Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PERKEMBANGAN EMBRIO DAN PERTUMBUHAN JANIN

PRE EMBRIONIK: FERTILISASI - GASTRULASI


Topik: Interaksi Maternal Janin
Asuhan Kebidanan: Kehamilan Normal
Dosen pembimbing: Dian Kusuma, SST., M. Keb

Disusun Oleh:
Icha Septia Rahmawati Putri 175070600111002

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Perkembangan embrio bermula dari fertilisasi dengan bertemunya sel sperma dan sel
ovum, yang mana proses tersebut termasuk dalam proses embriologi. Setelah terjadi
fertilisasi (proses peleburan dua gamet sehingga terbentuk individu dengan sifat genetik
yang berasal dari kedua induknya), maka akan terbentuk zigot. Zigot akan mulai
membentuk suatu organisme multiseluler dengan melakukan proses-proses pembelahan.
Pembelahan awal yang terjadi disebut sebagai blastulasi, kemudian membentuk suatu
bola yang disebut morulla. Setelah embrio menjalani tahap pembelahan dan pembentukan
blastula, embrio akan menjadi grastula (Mahajan, 2018).

1. Fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan) merupakan proses penyatuan gamet pria dan wanita yang
terjadi di ampula tuba uterina. Faktanya hanya terdapat 1% sperma yang berhasil masuk
ke dalam serviks. Pergerakan sperma dari serviks ke tuba uterina terjadi akibat kontraksi
otot uterus dan tuba uterine. Fertilisasi memiliki 3 proses untuk spermatozoa dapat
berhasil membuahi ovum, yaitu meliputi (Sadler, 2012):
a. Fase 1: Penetrasi Korona Radiata
Dari 200 hingga 300 juta spermatozoa yang normalnya diletakkan di dalam
saluran genitalia wanita, hanya 300 hingga 500 yang mencapai tempat fertilisasi.
Hanya satu dari spermatozoa ini yang membuahi sel telur, yaitu sperma yang
terkapasitasi (mengalami pengondisian diri di dalam tuba uterine) yang akan
menembus sel-sel korona.
b. Fase 2: Penetrasi Zona Pelusida
Zona pelusida merupakan selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi
akrosom(pengikatan pada zona pelusida, yang dipicu oleh protein zona).
Pelepasan enzim akrosom (akrosin) memungkinkan sperma menembus zona
sehingga berkontak dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida
berubah ketika kepala sperma berkontak dengan permukaan oosit. Kontak ini
menyebabkan pelepasan enzim lisosom dari granula korteks yang melapisi
membran plasma oosit. Enzim-enzim ini yang mengubah sifat zona pelusida
(reaksi zona) untuk mencegah penetrasi sperma.
c. Fase 3: Penyatuan Membran Sel Oosit dan Sperma
Perlekatan awal sperma pada oosit diperantarai sebagian oleh interaksi integrin di
oosit dan ligannya. Setelah perlekatan, membran plasma sperma dan sel telur
menyatu. Penyatuan terjadi antara membran oosit dan membran yang menutupi
bagian posterior kepala sperma.

Hasil utama fertilisasi adalah sebagai berikut (Mahajan, 2018):


 Pengembalian jumlah diploid kromosom, yaitu separuh dari ayah dan separuh dari
ibu 46 kromosom.
 Penentuan jenis kelamin individu baru.
 Inisiasi pembelahan.

2. Pembelahan

Setelah terjadi fertilisasi, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan mitosis yang
meningkatkan jumlah sel. Sel-sel ini, yang menjadi lebih kecil setiap kali pembelahan,
dikenal sebagai blastomer. Blastomer akan terus melakukan pembelahan secraa
memaksimalkan hingga membentuk sebuah gulungan sel padat yang disatukan dengan
ikatan yang erat sehingga membentuk morula 16 sel (murbei). Sel-sel bagian dalam
morula membentuk massa sel dalam (inner cell mass), dan sel-sel di sekelilingnya
membentuk massa sel luar (outer cell mass) (Mahajan, 2018).

3. Implantasi

Saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai menembus zona pelusida masuk
ke dalam ruang interselular massa sel dalam. Secara bertahap, ruang interselular menjadi
konfluen dan membentuk sebuah rongga yang disebut blastokel, sedangkan massa sel
dalam disebut embrioblas dan zona pelusida menghilang. Inilah yang disebut dengan
blastokista yang kemudian akan melakukan penetrasi ke dalam dinding endometrium.
Penetrasi dimulai dari sel-sel trofoblastik di atas kutub embrioblas yang menembus di
antara sel-sel epitel mukosa uterus sekitar hari keenam. Setelah melakukan penetrasi,
trofoblas akan melakukan perlekatan dan invasi yang melibatkan integrin (ekspresi
trofoblas dan molekul matriks ekstraselular, yaitu laminin dan fibronektin). Reseptor
integrin untuk laminin mendorong perlekatan, sementara reseptor untuk fibronektin
merangsang migrasi. Molekul-molekul ini juga berinteraksi di sepanjang jalur transduksi
sinyal untuk mengatur diferensiasi trofoblas, sehingga terjadi implantasi di minggu pertama
(Sadler, 2012).

Di permulaan minggu kedua, blastokista sebagian tertanam di dalam stroma


endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam yang aktif
berproliferasi) dan sinsitiotrofoblas (lapisan luar yang mengikis jaringan uterus) (Mahajan,
2018).

Pada hari ke-9, lakuna berkembang dalam sinsitiotrofoblas. Kemudian, sinusoid ibu
dikikis oleh sinsitiotrofoblas, darah ibu masuk ke jaringan lakuna, dan pada akhir minggu
kedua, dimulailah sirkulasi uteroplasenta primitif. Sementara itu, sitotrofoblas membentuk
kolum-kolum sel yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitium. Kolum-kolum ini
disebut dengan vilus primer. Pada akhir minggu kedua, blastokista telah sepenuhnya
tertanam (Mahajan, 2018).

Sementara itu, massa sel dalam atau embrioblas berdiferensiasi menjadi epiblas dan
hipoblas, yang bersamasama membentuk diskus bilaminar. Sel-sel epiblas menghasilkan
amnioblas yang melapisi rongga amnion yang terletak di superior lapisan epiblas. Sel-sel
hipoblas berhubungan dengan membran eksoselom, dan bersama-sama mengelilingi yolk
sac primitif. Pada akhir minggu ke dua, mesoderm ekstraembrional mengisi ruang di
antara trofoblas dan amnion dan membran eksoselom di bagian dalam. Ketika vakuola
berkembang di dalam jaringan ini, terbentuklah selom ekstraembrional atau rongga korion.
Mesoderm ekstraembrional yang melapisi sitotrofoblas dan amnion disebut mesoderm
somatopleura ekstraembrional, sedangkan lapisan di sekeliling yolk sac disebut mesoderm
splanknopleura ekstraembrional (Sadler, 2012).
4. Gastrulasi

Proses paling khas yang terjadi selama minggu ketiga kehamilan adalah gastrulasi,
yaitu proses yang membentuk ketiga lapisan germinativum (ektoderm, mesoderm, dan
endoderm). Gastrulasi dimulai dengan pembentukan garis primitif (primitive streak) di
permukaan epiblas. Mula-mula, garis ini tidak terlalu jelas, namun pada mudigah berusia
15 hingga 16 hari, garis ini jelas terlihat sebagai alur sempit dengan bagian yang agak
menonjol di kedua sisinya. Ujung sefalik garis ini, nodus primitif (primitive node), terdiri dari
daerah yang sedikit meninggi yang mengelilingi lubang primitif (primitive pit) kecil. Sel-sel
epiblas bermigrasi ke arah garis primitif (Mahajan, 2018).

Setelah tiba di daerah garis primitif, sel-sel terlepas dari epiblas, dan terselip di
bawahnya. Gerakan ke arah dalam ini dikenal sebagai invaginasi. Migrasi dan spesifikasi
sel dikendalikan oleh faktor pertumbuhan fibroblas 8 ( fibroblast growth factor 8 [FGF8]).
Setelah mengalami invaginasi, sebagian sel menggeser hipoblas dan membentuk
endoderm embrional, dan sel lain yang terletak di antara epiblas dan endoderm akan
membentuk mesoderm. Sedangkan sel-sel yang tetap berada di dalam epiblas kemudian
membentuk ectoderm (Sadler, 2012).

Secara bertahap, sel-sel bermigrasi melewati tepi diskus dan membuat kontak
dengan mesoderm ekstraembrional yang melapisi yolk sac dan amnion. Dalam arah
sefalik, sel-sel ini berjalan di kedua sisi lempeng prekorda. Lempeng prekorda itu sendiri
terbentuk di antara ujung notokorda dan membrana. Di perkembangan selanjutnya,
lempeng prekorda akan penting untuk induksi otak depan ( forebrain). Membrana
orofaringealis di ujung cranial diskus mengandung suatu bagian kecil yang terdiri dari sel-
sel ektoderm dan endoderm yang melekat erat dan merupakan bakal lubang rongga mulut
(Sadler, 2012). Dalam perkembangan selanjutnya, lapisan akan membentuk organ
sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Sadler, Thomas W, et.al. 2012. Langman’s Medical Embryology: Edisi 12 . Lippincott


Williams & Wilkins.

Mahajan, Tanvi, et.al. 2018. Embryogenesis: A Comprehensive Review . Journal of


Entomology and Zoology Studies.

Anda mungkin juga menyukai