BAB I
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
2. Tujuan
Sedangkan tujuan kajian ini adalah adalah untuk:
a. Menjadi acuan bagi penyelenggara bangunan gedung dalam mewujudkan
penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran.
b. Mewujudkan bangunan gedung, lingkungan, dan kota yang aman terhadap bahaya
kebakaran melalui penerapan manajemen proteksi bahaya kebakaran yang efektif
dan efisien melalui peningkatan akses dan pasokan air untuk pemadaman kebakaran
c. Terwujudnya kesiapan, kesigapan, dan keberdayaan masyarakat, pengelola
bangunan gedung, serta dinas terkait dalam mencegah, dan menanggulangi bahaya
kebakaran.
d. Terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi manusia,
harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya gangguan kesejahteraan sosial.
C. METODOLOGI KERJA
Dalam pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultan Penyusunan Kajian Hydran Kota dan
Lingkungannya, Penyedia Jasa Konsultansi harus mempunyai Pola Pikir penanganan pekerjaan
yang dijabarkan berdasarkan tahapan pelaksanaan kegiatan termasuk komponen yang
mempengaruhi pelaksanaan kegiatan Konsultan Perencanaan Teknik dapat dijelaskan dalam
bagan berikut ini:
Aspek Teknis
Metode Pendekatan
Aspek Manajemen
dan Penanganan
Pekerjaan
E. PENDEKATAN TEKNIS
Dalam melaksanakan pekerjaan Jasa Konsultan Penyusunan Kajian Hydran Kota dan
Lingkungannya, Penyedia Jasa Konsultansi melakukan pendekatan teknis sebagai berikut:
1. Menyusun dan menetapkan tahapan-tahapan dalam melaksanakan pekerjaan Jasa
Konsultan Penyusunan Kajian Hydran Kota dan Lingkungannya.
2. Menyusun jadwal waktu pelaksanaan setiap tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan Jasa
Konsultan Penyusunan Kajian Hydran Kota dan Lingkungannya.
3. Menetapkan jadwal penugasan setiap personil dan target yang harus dicapai.
4. Menyiapkan semua alat dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksaan kegiatan
khususnya alat dan peralatan dalam pelaksanaan survey lapangan.
5. Melakukan pertemuan dan rapat setiap 3 hari sekali untuk melakukan analisa terhadap hasi
survey dan pengukuran.
6. Melakukan koordinasi dengan Pengguna Jasa sehingga apabila ada permasalahan bisa
segera dihadapi dan diselesaikan.
7. Menetapkan hasil keluaran apa yang diinginkan oleh pengguna jasa sebagaimana
tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
8. Menyusun Daftar Hasil Kerja yang telah ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
9. Membuat laporan-laporan yang telah ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
F. METODOLOGI
Metodologi Penyusunan Kajian Hydran Kota dan Lingkungannya secara umum mengikuti
metode rasional analisis deskriptif yaitu identifikasi data, proses analisis dan merumuskan
strategi & konsep rancangan Hydran Kota dan Lingkungannya Kabupaten Cilacap. Metode
deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku,
serta mengumpulkan data dan menuangkan data dari lapangan melalui observasi, dan
wawancara untuk kemudian dianalisis.
BAB II
PROGRAM KERJA
A. RENCANA KERJA
Untuk menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Hydran Kota dan
Lingkungannya, Penyedia Jasa Konsultansi menyusun rencana kerja yang bersifat proaktif
terhadap permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan tersebut. Dalam menangani
pekerjaan ini Penyedia Jasa Konsultansi membagi rencana kegiatan dalam beberapa tahap.
1. Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan teknis merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan
dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana yang kiranya perlu
dilakukan agar diperoleh efisiensi dan efektivitas waktu dan pekerjaan. Pada tahap ini juga
dilakukan pengamatan pendahuluan agar didapatkan gambaran umum dalam
mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada di lapangan. Tahap persiapan ini
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a. Studi pustaka dan data terhadap materi untuk proses analisis;
b. Gambaran kondisi riil di lokasi pekerjaan beserta potensi hambatan di lapangan untuk
selanjutnya dapat disusun antisipasinya;
c. Menentukan kebutuhan data pekerjaan;
d. Koordinasi dan pemetaan varian stakeholder terkait;
e. Pengadaan persyaratan administrasi untuk perencanaan dan pengambilan data; dan
f. Ketersediaan fasilitas dan sarana pendukung kegiatan survei lapangan.
g. Kajian regulasi Hydran Kota dan Lingkungannya.
2. Tahapan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan bentuk kegiatan,
permasalahan, serta potensi Hydran Kota dan Lingkungannya. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh dengan survei dan pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait untuk memperoleh data kondisi lokasi
terkait dengan maksud dan tujuan kegiatan. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan
digunakan sebagai arahan penentuan dan penyusunan Kajian Hydran Kota dan
Lingkungannya. Berikut beberapa metode dalam pengumpulan data primer dan sekunder.
a. Metode Survei Lapangan
Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer
yang belum tersedia dalam rangka Penyusunan Kajian Hydran Kota dan Lingkungannya
Kabupaten Cilacap. Jangka waktu pelaksanaan survei lapangan kegiatan Kajian Hydran
Kota dan Lingkungannya direncanakan selama 14 hari kerja. Alat dan bahan pendukung
pekerjaan terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak komputer, peralatan, dan
bahan survei.
b. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang isu,
permasalahan, potensi, dan pemanfaatan ruang kegiatan peternakan di lokasi
perencanaan yang digunakan sebagai data awal dalam membuat peta dasar, peta
tematik, dan rencana kerja. Pengumpulan data dan informasi dapat dilakukan dari
lembaga atau instansi yang telah melakukan proses pengumpulan data lapangan dan
mendokumentasikannya dalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media
penyimpanan lainnya.
Pengumpulan data merupakan langkah awal setelah tahap persiapan. Berdasarkan
sumbernya data dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Data primer adalah data yang diperoleh dengan observasi langsung ke lapangan.
Dari sampel ini dilakukan beberapa pengamatan; dan
2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi atau institusi yang
terkait.
Survei primer merupakan metode pencarian data dan informasi yang dilakukan secara
langsung melalui responden di lapangan untuk memperoleh data primer. Metode ini
dapat berupa observasi atau wawancara.
1) Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan terstruktur
maupun wawancara mendalam, dan diskusi dengan perangkat daerah terkait
proteksi kebakaran serta pelaku usaha.
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam
penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti
dalam interaksi komunikasi antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara
(interviewer) dengan maksud menghimpun informasi dari interviewer. Wawancara
mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi.
3) Focus Group Discussion (FGD)
“FGD (focus group discussion) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu
diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah atas suatu isu atau masalah
tertentu (2006, LSI)”. FGD yang menggunakan metode “diskusi terfokus” termasuk
metode kualitatif, seperti metode kualitatif lainnya, direct observation, indepth
interview, dsb. Dalam pelaksanaan FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan
how dan why, bukan jenis-jenis pertanyaan what dan how many yang khas
digunakan untuk metode kuantitatif survei sosial ekonomi, atau lainnya.
3. Tahapan Analisis
a. Analisis Eksisting Sistem Proteksi Kebakaran
Tahapan analisis eksisting sistem proteksi kebakaran yang dilakukan dalam penyusunan
Kajian Hydran Kota dan Lingkungannya meliputi:
1) Analisis Prasarana Jalan.
Sistem jaringan jalan merupakan salah satu sistem infrastruktur terpenting dalam
sistem transportasi. Sehingga perlu dilakukan analisis pola jalan, jenis dan fungsi
status jaringan jalan yang ada di Kabupaten Cilacap. Analisis ini dilakukan dengan
pengkajian terhadap RTRW.
2) Analisis Sumber Air Kebakaran
Mendata ketersediaan sumber air baku kebakaran Kabupaten Cilacap, seperti
PDAM, Sungai, Sumur, Mata Air, dsb. Dari data tersebut kemudian dilakukan
analisis potensi pasokan sumber air minum dan kebakaran.
3) Analisis Data Kejadian Kebakaran
Data kejadian kebakaran berdasarkan lokasinya digambarkan pada peta kejadian
bencana. Analisis dilakukan dengan mencari jumlah kejadian kebakaran selama 5
tahun terakhir, lokasi/ area yang sering terjadi kebakaran, penyebab kebakaran,
dan lama kejadian.
4) Analisis Lokasi Stasiun/ Pos Kebakaran
Mendata lokasi stasiun/ pos kebakaran yang ada di Kabupaten Cilacap kemudian di
tampilkan pada peta. Berdasarkan hasil peta tersebut kemudian dapat dianalisis
keterjangkauan (berdasarkan WMK) dimana batas maksimal jarak antar pos
kebakarana dalah 7,5 atau 10 km.
5) Analisis Sarana dan Prasarana
Analisis kebutuhan sarana dan prasarana pemadam kebakaran dapat dibedakan
menurut skala / tingkatan menjadi 3 (tiga) katagori yaitu: Penanggulangan
kebakaran kota, Penanggulangan kebakaran lingkungan, Penanggulangan
kebakaran gedung
6) Analisis Sistem Hidran dan Tingkat Kemampuan Air Menerus
Prakiraan kebutuhan air kebakaran adalah sebuah metode estimasi untuk
memprediksi kebutuhan air minimum untuk kegiatan proteksi kebakaran dan
harus mampu menjangkau daerah-daerah yang terbakar nantinya (atau dalam
hal ini adalah bangunan- bangunan gedung tertentu yang telah ditetapkan oleh
peraturan daerah untuk dilengkapi dengan sarana prasarana penanggulangan
kebakaran). Sesuai dengan standar teknis yang ada, apabila tidak ada system
distribusi yang memadai, maka diperbolehkan untuk memasang atau menyediakan
reservoir, tangki bertekanan, tangki elevasi ataupun berlangganan air dari
pemadam kebakaran atau system lain yang telah disetujui/ditetapkan sebelumnya.
7) Analisis Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
Perencanaan sistem proteksi kebakaran didasarkan kepada penentuan Wilayah
Manajemen Kebakaran (WMK). Perencanaan harus dimulai dengan evaluasi
terhadap tingkat risiko kebakaran dalam suatu WMK oleh instansi kebakaran
setempat. Unsur utama yang penting dalam perencanaan ini adalah penentuan
penyediaan air untuk pemadaman kebakaran di setiap WMK. Wilayah Manajemen
Kebakaran dibentuk oleh pengelompokan hunian yang memiliki kesamaan
kebutuhan proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan secara alamiah
maupun buatan.
b. Analisis Kebutuhan Pengembangan Sistem Proteksi Kebakaran
1) Analisis Rencana Tata Ruang Kota.
Analisis ini dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap RTRW Kabupaten
Cilacap yang meliputi keruangan kota (bangunan, pusat pelayanan, penggunaan
lahan, kawasan, dsb) beserta rencana jaringan jalan.
2) Analisa Pengembangan Jaringan Jalan
Analisa dilakukan dengan proyeksi kondisi jaringan jalan yang ada saat ini untuk 10
tahun mendatang.
3) Analisis Pengembangan Layanan Stasiun/ Pos Kebakaran
Penyusunan pos kebakaran dimaksudkan untuk memenuhi tujuan proteksi
kebakaran, yakni utamanya untuk keselamatan jiwa (life safety) dan perlindungan
harta benda (property safety). Pada penetuan pos kebakaran perumusan jumlah
pos merujuk pada beberapa ketentuan atau standar yang ada, antara lain:
Hasil riset salah satu staf Balai Sains Bangunan
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/ KPTS/ 2000
A. STRUKTUR ORGANISASI
TEAM LEADER
ADMINISTRASI
3. SURVEYOR
1) Tugas Surveyor
Sebagai pembantu team leader kegiatan dalam menangani semua jenis kegiatan
yang berhubungan dengan masalah survey lapangani, pengukuran dan data
lapangan secara nyata dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan pada setiap saat sesuai dengan kegiatan perusahaan
pada tahap persiapan perencanaan sampai dengan tahap penyerahan pekerjaan
perencanaan secara menyeluruh.
2) Tanggungjawab Surveyor
a. Mengerjakan semua jenis pekerjaan yang diberikan oleh tenaga ahli team
leader dan berpedoman pada ketentuan yang ada.
b. Membuat laporan pekerjaan secara lesan dan tertulis kepada tenaga ahli
team leader atau unsur atasan yang lain tentang hasil kerja sesuai dengan
keadaan lapangan maupun kemajuan pekerjaan yang ditanganinya serta
masalah-masalah yang timbul.
c. Bertanggungjawab secara langsung pada team leader atas semua pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya.
4. OPERATOR KOMPUTER
1) Tugas Operator Komputer
Sebagai pembantu team leader kegiatan dalam menangani semua jenis kegiatan
yang berhubungan dengan masalah pelaporan pekerjaan serta pengoperasional
komputer.
2) Tanggungjawab Operator
a. Mengerjakan semua jenis pekerjaan yang diberikan oleh tenaga ahli team
leader dan berpedoman pada ketentuan yang ada.
b. Membuat laporan pekerjaan secara lesan dan tertulis kepada tenaga ahli
team leader atau unsur atasan yang lain tentang hasil kerja sesuai dengan
keadaan lapangan maupun kemajuan pekerjaan yang ditanganinya serta
masalah-masalah yang timbul.
c. Bertanggungjawab secara langsung pada team leader atas semua
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
5. ADMINISTRASI
1) Tugas Administrasi
Sebagai pembantu team leader kegiatan dalam menangani semua jenis kegiatan
yang berhubungan dengan masalah administrasi pekerjaan.
2) Tanggungjawab Administrasi
a. Mengerjakan semua jenis pekerjaan yang diberikan oleh tenaga ahli team
leader dan berpedoman pada ketentuan yang ada.
b. Membuat laporan pekerjaan secara lesan dan tertulis kepada tenaga ahli
team leader atau unsur atasan yang lain tentang hasil kerja sesuai dengan
keadaan lapangan maupun kemajuan pekerjaan yang ditanganinya serta
masalah-masalah yang timbul.
c. Bertanggungjawab secara langsung pada team leader atas semua
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.