Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
OLIVIA LARISA
041058975
UPBJJ- UT BATAM
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
NIP.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT yang oleh karena
rahmat dan karunia-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Praktik
Kerja Perpajakan Fakultas Hukum , Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Univeritas
Terbuka.
Secara khusus praktikan mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Keluarga terutama kedua orangtua yang selalu memberi dukungan
dan doa kepada praktikan.
2. Kepala UPBJJ-UT Batam Dr.Joko Rizkie Widokarti.S.E, M.M.
3. Pembimbing Mata Kuliah Praktik Kerja Perpajakan Kristine
Pebruari Varika,S.E.M.M.,BKP.
4. Seluruh Staf Kampus UPBJJ-UT Batam.
Laporan ini memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan materinya.
Maka dari itu praktikan mengharapkan saran dan masukan yang mendukung
dalam laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi praktikan
dan juga pembaca, sebagai peningkatan pengetahuan dalam pelaksanaan Praktik
Kerja Perpajakan maupun di dunia kerja mendatang.
Batam, 2021
Praktikan
Olivia Larisa
iii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………………….. 23
B. Saran – Saran …………………………………………… 24
1
subjek pajak yang besar peranannya dalam menghasilkan penerimaan dalam
negeri yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan
pembangunan nasional.
Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun terakhir
membuat masyarakat membangun stigma negatif dalam menilai kinerja aparatur
pajak. Sementara disisi lain pemerintah masih mengharapkan pajak sebagai
sumber utama penerimaan negara. Penerimaan pajak yang optimal dapat dilihat
dari berimbangnya tingkat penerimaan pajak aktual dengan penerimaan pajak
potensial. Maka dari itu, kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi realisasi penerimaan pajak. Direktorat Jenderal Pajak sebagai
lembaga yang berwenang dalam menangani masalah perpajakan harus mulai
berbenah, melakukan perubahan dalam hal pelayanan kepada Wajib Pajak.
Tuntutan akan peningkatan penerimaan pajak, peningkatan kesadaran pajak, dan
kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajibannya menjadi faktor-faktor
pendorong untuk diadakannya reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan
sendiri dapat berupa perbaikan sistem administrasi perpajakan, penyempurnaan
kebijakan perpajakan, dan undang-undang perpajakan yang sesuai dengan
keadaan negara saat ini sehingga bisa meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sendiri, meningkatkan tanggung
jawab aparatur pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan atau melakukan
tindak kecurangan yang dapat merugikan dan mengurangi tingkat kepercayaan
Wajib Pajak terhadap aparatur pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak merupakan
penyelenggara administrasi perpajakan yang juga melakukan kegiatan pengolahan
data perpajakan dan sebagai organisasi yang mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan administrasi perpajakan dan penerimaan pendapatan negara
berupa pajak.
Direktorat Jenderal Pajak merupakan unit eselon I di bawah Kementerian
Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang perpajakan. Tugas tersebut dapat dijabarkan lebih
lanjut dalam penyelenggaraan fungsi yaitu :
a. perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
2
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perpajakan;
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perpajakan;
f. pelaksanaan administrasi Ditjen Pajak; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
3
B. Tujuan dan Maksud PKP
1. Tujuan PKP
1.1. Mendeskripsikan Penerapan Sistem Perpajakan pada Direktorat
Jenderal Pajak.
1.2. Untuk mengetahui Sistem perpajakan serta untuk meningkatkan
kepatuhan pajak di Direktorat Jenderal Pajak.
1.3. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib pajak dalam melaporkan
pajak dan dilaporkan dalam tepat waktu.
1.4. Untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi pegawai pajak
dalam Penerapan Sistem Perpajakan serta upaya-upaya dalam
penanggulangannya.
2. Maksud PKP
2.1. Mampu menerapkan di dalam dunia kerja mengenai sistem
perpajakan.
2.2. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan praktik di dunia
kerja.
2.3. Melakukan praktik sesuai dengan bidangnya yaitu perpajakan.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTIK
5
penetapan dan pengawasan. Lalu pada akhir dasawarsa 1980-an terjadi perubahan
organisasi unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak, yaitu pembentukan seksi
menurut jenis pajak. Hal ini merupakan upaya untuk memberikan pelayanan,
sekaligus pengawasan kepada Wajib Pajak menjadi lebih fokus.
7
d. Modern, efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat mengacu kepada
penyelenggaraan sistem dimana dibutuhkan peran dari sumber daya manusia
sebagai subjek penyelenggara sistem tersebut.
e. Peran sumber daya manusia diangkat melalui kata integritas dan
profesionalisme, sehingga sistem administrasi perpajakan dimaksud dapat
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berintegritas dan memiliki
profesionalisme tinggi.
D. Struktur Organisasi
Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 13 (tiga belas) unit eselon II di
lingkungan kantor pusat, dengan susunan sebagai berikut :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Peraturan Perpajakan I;
3. Direktorat Peraturan Perpajakan II;
4. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan;
5. Direktorat Intelijen dan Penyidikan;
6. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian;
7. Direktorat Keberatan dan Banding;
8
8. Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan;
9. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat;
10. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan;
11. Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur;
12. Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi;
13. Direktorat Transformasi Proses Bisnis.
Selain 13 (tiga belas) unit eselon II tersebut, struktur organisasi kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak juga dilengkapi dengan tenaga pengkaji seperti yang
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 218/KMK.01/2003 dengan
susunan sebagai berikut :
1. Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak;
2. Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum;
3. Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya Manusia;
4. Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan Perpajakan.
Para tenaga pengkaji tersebut bertugas mengkaji dan menelaah masalah-
masalah, serta memberikan penalaran pemecahan konsepsional secara keahlian
sesuai bidangnya masing-masing. Selain Kantor Pusat, Direktorat Jenderal Pajak
memiliki unit vertikal sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorta
Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008, yang terdiri dari :
a. Kantor Wilayah (Kanwil), berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Jenderal Pajak.
b. Kantor Pelayanan Pajak (KPP), berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.
c. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama. KP2KP dibentuk untuk melayani daerah-daerah terpencil yang tidak
terjangkau oleh Kantor Pelayanan Pajak.
d. Kelompok Jabatan Fungsional. Direktorat Jenderal Pajak juga memiliki Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pengolahan data dan dokumen perpajakan,
9
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Pajak yaitu Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan, sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.01/2007 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Pajak merupakan tulang punggung negara yang berperan penting dalam
menjaga keseimbangan negara agar semua bagian yang terdapat didalamnya
berfungsi dengan baik. Penerimaan pajakan berkontribusi besar dari total
pendapatan negara, hal ini berpengaruh terhadap keberlanjutan program
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan hingga mengurangi pengangguran
dengan menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
Fungsi Pajak :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak berfungsi sebagai
sumber keuangan negara yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran untuk pembangunan negara. Dimasukannya pajak dalam
APBN sebagai penerimaan dalam negeri seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB), dan jenis
pajak lainnya.
b. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak berfungsi sebagai alat yang
digunakan untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah di
bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar
bidang keuangan. Bentuk kebijakan pemerintah terkait fungsi pajak
sebagai alat pengatur, yaitu :
11
1. Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terjadi
saat adanya transaksi jual beli barang mewah. Tarif yang dikenakan
sesuai dengan penggolongan barang mewah tersebut. Semakin tinggi
nilai dari suatu barang maka akan semakin tinggi pula tarif pajak yang
dikenakan sehingga harga dari barang tersebut semakin mahal.
Pengenaan pajak dengan tarif tinggi bertujuan untuk mengurangi gaya
hidup mewah pada masyarakat.
2. Pemerataan pendapatan dapat dilakukan pemerintah dengan
menetapkan tarif pajak progresif atas penghasilan seseorang apabila
memiliki penghasilan yang tinggi, sehingga pihak yang berpenghasilan
tinggi akan memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi juga
kepada negara.
3. Adanya peraturan pengenaan tarif pajak terhadap kegiatan eksport
sebesar 0%. Hal ini bertujuan memberikan kemudahan bagi pengusaha
dalam negeri agar terdorong untuk mengoptimalkan usahanya
sehingga hasil produksi dapat diekspor ke pasar dunia yang diharapkan
akan memperbesar devisa negara.
4. Pengenaan cukai merupakan salah satu fungsi pajak sebagai
perlindungan terhadap masyarakat atas barang-barang yang berdampak
negatif bagi kesehatan, lingkungan hidup, dan norma-norma serta tata
tertib sehingga harus dibatasi secara ketat peredaran dan
pemakaiannya. Dengan pengenaan tarif cukai maka dasar harga barang
kena cukai, seperti rokok dan minuman yang mengandung alkohol
akan menjadi lebih mahal, diharapkan tingkat konsumsi barang-barang
tersebut dapat dibatasi.
5. Pengenaan pajak kendaraan bermotor progresif bertujuan untuk
mendorong kepemilikan tunggal kendaraan bermotor dalam rangka
mengurangi kepadatan lalu lintas.
12
Jenis pajak dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Menurut Golongan :
a. Pajak Langsung
Pajak langsung merupakan pajak yang dibebankan atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan atau dibebankan kepada pihak lain. Pajak langsung
biasanya melekat pada orang pribadi yang bersangkutan, sehingga
hak dan kewajibannya tidak dapat dialihkan ke pihak lain,
misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang pengenaannya dapat
dibebankan atau dialihkan kepada pihak lain selain wajib pajak
yang bersangkutan. Pajak tidak langsung tidak memiliki surat
ketetapan pajak, sehingga pengenaannya tidak dilakukan secara
berkala melainkan dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas
kejadian. Pajak tidak langsung berlaku apabila terdapat suatu
aktivitas, kejadian, atau tindakan yang menimbulkan terutangnya
pajak seperti transaksi jual beli barang, misalnya Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM).
2. Menurut Sifat :
a. Pajak Subjektif
Pajak Subjektif merupakan pajak yang berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti pengenaannya memperhatikan keadaan
pribadi dari wajib pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objektif
Pajak Objektif merupakan pajak yang berdasarkan pada
objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan timbul terutangnya pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi dari wajib pajak, misalnya
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
13
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
14
Wajib Pajak atau biasa disebut dengan WP merupakan orang pribadi atau
badan yang secara ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan memiliki
hak dan kewajiban dalam perpajakan, meliputi pembayar pajak, pemotong dan/
atau pemungut pajak. Terdapat dua jenis wajib pajak yaitu :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
Setiap orang yang memiliki penghasilan lebih besar dibanding Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Diwajibkan setiap orang mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak orang pribadi dan memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Wajib Pajak Badan
Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak,
pemotong dan/ atau pemungut pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Badan merupakan sekumpulan oranag dan/ atau modal yang membentuk
suatu kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha.
B. Pembahasan
a. Pengolahan data dan Informasi
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan
Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan dan telah terbentuknya
Kantor Pengolahan Data Eksternal berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 134/PMK.01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Pengolahan Data Eksternal, dengan ini diatur tata cara pelaksanaan
kegiatan operasional pengolahan Data dan Informasi yang berkaitan
dengan perpajakan pada Kantor Pengolahan Data Eksternal.
Data dan Informasi adalah kumpulan angka, huruf, kata, yang
bentuknya dapat berupa surat, dokumen, buku, atau catatan serta
15
keterangan tertulis, yang dapat memberikan petunjuk mengenai
penghasilan dan kekayaan orang pribadi atau badan, termasuk kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas orang pribadi atau badan. Data dan Informasi
yang bersumber dari Sumber Data dan Informasi disebut Data Eksternal.
Data Eksternal dapat berbentuk Hardcopy (Dokumen Fisik) yaitu Data dan
Informasi yang tertulis atau tercetak di atas kertas, atau Softcopy
(Dokumen Elektronik) yaitu Data dan Informasi yang sifat dan bentuknya
elektronik yang dihasilkan oleh komputer yang masih berada dalam suatu
jaringan elektronik.
Pengolahan Data Eksternal adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi proses penerimaan, penelitian, pemilahan, klarifikasi,
pemindaian, perekaman, identifikasi, transfer data, penyimpanan dan
peminjaman Data Eksternal.
Tujuan tata cara pelaksanaan kegiatan operasional pengolahan data
dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan pada Kantor Pengolahan
Data Eksternal adalah sebagai berikut :
1. Memberikan standardisasi pelaksanaan tugas dan pengawasan atas
pengolahan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan
pada Kantor Pengolahan Data Eksternal.
2. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas pelaksanaan pengolahan
Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan pada Kantor
Pengolahan Data Eksternal.
b. Pelayanan
Direktorat Jenderal Pajak telah melantik dan menugaskan fungsional
penyuluh pajak di kantor pelayanan pajak di seluruh Indonesia. Kehadiran
fungsional penyuluh pajak ini memberikan harapan baru yaitu agar wajib
pajak melakukan kewajiban perpajakannya secara sukarela. Tugas dan
fungsi dari fungsional penyuluh pajak tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia
16
nomor 49 tahun 2020 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pajak, yang
menggantikan Permen PAN-BR nomor PER 04/M.PAN/2/2006 tentang
Jabatan Fungsional Penyuluh Pajak dan Angka Kreditnya.
Sebelumnya, tugas dari fungsional penyuluh pajak masih bergabung
dengan fungsi pelayanan, pengawasan, dan konsultasi di kantor pelayanan
pajak. Permenpan RB nomor 04/M.PAN/2/2006 menyatakan, tugas dan
fungsi penyuluh pajak adalah memberikan informasi, konsultasi, dan
bimbingan pajak kepada masyarakat umum dan wajib pajak. Sedangkan
dalam Permen PAN-RB nomor 49 tahun 2020, tugas jabatan fungsional
penyuluh pajak yaitu melaksanakan kegiatan penyuluhan dan
pengembangan penyuluhan di bidang perpajakan yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perpajakan, serta mengubah
perilaku masyarakat wajib pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Tugas fungsional penyuluh pajak kini tidak sekadar memberikan
informasi, konsultasi, dan bimbingan pajak kepada masyarakat dan wajib
pajak. Melainkan bertujuan juga mengubah perilaku masyarakat wajib
pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya. Di dalam Permen PAN-RB nomor
49 tahun 2020 terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh
penyuluh pajak untuk mencapai tujuan edukasi perpajakan dan mengubah
perilaku masyarakat wajib pajak. Kegiatan yang dilakukan yaitu
penyuluhan langsung secara aktif maupun pasif, penyuluhan tidak
langsung satu atau dua arah, penyuluhan tidak langsung melalui contact
center, dan penyuluhan melalui pihak ketiga.
Pada prinsipnya seseorang akan tergerak atau termotivasi untuk
melakukan sesuatu bila terlebih dahulu memiliki ilmu dan pengetahuan
yang memadai. Prinsip ini juga berlaku dalam motivasi untuk melakukan
kewajiban perpajakan. Wajib pajak akan tergerak melakukan kewajiban
perpajakannya jika mereka telah memiliki informasi perpajakan yang
memadai. Dengan demikian, perubahan perilaku diharapkan juga akan
17
terbentuk setelah dilakukan kegiatan edukasi dan pemberian informasi
kepada wajib pajak. Dalam hal mengubah perilaku wajib pajak untuk
menjadi melapor dan membayar memang tergantung kompleksitas dan
karateristik wajib pajak. Sebagian wajib pajak dapat dilakukan perubahan
perilaku melalui kegiatan penyuluhan dengan teknik penyuluhan secara
langsung dalam jumlah peserta banyak (one to many). Namun sebagian
besar lainnya mungkin hanya dapat tergerak dan berubah perilakunya
melalui kegiatan penyuluhan langsung secara perorangan atau yang
dikenal dengan istilah one on one. Seperti yang dipahami bahwa peraturan
perpajakan sedemikian dinamis dan terus mengalami perubahan sesuai
dengan tuntutan perubahan zaman. Fungsi penyuluhan memang sudah
selayaknya ditingkatkan dan diberikan perhatian khusus, terutama agar
informasi terkini terkait peraturan perpajakan dapat langsung
terinternalisasi kepada wajib pajak. Selanjutnya setelah dilakukan
internalisasi ada peningkatan kepatuhan wajib pajak. Dengan
meningkatnya kepatuhan wajib pajak, Direktorat Jenderal Pajak tidak
perlu lagi memberikan perlakuan penegakan hukum kepada wajib pajak.
c. Penagihan
Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan aktif
terhadap Wajib Pajak yang memiliki hutang pajak yang belum dibayarkan.
Penagihan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Hak Wajib Pajak dalam Penagihan :
1. Wajib Pajak dapat mengajukan angsuran dan penundaan
pembayaran utang pajak,
2. Wajib Pajak dapat mengajukan Permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi,
3. Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat
Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
18
Lelang, Keputusan Pencegahan dalam Rangka Penagihan Pajak ke
Pengadilan Pajak,
4. Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan
penyanderaan ke Pengadilan Negeri,
5. Wajib Pajak dapat Mengajukan sanggahan atas objek sita.
19
d. Pemeriksaan
Secara rutin, pemeriksaan pajak dilakukan untuk memastikan bahwa
para wajib pajak benar-benar telah melakukan kewajiban pajak sesuai
dengan jumlah yang sudah ditentukan dan peraturan yang berlaku.
Pemeriksaan pajak dilakukan oleh para petugas dari Direktorat Jenderal
Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak atas pemenuhan
kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan pajak pada dasarnya diatur oleh undang-undang, yaitu
Pasal 29 Ayat 1 UU KUP yang berbunyi: Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor. Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib
Pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP) yang dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan
mencantumkan dasar hukum atas temuan tersebut.
Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan
pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang
dapat berupa :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).
20
e. Pengawasan
Pengawasan merupakan serangkaian kegiatan penelitian data hingga
tindak lanjut pengawasan dalam rangka penggalian potensi perpajakan,
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
dan peningkatan penerimaan perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Direktorat Jenderal
Pajak mengembangkan sistem informasi agar dapat meningkatkan
pengawasan secara efektif, efisien, dan berkesinambungan. Pengawasan
dapat dilakukan dengan komprehensif menggunakan Modul Aktivitas
Pengawasan Wajib Pajak dalam Aplikasi Approweb (untuk selanjutnya
disebut dengan Modul). Modul dimaksud dapat secara otomatis
menyajikan seluruh hasil penyandingan data, baik data internal maupun
eksternal, untuk semua jenis pajak dan masa atau tahun pajak.
Penyempurnaan Modul akan dilakukan secara bertahap. Modul
menggunakan pendekatan end-to-end, mulai dari penyandingan data,
penentuan prioritas pengawasan Wajib Pajak, penelitian (validasi,
pemilihan data, analisis, pembuatan kertas kerja penelitian, pembuatan
laporan hasil penelitian), tindak lanjut penelitian, pemutakhiran prognosis
potensi dan realisasi penerimaan perpajakan, serta pemantauan
(monitoring) dan evaluasi atas pelaksanaan secara berjenjang. Dalam hal
diperlukan pendalaman informasi kegiatan pengawasan dapat dilakukan
dengan kunjungan (visit). Pengawasan Wajib Pajak melalui Modul
melibatkan unit kerja terkait pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pelayanan Pajak.
Maka dari itu, Modul dapat diakses oleh seluruh unit kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
Tugas masing-masing seksi pengawasan diminta untuk melakukan
analisis, penjabaran dan pengelolaan kepatuhan wajib pajak melalui
beberapa cara yaitu :
1. Merencanakan, melaksanakan dan menindak lanjuti kebijakan
intensifikasi berbasis data dan pemetaan subjek dan objek pajak,
21
2. Mengamati potensi pajak,
3. Mencari, mengumpulkan, mengolah, meneliti, menganalisis data
perpajakan,
4. Melakukan pengawasan dan pengendalian mutu kepatuhan,
5. Melakukan imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak,
6. Mengelola administrasi pengawasan seperti penetapan dan
penerbitan produk hukum.
22
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya
adalah :
1. Direktorat Jenderal Pajak memiliki posisi krusial dalam pemerintahan
Republik Indonesia karena memiliki tugas dalam menghimpun
penerimaan negara melalui pajak.
2. Mayoritas pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
berasal dari penerimaan pajak. Hampir seluruh aspek pembangunan
infrastruktur negara berhubungan langsung dengan kemampuan
Direktorat Jenderal Pajak dalam menghimpun penerimaan pajak
sehingga Presiden dan Wakil Presiden serta rakyat pada umumnya
menaruh harapan besar agar Direktorat Jenderal Pajak menjadi
Institusi perpajakan yang mampu dan memiliki kapasitas untuk
mendanai pembangunan secara mandiri.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
4. Secara rutin, pemeriksaan pajak dilakukan untuk memastikan bahwa
para wajib pajak benar-benar telah melakukan kewajiban pajak sesuai
dengan jumlah yang sudah ditentukan dan peraturan yang berlaku.
5. Pemeriksaan pajak pada dasarnya diatur oleh undang-undang, yaitu
Pasal 29 Ayat 1 UU KUP yang berbunyi: Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
23
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
B. Saran-saran
1. Untuk peneliti
Para peneliti harus selalu mempelajari peraturan pajak yang berlaku
dan terbaru yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP).
24
DAFTAR PUSTAKA
Hendriarto, Prasetyonno. 2017. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-
34/PJ/2012. https://peraturanpajak.com/2017/12/18/surat-edaran-direktur-
jenderal-pajak-nomor-se-34-pj-2012/.
Safarina, Hamida Amri. 2020. Tata Cara Penagihan Pajak dan Penghapusan
Piutang Pajak Daerah. https://news.ddtc.co.id/tata-cara-penagihan-pajak-dan-
penghapusan-piutang-pajak-daerah-24593?page_y=1300.
25
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tugas tuweb 1 :
Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak
Tanggal
Tuweb 1
Pengolahan Data
dan Informasi
Minggu ke
√
a. pengumpulan, 1 Dalam surat edaran DJP No. SE-34/PJ/
pencarian, dan Jumat/ 2012 Tentang tata cara pelaksanaan
22-okt- kegiatan operasional pengolahan data
pengolahan data, 2021 dan
informasi perpajakan pada kantor
pengolahan data eksternal. KPDE adalah
unit pelaksana teknis DJP di bidang
pengolahan data yang berkaitan dengan
perpajakan yang diberikan oleh instansi
pemerintah, lembaga, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada DJP, dan secara teknis
fungsional
dibina oleh Direktur Teknologi
Informasi
perpajakan.
b. penyajian
√
informasi Data dan Informasi bentuknya dapat
perpajakan, berupa surat, dokumen, serta keterangan
tertulis, yang dapat memberikan
petunjuk
mengenai penghasilan/ kekayaan orang
26
pribadi atau badan,termasuk kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas orang pribadi
atau badan.
c. perekaman
√
dokumen Sumber Data dan Informasi disebut Data
Eksternal. Data Eksternal dapat
perpajakan, berbentuk
Hardcopy yaitu Data dan Informasi yang
tertulis di atas kertas, atau Softcopy
yaitu
Data dan Informasi yang bentuknya
elektronik yang dihasilkan oleh
komputer,
yang disimpan dalam media elektronik
berada dalam suatu jaringan elektronik.
d. tata usaha √ Proses Penerimaan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menerima Data
pemerimaan Eksternal
perpajakan, yang disampaikan oleh Sumber Data
dan Informasi. Tujuan tata cara
pelaksanaan kegiatan operasional
pengolahan data dan informasi yang
berkaitan dengan perpajakan di Kantor
Pengolahan Data Eksternal untuk
Meningkatkan pengawasan dan
akuntabilitas pelaksanaan pengolahan
Data
dan Informasi yang berkaitan dengan
perpajakan di Kantor Pengolahan Data
Eksternal.
e. e-SPT dan e-
√
Filing, e-SPT adalah data SPT wajib pajak
dalam bentuk elektronik yang dibuat
oleh
wajib pajak dengan menggunakan
aplikasi
e-SPT. e-filing dan e-form tidak
mengharuskan wajib pajak menginstal
program SPT. E-SPT adalah aplikasi
27
atau
software komputer yang dibuat oleh
Ditjen
Pajak untuk memudahkan pembuatan
dan pelaporan SPT.
e-Filing adalah suatu cara atau proses
penyampaian SPT elektronik yang
dilakukan secara online pada website
DJP
yang beralamat di www.pajak.go.id atau
Application Service Provider (ASP).
f. i-SISMIOP dan
√
SIG SISMIOP dan SIG untuk saat ini sudah
tidak lagi digunakan di DJP sejak
tanggal
01 Januari 2014 dikarenakan
administrasi
dan tata laksana PBB dialihkan ke
Dispenda.
28
Tugas tuweb 2 :
Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak
Tanggal
Tuweb 2
Pelayanan
a. Minggu ke
√
pengadministrasian 2 Pada saat pandemi seperti ini,
dokumen Kamis/ pelayanan administrasi perpajakan
28-okt-
perpajakan, 2021 dilakukan secara elektronik.
WP mengajukan permohonan
elektronik ke Ditjen Pajak.
Di mana WP harus melengkapi
dokumen yang dipersyaratkan.
Dokumen dikirim ke email resmi DJP
dan akan diteliti dokumen oleh
Kepala Kanwil, KPP, atau KP2KP.
Bila sudah lengkap otoritas pajak
akan menerbitkan produk hukum.
BIla belum lengkap, kepala kantor
meminta klarifikasi ke wajib pajak
berupa surat permintaan klarifikasi/
pemenuhan kelengkapan dokumen
persyaratan melalui email. WP
menjawab permintaan klarifikasi
maksimal 15 hari kalender setelah
menerima permintaan.
Wajib Pajak dalam melaporkan
√
b. penerimaan dan pajaknya
29
pengolahan surat menggunakan Formulir Surat
pemberitahuan,
serta Pemberitahuan (SPT) yang diserahkan
penerimaan surat ke Kantor Pelayanan Pajak.
Surat Pemberitahuan ( SPT ) terdiri
lainnya, dari
SPT Masa dan SPT Tahunan.
c. penyuluhan √ Penyuluhan perpajakan dilakukan
perpajakan karena kurangnya kesadaran dan
kepatuhan wajib pajak. Hal ini
perlu diIaksanakan secara terstruktur,
terarah, dan berkelanjutan untuk
mendorong terciptanya kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak.
Penyuluhan Perpajakan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan perpajakan serta
membuat WP agar semakin paham,
sadar,dalam melaksanakan hak
dan memenuhi kewajiban
perpajakannya.
d. pelaksanaan √ Wajib Pajak yang telah memenuhi
registrasi WP persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang
perpajakan, wajib mendaftarkan diri
pada KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal.
Wajib Pajak yang telah
menyampaikan Formulir Pendaftaran
Wajib Pajak melalui Aplikasi
e-Registration harus mengirimkan
dokumen yang disyaratkan ke KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal.
30
Tugas tuweb 3 :
31
dan biaya penagihan pajak, terhadap WP
adalah 5 tahun sejak penerbitan dasar
penagihan pajak. Namun dapat tertangguh
/melewati 5 tahun apabila : Diterbitkan
Surat Paksa, Ada pengakuan utang pajak
dari WP baik langsung maupun tidak
langsung, Diterbitkannya SKPKB atau
SKPKBT karena WP melakukan tindak
pidana perpajakan dan tindak pidana
lain yang merugikan pendapatan Negara,
Dilakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan.
c. penghapusan piutang √ Besarnya piutang pajak yang dapat
pajak, serta dihapuskan adalah sisa piutang pajak yang
tercantum dalam STP, SKP dan SKPT
yang belum dilunasi oleh WP/Penanggung
Pajak dan memenuhi syarat untuk
dihapuskan. WP/Penanggung Pajak telah
membayar hutang Pajaknya tetapi bukti
pembayaran (segi pembayaran) tidak ada
pada Kantor Pelayanan Pajak. piutang
pajak
tidak otomatis akan dihapuskan. Dalam hal
ini, Menteri Keuangan mengatur tata cara
penghapusan dan menentukan besarnya
jumlah piutang pajak yang tidak dapat
ditagih lagi, salah satunya karena WP
telah meninggal dunia atau WP yang tidak
memenuhi syarat lagi sebagai subjek
pajak.
Melalui cara ini dapat diperkirakan secara
efektif besarnya saldo piutang pajak yang
akan dapat ditagih atau dicairkan.
d. penyimpanan √ Seksi terkait pemilik dokumen
dokumen-dokumen merupakan unit penerbit dokumen
penagihan. yang menjadi patokan dalam pembentukan
saldo piutang pajak. Pemindaian dokumen
piutang pajak merupakan proses untuk
melakukan backup oleh pemilik dokumen
32
terhadap dokumen piutang pajak
secara digital. Serta pengarsipan dokumen
piutang pajak adalah penyimpanan
dokumen fisik piutang pajak oleh pemilik
dokumen dan seksi terkait.
33
Tugas tuweb 4 :
35
Tugas tuweb 5 :
37
Tugas tuweb 6 :
38
kemampuan pemeriksa pajak mengenai
teknologi informasi, dan ketersediaan data
internal yang memadai serta kemampuan
penggalian potensi pajak.
d. rekonsilasi data √ Adanya Account Representative pada
Wajib Pajak
dalam Seksi Pengawasan dan Konsultasi setiap
rangka
melakukan Kantor Pelayanan Pajak di tuntut untuk
intensifikasi, lebih dekat, lebih mengenal dan lebih tahu
akan kondisi Wajib Pajak-nya.
Sehingga kegiatan-kegiatan dalam rangka
peningkatan penerimaan pajak dalam
hal ini intensifikasi dapat berjalan dengan
baik, kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan oleh Wajib Pajak dapat
meningkat secara signifikan dengan
kesadaran penuh dari Wajib Pajak sendiri.
Bahwa pajak-pajak yang mereka bayarkan
itu, nantinya akan kembali mereka rasakan
meski tidak secara langsung dengan terus
berlangsungnya pembangunan-
pembangunan
dan perbaikan-perbaikan sarana
infrastruktur
seluruh Indonesia.
e. pembetulan √ Apabila permohonan yang diajukan tidak
ketetapan pajak, memenuhi persyaratan, permohonan
pengurangan
PBB pembetulan tersebut dikembalikan disertai
& BPHTB, serta dengan pemberitahuan tertulis sebelum
evaluasi hasil jangka waktu 6 bulan sejak permohonan
banding. diterima. Selama proses penelitian
permohonan pembetulan, Wajib Pajak
dimintai data, informasi, dan/ keterangan
yang diperlukan.
Apabila jangka waktu 6 bulan terlampaui
namun Surat Keputusan Pembetulan belum
diterbitkan atau permohonan pembetulan
tidak dikembalikan, permohonan
39
pembetulan
tersebut dianggap dikabulkan dan Surat
Keputusan Pembetulan diterbitkan sesuai
permohonan.
40