Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI AKADEMIK

LATSAR CPNS PEMPROV NTB 2022

Nama : Ayu Putu Sedani Ratnaningsih, A. Md. Keb


NIP 199211252020122014
Angkatan V
Kelompok 3
Jabatan : Bidan Pelaksana/Terampil
Instansi : RSUD Provinsi NTB
Nama tutor : Ratnah, S.Pd,. MM

Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik


Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik Dinamika perkembangan zaman
memaksa semua negara di dunia untuk terus melakukan transformasi terhadap tata kelola
pemerintahan yang dituntut semakin profesional, cepat, efektif, adaptif untuk menjawab kebutuhan
masyarakat. Indonesia sendiri yang tumbuh dalam era demokratisasi, juga memasuki era digitalisasi dan
virtualisasi, serta memiliki proyeksi menjadi the big five state in the world. Reformasi birokrasi sebagai
arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola pemerintahan tidak lagi hanya untuk mengontrol
jalannya birokrasi dan menghadirkan pelayanan. Namun juga harus bergerak untuk mengubah
paradigma para administrator publik untuk menempatkan masyarakat sebagai aspek terdepan dan
prioritas. Dan memposisikan pemerintah sebagai representasi publik, serta membangun institusi publik
yang berintegritas, responsif melayani dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat langsung
dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat maupun daerah. Dimana
selama ini masih banyak permasalahan dalam kegiatan dan proses pemberian layanan kepada
masyarakat. Menjembatani kondisi tersebut, beberapa pemerintah daerah berlomba-lomba bersaing
dan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Namun seringkali upaya
tersebut masih belum memberikan hasil yang maksimal sehingga pada akhirnya tidak solutif dan
terkadang menimbulkan kerumitan dalam proses pelayanan kepada masyarakat. Denhardt dan.
Denhardt, dalam bukunya mengungkapkan bahwa salah satu agenda reformasi yang dijalankan oleh
beberapa negara maju, adalah dengan menguatkan hubungan antara institusi publik dengan
pelanggannya (masyarakatnya) sebagai "mekanisme transaksi pasar yang melahirkan suatu komoditas
kepentingan bersama". Melalui konsep yang ditawarkan, dapat dicermati bahwa konsep the new public
management dalam administrasi negara sudah hadir. Dia telah mengelaborasi sentuhan maupun
pendekatan pelayanan negara yang lebih demokratis (lebih meningkatkan kepercayaan publik),
menjembatani harapan dan keinginan warga, memberikan ruang bagi keterlibatan sosial dalam
pemerintahan, menyegarkan kembali birokrasi publik, membangkitkan legitimasi bagi pemerintahan,
serta melahirkan konsep the new public service. Sebagaimana kita ketahui, selama ini masih banyak
kekurangan dari penyedia layanan publik sebagaimana yang dirumuskan dalam seminar evaluasi kualitas
pelayanan publik dinyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelayanan publik.
Diantaranya masih sedikit instansi yang wajib memberikan layanan yang berstandar operasional
prosedur, dan adanya kejelasan. Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan penyedia layanan
yang masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur yang jelas dalam menyediakan pelayanan.
Aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada sehingga kurang efektif dan efisien serta dapat
merugikan waktu masyarakat yang sedang mengakses pelayanan. Saat ini hanya beberapa penyedia
layanan yang telah memiliki durasi waktu pemberian layanan seperti perpanjangan surat kendaraan
yang sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan pelayanan. Dalam konteks pemberian
pelayanan, seringkali ditemukan ketidakmampuan petugas pemberi layanan disebabkan karena
kompetensi yang rendah serta kurang sesuai dengan pekerjaan untuk menyediakan pelayanan yang
baik; Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang ramah, kurang sopan atau tidak jelas dalam
berbicara, memberitahukan suatu informasi dengan tidak ramah/santun. Selain itu masih ada penyedia
layanan masih belum menggunakan sarana prasarana yang layak serta sesuai kebutuhan konsumen,
misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas
jaringan komputer, internet sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi server
pusat, layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi jaringan. Mal Pelayanan Publik MPP pada
dasarnya merupakan pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan berbagai pelayanan publik
instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh jadi merupakan model pelayanan
terpadu generasi ketiga. Generasi pertama adalah Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP. Konsep MPP ini terinspirasi dari Public Service Hall
(PSH) yang ada di Georgia, yakni pusat pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar kementerian
maupun dengan pemerintah lokal. Sejak tahun 2018, Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah
pemda untuk menerapkan konsep MPP di daerahnya. Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan dalam
konteks indonesia, Kemenpan RB menghadirkan Mal Pelayanan Publik (MPP) Indonesia, yang lebih
progresif memadukan pelayanan dari pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan
menyatukan pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit dilakukan karena struktur
birokrasi di Indonesia yang sangat besar. Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat
ini MPP sudah terbangun di sejumlah daerah, antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi,
Kabupaten Banyuwangi, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten Tomohon,
dan Kota Bitung. Dikatakan, pembangunan MPP sejalan dengan kebijakan Gerakan Indonesia Melayani,
yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 12/2016. Dalam hal ini, Kementerian PANRB mendapat
mandat untuk mengkoordinasikan Program Gerakan Indonesia Melayani (GIM), sebagai bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang meliputi lima Gerakan. Empat gerakan lainnya adalah
Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia
Bersatu. Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula mematikan pelayanan
yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah berjalan baik (melalui kerangka 7
regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah). Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan,
antara lain sebagian besar perizinan bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan
proses; beberapa pemda belum mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak
terkontrol dan tidak transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan. Oleh karena itu,
Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu sistem aplikasi yang
terintegrasi yang juga bernama -- one single submission tersebut, dan juga memang sejalan dengan
pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government) sebagaimana perpres nomor
95/ 2018. Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan tata
kelola data lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang berbeda;
integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi ulang; serta
pembentukan arsitektur spbe untuk menyamakan cara pandang bagi integrasi pelayanan publik.
Berdasarkan evaluasi, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga semakin berlomba untuk
membangun Mal Pelayanan Publik. Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban
bagi harapan publik tentang kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong
kemudahan berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui
MPP, pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang berfokus pada
komitmen melayani masyarakat. Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan
pemerintah yang 9 mengadopsi teknologi, serta menjadi wahana leadership yang melahirkan para ASN
teladan berjiwa hospitality. MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh,
mempraktikkan perubahan budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah birokrasi
yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar merepresentasikan kehadiran negara
untuk memberikan manfaat luas bagi kepentingan dan kemakmuran masyarakat.

Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban
Melihat kasus diatas, pemerintah telah sungguh-sungguh berupaya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Namun ternyata keadaannya di lapangan masih ada
masalah pelayanan public yang dapat mempengaruhi kepuasaan masyarakat. Dalam membangun
efektifitas pelayanan untuk melakukan tranformasi justru dapat memperlambat proses pelayanan,
adanya beberapa proses yang tidak terkontrol dan tidak transparan. Hal tersebut dapat memicu adanya
tindakan korupsi.
Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan pelayan public. Pemerintah pusat selaku pembuat kebijakan telah berupaya dalam memperbaiki
system pelayanan public, tetapi terlihat kurangnya kontrol pemerintah pusat terhadap pelaksanaannya
di daerah menyebabkan kendala pada pelayanan di daerah. Pemerintah daerah selaku penerima
kebijakan berlomba-lomba mewujudkan kebijakan namun tidak melihat bagaimana para pelayan publik
dalam proses pelayanan. Kurangnya kontrol langsung oleh pemerintah daerah mengakibatkan kelalaian
oleh pelayan publik dalam memberikan layanan. Pelayan publik yang kompeten dalam memberikan
pelayanan dapat menurunkan kepuasan masyarakat.

Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar
PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban
a. Setiap ASN harus memiliki dan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN sebagai acuan dalam
melakukan perannya sebagai pelayan publik, pelaku kebijakan publik, dan sebagai alat
pemersatu bangsa. Nilai dasar BerAKHLAK harus tertanam dalam jiwa ASN untuk melayani
bangsa. Pelayanan publik yang baik seharusnya dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
dalam berbagai aspek. Tidak adanya data palsu merupakan suatu keharusan.
Pertanggungjawaban akan mudah diberikan ketika pelayanan publik dilakukan secara
transparan dan tidak ada hal yang ditutup-tutupi. Ketika proses pelayanan publik sudah
dilaksanakan sesuai SOP, maka lembaga pelayanan publik tersebut sudah mampu mewujudkan
keinginan dan kepuasan masyarakat. Masyarakat akan lebih merasa dihargai ketika masyarakat
mampu menyampaikan review terhadap lembaga pelayanan publik tersebut. Pelayanan publik
saat ini sudah menerapkan penilaian masyarakat sebagai tolak ukur baik dan tidaknya pelayanan
suatu lembaga. SOP juga berlaku untuk pegawai pelayanan publik yang harus melayani publik
dengan keramahan serta etika yang baik. Kesopanan, keramah-tamahan harus diterapkan
karena ini akan sejalan dengan nilai-nilai ASN. Hal ini juga merupakan suatu usaha untuk
menjaga mutu yang harus dijaga. Sehingga masyarakat akan percaya pada pemerintahnya. Yang
paling penting, dalam suatu lembaga pelayanan publik harus menghindari adanya korupsi.
Karena korupsi dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja, maka kesadaran
penuh dan karakter yang kuat, sangat diperlukan dalam pelayanan publik agar terhindar dari
korupsi. Namun pada penerapannya, masih ada pelayanan publik yang masih suka memalsukan
data sehingga tidak dapat mempertanggungjawabkan hal yang dikerjakan. Selain itu, karena
SDM yang buruk, masih ada pelayan publik yang memiliki etika yang buruk ketika melayani
masyarakat. Misalnya tidak ramah, memakai kalimat yang tidak sopan, serta berperilaku tidak
sopan dihadapan publik. Selanjutnya, tidak diperhatikannya sarana dan prasarana yang akhirnya
hanya memberatkan masyarakat yang semstinya diringankan oleh pelayanan publik.
b. Dampak yang terjadi apabila suatu pelayanan publik tidak menerapkan nilai-nilai dasar ASN
dengan baik adalah menurunkan mutu pelayanan instansi atau lembaga. Jika pelayanan oleh
lembaga atau instansi yang diberikan tidak efektif karena sarana prasarana, etika publik, serta
pelayanan yang tidak sesuai SOP terus dilakukan, hal ini dapat menurunkan kepercayaan serta
kepuasan masyarakat. Pada akhirnya ini semua dapat menimbulkan kekacauan dalam system
pemerintahan yang mengakibatkan kerugian Negara.

Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasus

Jawaban
Gagasan alternatif pemecahan masalah pada kasus tersebut adalah dengan melakukan
kesederhanaan dalam setiap proses pelayanan public serta kerjasama dan koordinasi yang baik antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelayan publik. Melalui mal pelayanan publik, Kemenpan RB
mendorong penuh upaya penyederhanaan perizinan melalui satu sistem aplikasi yang terintegrasi yang
bernama one single submission. Hal ini sejalan dengan pembangunan sistem pemerintahan berbasis
elektronik (e-government). Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi
harapan publik tentang kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan, dan dampaknya adalah kemudahan
dalam merintis usaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro. Melalui
MPP, pola pikir antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang berfokus pada komitmen melayani
masyarakat. MPP juga mampu menjadi sarana untuk mengembangkan pelayanan publik yang lebih
kekinian yakni menggunakan teknologi dan mampu melahirkan ASN yang memiliki integritas serta
komitmen untuk melayani publik. MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang
utuh. Mempraktikkan perubahan budaya kerja yang bertujuan untuk melayani, tempat untuk
menampilkan wajah birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar
merepresentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi kepentingan dan
kemakmuran masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai