan menderita, ulet dan
jika laki-laki lebih terlibat dalam kehidupan rumah sabar dibanding laki-laki.
tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tjokroaminoto menekankan bahwa perempuan pada umumnya lebih tekun, ekonomis
penyebab rendahnya partisipasi perempuan dan hemat sehingga mereka dapat dipercaya untuk
dalam pembangunan dan cenderung menempati menduduki posisi penting tertentu. Akan tetapi
posisi terbelakang adalah sebagai berikut : 1) mengapa perempuan secara realitas terpinggirkan,
Adanya dikotomi maskulin/feminin peranan termarginalisasi, tersubordinasi, terpuruk, tidak
manusia sebagai akibat dari determinasi biologis berdaya dan bahkan tereksploitasi diberbagai sektor
seringkali mengakibatkan proses marginalisasi kehidupan, khususnya dalam politik, dalam proses
perempuan; 2) Adanya dikotomi peran publik/ pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan
peran domestik yang berakar dari sindroma publik.
bahwa “peran perempuan adalah di rumah” pada Bila dianalisis maka ternyata bahwa keadaan
gilirannya melestarikan pembagian antara fungsi itu disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor internal
produktif dan fungsi reproduktif antara laki-laki perempuan, faktor ekternal. Antara lain yang 1)
dan perempuan; 3) Adanya konsep “beban kerja Faktor Internal yaitu perempuan bersumber dari

Kepemimpinan Perempuan dalam Era Modern - Husain Hamka | 109


kualitas perempuan itu sendiri. Sekalipun kuantitas tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana
perempuan besar jumlahnya, banyak perempuan halnya laki-laki dan perempuan harus
yang berpotensi kurang memanfaatkan peluang bertanggungjawab sebagai hamba Tuhan.
dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas Begitu pula laki-laki dan perempuan sama-
diri melalui peningkatan wawasan pengetahuan, sama mengemban amanat dan menerima perjanjian
kemampuan pengendalian diri, berkomunikasi dan primordial dengan Allah (QS. Al-A’raf (7): 172).
beraktualisasi sesuai dengan hati nurani kata hati Menurut Fakhru al-Razi, bahwa tak seorang pun
yang suci dan luhur, sehingga perempuan berprestasi anak manusia yang lahir di muka bumi ini yang
optimal dalam posisi apapun baik sebagai ibu, tidak berikrar tentang ekstensi Tuhan. Ini berarti,
isteri, tokoh masyarakat dan professional; 2) Faktor bahwa dari aspek penerimaan perjanjian primordial
Eksternal yaitu bersumber dari luar diri perempuan. itu, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
Berbentuk antara lain dominasi laki-laki untuk tetap perempuan (Fakhru, 1990: 57).
menjadi leader yang berimbas pada berbagai produk Semua ayat yang mengisahkan drama kosmis,
sosial budaya yang berpandangan merugikan yaitu cerita tentang keberadaan Adam dan Hawa di
dan tidak equal bagi perempuan. Lebih jauh lagi surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan
muncul penafsiran ajaran agama yang bertentangan kedua belah pihak secara aktif dengan menggunakan
dengan asas keadilan dan kesetaraan penciptaan damir (kata ganti orang) untuk dua orang (huma)
manusia oleh sang Khaliq. Realitas tersebut telah yang merujuk kepada Adam dan Hawa secara
memposisikan keterpurukan perempuan dalam bersamaan. Penjelasan lebih rinci dikemukakan
kebodohan dan tidak keberdayaan serta kurang dalam QS. Al-Baqarah (2):35, al-A’raf (7): 20, 22, 23
memberi peluang pada perempuan secara lebih serta al-Baqarah (2): 187.
berkeadilan. Dalam meraih prestasi maksimal pun, laki-
laki dan perempuan mempunyai potensi yang sama
Peran Sebagai Pemimpin dalam Islam sesuai dengan QS. Al-Nisa (4): 124
Sebenarnya antara laki-laki dan perempuan َُْ َ َ َ
ْ
memiliki kesetaraan sebagai makhluk Tuhan. ‫ات ُ ِم ْْنَ ذك َ ٍر َأ ْو أنثى َو ُه َو ُمؤ ِم ٌن‬
ِ َ ‫ح‬
َ
َ ‫الصال‬
ِ َّ ‫َو َم ْن َي ْع َم ْل م َن‬
ْ َ ُ ُِ َ َُ
Setidaknya demikian yang dikatakan oleh ‫فأول ِئ َك َي ْدخلون ال َجنة َول يظل ُمون ن ِق ًيرا‬
َّ
Nasaruddin Umar. Menurutnya persamaan itu
antara lain: Terjemahnya:‘Barangsiapa yang mengerjakan
1) Laki-laki dan wanita sama-sama sebagai amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun
hamba Allah (‘abid) perempuan sedang ia orang yang beriman,
2) Laki-laki dan wanita sebagai khalifah di maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
bumi mereka tidak dianiaya walau sedikitpun’.
3) Laki-laki dan wanita menerima perjanjian
primordial Dari ayat di atas dapat dikemukakan bahwa
4) Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam al-Qur’an telah mengakui kemitrasejajaran peran
drama kosmis laki-laki dan perempuan. Bahkan secara substansial
5) Laki-laki dan wanita berpotensi meraih Rasulullah saw menegaskan:
prestasi.
)‫إنما النساء شقا ئق الرجال (رواه أبوداود عن عائشة‬
Maksudnya, bahwa dalam kapasitas manusia
sebagai seorang hamba, laki-laki dan wanita Artinya:‘Sesungguhnya perempuan itu adalah
berpotensi dan berpeluang yang sama untuk menjadi belahan (mitra) laki-laki.’ (HR Abu Daud dari
hamba ideal (orang bertakwa), sebagaimana Aisyah)
diisyaratkan dalam QS. Al-Hujurat (49): 13.
Di samping kapasitasnya sebagai hamba, manusia Karena itu pemahaman terhadap ayat dan
adalah khalifah di bumi. Dalam hal ini laki-laki dan hadis yang berkaitan dengan kepemimpinan
perempuan mempunyai peran yang sama sebagai laki-laki terhadap perempuan perlu diadakan
khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan reinterpretasi, termasuk fiqh. Dalam kaitan ini

110 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 19 Nomor 1 Juni 2013


Amir Syarifuddin salah seorang pakar ushul fiqh Ayat ini harus dipahami secara komprehensif
di Indonesia mengatakan bahwa karena fiqh dan bukan sepotong-sepotong sebab dalam ayat
merupakan hasil pemikiran ulama mujtahid yang ini ada kalimat lanjutannya, yakni “karena mereka
menurut dasarnya dapat mengalami perubahan (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
َ َ َْ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َّ َ َ
dengan cara mengadakan reinterpretasi terhadap mereka,” ) ‫ض َو ِب َما أنف ُقوا ِم ْن أ ْم َو ِال ِه ْم‬
ٍ ‫(بما فضل الله بعضهم على بع‬, ِ
dalil yang menjadi sandaran bagi pemikiran tersebut yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah
(Amir Syarifuddin, 2002: 25). “kepemimpinan dalam keluarga (rumah tangga),
Dengan demikian seandainya potensi dan itulah derajat yang diberikan kepada laki-laki.”
perempuan selama ini dianggap kurang berkembang Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah (2):
yang menyebabkan kekurang berdayaannya dalam 228
kehidupan masyarakat banyak disebabkan oleh َ
‫وف َوِلـلـ ّ ِـر َجـ ِـال َعل ْي ِه َّن‬ ْ َ ْ َّ َ َ َّ ْ َّ َ َ
budaya masyarakat yang mengitarinya dan bukan ِ ‫…ولـ ٌ ُـهــن ِمــثـ ُـل الـ ِـذي عل ْي ِهن ِبــالــعـ ُـر‬
disebabkan oleh ajaran agama yang berdasarkan …‫َد َر َجة‬
wahyu dan petunjuk Nabi dalam sunnahnya.
Dalil-dalil yang berkaitan dengan kepemimpinan Terjemahnya: ‘… dan para perempuan mempunyai
perempuan dalam interaksi sosial bukanlah harga hak yang seimbang dengan kewajibannya
mati, mengingat tampilnya Siti Aisyah dalam menurut cara yang ma’ruf, akan tetapi para
kehidupan sosial dan politik dengan seizin Nabi dan suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
begitu pula para sahabat Nabi belakangan tidak pula daripada isterinya…
menghalanginya.
Bahkan al-Qur’an mengabadikan citra Ayat di atas menurut Rasyid Rida merupakan
perempuan ideal yang mempunyai kemandirian kaidah umum yang berbicara tentang kedudukan
politik, seperti sosok Ratu Balqis, penguasan yang sama antara perempuan dan laki-laki
perempuan yang mempunyai kekuasaan besar dalam segala bidang, kecuali dalam masalah
(super power), yang dikisahkan dalam QS. Al-Naml kepemimpinan dalam rumah tangga (Muhammad
(27): 23: Rasyid, 1992: 47).
َ َ ّ ُ ْ ْ َ ُ َ ْ ُ ُ ْ َ ً ََ ْ ُ ْ َ َ ّ Penempatan laki-laki (suami) sebagai kepala
‫�ش ـ ْـي ٍء َولـ َـهــا‬ ‫ِإ َِن ــي وج َــدت ام ــرأة تــمـ ِـلــكــهــم وأو ِتــيــت ِمــن كـ ِـل‬ rumah tangga itu sebenarnya merupakan respon
ٌ ‫ش ع ِظ‬
‫يم‬ ٌ ‫ع ْر‬ terhadap kondisi sosial masrakat Arab menjelang
dan ketika al-Qur’an diturunkan. Dalam hal ini
Terjemahnya:‘Sesungguhnya aku menjumpai peran laki-laki mendominasi berbagai bidang
seorang perempuan yang memerintah kehidupan termasuk dalam sistem keluarga.
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu Dalam masyarakat Arab, laki-laki bertugas
serta mempunyai singgasana yang besar. membela dan mempertahankan seluruh anggota
keluarga, bertanggung jawab memenuhi seluruh
Diabadikannya kisah Ratu Balqis (penguasan kebutuhan anggota keluarga. Konsekuensinya, laki-
kerajaan Saba pada masa Nabi Sulaiman) ini laki memonopoli kepemimpinan dalam semua
mengisyaratkan bahwa al-Qur’an sumber tingkatan.
pokok hukum Islam sejak dini telah mengakui Di samping itu ayat di atas secara tersirat
keberadaan perempuan yang menduduki puncak menunjukkan bahwa secara kodrati, laki-laki
kepemimpinan di sektor publik. Dengan kata lain, “cenderung ingin melindungi perempuan (nature).
َ َ
ayat ini secara tersirat membolehkan perempuan Dengan kata lain, bahwa makna kata ‫ق َّو ُامون‬sangat
menjadi pemimpin, termasuk sebagai kepala negara beragam, antara lain pelindung, pembimbing,
sekalipun. pengayom, maupun pembimbing. Tampaknya,
Karena itu pula ayat dan hadis yang secara para mufasir dan fuqaha klasik lebih cenderung
َ َ
zahirnya melarang perempuan menjadi pemimpin, mengartikan ‫ق َّو ُامون‬sebagai pemimpin ketimbang
perlu dikaji. Ayat tersebut di antaranya adalah QS. makna-makna lainnya. Bahkan menganggap
Al-Nisa: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi “ayat ini menunjukkan bahwa lelaki berkewajiban
kaum perempuan…”. mengatur dan mendidik perempuan, serta

Kepemimpinan Perempuan dalam Era Modern - Husain Hamka | 111


menugaskannya berada di rumah dan melarangnya kekuasaan umum yang dipegang oleh seorang
keluar. Perempuan berkewajiban menaati dan penguasa yang umum berlaku dalam negara-
melaksanakan perintah laki-laki selama itu bukan negara kerajaan (monarki). Dalam tradisi
perintah maksiat. kerajaan yang menggunakan sistem monarki,
Namun sekian banyak mufasir dan pemikir raja memiliki otoritas penuh (kekuasaan absolut)
Islam kontemporer memandang bahwa ayat 34 dan menangani semua masalah kenegaraan, baik
surat al-Nisa tidak dipahami demikian, apalagi ayat militer, pemerintahan (eksekutif), legislatif maupun
tersebut berbicara dalam konteks kehidupan rumah pengadilan (yudikatif). Sehingga tidak ada sistem
tangga. Menurut Quraish Shihab, bahwa kata al-rijal pembagian kekuasaan sebagaimana terjadi dalam
dalam ayat al-rijal qawwamuna ‘alan nisa, bukan sistem pemerintahan modern dewasa ini.
berarti laki-laki secara umum, tetapi adalah “suami” Dalam kondisi sosial politik di negara mana
karena konsiderans perintah tersebut seperti pun dewasa ini, hampir tidak ada sebuah jabatan
ditegaskan pada lanjutan ayat adalah karena mereka apa pun yang memiliki otoritas penuh untuk
(para suami) menafkahkan sebagian harta untuk membuat keputusan (legislatif), melaksanakannya
isteri-isteri mereka. Jika yang dimaksud dengan (eksekutif), dan sekaligus mengontrolnya
kata “laki-laki” adalah kaum laki-laki secara umum, (yudikatif). Sebagaimana konsep kekhalifahan yang
tentu konsideransnya tidak demikian. Apalagi menempatkan khalifah sebagai pemimpin negara
lanjutan ayat itu secara tegas berbicara tentang para sekaligus pemimpin agama yang memiliki otoritas
isteri dan kehidupan rumah tangga (M. Quraish yang sangat besar. Konteks hadis Abi Bakrah di atas,
Shihab, 2005: 65). menunjukkan bahwa putri kaisar Persia diserahi
Alasan kedua yang dijadikan dalil agama segala urusan dalam posisinya sebagai ratu, seperti
yang melarang perempuan menjadi pemimpin yang ditunjukkan oleh kata “wallau” (memberikan
adalah hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh kekuasaan). Inilah yang tidak disetujui Nabi saw.
Abu Bakrah, bahwa “tidak akan beruntung suatu Hadis di atas berlaku secara khusus. Sehingga jika
kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada ada seorang perempuan memiliki kemampuan
perempuan.” Dalam hal ini hampir seluruh ahli (keahlian/kecakapan) untuk menjabat pimpinan,
fiqh yang melarang keterlibatan perempuan sebagai maka di pos kepemimpinan mana pun dibolehkan
pemimpin menggunakan hadis ini sebagai dalil. oleh hukum Islam.
Belakangan mereka memberikan argumen penguat Dengan demikian dalalah hadis Abu Bakrah
bahwa perempuan adalah makhluk yang kurang harus digunakan kaidah: al’’ibrah bi khusus al-sabab
akalnya dan labil mentalnya. Sehingga tertutup la bi ‘umum al-lafzi (yang dilihat adalah kekhusan
peluang bagi perempuan untuk menempati jabatan sebab, bukan keumuman lafaz). Qurasih Shihab
pimpinan pada segala bidang yang mengurusi pun memandang hadis ini bersifat khusus. Hadis
urusan orang banyak. tersebut ditujukan kepada masyarakat Persia ketika
Statemen Rasulullah saw mengenai itu, bukan terhadap semua masyarakat dan dalam
kehancuran yang akan dialami kaum yang semua urusan.
menyerahkan urusannya kepada perempuan yang Dari segi dalil, hadis Abu Bakrah tidak cukup
diungkapkan dalam hadis tersebut sejalan dengan syarat untuk dijadikan pelarangan keterlibatan
realitas sejarah. Karena secara historis tercatat perempuan sebagai pemimpin. Karena menurut
bahwa setelah Kisra menyerahkan kekuasaan ushul fiqh, sebuah nash, baru dapat dikatakan
kepada putranya, maka anaknya itu membunuh menunjukkan larangan jika memuat setidaknya
ayah dan saudara-saudara laki-lakinya. Setelah anak hal-hal berikut: 1. secara redaksional, nash dengan
itu wafat, maka kekuasaan beralih ke tangan putri tegas mengatakan haram 2. nash dengan tegas
Kisra yang bernama Bavaran binti Syirawiyah bin melarangnya dalam bentuk nahi. 3. nash diiringi
Kisra, dimana di masa pemerintahannyalah kerajan oleh ancaman 4. menggunakan redaksi lain yang
Persia itu hancur. menurut gramatika bahasa Arab menunjukkan
Dari asbab al-wurudnya dapat diungkapkan tuntutan harus dilaksanakan.
bahwa hadis ini khusus berkaitan dengan kasus Dengan demikian hadis di atas tidak
kerajaan Persia. Kalau pun ingin dipandang melarang secara tegas perempuan menjabat tugas
berlaku umum, maka hadis ini berkaitan dengan

112 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 19 Nomor 1 Juni 2013


kepemimpinan. Tegasnya, bahwa kehancuran potensi perempuan biasanya tidak tahan untuk
kerajaan Persia saat dipimpin oleh putri Kaisar menghadapi situasi konfrontansi yang mengandung
bukan karena dia seorang perempuan namun resiko berat. Karena model kepemimpinan kepala
lebih disebabkan oleh kecakapan atau keahliannya negara zaman klasik memang mengurus semua
sebagai kepala negara. Sebab keahlian dalam hal termasuk dalam masalah pertahanan negara
kepemimpinan tidak semata-mata berkaitan dengan sedangkan dalam sistem pemerintahan sekarang
kodratnya, sebagai laki-laki atau perempuan. Tetapi telah terjadi pembagian kekuasaan. Kepala negara
lebih dipengaruhi oleh lingkungan dan kesempatan tidak harus terjun langsung dalam masalah-
seseorang dalam mengakses informasi ilmu masalah yang memang telah menjadi kewenangan
pengetahuan. Tingkat keahlian dalam memimpin bawahannya (Yusuf Qardawi, 1996: 37).
justru lebih logis dilihat dari sudut sosiologis, Berdasar pada asumsi keahlian dalam
bahkan secara tekstual ada hadis yang mengkaitkan memimpin suatu urusan itu, maka perempuan
kegagalan suatu urusan yang dipercayakan kepada boleh menjadi pemimpin. Bukan saja dalam
orang yang tidak ahli (profesional). tingkatan yang rendah, tetapi boleh menduduki
jabatan publik di posisi puncak. Bukan saja sebagai
Dalam hal ini Nabi saw bersabda: hakim seperti pendapat Abu Hanifah, tetapi bisa
menjadi kepala negara sekalipun. Tegasnya, bahwa
‫إذا و ســد األم ــر إل ــى غـيــر أه ـلــه فــا نـتـظــر ال ـســاعــة (رواه‬ perempuan boleh menjadi kepala negara, asalkan
)‫البخارى عن أبي هريرة‬ dia profesional atau cakap dalam memimpin negara.
Dengan demikian sebenranya perempuan
Artinya:‘Apabila suatu urusan diserahkan kepada dapat berperan dalam beberapa hal. Diantaranya
orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah dapat disebutkan: peran kodrati (peran reproduksi).
terhadap datangnya kehancuran.’ (HR Secara historis cultural, peran perempuan yang
Bukhari dari Abu Hurairah) dikaitkan dengan kerumahtanggaan didasarkan
pada kodrat perempuan yang mengarah pada aspek
Kata kehancuran (al-sa’ah) dalam hadis di biologis. Kalau merujuk pada akar budaya dan
atas berarti kebinasaan atau kehancuran, baik agama, maka peran kodrati tidak hanya terbatas
kehancuran kehidupan dunia pada hari kiamat pada peran reproduktif (hamil, melahirkan dan
maupun kehancuran di dunia ini akan dialami menyusukan atau peran yang tidak bernilai uang),
oleh kaum atau bangsa yang menyerahkan urusan tetapi juga terjadi pada pembagian kerja domestik
umum (apalagi urusan kenegaraan) kepada orang dan publik antar suami-isteri. Peran reproduktif
yang tidak ahli. dikatakan esensi dari peran kodrati karena ia tidak
Dengan demikian hadis Abu Bakrah berkaitan dapat digantikan oleh jenis jender lainnya, akan
dengan ketidakcakapan putri Kaisar sebagai ratu tetapi dalam proses melahirkan keturunan itu perlu
(kepala negara) Persia dalam memimpin negaranya. dilibatkan jenis jender laki-laki. Keterlibatan laki-
Hal ini terjadi karena secara kultural di negara laki dan perempuan dalam melahirkan keturunan
Persia, yang dididik untuk menggantikan raja itu sangat diperlukan keabsahannya dalam Islam
adalah laki-laki sedangkan anak perempuan tidak melalui perkawinan (Quraisy Syihab, 2005: 16).
diberi kesempatan mendapatkan pendidikan yang Dari berbagai informasi dan hasil studi
memadai. Jadi, bukan karena kodratnya sebagai perempuan yang menyangkut peran kodratnya
perempuan yang menjadi pemicu negara Persia dapat ditemukan benang merahnya, bahwa peran
hancur di masa pemerintahannya. Kalau saja sang yang dapat dikaitkan antara lain : 1) Proses sosialisasi
putri Kaisar mempunyai keahlian dalam memimpin dalam membina moral keluarga, membina
negara Persia, maka kehancuran itu belum tentu kecerdasan dan keterampilannya dalam kemasan
terjadi. pendidikan sumber daya manusia seutuhnya,
Dalam konteks kepemimpinan putri kaisar menegakkan budaya kerja, budaya bersih dan
Persia itulah pendapat Yusuf Qardawi sangat budaya tertib; 2) Pengelolaan anggaran belanja agar
tepat. Menurut pendapat Yusuf Qardawi, bahwa dapat terwujud keseimbangan, tidak boros tetapi
perempuan dilarang menjadi kepala negara karena juga tidak kikir; 3) Peran reproduksi berfungsi

Kepemimpinan Perempuan dalam Era Modern - Husain Hamka | 113


mengurangi jumlah kawin muda dan kawin cerai, telah memungkinkan perempuan untuk
serta membatasi jumlah kelahiran dengan program mendapatkan keinginan dalam tugas rutin yang
KB sesuai dengan petunjuk pemerintah dan agama; selama ini melilitnya. Dengan demikian terbuka
4) Menegakkan keadilan dalam pembagian kerja peluang baginya untuk lebih berpartisipasi dalam
agar tidak terjadi eksploitasi tenaga perempuan, tugas-tugas kemasyarakatannya dan berpartisipasi
karena sesuai kenyataan mereka bekerja lebih lama dalam bidang politik.
dibanding laki-laki disebabkan karena di samping Untuk berperan dalam bidang politik maka
mereka di luar, mereka juga masih bekerja 100 tahap awal perlu diberikan kelonggaran posisi,
persen dalam urusan rumah tangga yang mungkin sehingga kaum perempuan dapat berperan dalam
tanpa dibantu oleh suaminya (Rasdiyanah, 1999:12). pembuatan kebijakan di setiap strata pemerintahan.
Peran ekonomi (peran produktif). Peran ini Di tingkat pusat, keputusan politik itu ada di tangan
disebut esensi peran jender karena jelas peran ini lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara dan
dilakukan oleh laki-laki, namun kalau perempuan oleh karena itu perlu ada kelonggaran keberadaan
juga melakukannya atas kemauannya sendiri perwakilan perempuan di lembaga-lembaga
sebagai pilihan, berarti keduanya mempunyai peran terutama mengenai jumlahnya. Oleh karena itu,
yang serupa. Lembaga Tertnggi dan Lembaga Tinggi Negara
Peran ekonomi perempuan pada dasarnya merupakan suatu produk dan proses demokrasi
tidak dapat diabaikan, namun kontribusi mereka melalui pemilihan umum, maka di dalam Undang-
kurang disadari baik oleh perempuan sendiri undang tentang Pemilihan Umumpun perlu adanya
maupun oleh masyarakat luas. Pada dasarnya ketentuan yang memberikan kelonggaran terhadap
mereka merupakan tenaga kerja (di rumah peranan perempuan di dalam setiap Lembaga
tangganya) tetapi tidak dibayar dengan uang. Lain Pemerintah.
halnya jika pekerjaan rumah tangga dilakukan di
tempat lain, maka mereka diberi status sebagai PENUTUP
pekerja yang menerima imbalan tunai atau natura. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan
Itulah sebabnya, maka dikatakan bahwa curahan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran perempuan
waktu bekerja bagi perempuan lebih lama dan dari berbagai aspek, baik itu dalam refroduksi,
lebih panjang dibandingkan laki-laki, karena kalau ekonomi, sosial, politik dan kepemimpinan Islam
perempuan bekerja di luar rumah, mencari nafkah, bahwa selama ini perempuan ditempatkan hanya
pekerjaan rumah tangga juga menjadi kewajibannya sebagai anggota dalam hal kepengurusan, hal
sehingga dikatakan bahwa peran mereka adalah ini diungkapkan oleh berbagai informan bahwa
peran ganda. perempuan yang aktif di organisasi kemasyarakatan
Peran sosial (peran kemasyarakatan). serta tidak memiliki ciri-ciri pemberani seperti
Kesadaran akan tingginya potensi perempuan halnya dengan laki-laki. Alasan inilah sehingga
selama ini dalam banyak hal tidak teraktualisasikan program kerja yang diusulkan perempuan tidak
diakibatkan adanya stereotipe bahwa perempuan begitu banyak untuk diterima dan implementasikan
didominasi oleh emosi, dan laki-laki oleh rasio. Hal ke dunia politik yang ada.
ini tertantang dengan munculnya gambaran baru Sedangkan Posisi perempuan dalam
bahwa laki-laki maupun perempuan sesungguhnya partai politik rata-rata bersifat stereotipe, hal ini
memiliki kedua unsur utama eros dan logos (pikiran dibuktikan dari hasil penelitian melalui wawancara
dan perasaan cinta kasih) yang harus berjalan secara dengan alasan bahwa dengan maupun tidak banyak
seimbang. dilibatkan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
Kini orang sudah mulai melihat perlunya keterlibatan perempuan dalam partai politik adalah :
manusia bermulti fungsi: seorang perempuan pengaruh faktor pendidikan sangat besar dan sangat
berpeluang untuk jadi ilmuan yang sukses, isteri menentukan keaktifan kaum perempuan dalam
yang penyayang, sebagai ibu dan pendidik yang keterlibatannya sebagai pengurus partai politik,
bijaksana, penulis yang berhasil serta pekerja sosial karena semua tugas-tugas yang diembankan kepada
yang berbudi luhur. Tekhnolog dan profesionalisasi perempuan dapat dilaksanakan berkat adanya
pendidikan yang dimiliki oleh perempuan tersebut.

114 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 19 Nomor 1 Juni 2013


Ini berarti bahwa ada relevansi antara tugas dengan Al-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’as. 1990,
pendidikan. Sunan Abi Daud, Juz III. Bayrut: Dar al-Fikr,.
Kendala yang dialami perempuan dalam partai Anees, Munawar Ahmad. 1993, Islam and Biological
politik yaitu melalui beberapa persoalan antara lain Futures: Ethics, Gender and Technolog,
pendidikan, pekerjaan, keadilan dan kesetaraan Diterjemahkan oleh Rahmani Astauti dengan
gender, peran domestik, budaya patriarki, agama judul Islam dan Masa Depan Biologis Umat
dan hubungan kekeluargaan. Semua yang tercatat Manusia: Etika, Gender dan Teknologi.
ini adalah masalah yang sering dihadapi perempuan Bandung: Mizan; Cet. III
dalam aspek kehidupan di masyarakat. Sehingga Departemen Agama R.I. 2002, Al-Quran dan
terkesan bahwa selama ini banyak perempuan Terjemahnya. Jakarta: CV Indah Press.
yang tidak mau terlibat dengan persoalan partai, Dian, H. 2002, Perspektif tentang Perubahan Sosial.
dan kemudian kendala lain yang sering terjadi Jakarta: PT. Rineka Cipta.
di beberapa partai yaitu terjadinya diskriminasi Fakih, Mansur. 2005, Analisis Gender & Transformasi
terhadap perempuan bahkan ketidakadilan yang Sosial. Jakarta: Pustaka Pelajar
dialami oleh perempuan dalam partai politik. Izzat, Hibbah Rauf. 1997, al-Mar’ah wa al-‘Amal al-
Perempuan yang memiliki keahlian atau Siyasi Ru’yah Islamiyyah. Diterjemahkan oleh
kompetensi memimpin negara, boleh menjadi Baharuddin al-Fanani dengan judul Wanita
kepala negara dalam konteks masyarakat modern dan Politik Pandangan Islam. Bandung: PT
karena sistem pemerintahan modern tidak sama Remaja Rosdakarya; Cet. I
dengan sistem monarki yang berlaku di masa klasik Lukman, B. 1999, Implementasi Konsep dan Teori
dimana kepala negara harus mengendalikan semua Sosiologi. Jakarta:. Penerbit Gramedia Pustaka
urusan kenegaraan. Megawangi, Ratna. 1999, Membiarkan Berbeda
Sudut Pandang Baru Tentang Relas Gender.
UCAPAN TERIMA KASIH Bandung: Mizan; Cet. I
Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak Pasiak, Taufik. 2005, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara
yang turut membantu terlaksananya penelitian ini Neurosains dan Al-Quran. Bandung: PT
mulai dari awal sampai akhir. Ucapan terima kasih Mizan Pustaka ; Cet. V
terkhusus pengelolah jurnal Al-Qalam yang telah Qardawi, Yusuf. 1996, Hady al-Islam Fatawi
memuat tulisan ini pada volume 29 No.1 2013. Mu’asirah. Diterjemahkan oleh As’ad Yasin
dengan judul Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid
2. Jakarta: PT Gema Insani Press; Cet. II
DAFTAR PUSTAKA ——-. 2000, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim
Allazi Nansyuduhu. Diterjemahkan oleh
Aisyah, T. 2002, Sosiologi Politik. Jakarta:PT. Raja Setiawan Budi Utomo dengan judul Anatomi
GrafindoPersada. Masyarakat Muslim. Jakarta: Pustaka Al-
al-‘Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. 1989, Fath al- Kautsar;Cet. II
Bari Syarh Sahih al-Bukhari, Juz VIII. Bayrut: Rasdiana, Andi, 1999. Seni dalam ritual Agama.
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah ; Cet. I Yogyakarta:Yayasan untuk Indonesia.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim. Rida, Muhammad Rasyid. 1992, Tafsir al-Manar, Juz
1992, Sahih al-Bukhari, Juz V. Bayrut: Dar al- II. Bayrut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyya
Kutub al-‘Ilmiyyah,. Shihab, M. Quraish. 2005, Wawasan Al Quran
——-. Sahih al-Bukhari, t.th , Juz I. Semarang: Toha Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat
Putra Bandung: PT Mizan Pustaka; Cet. XVI
al-Khallaf, Abdul Wahab. 1987, ‘Ilm al-Usul al-Fiqh. Subhan, Zaitunah. 1999, Tafsir Kebencian Studi Bias
Kairo: Dar al-Falah,. Gender Dalam Tafsir Qur’an. Yogyakarta:
al-Qurtubi. 1990, Fi Zilal al-Qur’an, Juz II. Bayrut: LkiS; Cet. I
Dar al-Tiras li al-‘Arabi,. Syarifuddin, Amir. 2002, Meretas Kebekuan Ijtihad
Al-Razi, Fakhru al-Din. 1990, al-Tafsir al-Kabir, Jilid Isu-isu Penting Hukum Islam Kontemporer
XV. Bayrut: Dar al-Ihya al-Tiras al-‘Arabi,. Indonesia.; Jakarta: Ciputat Press; Cet. I

Kepemimpinan Perempuan dalam Era Modern - Husain Hamka | 115


Tjokrominoto.1996, Negara dan Nasionalime
Indonesia. Jakartata: Gramedia.
Yies, George. 2002. Funcional Structural Theoty.,
New York : Published by McGrraw Hill

116 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 19 Nomor 1 Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai