Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIK KERJA PERPAJAKAN

MENGGUNAKAN DATA LITERATUR

Oleh

OLIVIA LARISA

041058975

UPBJJ- UT BATAM

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Kepala UPBJJ- UT BATAM Pembimbing

DrJoko Rizkie Widokarti.S.E, M.M Kristine Pebruari Varika,S.E.M.M.,BKP

NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT yang oleh karena
rahmat dan karunia-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Praktik
Kerja Perpajakan Fakultas Hukum , Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Univeritas
Terbuka.
Secara khusus praktikan mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada :
1. Keluarga terutama kedua orangtua yang selalu memberi dukungan
dan doa kepada praktikan.
2. Kepala UPBJJ-UT Batam Dr.Joko Rizkie Widokarti.S.E, M.M.
3. Pembimbing Mata Kuliah Praktik Kerja Perpajakan Kristine
Pebruari Varika,S.E.M.M.,BKP.
4. Seluruh Staf Kampus UPBJJ-UT Batam.
Laporan ini memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan materinya.
Maka dari itu praktikan mengharapkan saran dan masukan yang mendukung
dalam laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi praktikan
dan juga pembaca, sebagai peningkatan pengetahuan dalam pelaksanaan Praktik
Kerja Perpajakan maupun di dunia kerja mendatang.

Batam, 2021

Praktikan

Olivia Larisa

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… ii


KATA PENGANTAR …………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………. . iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1

A. Latar Belakang PKP ……………………………...………... 1


B. Maksud dan Tujuan PKP …………………………….……. 4

BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTIK ……….….. 5


A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak …………………….…… 5
B. Tugas Pokok dan Fungsi …………………………….……. 6
C. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak …………………. 7
D. Struktur Organisasi …………………………………......... 8

BAB III PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PRAKTIK


KERJA PERPAJAKAN ………………………………………. 11

A. Landasan Teori ……………………………………….….. 11


B. Pembahasan ……………………………………………... 15

BAB IV KESIMPULAN ………………………………...…… 23

A. Kesimpulan …………………………………………….. 23
B. Saran – Saran …………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA …………………………………..……. 25

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………..…. 26


iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKP


Pada era globalisasi saat ini, masyarakat membutuhkan suatu hal yang instan,
cepat, dan praktis untuk menunjang segala aktifitas yang dijalaninya. Sejalan
dengan hal itu pemerintah berusaha untuk memberikan solusi dengan adanya
pembangunan infrastruktur yang lebih baik untuk menjawab kebutuhan
masyarakat. Dalam Undang-undang Dasar 1945 dikatakan bahwa memajukan
kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu negara berkewajiban untuk memberikan
kesejahteraan yang nyata bagi setiap warganya.
Salah satu sumber pendapatan negara yang memberikan kontribusi paling
besar dalam Kemandirian Angaran Negara adalah pada sektor Perpajakan. Pajak
merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontaprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Maka peran rakyat dalam pemenuhan kewajiban di bidang perpajakan
perlu terus ditingkatkan dengan mendorong kesadaran bahwa pajak merupakan
sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional serta merupakan
salah satu kewajiban kenegaraan sehingga setiap anggota masyarakat wajib
berperan aktif dalam melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya. Pada saat
ini, negara perlu untuk membenahi sistem perekonomian guna memaksimalkan
pendapatan negera terutama pada sektor perpajakan. Pajak yang merupakan
pendapatan terbesar bagi negara saat ini sangat rawan akan adanya
penyelewengan dan kecurangan lainnya. Maka dari itu pemerintah dituntut untuk
melakukan reformasi dalam sistem perpajakan. Sistem perpajakan yang lama
sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial masyarakat Indonesia,
seperti laju pembangunan nasional yang telah dicapai. Di samping itu, sistem
perpajakan yang lama belum dapat menggerakkan peran dari semua lapisan

1
subjek pajak yang besar peranannya dalam menghasilkan penerimaan dalam
negeri yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan
pembangunan nasional.
Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun terakhir
membuat masyarakat membangun stigma negatif dalam menilai kinerja aparatur
pajak. Sementara disisi lain pemerintah masih mengharapkan pajak sebagai
sumber utama penerimaan negara. Penerimaan pajak yang optimal dapat dilihat
dari berimbangnya tingkat penerimaan pajak aktual dengan penerimaan pajak
potensial. Maka dari itu, kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi realisasi penerimaan pajak. Direktorat Jenderal Pajak sebagai
lembaga yang berwenang dalam menangani masalah perpajakan harus mulai
berbenah, melakukan perubahan dalam hal pelayanan kepada Wajib Pajak.
Tuntutan akan peningkatan penerimaan pajak, peningkatan kesadaran pajak, dan
kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajibannya menjadi faktor-faktor
pendorong untuk diadakannya reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan
sendiri dapat berupa perbaikan sistem administrasi perpajakan, penyempurnaan
kebijakan perpajakan, dan undang-undang perpajakan yang sesuai dengan
keadaan negara saat ini sehingga bisa meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sendiri, meningkatkan tanggung
jawab aparatur pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan atau melakukan
tindak kecurangan yang dapat merugikan dan mengurangi tingkat kepercayaan
Wajib Pajak terhadap aparatur pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak merupakan
penyelenggara administrasi perpajakan yang juga melakukan kegiatan pengolahan
data perpajakan dan sebagai organisasi yang mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan administrasi perpajakan dan penerimaan pendapatan negara
berupa pajak.
Direktorat Jenderal Pajak merupakan unit eselon I di bawah Kementerian
Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang perpajakan. Tugas tersebut dapat dijabarkan lebih
lanjut dalam penyelenggaraan fungsi yaitu :
a. perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
2
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perpajakan;
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perpajakan;
f. pelaksanaan administrasi Ditjen Pajak; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

Direktorat Jenderal Pajak memiliki posisi krusial dalam pemerintahan


Republik Indonesia karena memiliki tugas dalam menghimpun penerimaan negara
melalui pajak. Dalam satu dasawarsa ini, kurang lebih 75% penerimaan negara
berasal dari pajak. Dalam perspektif anggaran, penerimaan pajak merupakan
faktor penentu besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Mayoritas
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berasal dari penerimaan
pajak. Hampir seluruh aspek pembangunan infrastruktur negara berhubungan
langsung dengan kemampuan Direktorat Jenderal Pajak dalam menghimpun
penerimaan pajak sehingga Presiden dan Wakil Presiden serta rakyat pada
umumnya menaruh harapan besar agar Direktorat Jenderal Pajak menjadi Institusi
perpajakan yang mampu dan memiliki kapasitas untuk mendanai pembangunan
secara mandiri.
Organisasi Direktorat Jenderal Pajak dengan jumlah kantor operasional lebih
dari 500 unit dan jumlah pegawai lebih dari 32.000 orang yang tersebar di seluruh
penjuru nusantara merupakan salah satu organisasi besar yang ada dalam
lingkungan Kementerian Keuangan. Segenap sumber daya yang ada tersebut
diberdayakan untuk melaksanakan pengamanan penerimaan pajak yang beban
setiap tahunnya semakin berat.

3
B. Tujuan dan Maksud PKP
1. Tujuan PKP
1.1. Mendeskripsikan Penerapan Sistem Perpajakan pada Direktorat
Jenderal Pajak.
1.2. Untuk mengetahui Sistem perpajakan serta untuk meningkatkan
kepatuhan pajak di Direktorat Jenderal Pajak.
1.3. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib pajak dalam melaporkan
pajak dan dilaporkan dalam tepat waktu.
1.4. Untuk mengetahui kendala- kendala yang dihadapi pegawai pajak
dalam Penerapan Sistem Perpajakan serta upaya-upaya dalam
penanggulangannya.

2. Maksud PKP
2.1. Mampu menerapkan di dalam dunia kerja mengenai sistem
perpajakan.
2.2. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan praktik di dunia
kerja.
2.3. Melakukan praktik sesuai dengan bidangnya yaitu perpajakan.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTIK

A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak


Pada awal masa kemerdekaan, pemungutan pajak dikelola oleh satu lembaga
bernama Jawatan Padjak yang berada di bawah koordinasi Direktur Iuran Negara
Departemen Keuangan. Tiga belas tahun kemudian, 1958 Djawatan Padjak
berubah menjadi organisasi vertikal yang langsung di bawah Departemen
Keuangan. Tahun 1959 seiring dengan diberlakukannya Pajak atas Hasil Bumi,
dibentuklah Direktorat Padjak Hasil Bumi di bawah Departemen Iuran Negara.
Jawatan Padjak kemudian diubah menjadi Direktorat Padjak pada tahun
1964 dan lembaga ini berada di bawah pimpinan Pembantu Menteri Urusan
Pendapatan Negara. Sementara itu, pada 1965 Direktorat Padjak Hasil Bumi
berubah menjadi Direktorat Ipeda yang berada dibawah Menteri Iuran Negara.
Dua tahun kemudian, 1966-1967 Direktorat Padjak berubah menjadi Direktorat
Jenderal Padjak dan Direktorat Ipeda berubah menjadi Direktorat Jenderal
Keuangan. Kedua instansi ini merupakan instansi vertikal Departemen Keuangan.
Kemudian pada tahun 1976 Direktorat Ipeda dan unit-unit pelaksana di daerah
bergabung menjadi bagian dari Direktorat Jenderal Pajak . Pada saat itu, desain
organisasi Kantor Pelayanan Pajak disesuaikan dengan sistem pemungutan pajak
yang dianut. Ketika system official assessment diterapkan, organisasi Kantor
Pelayanan Pajak lebih diarahkan kepada fungsi-fungsi penetapan dan
pengawaasan oleh aparat pajak.
Setelah tahun 1983 organisasi Kantor Pelayanan Pajak diupayakan
mangakomodasi kepentingan penerapan system self assessment. Dalam penerapan
sistem ini, Wajib Pajak mau tidak mau harus memahami dengan baik berbagai
peraturan perpajakan, sehingga mereka dapat melaksanakan kewajiban pajaknya
dengan baik. Ketika undang-undang perpajakan tahun 1983 mulai dilaksanakan,
desain organisasi unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak masih mengacu pada pola
yang berlaku di masa rezim official assessment yang penekanannya lebih kepada

5
penetapan dan pengawasan. Lalu pada akhir dasawarsa 1980-an terjadi perubahan
organisasi unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak, yaitu pembentukan seksi
menurut jenis pajak. Hal ini merupakan upaya untuk memberikan pelayanan,
sekaligus pengawasan kepada Wajib Pajak menjadi lebih fokus.

B. Tugas Pokok dan Fungsi


Pembentukan unit-unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengacu pada tiga
pilar fungsi administrasi pajak, yaitu: penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan.
Ketiga pilar ini diwujudkan dengan membentuk Kantor Penyuluhan, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dan unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (kemudian
menjadi Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) pada tahun 1989.
Pembentukan kantor-kantor ini merupakan upaya lebih lanjut untuk membuat
pajak semakin dekat dengan masyarakat.
Perubahan besar organisasi vertikal Direktorat Jenderal Pajak dimulai pada
tahun 2002 dengan dibentuknya Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak
Modern melalui Program Modernisasi Administrasi Perpajakan. Beberapa
Karakteristik utama Kantor Pelayanan Pajak Modern yaitu :
1. Bergabungnya fungsi Kantor Pemeriksan dan Penyidikan Pajak dan
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan ke dalam Kantor Pelayanan
Pajak;
2. Adanya segmentasi administrasi Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak besar
(KPP Wajib Pajak Besar), Wajib Pajak menengah (KPP Madya) dan
Wajib Pajak kecil (KPP Pratama);
3. Organisasi Kantor Pelayanan Pajak yang berbasis fungsi dan;
4. Paradigma pelayanan yang berorientasi memudahkan Wajib Pajak
melaksanakan kewajiban perpajakannya, antara lain dengan
mengembangkan sejumlah fasilitas. Paradigma ini bertujuan mengubah
wajah Direktorat Jenderal Pajak agar tampak lebih bersahabat.
Direktorat Jenderal Pajak merupakan direktorat jenderal yang berada di
bawah Menteri Keuangan serta memiliki tugas merumuskan dan melaksanakan
6
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan oleh Menteri, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dasar hukum yang mengatur tentang tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Pajak tertuang di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan.
PMK tersebut menjelaskan mengenai tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Pajak yaitu :
a. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang perpajakan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
perpajakan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan;
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

C. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak


Visi Direktorat Jenderal Pajak adalah 'Menjadi institusi pemerintah yang
menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien,
dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi'.
Makna dari kalimat yang tertera dalam visi adalah :
a. Direktorat Jenderal Pajak ingin menjadi suatu institusi pemerintah yang
menjalankan sistem administrasi perpajakan modern, efektif, efisien, dan
dipercaya masyarakat.
b. Efektif dan efisien artinya bahwa Direktorat Jenderal Pajak melakukan
pengukuran dan pertanggungjawaban terhadap sistem modern yang dijalankan
tersebut.
c. Dipercaya oleh masyarakat memiliki arti yaitu Direktorat Jenderal Pajak
memastikan masyarakat yakin bahwa sistem administrasi perpajakan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

7
d. Modern, efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat mengacu kepada
penyelenggaraan sistem dimana dibutuhkan peran dari sumber daya manusia
sebagai subjek penyelenggara sistem tersebut.
e. Peran sumber daya manusia diangkat melalui kata integritas dan
profesionalisme, sehingga sistem administrasi perpajakan dimaksud dapat
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berintegritas dan memiliki
profesionalisme tinggi.

Direktorat Jenderal Pajak memiliki misi 'Menghimpun penerimaan pajak


negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan
kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui
sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien'. Misi tersebut
menjelaskan bahwa keberadaan Direktorat Jenderal Pajak merupakan untuk
menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah.
Peran Direktorat Jenderal Pajak dijalankan melalui sistem administrasi perpajakan
yang efektif dan efisien. Sistem administrasi itu dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan dalam rangka melayani masyarakat secara optimal untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

D. Struktur Organisasi
Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 13 (tiga belas) unit eselon II di
lingkungan kantor pusat, dengan susunan sebagai berikut :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Peraturan Perpajakan I;
3. Direktorat Peraturan Perpajakan II;
4. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan;
5. Direktorat Intelijen dan Penyidikan;
6. Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian;
7. Direktorat Keberatan dan Banding;

8
8. Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan;
9. Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat;
10. Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan;
11. Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur;
12. Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi;
13. Direktorat Transformasi Proses Bisnis.
Selain 13 (tiga belas) unit eselon II tersebut, struktur organisasi kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak juga dilengkapi dengan tenaga pengkaji seperti yang
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 218/KMK.01/2003 dengan
susunan sebagai berikut :
1. Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak;
2. Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum;
3. Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya Manusia;
4. Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan Perpajakan.
Para tenaga pengkaji tersebut bertugas mengkaji dan menelaah masalah-
masalah, serta memberikan penalaran pemecahan konsepsional secara keahlian
sesuai bidangnya masing-masing. Selain Kantor Pusat, Direktorat Jenderal Pajak
memiliki unit vertikal sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorta
Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008, yang terdiri dari :
a. Kantor Wilayah (Kanwil), berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Jenderal Pajak.
b. Kantor Pelayanan Pajak (KPP), berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.
c. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama. KP2KP dibentuk untuk melayani daerah-daerah terpencil yang tidak
terjangkau oleh Kantor Pelayanan Pajak.
d. Kelompok Jabatan Fungsional. Direktorat Jenderal Pajak juga memiliki Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pengolahan data dan dokumen perpajakan,
9
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Pajak yaitu Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan, sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.01/2007 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
Pajak merupakan tulang punggung negara yang berperan penting dalam
menjaga keseimbangan negara agar semua bagian yang terdapat didalamnya
berfungsi dengan baik. Penerimaan pajakan berkontribusi besar dari total
pendapatan negara, hal ini berpengaruh terhadap keberlanjutan program
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan hingga mengurangi pengangguran
dengan menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan “Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
Fungsi Pajak :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak berfungsi sebagai
sumber keuangan negara yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran untuk pembangunan negara. Dimasukannya pajak dalam
APBN sebagai penerimaan dalam negeri seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi Bangunan (PBB), dan jenis
pajak lainnya.
b. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak berfungsi sebagai alat yang
digunakan untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah di
bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar
bidang keuangan. Bentuk kebijakan pemerintah terkait fungsi pajak
sebagai alat pengatur, yaitu :

11
1. Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terjadi
saat adanya transaksi jual beli barang mewah. Tarif yang dikenakan
sesuai dengan penggolongan barang mewah tersebut. Semakin tinggi
nilai dari suatu barang maka akan semakin tinggi pula tarif pajak yang
dikenakan sehingga harga dari barang tersebut semakin mahal.
Pengenaan pajak dengan tarif tinggi bertujuan untuk mengurangi gaya
hidup mewah pada masyarakat.
2. Pemerataan pendapatan dapat dilakukan pemerintah dengan
menetapkan tarif pajak progresif atas penghasilan seseorang apabila
memiliki penghasilan yang tinggi, sehingga pihak yang berpenghasilan
tinggi akan memberikan kontribusi (membayar pajak) yang tinggi juga
kepada negara.
3. Adanya peraturan pengenaan tarif pajak terhadap kegiatan eksport
sebesar 0%. Hal ini bertujuan memberikan kemudahan bagi pengusaha
dalam negeri agar terdorong untuk mengoptimalkan usahanya
sehingga hasil produksi dapat diekspor ke pasar dunia yang diharapkan
akan memperbesar devisa negara.
4. Pengenaan cukai merupakan salah satu fungsi pajak sebagai
perlindungan terhadap masyarakat atas barang-barang yang berdampak
negatif bagi kesehatan, lingkungan hidup, dan norma-norma serta tata
tertib sehingga harus dibatasi secara ketat peredaran dan
pemakaiannya. Dengan pengenaan tarif cukai maka dasar harga barang
kena cukai, seperti rokok dan minuman yang mengandung alkohol
akan menjadi lebih mahal, diharapkan tingkat konsumsi barang-barang
tersebut dapat dibatasi.
5. Pengenaan pajak kendaraan bermotor progresif bertujuan untuk
mendorong kepemilikan tunggal kendaraan bermotor dalam rangka
mengurangi kepadatan lalu lintas.

12
Jenis pajak dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Menurut Golongan :
a. Pajak Langsung
Pajak langsung merupakan pajak yang dibebankan atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan atau dibebankan kepada pihak lain. Pajak langsung
biasanya melekat pada orang pribadi yang bersangkutan, sehingga
hak dan kewajibannya tidak dapat dialihkan ke pihak lain,
misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang pengenaannya dapat
dibebankan atau dialihkan kepada pihak lain selain wajib pajak
yang bersangkutan. Pajak tidak langsung tidak memiliki surat
ketetapan pajak, sehingga pengenaannya tidak dilakukan secara
berkala melainkan dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas
kejadian. Pajak tidak langsung berlaku apabila terdapat suatu
aktivitas, kejadian, atau tindakan yang menimbulkan terutangnya
pajak seperti transaksi jual beli barang, misalnya Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM).

2. Menurut Sifat :
a. Pajak Subjektif
Pajak Subjektif merupakan pajak yang berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti pengenaannya memperhatikan keadaan
pribadi dari wajib pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objektif
Pajak Objektif merupakan pajak yang berdasarkan pada
objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan timbul terutangnya pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi dari wajib pajak, misalnya
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
13
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungut


a. Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak Negara (Pajak Pusat) merupakan pajak yang
pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan hasil
pemungutannya digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara pada umumnya, misalnya Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Pajak Daerah
Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009. Pajak Daerah merupakan pajak yang pemungutannya
dilakukan oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat I (pajak
provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/ kota) dan
hasil pemungutannya digunakan untuk membiayai pengeluaran
daerah masing-masing. Pajak provinsi meliputi Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di atas Air, Pajak
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan
Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor (PBB-KB), dan lain-lain. Sedangkan Pajak
kabupaten/ kota meliputi Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, dan lain-lain.

14
Wajib Pajak atau biasa disebut dengan WP merupakan orang pribadi atau
badan yang secara ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan memiliki
hak dan kewajiban dalam perpajakan, meliputi pembayar pajak, pemotong dan/
atau pemungut pajak. Terdapat dua jenis wajib pajak yaitu :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
Setiap orang yang memiliki penghasilan lebih besar dibanding Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Diwajibkan setiap orang mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak orang pribadi dan memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Wajib Pajak Badan
Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak,
pemotong dan/ atau pemungut pajak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Badan merupakan sekumpulan oranag dan/ atau modal yang membentuk
suatu kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha.

B. Pembahasan
a. Pengolahan data dan Informasi
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan
Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan dan telah terbentuknya
Kantor Pengolahan Data Eksternal berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 134/PMK.01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Pengolahan Data Eksternal, dengan ini diatur tata cara pelaksanaan
kegiatan operasional pengolahan Data dan Informasi yang berkaitan
dengan perpajakan pada Kantor Pengolahan Data Eksternal.
Data dan Informasi adalah kumpulan angka, huruf, kata, yang
bentuknya dapat berupa surat, dokumen, buku, atau catatan serta
15
keterangan tertulis, yang dapat memberikan petunjuk mengenai
penghasilan dan kekayaan orang pribadi atau badan, termasuk kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas orang pribadi atau badan. Data dan Informasi
yang bersumber dari Sumber Data dan Informasi disebut Data Eksternal.
Data Eksternal dapat berbentuk Hardcopy (Dokumen Fisik) yaitu Data dan
Informasi yang tertulis atau tercetak di atas kertas, atau Softcopy
(Dokumen Elektronik) yaitu Data dan Informasi yang sifat dan bentuknya
elektronik yang dihasilkan oleh komputer yang masih berada dalam suatu
jaringan elektronik.
Pengolahan Data Eksternal adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi proses penerimaan, penelitian, pemilahan, klarifikasi,
pemindaian, perekaman, identifikasi, transfer data, penyimpanan dan
peminjaman Data Eksternal.
Tujuan tata cara pelaksanaan kegiatan operasional pengolahan data
dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan pada Kantor Pengolahan
Data Eksternal adalah sebagai berikut :
1. Memberikan standardisasi pelaksanaan tugas dan pengawasan atas
pengolahan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan
pada Kantor Pengolahan Data Eksternal.
2. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas pelaksanaan pengolahan
Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan pada Kantor
Pengolahan Data Eksternal.

b. Pelayanan
Direktorat Jenderal Pajak telah melantik dan menugaskan fungsional
penyuluh pajak di kantor pelayanan pajak di seluruh Indonesia. Kehadiran
fungsional penyuluh pajak ini memberikan harapan baru yaitu agar wajib
pajak melakukan kewajiban perpajakannya secara sukarela. Tugas dan
fungsi dari fungsional penyuluh pajak tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia
16
nomor 49 tahun 2020 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pajak, yang
menggantikan Permen PAN-BR nomor PER 04/M.PAN/2/2006 tentang
Jabatan Fungsional Penyuluh Pajak dan Angka Kreditnya.
Sebelumnya, tugas dari fungsional penyuluh pajak masih bergabung
dengan fungsi pelayanan, pengawasan, dan konsultasi di kantor pelayanan
pajak. Permenpan RB nomor 04/M.PAN/2/2006 menyatakan, tugas dan
fungsi penyuluh pajak adalah memberikan informasi, konsultasi, dan
bimbingan pajak kepada masyarakat umum dan wajib pajak. Sedangkan
dalam Permen PAN-RB nomor 49 tahun 2020, tugas jabatan fungsional
penyuluh pajak yaitu melaksanakan kegiatan penyuluhan dan
pengembangan penyuluhan di bidang perpajakan yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perpajakan, serta mengubah
perilaku masyarakat wajib pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli
dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
Tugas fungsional penyuluh pajak kini tidak sekadar memberikan
informasi, konsultasi, dan bimbingan pajak kepada masyarakat dan wajib
pajak. Melainkan bertujuan juga mengubah perilaku masyarakat wajib
pajak agar semakin paham, sadar, dan peduli dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya. Di dalam Permen PAN-RB nomor
49 tahun 2020 terdapat berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh
penyuluh pajak untuk mencapai tujuan edukasi perpajakan dan mengubah
perilaku masyarakat wajib pajak. Kegiatan yang dilakukan yaitu
penyuluhan langsung secara aktif maupun pasif, penyuluhan tidak
langsung satu atau dua arah, penyuluhan tidak langsung melalui contact
center, dan penyuluhan melalui pihak ketiga.
Pada prinsipnya seseorang akan tergerak atau termotivasi untuk
melakukan sesuatu bila terlebih dahulu memiliki ilmu dan pengetahuan
yang memadai. Prinsip ini juga berlaku dalam motivasi untuk melakukan
kewajiban perpajakan. Wajib pajak akan tergerak melakukan kewajiban
perpajakannya jika mereka telah memiliki informasi perpajakan yang
memadai. Dengan demikian, perubahan perilaku diharapkan juga akan
17
terbentuk setelah dilakukan kegiatan edukasi dan pemberian informasi
kepada wajib pajak. Dalam hal mengubah perilaku wajib pajak untuk
menjadi melapor dan membayar memang tergantung kompleksitas dan
karateristik wajib pajak. Sebagian wajib pajak dapat dilakukan perubahan
perilaku melalui kegiatan penyuluhan dengan teknik penyuluhan secara
langsung dalam jumlah peserta banyak (one to many). Namun sebagian
besar lainnya mungkin hanya dapat tergerak dan berubah perilakunya
melalui kegiatan penyuluhan langsung secara perorangan atau yang
dikenal dengan istilah one on one. Seperti yang dipahami bahwa peraturan
perpajakan sedemikian dinamis dan terus mengalami perubahan sesuai
dengan tuntutan perubahan zaman. Fungsi penyuluhan memang sudah
selayaknya ditingkatkan dan diberikan perhatian khusus, terutama agar
informasi terkini terkait peraturan perpajakan dapat langsung
terinternalisasi kepada wajib pajak. Selanjutnya setelah dilakukan
internalisasi ada peningkatan kepatuhan wajib pajak. Dengan
meningkatnya kepatuhan wajib pajak, Direktorat Jenderal Pajak tidak
perlu lagi memberikan perlakuan penegakan hukum kepada wajib pajak.

c. Penagihan
Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan aktif
terhadap Wajib Pajak yang memiliki hutang pajak yang belum dibayarkan.
Penagihan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan agar penanggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Hak Wajib Pajak dalam Penagihan :
1. Wajib Pajak dapat mengajukan angsuran dan penundaan
pembayaran utang pajak,
2. Wajib Pajak dapat mengajukan Permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi,
3. Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat
Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
18
Lelang, Keputusan Pencegahan dalam Rangka Penagihan Pajak ke
Pengadilan Pajak,
4. Wajib Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan
penyanderaan ke Pengadilan Negeri,
5. Wajib Pajak dapat Mengajukan sanggahan atas objek sita.

Kewajiban Wajib Pajak dalam Penagihan :


1. Wajib Pajak berkewajiban melakukan pembayaran utang pajak
sebelum jatuh tempo,
2. Wajib Pajak berkewajiban memenuhi komitmen dalam
angsuran/penundaan pembayaran pajak,
3. Wajib Pajak berkewajiban untuk bersifat kooperatif dalam
tindakan penagihan pajak,
4. Wajib Pajak dilarang melakukan hal-hal yang melanggar Undang-
Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dalam Penagihan
Pajak yang berakibat pada tindakan pidana, seperti
memindahtangankan, menyembunyikan, menghilangkan,
memindahkan hak atas barang yang disita.

Jangka waktu Direktorat Jenderal Pajak dapat melaksanakan


penagihan pajak, termasuk bunga, kenaikan, dan biaya penagihan pajak,
terhadap Wajib Pajak adalah 5 (lima) tahun sejak penerbitan dasar
penagihan pajak. Namun dapat tertangguh/melewati 5 (lima) tahun
apabila :
1. Diterbitkan Surat Paksa,
2. Ada pengakuan utang pajak dari Anda baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya mengajukan permohonan
pengangsuran/penundaan pembayaran,
3. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

19
d. Pemeriksaan
Secara rutin, pemeriksaan pajak dilakukan untuk memastikan bahwa
para wajib pajak benar-benar telah melakukan kewajiban pajak sesuai
dengan jumlah yang sudah ditentukan dan peraturan yang berlaku.
Pemeriksaan pajak dilakukan oleh para petugas dari Direktorat Jenderal
Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak atas pemenuhan
kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan pajak pada dasarnya diatur oleh undang-undang, yaitu
Pasal 29 Ayat 1 UU KUP yang berbunyi: Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat panggilan dalam rangka
pemeriksaan kantor. Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib
Pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP) yang dilampiri dengan daftar temuan hasil pemeriksaan dengan
mencantumkan dasar hukum atas temuan tersebut.
Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri dengan
pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan produk hukum yang
dapat berupa :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN),
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

20
e. Pengawasan
Pengawasan merupakan serangkaian kegiatan penelitian data hingga
tindak lanjut pengawasan dalam rangka penggalian potensi perpajakan,
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
dan peningkatan penerimaan perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Direktorat Jenderal
Pajak mengembangkan sistem informasi agar dapat meningkatkan
pengawasan secara efektif, efisien, dan berkesinambungan. Pengawasan
dapat dilakukan dengan komprehensif menggunakan Modul Aktivitas
Pengawasan Wajib Pajak dalam Aplikasi Approweb (untuk selanjutnya
disebut dengan Modul). Modul dimaksud dapat secara otomatis
menyajikan seluruh hasil penyandingan data, baik data internal maupun
eksternal, untuk semua jenis pajak dan masa atau tahun pajak.
Penyempurnaan Modul akan dilakukan secara bertahap. Modul
menggunakan pendekatan end-to-end, mulai dari penyandingan data,
penentuan prioritas pengawasan Wajib Pajak, penelitian (validasi,
pemilihan data, analisis, pembuatan kertas kerja penelitian, pembuatan
laporan hasil penelitian), tindak lanjut penelitian, pemutakhiran prognosis
potensi dan realisasi penerimaan perpajakan, serta pemantauan
(monitoring) dan evaluasi atas pelaksanaan secara berjenjang. Dalam hal
diperlukan pendalaman informasi kegiatan pengawasan dapat dilakukan
dengan kunjungan (visit). Pengawasan Wajib Pajak melalui Modul
melibatkan unit kerja terkait pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak,
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, dan Kantor Pelayanan Pajak.
Maka dari itu, Modul dapat diakses oleh seluruh unit kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
Tugas masing-masing seksi pengawasan diminta untuk melakukan
analisis, penjabaran dan pengelolaan kepatuhan wajib pajak melalui
beberapa cara yaitu :
1. Merencanakan, melaksanakan dan menindak lanjuti kebijakan
intensifikasi berbasis data dan pemetaan subjek dan objek pajak,
21
2. Mengamati potensi pajak,
3. Mencari, mengumpulkan, mengolah, meneliti, menganalisis data
perpajakan,
4. Melakukan pengawasan dan pengendalian mutu kepatuhan,
5. Melakukan imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak,
6. Mengelola administrasi pengawasan seperti penetapan dan
penerbitan produk hukum.

22
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya
adalah :
1. Direktorat Jenderal Pajak memiliki posisi krusial dalam pemerintahan
Republik Indonesia karena memiliki tugas dalam menghimpun
penerimaan negara melalui pajak.
2. Mayoritas pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
berasal dari penerimaan pajak. Hampir seluruh aspek pembangunan
infrastruktur negara berhubungan langsung dengan kemampuan
Direktorat Jenderal Pajak dalam menghimpun penerimaan pajak
sehingga Presiden dan Wakil Presiden serta rakyat pada umumnya
menaruh harapan besar agar Direktorat Jenderal Pajak menjadi
Institusi perpajakan yang mampu dan memiliki kapasitas untuk
mendanai pembangunan secara mandiri.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
4. Secara rutin, pemeriksaan pajak dilakukan untuk memastikan bahwa
para wajib pajak benar-benar telah melakukan kewajiban pajak sesuai
dengan jumlah yang sudah ditentukan dan peraturan yang berlaku.
5. Pemeriksaan pajak pada dasarnya diatur oleh undang-undang, yaitu
Pasal 29 Ayat 1 UU KUP yang berbunyi: Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain

23
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

B. Saran-saran
1. Untuk peneliti
Para peneliti harus selalu mempelajari peraturan pajak yang berlaku
dan terbaru yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP).

2. Untuk Direktorat Jenderal Pajak


Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement
System memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang
pribadi untuk menghitung, menetapkan dan melaporkan sendiri pajak
penghasilannya. Namun dengan sistem perpajakan ini wajib pajak
harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahamannya tentang
pentingnya pemenuhan pajak serta tentang penghasilan apa saja yang
merupakan objek pajak.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Perlunya peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat
Jendral Pajak baik melalui media massa atau sosialisasi secara
langsung dilapangan.
b. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat
Jendral Pajak terhadap jajaran pegawai yang mengelola dana dari
pemenuhan pajak agar tidak terjadi lagi kasus korupsi yang
dilakukan oleh aparat pemerintah.
c. Wajib pajak harus memahami pentingnya pemenuhan pajak karena
pajak yang dibayar oleh wajib pajak akan digunakan sebagai biaya
bagi pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, dan
wajib pajak harus memenuhi pajaknya setiap tahun.

24
DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berdasarkan website :

Hendriarto, Prasetyonno. 2017. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-
34/PJ/2012. https://peraturanpajak.com/2017/12/18/surat-edaran-direktur-
jenderal-pajak-nomor-se-34-pj-2012/.

Santoso, Yusuf Imam. 2020. Cara Mengajukan Pelayanan Administrasi


Perpajakan Elektronik. https://nasional.kontan.co.id/news/begini-cara-
mengajukan-pelayanan-administrasi-perpajakan-elektronik.

Hidranto, Firman. 2021. Fungsional Penyuluhan Pajak.


https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/2962/selamat-datang-fungsional-
penyuluh-pajak.

Safarina, Hamida Amri. 2020. Tata Cara Penagihan Pajak dan Penghapusan
Piutang Pajak Daerah. https://news.ddtc.co.id/tata-cara-penagihan-pajak-dan-
penghapusan-piutang-pajak-daerah-24593?page_y=1300.

Hendriarto, Prasetyonno. 2017. Peraturan pajak.


https://peraturanpajak.com/2017/02/17/se-03pj2017/.

Fatimah. 2020. Kebijakan Pengawasan dan Pemeriksaan Wajib Pajak


Berdasarkan SE-07/PJ/2020.
https://www.pajakku.com/read/5f55cdce2712877582238ea6/Kebijakan-
Pengawasan-dan-Pemeriksaan-Wajib-Pajak-Berdasarkan-SE-07/PJ/2020.

Dua, Admin. 2021. Mengenal Pemeriksaan Pajak dan Mekanisme nya di


Indonesia.https://www.rusdionoconsulting.com/pemeriksaan-pajak/.

Budiono, Donny. 2021. Mekanisme Pemeriksaan Pajak di Indonesia.


https://kjakkp-db.id/mengupas-mekanisme-pemeriksaan-pajak-di-indonesia/.

Sandra. 2021. Mengenal Tugas dan Tanggung Jawab Account Representanive


Pajak. https://www.pajakku.com/read/60efe3bd58d6727b1651ad6c/Mengenal-
Tugas-dan-Tanggung-Jawab-Account-Representative-Pajak.

Ariyanti, Fiki. 2020. Direktorat Jenderal Pajak.


https://www.cermati.com/artikel/direktorat-jenderal-pajak-pengertian-tugas-dan-
fungsinya-serta-profil-dirjen-pajak.

Website resmi Direktorat Jenderal pajak. https://www.pajak.go.id/.

25
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tugas tuweb 1 :

Nama : Olivia Larisa


NIM : 041058975
Kode dan Nama Mata Kuliah : PAJA3350/ Praktik Kerja Perpajakan
Nama Pebimbing : Kristine Pebruari Varika, S.E., M.M., BKP.
Tempat Magang/ Praktik Kerja : Data Literatur

Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak  
Tanggal
Tuweb 1        
Pengolahan Data        
dan Informasi        
Minggu ke

a. pengumpulan, 1   Dalam surat edaran DJP No. SE-34/PJ/
pencarian, dan Jumat/     2012 Tentang tata cara pelaksanaan
22-okt- kegiatan operasional pengolahan data
 
pengolahan data, 2021   dan
        informasi perpajakan pada kantor
        pengolahan data eksternal. KPDE adalah
        unit pelaksana teknis DJP di bidang
        pengolahan data yang berkaitan dengan
        perpajakan yang diberikan oleh instansi
        pemerintah, lembaga, yang berada di
        bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada DJP, dan secara teknis
 
      fungsional
dibina oleh Direktur Teknologi
 
      Informasi
        perpajakan.
         
b. penyajian

informasi     Data dan Informasi bentuknya dapat
perpajakan,       berupa surat, dokumen, serta keterangan
tertulis, yang dapat memberikan
 
      petunjuk
        mengenai penghasilan/ kekayaan orang
26
        pribadi atau badan,termasuk kegiatan
        usaha atau pekerjaan bebas orang pribadi
        atau badan.
         
c. perekaman

dokumen     Sumber Data dan Informasi disebut Data
Eksternal. Data Eksternal dapat
 
perpajakan,     berbentuk
        Hardcopy yaitu Data dan Informasi yang
tertulis di atas kertas, atau Softcopy
 
      yaitu
        Data dan Informasi yang bentuknya
elektronik yang dihasilkan oleh
 
      komputer,
        yang disimpan dalam media elektronik
        berada dalam suatu jaringan elektronik.
         
d. tata usaha     √ Proses Penerimaan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menerima Data
 
pemerimaan     Eksternal
perpajakan,       yang disampaikan oleh Sumber Data
        dan Informasi. Tujuan tata cara
        pelaksanaan kegiatan operasional
        pengolahan data dan informasi yang
        berkaitan dengan perpajakan di Kantor
        Pengolahan Data Eksternal untuk
        Meningkatkan pengawasan dan
akuntabilitas pelaksanaan pengolahan
 
      Data
        dan Informasi yang berkaitan dengan
        perpajakan di Kantor Pengolahan Data
        Eksternal.
         
         
e. e-SPT dan e-

Filing,     e-SPT adalah data SPT wajib pajak
dalam bentuk elektronik yang dibuat
 
      oleh
wajib pajak dengan menggunakan
 
      aplikasi
        e-SPT. e-filing dan e-form tidak
        mengharuskan wajib pajak menginstal
        program SPT. E-SPT adalah aplikasi
27
atau
software komputer yang dibuat oleh
 
      Ditjen
        Pajak untuk memudahkan pembuatan
        dan pelaporan SPT.
        e-Filing adalah suatu cara atau proses
        penyampaian SPT elektronik yang
dilakukan secara online pada website
 
      DJP
        yang beralamat di www.pajak.go.id atau
        Application Service Provider (ASP).
         
         
f. i-SISMIOP dan

SIG     SISMIOP dan SIG untuk saat ini sudah
tidak lagi digunakan di DJP sejak
 
      tanggal
01 Januari 2014 dikarenakan
 
      administrasi
        dan tata laksana PBB dialihkan ke
        Dispenda.
         

28
Tugas tuweb 2 :

Nama : Olivia Larisa


NIM : 041058975
Kode dan Nama Mata Kuliah : PAJA3350/ Praktik Kerja Perpajakan
Nama Pebimbing : Kristine Pebruari Varika, S.E., M.M., BKP.
Tempat Magang/ Praktik Kerja : Data Literatur

Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak  
Tanggal
Tuweb 2        
Pelayanan        
a. Minggu ke

pengadministrasian 2   Pada saat pandemi seperti ini,
dokumen Kamis/     pelayanan administrasi perpajakan
28-okt-
 
perpajakan, 2021   dilakukan secara elektronik.
        WP mengajukan permohonan
        elektronik ke Ditjen Pajak.
        Di mana WP harus melengkapi
        dokumen yang dipersyaratkan.
        Dokumen dikirim ke email resmi DJP
        dan akan diteliti dokumen oleh
        Kepala Kanwil, KPP, atau KP2KP.
        Bila sudah lengkap otoritas pajak
        akan menerbitkan produk hukum.
        BIla belum lengkap, kepala kantor
        meminta klarifikasi ke wajib pajak
        berupa surat permintaan klarifikasi/
        pemenuhan kelengkapan dokumen
        persyaratan melalui email. WP
        menjawab permintaan klarifikasi
        maksimal 15 hari kalender setelah
        menerima permintaan.
         
Wajib Pajak dalam melaporkan

b. penerimaan dan     pajaknya

29
pengolahan surat       menggunakan Formulir Surat
pemberitahuan,
 
serta     Pemberitahuan (SPT) yang diserahkan
penerimaan surat       ke Kantor Pelayanan Pajak.
Surat Pemberitahuan ( SPT ) terdiri
 
lainnya,     dari
        SPT Masa dan SPT Tahunan.
         
c. penyuluhan     √ Penyuluhan perpajakan dilakukan
perpajakan       karena kurangnya kesadaran dan
        kepatuhan wajib pajak. Hal ini
        perlu diIaksanakan secara terstruktur,
        terarah, dan berkelanjutan untuk
        mendorong terciptanya kesadaran
        masyarakat dalam membayar pajak.
        Penyuluhan Perpajakan bertujuan
        untuk meningkatkan pengetahuan
        dan keterampilan perpajakan serta
        membuat WP agar semakin paham,
        sadar,dalam melaksanakan hak
        dan memenuhi kewajiban
        perpajakannya.
         
d. pelaksanaan     √ Wajib Pajak yang telah memenuhi
registrasi WP       persyaratan subjektif dan objektif
        sesuai dengan ketentuan peraturan
        perundang-undangan di bidang
        perpajakan, wajib mendaftarkan diri
        pada KPP yang wilayah kerjanya
        meliputi tempat tinggal.
        Wajib Pajak yang telah
        menyampaikan Formulir Pendaftaran
        Wajib Pajak melalui Aplikasi
        e-Registration harus mengirimkan
        dokumen yang disyaratkan ke KPP
        yang wilayah kerjanya meliputi tempat
        tinggal.

30
Tugas tuweb 3 :

Nama : Olivia Larisa


NIM : 041058975
Kode dan Nama Mata Kuliah : PAJA3350/ Praktik Kerja Perpajakan
Nama Pebimbing : Kristine Pebruari Varika, S.E., M.M., BKP.
Tempat Magang/ Praktik Kerja : Data Literatur
Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak  
Tanggal
Tuweb 3        
Penagihan        
a. penatausahaan Minggu ke

piutang 3   Berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU PPSP,
pajak, penundaan
 
dan Jumat/   penagihan pajak adalah serangkaian
angsuran tunggakan 05-11-21     tindakan agar penanggung pajak melunasi
pajak,       utang pajak dan biaya penagihan pajak
        dengan menegur, memberitahukan surat
        paksa, melaksanakan penyitaan, dan
        menjual barang yang telah disita.
        Penagihan pajak dilakukan berdasarkan
        surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT)
        surat ketetapan pajak daerah (SKPD),
        surat ketetapan pajak daerah kurang
        bayar (SKPDKB), surat ketetapan pajak
daerah kurang bayar tambahan
 
      (SKPDKBT).
        Dalam proses pembayaran dan penyetoran
        pajak, kepala daerah menentukan tanggal
        jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
        pajak yang terutang paling lama 30 hari
        kerja setelah saat terutangnya pajak dan
        paling lama enam bulan sejak tanggal
        diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
         
b. penagihan aktif,     √ Jangka waktu DJP dapat melaksanakan
penagihan pajak, termasuk bunga,
 
      kenaikan

31
        dan biaya penagihan pajak, terhadap WP
        adalah 5 tahun sejak penerbitan dasar
        penagihan pajak. Namun dapat tertangguh
        /melewati 5 tahun apabila : Diterbitkan
        Surat Paksa, Ada pengakuan utang pajak
        dari WP baik langsung maupun tidak
        langsung, Diterbitkannya SKPKB atau
        SKPKBT karena WP melakukan tindak
        pidana perpajakan dan tindak pidana
        lain yang merugikan pendapatan Negara,
        Dilakukan penyidikan tindak pidana di
        bidang perpajakan.
         
c. penghapusan piutang     √ Besarnya piutang pajak yang dapat
pajak, serta       dihapuskan adalah sisa piutang pajak yang
        tercantum dalam STP, SKP dan SKPT
        yang belum dilunasi oleh WP/Penanggung
        Pajak dan memenuhi syarat untuk
        dihapuskan. WP/Penanggung Pajak telah
        membayar hutang Pajaknya tetapi bukti
        pembayaran (segi pembayaran) tidak ada
pada Kantor Pelayanan Pajak. piutang
 
      pajak
        tidak otomatis akan dihapuskan. Dalam hal
        ini, Menteri Keuangan mengatur tata cara
        penghapusan dan menentukan besarnya
        jumlah piutang pajak yang tidak dapat
        ditagih lagi, salah satunya karena WP
        telah meninggal dunia atau WP yang tidak
memenuhi syarat lagi sebagai subjek
 
      pajak.
        Melalui cara ini dapat diperkirakan secara
        efektif besarnya saldo piutang pajak yang
        akan dapat ditagih atau dicairkan.
         
d. penyimpanan     √ Seksi terkait pemilik dokumen
dokumen-dokumen       merupakan unit penerbit dokumen
penagihan.       yang menjadi patokan dalam pembentukan
        saldo piutang pajak. Pemindaian dokumen
        piutang pajak merupakan proses untuk
        melakukan backup oleh pemilik dokumen
32
        terhadap dokumen piutang pajak
        secara digital. Serta pengarsipan dokumen
        piutang pajak adalah penyimpanan
        dokumen fisik piutang pajak oleh pemilik
        dokumen dan seksi terkait.

33
Tugas tuweb 4 :

Nama : Olivia Larisa


NIM : 041058975
Kode dan Nama Mata Kuliah : PAJA3350/ Praktik Kerja Perpajakan
Nama Pebimbing : Kristine Pebruari Varika, S.E., M.M., BKP.
Tempat Magang/ Praktik Kerja : Data Literatur
Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak  
Tanggal
Tuweb 4        
Pemeriksaan        
Minggu ke

a. penyusunan rencana 4   Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji
pemeriksaan, Jumat/     kepatuhan pemenuhan kewajiban
  12-11-21     perpajakan. Pemeriksaan dimulai dengan
        penyampaian Surat Pemberitahuan
        Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman
        surat panggilan dalam rangka pemeriksaan
        kantor. Hasil pemeriksaan harus
        diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui
        penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil
        Pemeriksaan yang dilampiri dengan daftar
        temuan hasil pemeriksaan dengan
        mencantumkan dasar hukum atas temuan.
        Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan
        Wajib Pajak diakhiri dengan pembuatan
        Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan
        produk hukum yang dapat berupa:
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
 
      (SKPKB),
        Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
        Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak
        Nihil (SKPN), Surat Ketetapan Pajak Lebih
        Bayar (SKPLB).
         
b. pengawasan

pelaksanaan     Kebijakan pengawasan dan pemeriksaan
aturan pemeriksaan,       wajib pajak bertujuan untuk menyeragamkan
34
penerbitan dan       prosedur pengawasan dan pemeriksaan
penyaluran Surat       terhadap wajib pajak demi melakukan
Perintah Pemeriksaan       perluasan basis pajak, sehingga kegiatan
Pajak serta       pengawasan dan pemeriksaan bisa
administrasi
 
pemeriksaan     dilaksanakan dengan efektif dan akurat dan
perpajakan lainnya       mengoptimalkan penerimaan pajak.
        Pengawasan terhadap wajib pajak
        dilakukan berdasarkan prinsip kewilayahan.
        DIrjen Pajak memiliki tujuan tertentu dalam
        penyelenggaraan pemeriksaan pajak, yaitu :
        Untuk mencari tahu apakah para wajib pajak
        telah mematuhi segala peraturan perpajakan,
        Untuk mematuhi dan menjalankan segala
        peraturan perundang-undangan.
        Hasil atas pemeriksaan dalam pengujian
        kepatuhan kewajiban pajak harus
        menyampaikan pemberitahuan kepada wajib
        pajak dengan disampaikannya Surat
        Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)
        yang terlampir pada daftar temuan hasil
        pemeriksaan baik secara langsung ataupun
        faksimil.
         

35
Tugas tuweb 5 :

Nama : Olivia Larisa


NIM : 041058975
Kode dan Nama Mata Kuliah : PAJA3350/ Praktik Kerja Perpajakan
Nama Pebimbing : Kristine Pebruari Varika, S.E., M.M., BKP.
Tempat Magang/ Praktik Kerja : Data Literatur
Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak  
Tanggal
Tuweb 5        
Ekstensifikasi        
Minggu ke

a. pendataan objek dan 5   Pendataan dilaksanakan oleh Kantor
subjek pajak Kamis/     Pelayanan Pajak dengan menggunakan
  18-11-21     formulir SPOP dan dilakukan sekurang-
        kurangnya untuk satu wilayah administrasi
        desa/kelurahan.
        Pendataan dapat dilakukan dengan cara :
Penyampaian dan pemantauan
 
      pengembalian
        SPOP; Identifikasi Objek Pajak;
Verifikasi Objek Pajak; Pengukuran
 
      Bidang
        Objek Pajak.
         
b. pembentukan dan     √ Pemutakhiran Data Objek dan/ Subjek
pemutakhiran basis
 
data     Pajak PBB-P2 adalah kegiatan verifikasi
nilai objek pajak       objek dan/atau subjek pajak PBB-P2 yang
        tercantum pada Daftar Nominatif dengan
        kondisi yang sebenarnya. Daftar Nominatif
        adalah daftar yang berisi data objek dan/
        subjek pajak PBB-P2 yang memiliki
tunggakan pajak untuk setiap
 
      kelurahan/desa
        yang akan dilaksanakan kegiatan
        Pemeliharaan Basis Data PBB. Piutang
        PBB-P2 dalam basis data PBB adalah
        seluruh pokok ketetapan PBB-P2
36
termasuk yang telah daluwarsa sesuai
 
      dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku
 
      dikurangi
        dengan pembayaran, tidak termasuk
        pembayaran atas denda. Pokok Ketetapan
adalah PBB yang harus dibayar yang
 
      tercatat
        pada basis data PBB.

37
Tugas tuweb 6 :

Nama : Olivia Larisa


NIM : 041058975
Kode dan Nama Mata Kuliah : PAJA3350/ Praktik Kerja Perpajakan
Nama Pebimbing : Kristine Pebruari Varika, S.E., M.M., BKP.
Tempat Magang/ Praktik Kerja : Data Literatur
Kegiatan Pelaksanaan
Keterangan
Minggu ke Tugas
Perpajakan Hari/
Ya Tidak  
Tanggal
Tuweb 6        
Pengawasan dan        
Konsultasi    
a. bimbingan Minggu ke

kepada 6   Seorang Wajib Pajak dapat melakukan
Wajib Pajak dan       konsultasi dengan kantor pajak tempat
konsultasi teknis       dirinya terdaftar berkaitan dengan kegiatan
perpajakan,       perpajakanyang dijalaninya. Wajib Pajak
        juga dapat melakukan konsultasi dengan
        Account Representative (AR) yang
        berhubungan dengan Wajib Pajak sendiri.
        Account Representative bertugas
        menjalankan fungsi pelayanan dan
        konsultasi kepada Wajib Pajak, dan
        menjalankan fungsi pengawasan dan
        penggalian potensi pada Wajib Pajak.
         
b. penyusunan profil     √ Wajib Pajak yang dipilih berdasarkan atas
Wajib Pajak,       data, yang memungkinkan untuk dilakukan
        intensifikasi terhadapnya karena ada
indikasi mempunyai harta/penghasilan
 
      yang
        belum dilaporkan pajaknya atau belum
melaporkan diri untuk memperoleh
 
      NPWP.
         
c. analisis kinerja     √ Aspek-aspek penilaian kinerja pemeriksa
Wajib Pajak,       pajak harus mempertimbangkan

38
        kemampuan pemeriksa pajak mengenai
        teknologi informasi, dan ketersediaan data
        internal yang memadai serta kemampuan
        penggalian potensi pajak.
         
d. rekonsilasi data     √ Adanya Account Representative pada
Wajib Pajak
 
dalam     Seksi Pengawasan dan Konsultasi setiap
rangka
 
melakukan     Kantor Pelayanan Pajak di tuntut untuk
intensifikasi,       lebih dekat, lebih mengenal dan lebih tahu
        akan kondisi Wajib Pajak-nya.
        Sehingga kegiatan-kegiatan dalam rangka
        peningkatan penerimaan pajak dalam
        hal ini intensifikasi dapat berjalan dengan
        baik, kepatuhan pemenuhan kewajiban
        perpajakan oleh Wajib Pajak dapat
        meningkat secara signifikan dengan
        kesadaran penuh dari Wajib Pajak sendiri.
        Bahwa pajak-pajak yang mereka bayarkan
        itu, nantinya akan kembali mereka rasakan
        meski tidak secara langsung dengan terus
berlangsungnya pembangunan-
 
      pembangunan
dan perbaikan-perbaikan sarana
 
      infrastruktur
        seluruh Indonesia.
         
e. pembetulan     √ Apabila permohonan yang diajukan tidak
ketetapan pajak,       memenuhi persyaratan, permohonan
pengurangan
 
PBB     pembetulan tersebut dikembalikan disertai
& BPHTB, serta       dengan pemberitahuan tertulis sebelum
evaluasi hasil       jangka waktu 6 bulan sejak permohonan
banding.       diterima. Selama proses penelitian
        permohonan pembetulan, Wajib Pajak
        dimintai data, informasi, dan/ keterangan
        yang diperlukan.
        Apabila jangka waktu 6 bulan terlampaui
        namun Surat Keputusan Pembetulan belum
        diterbitkan atau permohonan pembetulan
        tidak dikembalikan, permohonan
39
pembetulan
        tersebut dianggap dikabulkan dan Surat
        Keputusan Pembetulan diterbitkan sesuai
        permohonan.

40

Anda mungkin juga menyukai