Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jum’at[1]

29 Juli 2022
OLEH-OLEH HAJI DAN UMRAH

Khutbah I
َ َ َْ َ َ ُ َ َ ُ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ ْ ‫لل ُال‬ ُ ْ
ُ‫آل‬
ُِ ِ ُ ‫َع‬ ُ َ ‫ ُ َو‬،‫دل ُ َغدُان‬ ُِ ‫َع ُُم ٍَّ ٍُد ُ َش ِّي ُِد ُ َو‬ ُ ُ ‫ ُوالصَل ُة ُوالصَل ُم‬،‫ان‬ ِ
َّ‫ادلي‬
َّ ُ ‫م‬ ُ ِ ِ ُِ ُ ‫احلٍَ ُد‬
‫ي‬ ٍ
َ ُ َّ َ ُ ْ َُ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َّ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ‫الز‬
َّ ُ ‫َع ُ َم ُّر‬ ََ ْ ََ ْ َ َ
َُُِ ‫ل ُالٍِـزُه ُغ‬ ُ ُ‫م‬ ُ ‫َشي‬ ِ ُ ُ
‫ّل‬ ُ ُ
‫ه‬ ‫د‬‫خ‬ ‫و‬ ُ ُ
‫الل‬ ُ ُ
‫ّل‬ ‫إ‬
ِ ُِ ُ
‫ل‬ ‫إ‬ ُ ُ
‫ّل‬ ُ ُ
‫ن‬ ‫أ‬ ُ ُ
‫د‬ ٓ ‫ش‬ ‫أ‬‫و‬ ُ ، ‫ان‬
ِ ٌ ِ ُ ُ ُِّ ‫وصد ِب ُِّ ُوثابِ ِػي‬
ُ ُ ُ ُ َ َ ْ َّ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َ َ ّ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َّ ْ ْ
ُُّ ‫نُخيل‬ ُ ‫يَُك‬ ُ ‫اَّل‬ِ ُ‫ل‬ ُ ٔ‫ن ُش ِيدُاُُمٍداُعبد ُهُورش‬ ُ ‫ُوأشٓ ُدُأ‬،‫انُوالٍَك ِن‬ ُِ ٌ‫اْلٓ ُِةُوالز‬ ِ ‫اْلص ٍِي ُِةُو‬ ِ
َ ُْ
ُ ،‫اىل ْرآن‬
َ َْ َّ َ َ َْ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ ُ ّ َ ‫َ َّ َ ْ ُ َ َ َّ ْ م‬
ُُِّ ِ‫ف ُ ِنجاب‬ ُ ِ ُ‫و‬ُِ ِ‫ ُاىلائ‬،‫ان‬ ِ ٍِ‫لل ُال‬ ُِ ‫س ُبِجلٔى ُا‬ ُ ِ ‫إن ُأو ِصيك ًُ ُونف‬ ُ ِ ‫ ُف‬،َِ ‫ح‬ ُ ‫اد ُالر‬ ُ ‫ ُ ِغب‬،‫أٌا ُبػد‬
َ ّ َ ُّ ْ َ َ ْ َ ّ ُ َ َ َ ً َ َ ُ َ ّ َْ ْ ْ ّ ََ ُْ
ُ:‫يقُ(احلج‬ ُ ٍ ٍِ ‫جُغ‬ ُ ٍ ‫ك ُف‬
ُِ ُ َ ُ ٌِ ُ‫ي‬ ُ ‫كُضا ِم ٍُرُيأ ِت‬ ُِ ُ‫َع‬ ُ‫اّلُو م‬ ُ ‫كُ ِرج‬ ُ ٔ‫جُيأث‬ ُِ ‫اسُبِاحل‬ ُ ِ ‫اجل‬َّ
ُ ُ‫ف‬ ُ ِ ُ‫ن‬ ُ ‫ُوأ ِذ‬:‫آن‬ ُِ ‫اىل ْر‬
)72

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita
semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang
dilarang dan diharamkan.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam beberapa hari terakhir, Jamaah Haji Indonesia mulai berdatangan
secara bertahap pulang ke kampung halaman masing-masing. Tentu mereka
pulang tidak dengan tangan kosong. Melainkan membawa oleh-oleh yang
sebagian di antaranya langsung mereka beli dan datangkan dari tanah suci.
Oleh karena itu, tema khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini
adalah tentang buah tangan atau oleh-oleh yang biasa dibawa oleh jama’ah haji
dan umrah dan dihadiahkan kepada para tamu sekembalinya mereka dari
Tanah Suci.

[1]
Oleh: al faqir Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Kab. Mojokerto dan Pengasuh
Majelis Ilmu & Dzikir NURUL FALAH, Mojokerto. No. wa: 0815-15-785-373

1
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa oleh-oleh yang biasanya dihadiahkan para jama’ah haji dan
umrah kepada para tamu sesampainya mereka di tanah air. Di antaranya
adalah:
Pertama, siwak.
Mengenai keutamaan siwak, Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌ َْ ٌ
ُّ
)‫ابلخاري‬ ُ ِّ ‫ير‬
ُ‫بُ(رواه‬ ُ ‫اكُ ٌَ ْط َٓ َر ُةُلِيف ًُُِ َم ْر َض‬
َّ ِ ‫اةُل‬ ُُ َٔ ‫الص‬
ُِّ
Maknanya: “Siwak adalah alat yang membersihkan mulut dan sebab untuk
mendapatkan ridla Allah” (HR al Bukhari)

َ ْ ًَ َْ َْ ْ َ ْ ُ َ َْ َ
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
َ ْ َ َ َْ
ُ)ّ‫اكُ(رواهُابٌَُاج‬
ٍُ ٔ‫يُ ِش‬
ُِ ‫َُغ‬ُ ٌِ ُ‫يُركػ ُة‬
ُ ‫َُشب ِػ‬
ُ ٌِ ُ‫و‬
ُ ‫اكُأفض‬
ٍُ ٔ‫انُب ِ ِص‬
ُِ ‫ركػج‬
Maknanya: “Dua raka’at yang disertai dengan siwak itu lebih utama dari 70
raka’at tanpa disertai dengan siwak” (HR Ibnu Majah)
Siwak adalah kayu atau semacamnya yang digunakan untuk
membersihkan gigi dan mulut. Boleh menggunakan semua jenis kayu. Namun
yang paling utama digunakan adalah kayu Arak )‫(األراك‬. Disunnahkan bersiwak
ketika hendak melaksanakan shalat, ketika akan berwudlu’, setelah membasuh
kedua telapak tangan saat wudlu’, sebelum tayammum, sebelum membaca al
Qur’an, pada saat gigi menguning, pada saat thawaf dan ketika bangun dari
tidur. Disunnahkan bersiwak dengan tangan kanan, memulai dari bagian kanan
mulutُ kemudian kembali ke tengah lalu dijalankan ke arah kiri mulut lalu
kembali lagi ke tengah, setelah itu dijalankan di langit-langit mulut dengan
lembut, disertai niat ingin memperoleh kesunnahan. Di antara manfaat siwak
adalah membersihkan mulut, meraih ridla Allah, menguatkan gusi,
melipatgandakan pahala, memutihkan gigi, membantu mengeluarkan huruf-
huruf dari makhrajnya dan mengingatkan dua kalimat syahadat menjelang
kematian. Siapakah di antara kita yang tidak berharap mampu mengucapkan
dua kalimat syahadat ketika maut menjelang?. Oleh karenanya, marilah kita
jaga dan pelihara sunnah yang agung ini.
Kedua, air zamzam.
Disunnahkan meminum air zamzam. Seseorang yang memiliki hajat atau
keperluan tertentu, hendaklah minum air zamzam dengan niat agar dikabulkan
hajatnya dan hendaklah membaca doa berikut ini sebelum meminumnya:

2
ً َ َُُ َْ ّ
ًُ‫َل ُغيْ ًٍا َُُافػا‬ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َّ َ َ َ َ ُ َّ
ِ ِ ُ ِ‫ ُامهلل ُإُِِـي ُأَشب ُّ ُشائ‬،‫ل‬
ُ ُ‫ب‬ُ ‫َش‬
ِ ُ ‫اء ُزمز ُم ُلٍِا‬
ُ ٌُ:‫ال‬ُ ‫م ُك‬ُ ‫ن ُُ ِبي‬
ُ ‫ن ُأ‬
ُ ِ ‫امهلل ُإُِ ُّ ُبيغ‬
َ ُّ ْ ً َ َ ً َ ًْ َ
‫كُدا ٍُء‬
ُِ َُ
ُ ٌِ ُ‫اء‬
ُ ‫اشػاُو ِشف‬ ِ ‫و ِرزكاُو‬
“Ya Allah, sungguh telah sampai kepadaku berita bahwa Nabi-Mu bersabda: “Air
zamzam bermanfaat untuk tercapainya tujuan sesuai dengan niat orang yang
meminumnya,” Ya Allah sungguh aku meminumnya untuk memohon ilmu yang
bermanfaat, rezeki yang lapang dan kesembuhan dari segala macam penyakit.”
Setelah itu, memohon hajat apa pun yang diinginkan.
Ketiga, kurma.
Kurma sangatlah banyak jenisnya. Di antara sekian banyak jenis kurma,
kurma yang paling banyak mengandung manfaat dan khasiat adalah kurma
َْ ْ ُ ْ
‘ajwah Madinah (‫) َغج َٔ ُة ُال ٍَ ِديِ ُِة‬. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ْ َ َ ُ َْ َ َ ْ َ َ‫ك ُ ُيَ ْٔمٍُ ُ َشبْ َُع ُث‬َّ ُ َ َّ َ َ ْ َ
ُ‫ّل ُ ِشد ٌُر ُ(رواه‬
ُ ‫م ُاحلٔمُِ ُشًُ ُو‬ ُ ِ ُ ‫ُضُُه‬
ُ ِ ‫ف ُذل‬ ُْ ‫ات ُ َغج َٔ ٍُة ُى‬
َّ ُ َ‫ـً ُي‬ ُ ِ ‫ـٍ َر‬ ُ ُ‫ح‬ ُ ‫َ ُثصب‬ ٌُ
ُّ
ُ)‫ابلخاري‬
Maknanya: “Barangsiapa makan setiap pagi hari 7 buah kurma ‘Ajwah, maka di
hari itu ia tidak akan terkena bahaya oleh racun maupun sihir” (HR al Bukhari)
Keempat, tasbih.
Di antara hadiah haji dan umrah adalah tasbih. Para ulama Ahlussunnah
menegaskan bahwa tidak mengapa menggunakan tasbih untuk berdzikir,
karena ia selalu mengingatkan orang yang membawanya untuk mengingat
Allah dan mengagungkan-Nya. Suatu ketika, salah seorang istri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan di hadapannya empat ribu biji kurma
untuk bertasbih. Rasulullah melihatnya dan sama sekali tidak mengingkarinya.
Berdasarkan ini, para ulama memahami bahwa berdzikir dengan tasbih
hukumnya boleh. Bukan bid’ah dan tidak haram sebagaimana didengungkan
oleh sebagian kalangan. Hanya saja berdzikir dengan menggunakan jari-jari

َ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َّ َ ْ ْ َّ َ ْ ْ َّ َّ ُ ْ َ َ
tangan lebih utama berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ٌ َ َ ْ َ ْ ُ ٌ َ ْ ُ ْ َ ّ ُ َّ َ
ُ‫ات‬
ُ ‫تُمصتِطل‬ ُ ‫َُمصؤوّل‬ ُ ٓ‫وُف ِإُـ‬
ُِ ‫نُبِاألُا ِم‬
ُ ‫سُواغ ِلد‬
ُ ِ ‫وُواتلل ِدي‬
ُِ ‫حُواتلٓ ِيي‬
ُِ ‫َُ ِباىتص ِبي‬
ُ ‫غييك‬
ُّ
ُ)‫اىرتٌذي‬ ُ‫(رواه‬
Maknanya: “Hendaklah kalian bertasbih, bertahlil serta menyucikan Allah dan
hitunglah dengan jari-jari tangan karena di hari kiamat jari-jari tangan itu akan
ditanya dan disuruh berbicara memberikan kesaksiannya” (HR at Tirmidzi)

3
Pada hari kiamat, Allah akan memberikan kemampuan berbicara kepada
jari-jari tangan untuk bersaksi bagi para pemiliknya mengenai apa yang mereka
lakukan di dunia, yaitu berdzikir dan menyebut asma Allah disertai menghitung
jumlah dzikir itu dengan jari-jari tangan mereka.
Bahkan di dunia hal semacam itu pernah terjadi. Al Hafizh Ibnu ‘Asakir
menceritakan dalam kitab Tarikh Dimasyq bahwa suatu ketika, Abu Muslim al
Khaulani, salah seorang wali di kalangan tabi’in tengah berdzikir dengan tasbih.
Kemudian ia tertidur. Tasbih itu pun lalu berputar sendiri di tangannya pada
saat ia tidur sembari tasbih itu berucap:
َ َّ َ َ َ ُ َ‫اجلب‬ ْ َ َ
ِ ‫اتُ َوياُدائِ ًُُاثلب‬
ُ‫ات‬ ِ َّ ُ‫ت‬ ُ ُ‫ُشبْ َدا‬
ُ َ ‫مُيَاُ ٌُِ ِب‬
“Mahasuci Engkau Ya Allah, Dzat yang menumbuhkan tumbuhan dan Maha
Kekal”
Ketika Abu Muslim terbangun, ia memanggil istrinya dan mengatakan:
“Wahai Ummu Muslim, kemarilah, lihatlah keajaiban yang luar biasa ini.” Pada
waktu Ummu Muslim tiba dan melihat tasbih itu berputar sembari membaca
dzikir, sesaat setelah itu tasbih tersebut diam dan berhenti berputar. Peristiwa
ini telah terjadi di dunia dan merupakan bukti yang menguatkan apa yang akan
terjadi di hari kiamat kelak, saat jari-jari tangan akan berbicara dan bersaksi
untuk para pemiliknya.
Hadirin rahimakumullah,
Kelima, buku-buku gratis.
Para jama’ah haji dan umrah ketika menunaikan ibadah di tanah suci,
biasanya mendapatkan hadiah buku-buku terjemahan berbahasa Indonesia.
Buku-buku itu dibagikan kepada para jama’ah dengan cuma-cuma. Jika kita
baca dengan seksama, buku-buku itu ternyata memuat aqidah dan ajaran yang
bertentangan dengan apa yang diyakini, diamalkan dan diajarkan oleh para
ulama kita di Indonesia. Di antara yang disebutkan dalam buku-buku itu adalah
pengkafiran terhadap para pelaku tawassul, tabarruk dan ziarah makam para
wali. Padahal mayoritas umat Islam, tidak hanya di Indonesia tapi juga di
berbagai belahan dunia yang lain, adalah para pengamal tawassul, tabarruk dan
ziarah kubur. Di buku-buku itu juga disebutkan pembid’ahan terhadap
beberapa amaliah yang telah mentradisi di kalangan umat Islam, seperti
peringatan maulid nabi dan peringatan hari-hari besar yang lain. Oleh karena
itulah, buku-buku tersebut tidak layak dibaca, tidak layak disebarluaskan dan
tidak layak dijadikan oleh-oleh dan hadiah. Dan yang paling parah, di buku-buku
itu terdapat keterangan bahwa Allah ta’ala berada di atas ‘arsy. Aqidah seperti
ini jelas-jelas bertentangan dengan apa yang diyakini dan diajarkan oleh Nabi,
4
‫‪para sahabatnya dan para ulama dari masa ke masa. Umat Islam sepakat‬‬
‫‪menyatakan bahwa Allah ada tanpa tempat, ada tanpa arah dan tidak‬‬
‫‪membutuhkan kepada apapun dan siapapun serta tidak dapat dibayangkan.‬‬
‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi‬‬

‫َ ُ ْ ُ َ ْ ْ م َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َّ ُ ُ َ ْ َ ُ‬
‫‪kita semua.‬‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫لُوىكً‪ُ،‬فاشجغ ِفروه‪ِ ُ،‬إُ ُُّْ ُُٔاىغفٔ ُرُالر ِخي ًُ‪ُ .‬‬‫اللُ ِ ُ‬
‫شجغ ِف ُرُ ُ‬
‫لُ ُْذاُوأ ُ‬
‫أكٔ ُلُكٔ ِ ُ‬

‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ ْ َ َ َ ََ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َ َُ َ ّْ َُ َ ّ ُ ََ َ ّ َ َُ‬


‫‪Khutbah II‬‬
‫َ ْ‬
‫وُ‬‫آل ُوأصدابِ ُِّ ُأْ ُِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َع ُ ِ ُِ‬ ‫َع ُش ِي ِدُا ُُمٍ ٍُد ُالٍصطَف‪ُ ،‬و ُ‬ ‫َّ‬ ‫ل ُوأش ِي ًُ ُ ُ‬ ‫لل ُوكَف‪ُ ،‬وأص ِ ُ‬ ‫احل َ ٍْ ُُد ُ ُِ‬
‫ُ‬ ‫ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ َّ َ ّ َ َ ُ َ َّ ً َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ‬ ‫ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َّ َ َّ‬
‫ل‪ُ .‬‬ ‫نُش ِيدُاُُمٍداُعبد ُهُورشٔ ُ‬ ‫مُل‪ُ،‬وأشٓ ُدُأ ُ‬ ‫َشي ُ‬ ‫ّلُ ِ‬ ‫اللُوخد ُهُ ُ‬ ‫ّلُ ُ‬ ‫لُ ِإ ُ‬ ‫ّلُ ِإ ُ‬
‫نُ ُ‬ ‫الٔفا‪ُ.‬أشٓ ُدُأ ُ‬
‫اغيَ ٍُٔاُْ‬ ‫َْ ّ َْ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َّ َ ْ ُ َ َ ُّ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ْ‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫لُاىػ ِظي ًُُِو‬ ‫للُاىػ ِ ُِ‬ ‫سُ ِبجلٔىُا ُِ‬ ‫ُأٌاُبػد‪ُ،‬ػياُأيٓاُالٍص ِئٍن‪ُ،‬أو ِصيك ًُُونف ِ ُ‬
‫اللَُ‬ ‫َ َ َ ّ ْ َ ْ َ َ َ َّ‬ ‫َّ َ َ َّ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ‬
‫نُ ُ‬ ‫ال‪ِ ُ :‬إ ُ‬ ‫َع ُُ ِب ِي ُِّ ُاىه ِري ًُِ ُػل ُ‬ ‫الل ُأمرك ًُ ُبِ ُأم ٍُر ُغ ِظي ًٍ‪ُ ،‬أمرك ًُ ُبِالصَل ُِة ُوالصَلمُِ ُ ُ‬ ‫نُ ُ‬ ‫أُ‬
‫َ َ ُ ُ َ ُّ َ َ َ َّ ّ َ َ ُّ َ َّ َ َ ُ َ ُّ َ َ ْ َ َ ّ ُ َ ْ ً َ ِّ ُ َّ َ ّ‬ ‫َََ‬
‫وُ‬‫ليٓ ًُ ُص ُِ‬ ‫يَ ُآٌِٔا ُصئا ُغيي ُِّ ُوش ِئٍا ُتص ِييٍا‪ُ ،‬ا ُ‬ ‫اَّل ُ‬
‫َع ُاجل ِ ِب‪ُ ،‬يا ُأيٓا ُ ِ‬ ‫ٔن ُ ُ‬ ‫ومَلئِكج ُّ ُيصي ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ّ َ ُ َ َّ َ َ َ َّ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ ّ َ َُ‬
‫آل ُ َش ِيّ ِدُاُ‬ ‫َع ُ ُِ‬ ‫َع ُ َش ِيّ ِدُا ُ ِإبْ َرا ِْيْ ًَُ ُ َو َ ُ‬ ‫تُ َ ُ‬ ‫آل ُش ِي ِدُا ُُمٍ ٍُد ُنٍا ُصيي ُ‬ ‫َع ُ ُِ‬‫ُم ٍَّ ٍُد ُ َو َ ُ‬ ‫َع ُش ِي ِدُا ُ ُ‬ ‫ُ‬
‫َ ّ َ ُ َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َْ َْ ََ ْ َ‬
‫َعُ‬
‫َعُش ِي ِدُاُ ِإبرا ِْي ًُُو ُ‬ ‫تُ ُ‬ ‫آلُش ِي ِدُاُُمٍ ٍُدُنٍاُبارك ُ‬ ‫َعُ َش ِّي ِدُاُُم ٍَّ ٍُدُ َو َ ُ‬
‫َعُ ُِ‬ ‫كُ َ ُ‬ ‫ار ُ‬‫ِإبرا ِْي ًُُوب ِ‬
‫َ ّ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ٌ َ ْ ٌ َ ِّ ُ َّ ْ ْ ْ ُ ْ ْ َ ْ‬
‫ي ُ َوال ٍُ ْص ِي ٍَ ِ ُ‬
‫اتُ‬ ‫ليٓ ًُ ُاغ ِف ُر ُلِيٍص ِي ٍِ ُ‬ ‫َمي ُد‪ُ .‬ا ُ‬ ‫حي ُد ُ ِ‬ ‫مُ ِ‬ ‫ي ُ ِإُ ُ‬ ‫ف ُاىػال ٍِ ُ‬ ‫ش ِي ِدُا ُ ِإبرا ِْيً‪ُ ِ ُ ،‬‬ ‫آل ُ ُ‬ ‫ُِ‬
‫ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ‬ ‫ُْ ْ َ َْْ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ُْ ْ َْ ْ ْ‬
‫اءَُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ات‪ُ ،‬امهلل ُادػ ُع ُعِا ُابلَل ُء ُواىغَل ُء ُوالٔب ُ‬ ‫َ‬
‫ات ُاألخيا ُِء ُ ٌِِٓ ًُ ُواألمٔ ِ‬
‫َ‬ ‫ي ُ َوال ٍُؤ ٌَِِ ِ ُ‬ ‫والٍؤ ٌِ ِِ ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُّ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ‬
‫ف ُالٍخج ِيف ُة ُوالشدائِ ُد ُوال ٍِدَ‪ٌُ ،‬ا ُظٓ ُر ُ ٌِِٓا ُوٌاُ‬ ‫غ ُوالصئ ُ‬ ‫اء ُوالٍِه ُر ُوابل ُ‬ ‫ُواىفدش ُ‬
‫ْ ُ ْ ْ َ َ َّ ً َّ َ َ َ ُ ّ َ ْ َ‬ ‫َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً َ ْ ْ‬
‫َش ٍُءُك ِديْ ٌُر ُ‬ ‫كُ‬‫َعُ ُِ‬ ‫مُ ُ‬ ‫يَُعٌة‪ِ ُ،‬إُ ُ‬ ‫انُالٍص ِي ٍِ ُ‬ ‫َُبُ ََل ُِ‬ ‫َلُاُْذاُخاص ُةُو ٌِ ُ‬ ‫َُب ِ‬ ‫بطَ‪ُ ٌِ ُ،‬‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُْ ْ َ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َّ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ ُاىفدشا ُِءُ‬ ‫ه ُغ ِ ُ‬ ‫ب ُويِ ُ‬ ‫ان ُو ِإيجا ُِء ُ ِذي ُاىلر ُ‬ ‫َ‬
‫الل ُيأم ُر ُبِاىػد ُِل ُواْلخص ُِ‬ ‫نُ ُ‬ ‫لل‪ُ ،‬إ ُ‬ ‫اد ُا ِ‬‫ِغبَ ُ‬
‫َ َْ َْ َْ ُْ ُ ْ ََ ْ‬ ‫َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ ُ‬
‫َّلن ُُر ُا ُِ‬
‫للُ‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ً‬ ‫ي‬‫ظ‬ ‫ِ‬ ‫ػ‬ ‫اى‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫الل‬ ‫ُ‬ ‫وا‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫اذن‬ ‫ن‪ُ.‬ف‬‫غ‪ُ ،‬ي ِػظك ًُ ُىػيك ًُ ُثذنرو ُ‬ ‫َو ْالٍِه ُِر ُوابل ِ‬
‫أك َ ُُ‬
‫ب‪.‬‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Ketua‬‬
‫‪Komite Dakwah Khusus MUI Kab. Mojokerto dan Dosen STAI Al-Azhar, Gresik‬‬

‫‪5‬‬

Anda mungkin juga menyukai