Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN TERPADU

BALITA SAKIT

DISUSUN OLEH :
NAMA : DEBORA DADA TODU
NIM : PO530321219709
KELAS : A/ SEMESTER IV
TUGAS : KEPERAWATAN ANAK

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Yang Maha Esa, oleh


karena kemurahan dan kasih karunianya. kami
boleh mendapatkan tugas
makalah”MAKALAH MANAJEMEN
TERPADU BALITA SAKIT” dan boleh
diselesaikan tepat waktu.
Saya menyadari makalah ini belum
sempurna, oleh karena itu kami membutuhkan
masukan dari para pembaca untuk membantu
kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Terimakasih,semoga makalah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI

COVER......................................................
KATA PENGANTAR...............................
DAFTAR ISI.............................................
BAB I PENDAHULUAN........................
A. Latar Belakang..............................
B. Rumusan Masalah.........................
C. Tujuan...........................................
BAB II PEMBAHASAN...........................
A. Pengertian MTBS..........................
B. Sejarah terbentuknya MTBS..........
C. Strategi dan proses MTBS..............
D. Konseling dalam MTBS.................
E. Klasifikasi MTBS..........................
BAB III PENUTUP..................................
A. Kesimpulan ..................................
B. Saran............................................
DAFTAR PUSTAKA..............................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu
pendekatan yang terintegrasi atau terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)
secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan
suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan atau cara penatalaksanaan balita
sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama
kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan
dunia WHO (World Health Organizations)
merupakan suatu bentuk strategi upaya
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan bayi dan anak balita di negara-
negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan
pecerminan kesehatan perorangan, kelompok,
maupun masyarakat yang digambarkan dengan
umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas,
dan status gizi masyarakat.Sehat dapat
mencakup pengertian yang sangat luas, yakni
bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga
tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik,
sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan
dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-
unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu
morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas
hidup, yang digunakan sebagai indikator
adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo).
Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati
lima indikator yaitu angka kematian bayi
(AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran
hidup, angka kematian pneumonia pada balita
per 1000 balita, angka kematian diare pada
balita per 1000 balita per 1000 balita dan
Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per
1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka
Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per
1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak
meninggal pertahun sebelum usia lima tahun
dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum
berusia satu tahun. Dari seluruh kematian
tersebut sebagian besar disebabkan oleh
infeksi saluran pernapasan akut, diare dan
gangguan perinatal/neonatal (Manajemen
Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI,
2004).

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian MTBS
2. Sejarah terbentuknya MTBS
3. Strategi dan proses MTBS
4. Konseling dalam MTBS
5. Klasifikasi MTBS
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian MTBS
2. Untuk Mengetahui Sejarah
Terbentuknya MTBS
3. Untuk Mengetahui Strategi dan Proses
MTBS
4. Untuk mengetahui Konseling Dalam
MTBS
5. Untuk Mengetahui klasifikasi MTBS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian MTBS
MTBS singkatan dari Manajemen
Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI
dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan fokus kepada kesehatan
anak usia 0-5 tahun(balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan /cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar
seperti Puskesmas, Pustu,Polindes, 
Poskesdes,dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya
ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap
karena meliputi upaya kuratif
(pengobatan),preventif(pencegahan), perbaika
n gizi, imunisasi dan konseling (promotif).
Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Di Indonesia, MTBS sudah mulai
dikembangkan sejak tahun 1996 oleh
Departemen Kesehatan yangbekerjasama
dengan WHO. Layanan ini tidak hanya
kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan
preventifdan promotifnya. Tujuan dari
pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas
kesehatan yang terampilmenangani bayi dan
balita sakit dengan menggunakan tatalaksana
MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini
adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter
Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar
dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS di
wilayah kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan
yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk
menyiapkan petugas kesehatan melakukan
penilaian, membuat klasifikasi
sertamemberikan tindakan kepada anak
terhadap penyakit-penyakit yang umumnya
mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan petugas,
memperkuat sistem kesehatan
sertameningkatkan kemampuan perawatan
oleh keluarga dan masyarakat yang
diperkenalkan pertama kalipada tahun
1999.MTBS dalam kegiatan di lapangan
khususnya di Puskesmas merupakan suatu
sistem yangmempermudah pelayanan serta
meningkatkan mutu pelayanan.

 Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS


merupakan suatu sistem.
1 .Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan
status pengobatan dan formulir MTBS Tempat
danpetugas : Loket, petugas kartu
2. Proses
 Balita sakit dibawakan kartu status dan
formulir MTBS.
 Memeriksa berat dan suhu badan
 Apabila batuk selalu mengitung napas,
melihat tarikan dinding dada dan mendengar
stridor
 Apabila diare selalu memeriksa kesadaran
balita, mata cekung, memberi minum anak
untuk melihatapakah tidak bias minum atau
malas dan mencubit kulit perut untuk
memeriksa turgor
 Selalu memerisa status gizi, status imunisasi
dan pemberian kapsul Vitamin A Tempat dan
petugas : Ruangan MTBS, case manager
(Bidan yang telah dilatih MTBS)
3. Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi
diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi
dan konselingberupa nasehat pemberian
makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat
kapan harus kembali segera.Konseling lain
misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi,
Konseling cara perawatan di rumah. Rujukan
diperlukan jika keadaan balita sakit
membutuhkan rujukan.
Praktek MTBS memliliki 3
komponen khas yang menguntungkan yaitu:
1. Meningkatkan ketrampilan petugas
kesehatan dalam tatalaksana balita sakit
(petugas kesehatan non-dokter yang telah
terlatih MTBS dapat memeriksa dan
menangani pasien balita)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak
program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
3. Memperbaiki praktek keluarga dan
masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan balita sakit
(berdampak meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

B. Sejarah Terbentuknya MTBS


Sejarah Terbentuknya MTBS Strategi
MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh
WHO pada tahun 1996. Pada tahun 1997
Depkes RI bekerja sama dengan WHO
dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
melakukan adaptasi modul MTBS WHO.
Modul tersebut digunakan dalam pelatihan
padabulan November 1997 dengan pelatih dari
SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di
Indonesiaberkembang secara bertahap dan
update modul MTBS dilakukan secara berkala
sesuaiperkembangan program kesehatan di
Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui
IDAI.Hingga akhir tahun 2009, penerapan
MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun
belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan
karena berbagai sebab: belum adanya
tenagakesehatan di Puskesmasnya yang sudah
terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan
terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap,
belum adanya komitmen dari Pimpinan
Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin
yang dihimpun dari Dinas Kesehatan
provinsiseluruh Indonesia melalui Pertemuan
Nasional Program Kesehatan Anak tahun
2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan
MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar
51,55%. Puskesmas dikatakan sudah
menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria
sudah melaksanakan (melakukan pendekatan
memakai MTBS) pada minimal 60% dari
jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas
tersebut. 

C.  Strategi dan Proses MTBS


Strategi MTBS memliliki 3 komponen
khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan
petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas
kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan
sudah dilatih).
b. Komponen II: Memperbaiki sistem
kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota).
c. Komponen III: Memperbaiki praktek
keluarga dan masyarakat dalam perawatan
di rumah dan upaya pencarian pertolongan
kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat),
yang dikenal sebagai MTBS berbasis
Masyarakat.
Proses manajemen kasus disusun dalam
beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi
muda usia 1 minggu sampai 2 bulan dan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
2. Membuat klasifikasi kategori untuk
melaksanakan tindakan.
3. Mengobati dengan memberikan resep, cara
memberi obat dan tindakan lain yang perlu
dilakuakn.
4. Memberi konseling bagi ibu.
5. Memberi pelayanan tidak lanjut.
Memilih bagan manajemen kasus harus
tepat, yaitu setiap fasilitas kesehatan
mempunyai prosedur penerimaan rawat jalan,
gawat darurat/tindakan, KB/KIA atau
imunisasi yang setiap fasilitas kesehatan
mempunyai prosedur pendaftaran pasien. Jika
belum ada tentukan dulu kelompok usia anak.

D.  Konseling Dalam MTBS


Konseling merupakan sebuah upaya
pemberian bantuan dari seorang konselor
kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian
sebagai upaya membantu orang lain agar ia
mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya
sendiri, mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-
krisis yang dialami dalam kehidupannya
(Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat
dipisahkan dengan bimbingan karena
keduanya merupakan sebuah keterkaitan.
Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan
bahwa konseling merupakan bagian inti dari
kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan
lebih berkenaan dengan masalah individu
secara Pribadi.Konseling dalam Alur MTBS.
Pemberian konseling menjadi unggulan dan
sekaligus pembeda dari alur pelayanan
sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan
minum obat, cara minum obat, menasehati
cara pemberian makanan sesuai umur,
memberi nasehat kapan melakukan kunjungan
ulang atau kapan harus kembali segera.Dengan
pemberian konseling diharapkan pengantar
atau ibu pasien mengerti penyakit yang
diderita, cara penanganan anak di rumah,
Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan memperhatikan
perkembangan penyakit anaknya sehingga
mampu mengenali kapan harus segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan serta
diharapkan memperhatikan tumbuh kembang
anak dengan cara memberikan makanan sesuai
umurnya. Semua pesan tersebut tercermin
dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya
diberikan setelah ibu atau pengantar balita
sakit mendapatkan konseling. Ini untuk
menjadi pengingat pesan-pesan yang
disampaikan serta menjadi pengingat cara
perawatan di rumah.

E. Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita


Sakit
1. Umur 1 hari- 2 bulan
a.  Penilaian Tanda dan Gejala
Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama
kali dilakukan pada balita umur 1 hari sampai
bulan adalah:
1. Pertama menilai adanya kejang
2. Kedua, adanya tanda atau gejala gangguan
nafas seperti adanya henti nafas lebih dari
20 detik
3. Ketiga, adanya tanda dan gejala hipotermia
seperti penurunan suhu tubuh
4. Keempat, adanya tanda atau gejala
kemungkinan infeksi bakteri seperti
mengantuk atau letargi atau tidak sadar
5. Kelima, adanya tanda atau gejala ikterus
6. Keenam, adanya tanda atau gejala
gangguan saluran cerna seperti muntah
segera setelah minum
7. Ketujuh, adanya tanda atau gejala diare
8. Kedelapan, adanya tanda atau gejala
kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI
b.  Penentuan Klasifikasi dan Tingkat
Kegawatan
Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
ini digunakan untuk menentukan sejauh mana
tingkat kegawatan dari keadaan bayi yang
didapat dari masing-masing tanda dan gejala,
adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi kejang.
 Apabila ditemukan tanda tremor yang disertai
adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan
yang tidak terkendali pada mulut, mata atau
anggota gerak lain, mulut mencucu dan
sebagainya.
2. Klasifikasi gangguan nafas.
Apabila ditemukan adanya henti nafas (apnea)
lebih dari 20 detik, nafas cepat ≥ 60 kali per
menit, nafas lambat ≤ 30 kali per menit,
tampak sianosis, adanya tarikan dada sangat
kuat.
3. Klasifikasi hipotermia. Sedang:
 Apabila ditemukan suhu tubuh pada bayi
sekitar 36-36,4 C serta kaki atau tangan teraba
dingin yang dapat disertai adanya gerakan
pada bayi yang kurang normal. Hipotermia
berat: apabila suhu tubuh kurang dari 36
derajat celcius.
4. Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri.
Pertama infeksi bakteri sistemik apabila
ditemukan anak selalu mengantuk/letargis atau
tidak sadar, kejang, terdapat gangguan nafas.
Kedua infeksi lokal berat bila ditemukan
nanah pada daerah mata keluar dari telinga,
tali pusar atau umbilicus terjadi kemerahan.
Ketiga infeksi bakteri lokal bila ditemukan
adanya nanah yang keluar dari mata akan
tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk,
terjadi kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat
atau umbilicus tampak kemerahan.
5. Klasifikasi ikterus. 
Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya
kuning pada hari kedua setelah lahir. Pada
ikterus fisiologis dapat terjadi bila terjadi
kuning pada umur 3 hari sampai 14 hari.
6. Klasifikasi gangguan cerna.
Dijumpai bila tanda sebagai berikut; muntah
segera setelah minum, atau berulang, berwarna
hijau, gelisah, rewel dan perut bayi kembung.
7. Klasifikasi diare.
Diare dehidrasi berat, jika terdapat tanda
seperti letargis atau mengantuk atau tidak
sadar, mata cekung serta turgor jelek. Diare
dehidrasi sedang jika ditemukan tanda seperti
gelisah atau rewel, mata cekuung serta turgor
kulit jelek. Diare tanpa dehidrasi bila hanya
ada salah satu tanda dehidrasi berat atau
ringan.
8. Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian
ASI.
Jika ditemukan tanda seperti bayi sangat kecil,
BB kurang dari 200 gram umur kurang 28
hari, tidak bisa minum ASI, tidak melekat
sama sekali, tidak mampu menghisap ASI.
2. Umur 2 bulan-5 Tahun
a. Penilaian Tanda dan Gejala        
Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi
umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalaha da tidaknya tanda bahaya
umum (tidak bisa minum atau menetek,
muntah, kejang, letargis atau tidak sadar) dan
keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas,
adanya diare, demam, masalah telinga,
malnutrisi, anemia dan lain-lain.
1. Penilaian pertama, kleuhan batuk atau
sukar bernafas, tanda bahaya umum,
tarikan dinding dada ke dalam, stridor,
nafas cepat.
2. Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya
diare, seperti letargis, mata cekung, tidak
bisa minum atau malas makan, turgor
jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak
minu.
3. Penilaian ketiga, tanda demam, disertai
dengan adanya tanda bahaya umum, kaku
kuduk dan adanya infeksi lokal.
4. Penilaian keempat, tanda masalah telinga
seperti nyeri pada telinga, adanya
pembengkakkan.
5. Penilaian kelima, tanda status gizi seperti
badan kelihatan bertambah kurus, bengkak
pada kedua kaki, telapak tangan pucat dan
sebagainya.
b. Penentuan klasifikasi dan Tingkat
Kegawatan
1. Klasifikasi pneumonia. Berat, jika adanya
tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke
dalam, adanya stridor. Pneumonia jika
ditemukan tanda frekuensi nafas yang sangat
cepat. Batuk bukan pneumonia, bila tidak ada
pneumonia dan hanya keluhan batuk.
2. Klasifikasi dehidrasi.
Berat, bila ada tanda dan gejala seperti
letargis, mata cekung, turgor jelek seklai.
Ringan atau sedang dengan tanda gelisah,
rewel, mata cekung, haus, turgor jelek. Diare
tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda adanya
dehidrasi.
3. Klasifikasi diare persisten.
Jika ditemukan diare sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi dua kategori
persisten berat, jika adanya tanda dehidrasi
dan diare persisten bila tidak ditemukan tanda
dehidrasi.
4. Klasifikasi disentri.
Bila diare disertai dengan darah dalam tinja
atau diarenya bercampur dengan darah.
5. Klasifikasi resiko malaria.
Bila ditemukan bahaya umum dan disertai
dengan kaku kuduk.
6. Klasifikasi campak.
Campak dengan komplikasi berat, jika
ditemukan adanya tanda bahaya umum, terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya luka di
daerah mulut. Campak dengan komplikasi
pada mata atau mulut bila ditemukan tanda
mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga
klasifikasi campak bila hanya tanda khas
campak.
7. Klasifikasi demam berdarah dengue.
Bila terjaid demam yang kurang dari 7 hari.
8. Klasifikasi status gizi. 
Gizi buruk dan atau anemia berat, bila BB
sangat kurus, adanya bengkak pada kedua kaki
serta pada telapak tangan ditemukan
kepucatan. Klasifikasi dibawah garis merah
dan atau anemia bila ditemukan tanda telapak
tangan agak pucat, BB menurut umur di bawah
garis merah dan ketiga, tidak bawah garis
merah dan tidak anemia bila tidak ada tanda di
atas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang
dari 2 bulan merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit
yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan
rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan
upaya promotif dan preventif yang meliputi
imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling
pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak
balita serta menekan morbiditas karena
penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan
oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda
pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang
memfokuskan secara integrative aspek kuratif,
preventif dan promotif termasuk pemberian
nasihat kepada ibu sebagai bagian dari
pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak. Program
MTBS ini di kembangkan untuk mencegah
tingkat kematian bayi muda yang berumur
kurang dari 2 bulan.

B. Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit
yang dapat menyebabkan kematian pada bayi
muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan
berdasarkan form MTBS ini disarankan
kepada petugas kesehatan untuk dapat
mengaplikasikannya dalam melakukan
penilaian kesehatan terhadap bayi muda.
Selainitu disarankan kepada mahasiswa
keperawatan agar dapat membuat makalah
yang lebih sempurna dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul


MTBS Revisi tahun 2008.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes,
salah satu materi yang disampaikan pada
Pertemuan
 Nasional Program Kesehatan Anak, 2009,
Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Pujiati dewi,dkk.2011.Asuhan kebidanan
komunitas.Jakarta:trans info media 2011.

Anda mungkin juga menyukai