Materi ini membahas tentang korosi dan metode pencegahan korosi pada
logam. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan
proses terjadinya korosi, (2) Membedakan jenis-jenis korosi, (3) Menyebutkan
metode pencegahan korosi.
10.1. Pendahuluan
Semua logam yang dipakai untuk keperluan teknik berada dalam kondisi
tidak stabil. Logam senantiasa berusaha untuk kembali ke ikatan kimia yang
dimiliki pada waktu perolehannya, misalnya ke bentuk oksida atau sulfida.
Berkenaan hal ini pada bahan terjadi perubahan materi yang merugikan.
Perubahan itu bahkan dapat mengakibatkan kerusakan bahan.
Serangan kimia terhadap logam terjadi jika bahan tersebut terkena gas
yang mengandung oksigen, asam atau garam. Terbentuknya oksidasi pada saluran
gas buangan bersumber pada reaksi kimia.
10-1
Gambar 10.1 Elemen galvanis
Jika dua jenis logam yang berbeda dihubungkan dengan kawat di dalam
cair penghantar, terjadilah elemen galvanis, tempat mengalirnya arus listrik.
Dalam keadaan begitu satu logam menjadi anode dan yang lain menjadi katode.
Logam yang kurang mulia akan larut - logam itu kena korosi, arti harfiahnya
digerogoti. Dalam elemen galvanis, logam yang membentuk anode akan hancur.
Kehancuran berlangsung kian cepat jika kedua logam makin berjauhan letaknya
satu sama lain dalam deretan tegangan elektrokimia.
Dalam setiap perbandingan, logam yang letaknya paling kiri adalah yang kurang
mulia dan yang akan larut.
Mg-Al -Zn-Cr-Fe-Sn-Pb-H-Cu-Ag-Au
Deret Tegangan
Kalium (Ka) - 2,92 V Zatair 0,00 V Tembaga (Cu) + 0,34 V
Natrium (Na) - 2,72 V Perak (Ag) + 0,38 V
Magnesium (Mg) - 2,30 V Air Raksa (Hg) + 0,80 V
Aluminium (Al) - 1,30 V Emas (Au) + 1,38 V
Seng (Zn) - 0,76 V
Khrom (Kr) - 0,56 V
Besi (Fe) - 0,44 V
Kadmium (Kd) - 0,40 V
Nikel (N) - 0,23 V
Timah (Sn) - 0,14 V
Timbel (Pb) - 0,12 V
10-2
Elemen korosi terdiri atas anode dan katode yang dihubungkan dengan
cairan penghantar. Dalam praktik, anode dan katode dapat terbentuk dari:
a) logam yang berbeda-beda, misalnya dari baja yang membentuk anode dan
lapisan timah sebagai katode;
b) bagian struktur yang berbeda, misalnya pada pelat baja yang berlapiskan kulit
pengerolan, bahan dasar membentuk anode dan lapisan oksidanya menjadi
katode;
d) logam dan bukan logam (karbon, debu, belerang), dalam hal ini kerap kali
logamnya membentuk daerah anode.
Tegangan listrik dianggap sebagai sumber korosi yang timbul di dalam elemen
korosi selama berlangsungnya korosi elektrokimia.
Erosi, sebagaimana juga korosi, adalah kerusakan bahan yang bermula dari
permukaan benda kerja. Pada umumnya erosi disebabkan aleh partikel zat padat
yang terkandung di dalam gas atau cairan yang mengalir cepat.
Kavitasi timbul pada permukaan komponen mesin yang berputar cepat di dalam
cairan, misalnya pada roda kipas dari pompa sentrifugal. Dalam hal ini pengikisan
bahan disebabkan oleh relung-relung cairan yang melepuh. Relung tersebut
terbentuk selama gerak putaran yang cepat. Dalam praktik, korosi, erosi dan
kavitasi kerap kali merusak bahan secara bersama-sama.
10-3
10.2. Bentuk Korosi
1. Korosi rata
Karat: Kerusakan bahan ini terjadi misalnya pada jenis baja tertentu jika terkena
air. Dalam hal ini terbentuk apa yang dinamakan elemen lokal yang anodenya
berbentuk besi dan katodenya adalah lapisan-lapisan luar air. Karat ganas selalu
dapat dipastikan terjadi pada tempat di mana penguapan air terjadi dengan lambat.
2. Korosi rongga
10-4
terbatas setempat, kemudian luka parah dan akhirnya tercipta lubang berbentuk
corong. Korosi rongga timbul misalnya pada tangki baja untuk minyak solar, jika
terdapat retak pada kulit pengerolan dan adanya air kondensasi.
3. Korosi antarkristal
Korosi ini juga menembus masuk ke dalam bahan dan menjalar sepanjang
batas butiran. Pada umumnya zat batas butiran tidak semulia butiran itu sendiri.
Oleh karena itu, dengan adanya cairan pengantar listrik terjadilah kerusakan
struktur, jika misalnya karbit yang kaya akan kromium mengalami distersi pada
batas butiran baja.
4. Korosi transkristal
Pada korosi jenis ini terjadi retak tegang yang menjalar melintangi butiran
benda kerja. Retak seperti ini dapat terjadi misalnya pada bahan yang peka jika
10-5
terkena tegangan luar dan tegangan dalam, dan terserang media pengoksidasi. Air
garam umpamanya dapat menyebabkan korosi transkristal pada penukar kalor.
5. Korosi selektif
Pada kerusakan bahan jenis ini, hanva terserang bagian struktur yang
tertentu saja. Dalam besi tuang kelabu misalnya, ferit dan perlit dapat menjadi
daerah anode, sehingga yang tinggal tetap biasanya kerangka dari grafit. Bentuk
gejala korosi ini juga disebut besi spons atau penggrafitan (spongiosis).
10-6
Konstruksi yang sesuai dapat menghindarkan sebagian besar kerusakan
akibat korosi. Komponen-komponen harus dirancang sedemikian sehingga tidak
terdapat tekukan yang dapat menampung air kondensasi. Dua jenis logam yang
letaknya berjauhan di dalam deretan tegangan, tidak boleh dihubungkan satu sama
lain tanpa adanya penyekat yang memadai di antaranya. Pemilihan bahan yang
harus diperhatikan. Biasanya penambahan elemen paduan memperbaiki sifat tahan
korosi. Dengan memadukan kromium sebanyak minimal 12%, baja menjadi
nirkarat. Namun patut diperhatikan pula bahwa pada setiap konstruksi ada
perbandingan yang layak antara harga bahan dan manfaat ekonomis konstruksi
tersebut.
Lapisan pelindung untuk menghindari terjadinya korosi dapat terdiri atas
logam atau bahan nonlogam yang dapat disebarkan pada permukaan bahan
dasarnya dengan berbagai teknik.
Lapisan luar dari logam dapat ditempelkan dengan kuat pada bahan dasar
melalui pencelupan kedalam cairan logam atau larutan garam logam, melalui
penyemprotan dan melalui metode pelapisan elektrolitis (galvanisasi).
Pencelupan benda kerja kedalam seng (pelapisan panas seng) dan timah
panas timah) merupakan metode yang sangat tua. Benda kerja di dalam cairan
logam. Setelah diambil dari cairan, lapisan luar logam yang relative tebal (sampai
0,05 mm) tetap melekat pada benda kerja itu. Dalam hal-hal tertentu, lapisan luar
dari logam dapat diperoleh melalui pencelupan kedalam larutan garam logam.
Salah satu contohnya adalah baja tanpa dicelupkan ke dalam larutan tembaga
sulfat. Persyaratan untuk penerapan teknik ini adalah bahwa larutan garam harus
mengandung logam yang mulia daripada bahan yang akan dilindungi. Oleh sebab
itu logam pelindung di dalam deretan tegangan senantiasa menempati posisi di
sebelah kanan dari bahan yang akan dilindungi.
1. Metode Penyemprotan
Penyemprotan logam yang dicairkan di dalam nyala api gas bakar-oksigen
atau busur cahaya listrik dan dikabutkan dengan udara tekan juga menghasilkan
perlindungan yang baik terhadap korosi. Seng dan aluminium misalnya dikerjakan
dengan cara ini. Pemanasan difusi susulan, yang mengakibatkan atom logam yang
10-7
disemprotkan menembus masuk ke dalam bahan dasarnya, memberikan
pengukuhan mekanis dan sifat tahan oksidasi yang baik.
2. Metode Pelapisan
Pelapisan adalah teknik kerja untuk menyalut bahan dasar dengan lapisan
logam yang tipis, biasanya dengan metode pengelasan rol. Tebal lapisannya kira-
kira 10 % dari tebal seluruhnya. Dengan cara ini misalnya baja tanpa paduan
dapat dilindungi dengan baja kromium-nikel nirkarat, atau paduan aluminium tipe
AlCuMg dapat dilindungi dengan aluminium termurni.
3. Metode elektrolisis
Metode elektrolisis (galuanisasi) sering sekali dipakai untuk pembuatan
lapisan pelindung dari logam. Benda kerja yang akan digalvanisasi dalam hal ini
dijadikan katode di dalam larutan garam logam. Unsur logam dalam larutan itu,
memisahkan diri dan menjadi lapisan pelindung. Jalannya reaksi dalam proses ini
dapat dibandingkan dengan reaksi yang diuraikan pada gambar 10.6.
10-8
Tujuan electroplating adalah memperbaiki tampak rupa, mencegah
terjadinya korosi, meningkatkan ketahanan logam dasar terhadap gesekan, dan
memperbaiki ukuran dan toleransi logam dasar. Yang sering dipakai sebagai
logam pelindung adalah tembaga, timbel, timah, seng, kadmium, nikel dan
kromium. Lapisan kromium mengilap adalah lapisan luar yang tipis yang terutama
berfungsi untuk maksud dekoratif. Lapisan ini dihasilkan dengan pengaruh bahan
penghalus butiran. Lapisan kromium keras, yang antara lain berguna untuk
menambah kekerasan dan sifat tahan aus pada benda kerja, adalah lebih tebal
daripada lapisan kromium mengilap. Pembentukannya berlangsung dalam cairan
berkomposisi khusus pada suhu kerja dan kerapatan arus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang biasa berlaku untuk pembuatan lapisan kromium
mengilap.
Macam-macam sistem electroplating;
a. Rak plating
Rack plating adalah suatu sistem pelapisan yang menggunakan alat sebagai
tempat menggantungkan barang yang akan dilapis, dimana alat (rack) ini
berfungsi juga menghantar arus listrik. Type rack yang digunakan adalah
sebagai berikut;
2. Type T
3. Type kotak
b. Continous plating
Continaus plating adalah sistem pelapisan terus menerus dimana barang yang
akan dilapis bergerak menuju larutan dan keluar secara berantai. Biasanya
barang yang akan dilapis adalah berhentuk kawat yang panjang dan juga
barang yang berbentuk lembaran-lembaran.
(a)
(b)
Gambar 10.7. Continous plating.
Berikut ini diberikan contoh beberapa logam yang sering dipakai untuk
melapis logam dasar;
Zink Plating.
Cadmium plating
Hasil proses ini lebih tahan terhadap korosi bila dibandingkan dengan zink
plating dimana elektrolit yang digunakan adalah cyanida salts. Pelapisan cadmium
ini sangat baik mencegah korosi akibat listrik, tetapi tidak cocok untuk melapisi
kuningan ataupun tembaga.
Tin Plating.
Nikel Plating.
Disamping mendapat anti korosi, pelapisan ini juga mendapatkan hasil yang tahan
gesekan , kemudian nikel plating juga dilakukan sebagai semir untuk mendapat
dekorasi tetapi harus didasari oleh tembaga.
Chrom plating
Hubungan antara tebal pelapisan dengan kekerasan logam dasar dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Anodising
Proses ini terdiri dari gantungan komponen dalam larutan asam sulfat dan
dihubungkan dengan kutub positip dari cirkuit sehingga ini menjadi anoda, bak
baja yang merupakan tempat larutan adalah kutub negative atau katoda.
Lapisan oksid yang dihasilkan adalah keras dan pada mulanya bersifat
absorbsi sehingga dapat dicat dengan dengan mencelupkannya dalam bak larutan
cat, caranya sama dengan pencelupan warna kain / pakaian, setelah permukaannya
dilapisi kemudian dicelupkan lagi pada air selama 30 menit.
Sistem ini akan menghasilkan lapisan yang rata dan halus dan juga
warnanya tahan lama.
Metoda yang lain yang hampir sama dengan system ini adalah dengau cara
menempatkan baja dalam bubuk seng dan kmudian dipanasi dalam dapur samppai
titik terendah sari seng. Metode ini memberikan pelapisan lebih sempurna .
4. Metode lapisan pelindung asli
Lapisan oksida pada baja dibuat antara lain dengan teknik pelapisan hitam.
Yang dimaksud di sini adalah pemanasan di dalam cairan yang untuk sebagian -
besar mengandung lindi natron dan bahan oksidasi. Lapisan pelindungnya
terutama terdiri atas besioksida Fe304. Dengan membakar minyak atau gemuk
pada sekitar 300 °C dapat diperoleh lapisan-pelindung tipis yang tidak berbeda.
Pengaruh lapisan ini kecil saja. Aluminium dioksidasi secara elektris dengan cara
memberlakukannya sebagai anode di dalam cairan yang mengandung asamsulfat.
Dalam proses ini terbentuklah lapisan Eloxal sany terdiri atas aluminiumoksida
Al203.
Lapisan fosfat dapat dibuat pada seng, aluminium, magnesium dan baja
dengan berbagai proses, misalnya dengan pencelupan, penyemprotan, atau melalui
proses elekrolisis. Struktur lapisan fosfat berupa kristal halus. Daya me-
lindunginya terbatas. Oleh karena itu, benda kerja yang berlapis fosfat masih
harus dicat.
Lapisan email terdiri atas kaca khusus dari silikat yang bebas timbel dan
bebas racun dan yang dapat diwarnai dengan oksida logam. Bahan ini disebarkan,
pada bahan dasar dalam bentuk serbuk dan kemudian dicairkan.
Lapisan cat (lak) adalah bahan yang paling banyak dipakai untuk
mencegah korosi. Kini kebanyakan dipakai cat yang terbuat dengan bahan dasar
resin sintetis. Bahan ini harus diolah dengan tepat dan diberikan dengan cukup
tebal supaya mencapai daya perlindungan yang baik. Melalui cat dasar, udara
dengan zat-zat perusaknya disekat dari benda kerja. Cat luar melindungi cat dasar
dan sekaligus bersifat dekoratif. Kualitas painting akan semakin baik bila baja
yang akan dicat dicelupkan dulu kedalam asam fosfat.
MAKALAH
“KOROSI DAN PENCEGAHANNYA”
DI SUSUN OLEH :
NAMA :
ANDY SAPUTRA
MUCHAMMAD RIZAL
STEVEN
POLITEKNIK AMAMAPARE
TIMIKA PAPUA