Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PREVALENSI PENYAKIT INFEKSI DENGAN PREVALENSI

STUNTING,WASTING DAN UNDERWEIGHT PADA BALITA DI INDONESIA


TAHUN 2014-2018
Wahnil Dia Handayani
1
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu
*Corresponding : Wahnildia19@gmail.com

Abstrak
Penyakit infeksi merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang sering disebabkan oleh
organisme seperti virus,bakteri,jamur dan parasite.Anak di Bawah Lima Tahun atau sering
disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan
rentang usia dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.Stunting dan underweight menjadi masalah utama
pada gizi kurang, yang akan membuat anak mengalami gangguan kesehatan,baik jangka
pendek maupun jangka panjang.Penelitian menggunakan data agregat laporan riset kesehatan
dasar(Rikesdas) 2018.Sampel dalam penelitian ini adalah 34 provinsi di Indonesia.Penelitian
ini dengan pendekatan survey analitik.Variable yang digunakan variable independen dan
dependen.Variabel penyakit infeksi, stunting, wasting dan underweight pada balita.Analisis
data menggunakan ukuran varians dan analisis multivariate menggunakan korelasi dan
regresi linier.Berdasarkan hasil pengolahan data dari tabel 2 menunjukan bahwa Tidak ada
hubungan antara Prevalensi penyakit infeksi dengan prevalensi stunting,wasting dan
underweight, hal ini ditandai dengan nilai p-value >0.05.Dari penelitian yang dilalukan
berdasarkan dari data Riskesdas 2018, didapatkan hasil pengelolahan data bahwa tidak
didapatkan hubungan antara prevalensi penyakit infeksi dengan prevalensi stunting,wasting
dan Underweight dengan penyakit infeksi pada balita.
Kata Kunci : Penyakit infeksi,Balita,Stunting, Wasting, Underweight

PENDAHULUAN

Anak di Bawah Lima Tahun atau sering disebut sebagai Balita merupakan generasi
penerus bangsa mulai dari usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua
sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.
rentang usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.perilaku hidup sehat seorang anak dapat
dicontohkan oleh ibu maupun lingkungan tinggal anak.

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan global karena terjadi hampir di seluruh
belahan dunia. Kekurangan gizi akan menghambat proses pertumbuhan pada anak. Menurut
2018 Global Nutrition Report, Indonesia adalah satu dari tiga negara dengan jumlah anak
dengan kondisi kurus (wasting) (Development Initiatives, 2018: 35).Penyebab kematian bayi
dan balita di dasari keadaan gizi buruk memperkirakan 54%. Malnutrisi masih merupakan
salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia.(who, 2002)

Stunting adalah Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur ,dinyatakan dengan tinggi badan
atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U ). Stunting pada 1000 hari pertama
kehidupan (HPK) bersifat irreversible dan berkaitan erat dengan kegagalan fungsional yang
berdampak pada angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada anak, mengingkatnya
kerentanan terhadap penyakit serta terganggunya perkembangan kognitif dan psikomotor.
Dampak jangka panjang yang dapat timbul akibat stunting adalah berkurangnya prestasi
belajar,kapasitas kerja,kurang konsentrasi (De Onis & Branca, 2016).

Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan Prevalensi stunting
pada balita mencapai 19,3 % , dan wasting sebesar 6,7 % . Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018, 10,2% anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia mengalami wasting
dan 30,8%.Menurut standar WHO, situasi masalah gizi di Indonesia sudah melampaui
ambang batas normal, yaitu underweight <10%, stunting <20%, dan wasting <5%.
(Kemenkes RI, 2018).

Penyakit infeksi merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang sering
disebabkan oleh organisme seperti virus,bakteri,jamur dan parasite.beberapa jenis infeksi bisa
juga menyebar di antara manusia,serangga dan juga hewan.umumnya gejala yang umum dari
penyakit infeksi ini adalah demam.penyakit infeksi juga dapat berpindah ke orang lain yang
sehat sehingga menyebabkan orang yang tadinya sehat bisa menjadi sakit.

Menurut data UNICEF tahun 2017, terdapat 92 juta (13,5%) balita di dunia
mengalami underweight, 151 juta (22%) balita mengalami stunting dan 51 juta (7,5%) balita
mengalami wasting. Sebagian besar balita di dunia yang mengalami underweight, stunting
dan wasting berasal dari Benua Afrika dan Asia.3 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, status gizi balita di Indonesia mengalami perbaikan dari tahun 2013 hingga
2018. Prevalensi underweight menurun dari 19,6% menjadi 17,7%, prevalensi stunting
menurun dari 37,2% menjadi 30,8%, dan prevalensi wasting menurun dari 12,1% mejadi
10,2%. (Sulistyoningsih, 2011)

Stunting dan underweight menjadi masalah utama pada gizi kurang, yang akan
membuat anak mengalami gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Masalah gizi lainnya yang terjadi pada anak adalah underweight.Underweight atau disebut
gizi kurang atau gizi buruk dinyatakan sebagai penyebab kematian 3,5 juta anak balita di
dunia (WHO, 2002)
Wasting atau kondisi kurus ditandai dengan kurangnya berat badan menurut
panjang/tinggi badan anak. Kondisi ini disebabkan kekurangan makanan atau penyakit
infeksi yang terjadi dalam waktu singkat. Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh
balita kurus adalah masalah gizi akut (Kementerian Kesehatan, 2019b). Nilai ukuran wasting
biasanya dinyatakan dalam bentuk z-score berat badan per tinggi badan (weight-for-height z-
score, WHZ). Seorang anak disebut mengalami wasting jika standar deviasi WHZ-nya
kurang dari -2 (World Health Organization, 2006).

Metode

Penelitian menggunakan data tersier Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2014 - 2018
dengan pendekatan studi survey. jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan desian penelitian cross sectional study.Sampel dalam penelitian ini adalah 34
provinsi untuk data Riskesdas 2018.Variabel independen penyakit infeksi,Variabel dependen
stunting, wasting dan underweigh pada balita diukur dari prevalensi berat badan lahir rendah
(BBLR), panjang badan lahir pendek,kepemilikan buku KMS dan KIA, pemantauan
pertumbuhan, pemberian kapsul vitamin A, inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian
kolostrum.Analisis univariate menggunakan ukuran varians dan analisis bivariate variable
menggunakan korelasi dan regresi linier sederhana dan paired t test.

HASIL

Tabel 1 Distribusi hubungan penyakit infeksi dengan Stunting, Wasting, Underweight

Variable Minimum Maksimum (%) x ± (DS)


(%)
Hubungan penyakit infeksi
ISPA 6,0 18,6 10,99 ± 3,50
Pneumonia 2,7 8,8 4,93 ± 1,15
Diare 6,0 15,8 11,36 ± 2,56
Status gizi TB/U (Stunting) 29,45 ±4,67
Sangat pendek 7,0 18,9 12,16 ± 2,80
Pendek 9,2 24,5 17,28 ± 2,90
Status Gizi BB/TB (Wasting) 10,87 ±2,31
Sangat kurus 1,1 5,7 3,60± 1,05
Kurus 3,5 10,6 7,27± 1,72
Status gizi BB/U (Underweight) 18,53 ±4,37
Gizi buruk 2,0 7,0 4,00± 1,47
Gizi kurang 9,8 22,2 14,53± 3,28
Sumber : uji statistic frekuensi
Berdasarkan table 1 didapatkan hasil bahwa penyakit infeksi ispa hanya 10,99%,pneumonia
4,93% dan diare 11,36%.presentasi balita.Presentasi balita stunting 29,45%,westing 10,87%
dan underweight 18,53% di indonesia

Tabel 2 Hubungan penyakit infeksi pada status gizi balita

Variabel Stunting Wasting Underweight


.Penyakit infeksi (ISPA)
Beta 0,00 -0,26 -0,09
konstan 10,97 13,83 12,67
Koefisien korelasi (r) 0,00 0,17 0,11
p-value 0,99 0,33 0,52
Penyakit infeksi (Pneumonia)
Beta -0,00 0,00 0,09
konstan 5,05 4,92 3,22
Koefisien korelasi (r) 0,01 0,00 0,26
p-value 0,94 0,99 0,12
Penyakit infeksi (Diare)
Beta 0,11 0,11 0,11
konstan 8,13 10,11 9,22
Koefisien korelasi (r) 0,20 0,10 0,19
p-value 0,25 0,55 0,26
Sumber : uji statistic korelasi dan regresi linier

Berdasarkan table 2 menunjukan bahwa prevalensi penyakit infeksi tidak berhubungan


dengan prevalensi stunting,wasting dan underweight pada balita di indonesia karena nilai p-
Value = >0,05 dengan koefisien korelasi (r) positif.

PEMBAHASAN

Subjek dalam penelitian ini adalah anak balita yang terdiri dari rentang usia dalam
bulan 12-24 atau 1-5 tahun.data balita stunting,westing dan underweight dari 34 provinsi di
Indonesia.status gizi subjek ditentukan dengan menggunakan indeks tinggi badan menurut
umur (TB/U) untuk stunting,westing dengan indek berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB),dan untuk underweight dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U).

Hasil uji kenormalan data di dapatkan semua data berdistribusi normal.data yang di
uji menggunakan Analisis univariate menggunakan ukuran varians dan analisis bivariate
variable menggunakan korelasi dan regresi linier sederhana dan paired t test menunjukan
bahwa tidak ada hubungan antara prevalensi penyakit infeksi dengan prevalensi
stunting,westing dan underweight yang ditandai oleh nilai p-value >0.05.penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang menunjukan bahwa kejadian penyakit infeksi (diare, campak,
pertusis, dan ISPA) dalam dua minggu terakhir tidak berhubungan dengan
Malnutrisi(underweight).(Nakamori et al.2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting adalah rendahnya ASI eksklusif,


rendahnya asupan energi protein, pemberian MP-ASI yang kurang baik, rendahnya
pendapatan keluarga, kelengkapan imunisasi (AL Rahmad et al, 2016). Penyakit infeksi
dapat mengganggu pertumbuhan linier dengan terlebih dahulu mempengaruhi status
gizi anak balita.Hal ini terjadi karena penyakit infeksi dapat menurunkan intake
makanan,mengganggu absorbsi zat gizi, menyebabkan hilangnya zat gizi secara
langsung dan meningkatkan kebutuhan metabolic.

Keadaan gizi masyarakat merupakan cermin tingkat kesejahteraan rakyat pada


umumnya.1 Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia.2 Status gizi anak balita salah satunya dipengaruhi faktor kondisi sosial ekonomi,
antara lain pendidikan ibu, pekerjan ibu, jumlah anak, pengetahuan, pola asuh serta kondisi
ekonomi orang tua secara menyeluruh

Demikian pula,dengan penelitian Menunjukan bahwa adanya penyakit infeksi (gejala


pernapasan, demam dan gejala gastroenteritis) tidak berhubungan dengan kejadian malnutrisi
(underweight, stunting dan wasting) pada anak-anak di bawah usia lima tahun (Olack et
al.2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astari (2006) penyakit infeksi seperti diare
dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang disebabkan oleh sanitasi pangan dan
lingkungan yang buruk, berhubungan dengan kejadian stunting pada bayi usia 6²12 bulan.
Penelitian yang dilakukan Khan et al. (2016) juga menyatakan ada hubungan yang signifikan
antara penyakit infeksi (diare) dengan kejadian stunting dan wasting.

Menurut hasil penelitian penyakit infeksi merupakan risiko stunting. Penelitian ini
dilakukan berdasarkan apakah pernah menderita diare dalam 2 bulan terakhir. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang menderita diare dalam 2 bulan terakhir
memiliki risiko sebesar 5,04 kali untuk menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang
tidak pernah diare dalam 2 bulan terakhir. Hal ini sejalan dengan penelitian lain bahwa anak
yang mengalami diare dalam kurun waktu 24 bulan 1,5 kali dan terjadi risiko stunting sebesar
7,46 kali pada anak yang diare. (Lestari,Margawati & Rahfiludin, 2014) Hasil penelitian ini
sejalan dengan sebelumnya menyatakan bahwa anak dengan riwayat penyakit infeksi seperti
ISPA berisiko empat kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan anak
yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi. (Anshori & Nuryanto, 2013)
Kajian literatur dari penelitian didapatkan penyakit infeksi salah satunya ISPA
berhubungan dengan stunting (p=0,049) disebabkan karena faktor saling mempengaruhi
stunting dengan ISPA yaitu anak dan balita yang stunting akan menurunkan imunitas
sehingga mudah terinfeksi penyakit salah satunya ISPA. Ketika anak atau balita ISPA maka
akan sulit untuk makan dan mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga dapat menghambat
pertumbuhan dan berdampak pada stunting (Dewi, 2018).Sejalan menurut kajian literatur
pada penelitian didapatkan hasil bahwa riwayat penyakit infeksi salah satunya ISPA adanya
hubungan timbal balik ISPA dengan stunting. Jika interaksi yang buruk dibiarkan dalam
kurun waktu jangka panjang akan menjadikan berkurangnya intake makanan dan
terganggunya absorpsi zat gizi yang sangat penting dibutuhkan oleh tubuh sehingga terjadilah
stunting (Permatasari et al ,2018)

Malnutrisi dipengaruhi oleh berbagai faktor.Salah satu faktor yang dapat


mempengaruhi status gizi pada balita adalah penyakit infeksi.Namun penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai hubungan antara penyakit infeksi dengan malnutrisi menunjukan hasil
yang tidak konsisten.Menunjukkan bahwa adanya penyakit (diare, dan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) selama dua minggu sebelumnya secara signifikan berhubungan
dengan malnutrisi(underweight dan stunting) pada anak dibwah lima tahun.(Meshram et
al.2012).

Sebaliknya, penelitian yang menunjukan bahwa kejadian penyakit infeksi (diare,


campak, pertusis, dan ISPA) dalam dua minggu terakhir tidak berhubungan dengan
Malnutrisi(underweight).(Nakamori et al.2010).

Demikian pula,penelitian Menunjukan bahwa adanya penyakit infeksi (gejala


pernapasan, demam dan gejala gastroenteritis) tidak berhubungan dengan kejadian malnutrisi
(underweight, stunting dan wasting) pada anak-anak di bawah usia lima tahun (Olack et
al.2011).

Tingginya prevalensi stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut World
Health Organization (WHO, 2014) penyebab stunting pada anak diantaranya status gizi ibu,
pemberian ASI eksklusif, asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Selain
itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi stunting yakni karakteristik ibu
(usia, pendidikan, pekerjaan dan tinggi badan). Kehamilan di usia remaja dapat berdampak
pada pertumbuhan linier anak akibat adanya kompetisi nutrisi antara ibu dan colon bayi
(Stephenson, T., J. & Schiff, W., J. 2019).
KESIMPULAN`

Berdasarkan dari hasil data yang sudah di analisis didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara penyakit infeksi dengan stunting,westing dan underweight yang ditandai
oleh nilai p-value >0.05.Diharapkan untuk pihak Dinas Kesehatan beserta Unit pelaksana
teknis dinas (UPTD) di wilayah pedesaan maupun kota sebaiknya lebih meningkatkan lagi
penyuluhan tentang penyakit infeksi,stunting,wasting serta underweight.Dan dapat lebih
menambah program-program edukasi kepada ibu balita tentang pentingnya asupan gizi
seimbang dan perilaku hidup bersih dan sehat pada balita.

DAFTAR PUSTAKA
Betan, Y., Hemcahayat, M. and Wetasin, K. (2018) ‘Hubungan Antara Penyakit
Infeksi Dan Malnutrisi Pada Anak 2-5 Tahun’, Jurnal Ners Lentera, 6(1), pp. 1–9. Available
at: http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/1850 Fariza, N., Tri, S. and Rina,
O. (no date) ‘pemetaan status ekonomi dengan malnutrisi pada anak berusia 0-59 bulan’,
jurnal kesmas indonesia, 13(1), pp. 111–125.
Bunga, R. ch, Hardinsyah and Yayuk, baliwati farida (2012) ‘Analisis Determinan
Underweight Anak 0-23 Bulan Pada Daerah Miskin Di Jawa Tengah Dan Jawa Timur’,
Jurnal Ekologi Kesehatan, 11(1), pp. 63–72. Buku laporan nasional
rikesdas.2018.kementerian kesehatan republik indonesia.
Elisabeth Usfal, Sugeng Maryanto and Indri Mulyasari (2021) ‘Factors Related To
The Event Of Less Nutrition In Children Age 37-59 Months In The Center Of Public Health
In Kaubele District Biboki Moenleu North Central Timor Regency’, Jurnal Gizi Dan
Kesehatan, 13(1), pp. 111–123. doi: 10.35473/jgk.v13i1.106.
Erika, E., Sari, Y. and Hajrah, W. O. (2020) ‘Kejadian Wasting pada Balita Usia 6-59
Bulan’, Jurnal Bidan Cerdas, 2(3), pp. 154–162. doi: 10.33860/jbc.v2i3.110.
Ernawati, F., Prihatini, M. and Yuriestia, A. (2016) ‘( the Profile of Vegetable -
Animal Protein Consumption of Stunting and’, 39(2), pp. 95–102.
Haris, A., Fitri, A. and Kalsum, U. (2019) ‘Determinan Kejadian Stunting Dan
Underweight Pada BalitaSuku Anak Dalam Di Desa Nyogan Kabupaten Muaro Jambi Tahun
2019’, Jurnal Kesmas Jambi, 3(1), pp. 41–54. doi: 10.22437/jkmj.v3i1.7598. kemenkes RI
(2018) ‘Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018’, Kementrian Kesehatan RI, 53(9), pp.
1689–1699.
Muliyati, H. et al. (2021) ‘Analisis faktor kejadian wasting pada anak balita 12-59
bulan di Puskesmas Bulili Kota Palu: Studi cross sectional’, AcTion: Aceh Nutrition Journal,
6(2), p. 111. doi: 10.30867/action.v6i2.345.
Musaidah, Mangemba, D. and Rosdiana (2020) ‘Faktor yang Berhubungan dengan Stunting
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene Kabupaten Selayar’, Promotif : Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(July 2020), pp. 28–32. Available at:
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/PJKM/article/view/1113.
Rahayu, R. M., Pamungkasari, E. P. and Wekadigunawan, C. (2018) ‘The
Biopsychosocial Determinants of Stunting and Wasting in Children Aged 12-48 Months’,
Journal of Maternal and Child Health, 3(2), pp. 105–118. doi:
10.26911/thejmch.2018.03.02.03.
Rochmawati, Marlenywati and Waliyo, E. (2016) ‘Gizi Kurus ( Wasting ) Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pontianak’, jurnal Vokasi Kesehatan, II(2), pp.132–
138.Availableat:https://ejournal.poltekkes pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/68/60.
Soedarsono, A. M. and Sumarmi, S. (2021) ‘Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Wasting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya’, Media Gizi
Kesmas, 10(2), p. 237. doi: 10.20473/mgk.v10i2.2021.237-245.
Tauhidah, N. I. (2020) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tatah Makmur Kabupaten Banjar’, Journal of
Midwifery and Reproduction, 4(1), p. 13. doi: 10.35747/jmr.v4i1.559
Wanimbo, E. and Wartiningsih, M. (2020) ‘Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian
Stunting Baduta (7-24 Bulan) Di Karubaga’, Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr.
Soetomo, 6(1), p. 83. doi: 10.29241/jmk.v6i1.300.

Anda mungkin juga menyukai