Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRINSIP-PRINSIP HUBUNGAN ANTAR

MANUSIA

“KONSEP DIRI”

Disusun Oleh:

Amanda Norma, Anindya Prastita, Marcella Ayu, Nadia Hardianti

Dosen Pengajar :

Dra. Meity A, SKM., SST., M.Keb

D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Prinsip-prinsip hubungan antar manusia tentang Konsep Diri.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penulisan
makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini.
Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah penulis
harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Semogamakalah ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, artinya manusia dalam kehidupan
sehari-hari tidak bisa lepas satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa manusia
membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk
bersosialisasi dan saling berinteraksi satu dengan lainnya. Dari proses
interaksi sosial yang tumbuh dalam lingkungan tersebut akan muncul konsep
diri. Konsep diri ini akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian individu.
Konsep diri adalah cara individu dalam melihat dirinya secara utuh,
menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial dan spriritual. Termasuk persepsi
individu tentang sifat dan potensi yang dimilikinya, interaksi individu dengan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, serta
tujuan, harapan dan keinginan. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya.
Manusia adalah makhluk yang memiliki dorongan untuk selalu
berkembang. Perkembangan yang berlangsung akan membantu dalam
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Keberhasilan individu
dalam berkembang ini salah satunya bergantung dengan cara individu dalam
memandang kualitas akan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, konsep
diri merupakan hal yang penting untuk dimengerti setiap individu agar
mampu berkembang lebih baik lagi. Makalah ini akan membahas mengenai
konsep diri agar individu mampu berkembang secara optimal.

B. Rumusan Masalah
Dari penulisan latar belakang makalah ini, penulis ingin mengetahui
beberapa permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
makalah ini, antara lain:
1. Apa pengertian dari konsep diri?
2. Apa saja komponen dari konsep diri?
3. Apa saja macam-macam konsep diri?
4. Apa saja dimensi dari konsep diri?
5. Bagaimana proses perkembangan konsep diri?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri?
7. Apa saja aspek yang mempengaruhi konsep diri?
8. Apa saja yang menjadi hambatan dalam membangun konsep diri?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam konsep diri.
4. Untuk mengetahui dimensi-dimensi dari konsep diri.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan konsep diri.
6. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan konsep diri.
7. Untuk mengetahui aspek apa saja yang mempengaruhi konsep diri.
8. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan dalam membangun
konsep diri.
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap & persefsi bawah sadar maupun sadar. Konsep
diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Dengan mengetahui
konsep diri,diharapkan hubungan yang terjalin antar individu menjadi
harmonis.
Konsep diri sendiri itu tidaklah muncul sejak kita dilahirkan, tetapi
dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan
dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Kita mulai membentuk konsep
diri saat usia muda. Hurlock (1973) berpendapat bahwa konsep diri adalah inti
kepribadian individu saat remaja. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika
banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Masa remaja
merupakan masa krusial bagi perkembangan individu, sebab pada masa ini
individu mengalami transisi biologis, kognitif, maupun sosial. Akibatnya,
individu mulai mencari-cari identitasnya (Santrock, 2012). Jika seseorang
mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa
remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidaksesuaian
antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber
stres atau konflik.
Konsep diri juga menjadi salah satu faktor yang mengarahkan perilaku
remaja (Shavelson dalam Fuhrmann, 1990). Jika konsep diri yang dimiliki
remaja adalah negatif, maka ia akan berperilaku negatif juga (Fitts, 1971).
Remaja yang konsep dirinya negatif akan membiarkan dirinya larut dalam
mimpi tanpa berusaha untuk mewujudkannya, tidak menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, dan usaha untuk meraih prestasi sangat kurang.
Konsep diri berkembang dengan baik apabila : budaya dan pengalaman di
keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang
berarti bagi individu / lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu
menyadari potensi dirinya. Respons individu terhadap konsep dirinya
berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai
maladaptive.
Beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam konsep diri,
yaitu:
a. Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dnegan orang lain
b. Berkembang secara bertahap, diawali pada waktu bayi mulai mengenal
dan membedakan dirinya dnegan orang lain
c. Positif ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan
d. Negatif ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang
maladaptif
e. Merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan erilaku individu
f. Berkembang dengan cepat bersama-sama dengan perkembanan bicara
g. Terbentuk karena keluarga, khususnya pada masa anak-anak, yang
mendasari dan membantu perkembangannya

B. Komponen Konsep Diri


Komponen dari konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal
Diri (Self ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas (self
idencity).
1. Citra Tubuh (Body Image) 
Citra tubuh (Body Image) adalah sikap atau cara pandang seseorang
terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup
persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di
modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. ( Stuart dan
Sundeen, 2005 ).
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain :
a. Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada usia
remaja
b. Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin sekunder
menjadi citra tubuh
c. Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap
aspek psikologis individu tersebut
d. Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon
orang lain terhadap dirinya  dan sebagian lagi oleh eksplorasi
individu terhadap dirinya
e. Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian
tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah kecemasan dan
meningkatkan harga diri
f. Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap citra tubuhnya
terhadap citra tubuhnya dapat mencapai kesuksesan
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun
dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi,
kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat
berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung
pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam
penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
2. Ideal Diri (Self ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-
norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik
atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Dalam
menetapkan ideal diri hendaknya tidak terlalu tinggi dari kemampuan
individu, dan masih dapat dicapai.
3. Harga diri (Self esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya
positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,
sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat,
cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungannya (Keliat BA, 2005). Individu akan merasa berhasil atau
hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa
mampu mengadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya.
4. Peran (Self Rool)
Peran adalah pola perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Setiap orang disibukkan
oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu
sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil
dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
5. Identitas Diri (self idencity)
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari
bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya.
Hal-hal penting berkaitan dengan identitas diri, yaitu:
a. Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri
b. Individu yang memiliki perasaan identitas dirikuat akan
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan
tidak ada duanya
c. Identitas jenis kelamin berkembang secara beryahap sejak bayi
d. Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan
perempuan serya banyak dipengaruhi oleh pandangan maupin
perlakuan masyarakat
e. Kemandirian timbul dari pperasaan berharga, mengharga diri
sendiri, kemampuan dan penguasaan diri
f. Individu yang mandiri dapat mengatir dan menerima dirinya

C. Macam-Macam Konsep Diri


Hurlock membagi konsep diri menjadi dua macam yaitu:
1. Konsep diri yang sebenarnya, ialah konsep seseorang dari siapa dan
apa dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin, yang
ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungannya dengan orang
lain, dan apa yang menjadi reaksi orang lain terhadap dirinya.
2. Aku ideal, ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan
kepribadian yang didambakannya.
Setiap macam konsep diri ini mencakup citra fisik maupun citra
psikologis. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama dan berkaitan
dengan penampilan fisik anak, daya tariknya dan kesesuaian dengan jenis
kelaminnya dan pentingnya berbagai bagian tubuh untuk perilaku dan
harga diri anak dimata orang lain. Sedangkan citra diri psikologis
terbentuk didasarkan atas pikiran dan perasaan juga emosi. Citra
psikologis ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi
penyesuaian bpada kehidupan, seperti sifat keberanian, kejujuran,
kemandirian, kepercayaan diri serta berbagai jenis aspirasi dan
kemampuannya.
Untuk mengkoordinasikan citra fisik dan psikologis ini seringkali sulit
bagi anak-anak. Akibatnya mereka cenderung berfikir tentang diri mereka
memiliki dua kepribadian dengan penampilan tersendiri dan kepribadian
tersendiri pula. Dengan bertambahnya usia, konsep fisik dan psikologis
diri ini secara berangsur menyatu dan mereka menganggap diri mereka
sebagai individu tunggal.
D. Dimensi Konsep Diri
Menurut Caulhoun (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu
pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi
diri.
1. Pengetahuan tentang diri sendiri
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui
tentang diri kita. Biasanya hal ini menyangkut hal-hal yang bersifat
dasar seperti: usia, jenis kelamin, kebangsaan, latar belakang etnis,
profesi dan sebagainya.
Sebagai contoh, tentang agama, kelompok menengah keatas,
anggota cendekiawan dan sebagainya. Melalui perbandingan dengan
orang lain ini, seseorang memberikan penilaian kualatas dirinya.
Seperti orang yang pandai atau yang bodoh, baik hati atau egois,
spontan atau hati-hati. Kualitas diri ini tidak prmanen tetapi bias
berubah. Bila seseorang mengubah tingkah lakunya atau dapat
mengubah kelompok perbandinga.
2. Harapan Terhadap Diri Sendiri
Ketika seseorang berpikir tentang siapakah dirinya, pada saat yang
sama ia akan berpikir akan menjadi apa dirinya di masa yang akan
dating prinsipnya, setiap orang memiliki harapan terhadap dirinya
sendir. Harapan akan dirinya sendiri merupakan diri ideal.
3. Evaluasi Diri Sendiri
Penilaian dan evaluasi antara pengharapan mengenai diri seseorang
dengan standar dirinya yang akan menghasilkan harga diri yang berarti
seberapa besar orang menyukai dirinya sendiri. Evaluasi terhadap diri
sendiri ini di sebut harga diri (self esteem), yang mana
akan  menetukan seberapa jauh seseorang akan menyuaki dirinya.

E. Proses Perkembangan Konsep Diri


Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan
pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
konsep diri yang dibentuk. Sikap atau respon orang tua akan menjadi
bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh karena itu
seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkandalam pola asuh yang
keliru dan negatif ataupun lingkungan yang kurang mendukung cenderung
mempunyai konsep diri yang negatif pula. Jadi anak menilai dirinya
berdasarkan apa yang ia alami dan dapatkan dari lingkungannya. Jika
lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan
merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang
positi. Konsep diri mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari
perubahan.
F. Faktor-faktor Pembentukan Konsep Diri
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri
menurut Stuart dan Sunden adalah sebagai berikut:
1. The significant others, yaitu orang lain yang kita anggap penting atau
biasa, dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
orang lain,belajar diri sendiri melalui cerin orang lain dengan cara
pandangan diri merupakan interprestasi diri pandnagan orang lain
terhadap diri sendiri.
2. Reference group, yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan.
Kelompok tersebut memberi arahan dan pedoman agar kita mengikuti
perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok
tersebut. Hal ini terkait dengan sifat manusia yang selalu hidup dalam
kelompok. Kelompok-kelompok tersebut kita ikuti secara sukarela.
Kelompokacuan mempengaruhi pembentukan konsep diri kita.
3. Teori perkembangan, konsep ini mengarikan bahwa konsep diri belum
ada waktu lahir, konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir.
4. Self perception (persepsi diri sendiri), yaitu persepsi individu terhadap
diri sendiri dan penilaiannya, serta perspsi individu terhadap
pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk
melalui pandangan diri dan pengalaman.
G. Aspek Konsep Diri
Fitts (Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep diri
meliputi :
1. Diri fisik (physical self). Aspek ini menyangkut persepsi seseorang
terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi
seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik,
helas, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek,
gemuk, kurus).
2. Diri moral-etik (moral-ethical self). Aspek ini merupakan pesepsi
seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai
moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai
hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan
keagamaannyadan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi
batasan baik dan buruk.
3. Diri pribadi (personal self). Aspek ini merupakan perasaan atau
persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak
dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap
pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang
tepat.
4. Diri keluarga (family self). Aspek ini menunjukkan perasaan dan harga
diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian
ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap
dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi
yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
5. Diri sosial (sosial self). Aspek ini merupakan penilaian individu
terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan
sekitarnya.

H. Hambatan Dalam Membangun Konsep Diri


Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu
tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada.
Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan potensi diri
adalah sebagai berikut:
1. Hambatan yang berasal dari lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan
sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak
mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau
kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.
2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri
Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,misalnya
sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan
mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang
kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah,
kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman
manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina
tim yang rendah.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri, baik
yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui
interaksinya dengan lingkungan.
2. Komponen dari konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal
Diri (Self ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas
(self idencity).
3. Macam konsep diri menurut Hurlock membagi konsep diri menjadi dua
macam yaitu konsep diri yang sebenarnya dan konsep aku ideal yang
menggambarkan seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang
didambakannya.
4. Menurut Caulhoun (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu
pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan
evaluasi diri.
5. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia dari kecil hingga dewasa dan bersifat dinamis.
6. Faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri ada 4, yaitu The
significant others, Reference group, Teori perkembangan dan Self
perception (persepsi diri sendiri).
7. Aspek dalam konsep diri terdiri dari Diri fisik (physical self), Diri moral-
etik (moral-ethical self), Diri pribadi (personal self), Diri keluarga
(family self) dan Diri sosial (sosial self).
8. Hambatan dalam proses pembentukan konsep diri dapat berasal dari
lingkungan dan individu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani,H. 2006. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya


dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Jakarta : Refika
Aditama.
Anonim. MODUL E-Learning Gunadarma. BAB 3 KONSEP DIRI.
elearning.gunadarma.ac.id. diakses pada tanggal 24 September 2016.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Purwanti , Koentjoro, dan Purnamaningsih . 2000. KONSEP DIRI PEREMPUAN
MARGINAL . JURNAL PSIKOLOGI, NO. 1, 48 - 59 .
Rahmaningsih, Martani. 2014. Dinamika Konsep Diri pada Remaja Perempuan
Pembaca Teenlit. JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 41, NO. 2.
Riadi, Muchlisin. 2013. Pengertian dan Komponen Konsep Diri.
www.kajianpustaka.com. Diakses pada 22 September 2016.
Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai