Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA BY.

N DENGAN
KASUS LABIO PALATOSHCIZIS DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan praktik klinik


Keperawatan Anak

Disusun Oleh:

NAMA: Mauliana NIM: 20010130


NAMA: Aula Aulia NIM: 20010135
NAMA: Maulina NIM: 20010132
NAMA: Mauliza NIM: 20010124
NAMA: M.riski NIM: 20010133
NAMA: Hayatul laini NIM: 20010131

Dosen Pembimbing: Rika mursyida S.sit,M.kes

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022

1
2

LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA BY. N DENGAN


KASUS LABIO PALATOSHCIZIS DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA

LHOKSEUMAWE, 13 Agustus 2022

Telah Disetujui Oleh :

Clinical Instruktur Akademik Clinical Instruktor Klinik

(.........................................) (.........................................)
Rika mursyida S.sit,M.kes Miskarina, S.Kep
KATA PENGATAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena hanya

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini. Laporan ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan kasus labio

palatoshcizis. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas Klinik Keperawatan Anak. Selain itu, tujuan lain penulisan

laporan ini adalah untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai

apa itu labio palatoshcizis

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini bukanlah hasil

penulis sendiri, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun

materil, oleh karena itu penulis ingin berterimakasih kepada CI yang telah

membimbing kami dalam membuat laporan ini.

Tidak ada sesuatu apapun yang sempurna di dunia ini, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah swt, begitu pula dengan laporan ini. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak akan

penulis terima sebagai bahan evaluasi dan acuan untuk penulis dalam menyusun

laporan dimasa mendatang, meskipun demikian penulis tetap berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca serta perkembangan dan

pengetahuan di persada Indonesia.

i
2

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Pembahasan .................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 3


A. Pengertian .......................................................................................... 3
B. Etiologi .............................................................................................. 4
C. Manifestasi Klinis ...................................................................... 5
D. Patofisiologi ................................................................................ 5
E. Pathwey ....................................................................................... 7
F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 7
G. Komplikasi ............................................................................... 8
H. Penatalaksanaan ............................................................................. 8
I. Diagnosa .................................................................................. 12

BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 23


A. Kesimpulan ............................................................................... 23
B. Saran ......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Labioskisis dan Labio-palato-gnatoskisis merupakan kelainan diduga

terjadi akibat infeksi kronis yang diderita ibu pada kehamilan Trimester I.

Bayi akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi

saluran pernafasan akibat aspirasi.

Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa

disebut labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang

diderita ibu pada kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada

bibir, bayi tidak akan mengalami banyak gangguan karena masih dapat diberi

minum dengan dot biasa. Bayi dapat mengisap dot dengan baik asal dotnya

diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.

Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila

sumbing mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan

mengalami kesukaran minum, walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya

terdesak mengancam. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan mengalami

gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan

akibat aspirasi.keadaan umu yang kurang baik juga akan menunda tindakan

untuk meperbaiki kelainan tersebut.


2

B. Tujuan Pembahasan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan

labiopalatoskisis

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien labiopalatoskisis

diharapkan mahasiswa mampu :

a. Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap pasien dengan kasus

labiopalatoskisis

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien

dengan kasus labiopalatoskisis

c. Membuat rencana tidakan pada pasien dengan kasus labiopalatoskisis

d. Melaksanakan rencana tidakan keperawatan pada pasein dengan kasus

labiopalatoskisis

e. Melakukan evaluasi pada pasein dengan kasus labiopalatoskisis


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan

berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto,

2001). Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada

daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing  pada

bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).

Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa

adanya kelainan bentuk pada wajah  ( Suryadi SKP, 2001).

Labio palato skizis adalah kelainan kongenital yang sering kali

menyebabkan fungsi bicara, pengunyahan, dan penelan yang sangat berat.

Serig kali terjadi peningkatan pravelensi gangguan yang berhubungan dengan

malformasi kongenital seperti ketidakmampuan bicara sekunder serta

menurunnya fungsi pedengaran (Janti, 2008). Bibir sumbing adalah kelainan

bawaan adanya celah diantara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kelainan

ini terjadi saat pembentukan janin. Kadang kala meluas mencapai langit-

langit, bahkan sampai merusak estetika cuping hidung (Rizki 2013)

Labiapaloskizis adalah kelainan bawaan berupa bibir palatum (langit-

langit) sumbing, akibat dari kegagalan proses penutupan maxila dan

premaxila selaam embrio, kelainan ini diduga terjadi akaibat infeksi cirus
4

yang diterima ibu pada kehamilantrimester I tepatnya minggu ke 7 sampai

12 (Dwienda R, dkk. 2014).

B. Etiologi

Penyebab sumbing bibir dan palatum tidak diketahui dengan pasti.

Sebagian besar kasus sumbing bibir atau sumbing palatum atau keduanya daat

dijelaskan dengan hipotesis multifaktor. Teori multifaktor yang

diturunkan  menyatakan bahwa gen-gen yang berisiko berinteraksi satu dengan

lainnya dengan lingkungan, menyebabkan cacat pada perkembangan janin.

Sumbing bibir dan palatum merupakan kegagalan bersatunya jaringan selama

perkembangan. Gangguan pola normal pertumbuhan muka dalam bentuk

defisiensi prosesus muka merupakan penyebab kesalahan perkembangan bibir

dan palatum. Sebagian besar ahli embriologi percaya bahwa defisiensi jaringan

terjadi pada semua deformitas sumbing sehingga struktur anatomi normal tidak

terbentuk (Janti, 2008)

Penyebab pasti bibir sumbing memang belum diketahui secara pasti.

Namun faktor penyebab yang diperkirakan adalah kombinasi antara faktor

genetik dan faktor lingkungan, seperti obat-obatan, penyakit, infeksi yang

dialami ibu saat mengandung, serta ibu hamil yang mengonsumsi minuman

beralkohol atau merokok saat masa mengandung. Resiko terkena kasus ini

akan semakin tinggipad anak-anak yang memiliki saudara kandung atau orang

tua yang dapat menderita kelainan ini serta kekurangan asam folat (Rizki,

2013)
5

C. Manifestasi Klinis

Bayi dengan bibir sumbing akan mengalami kesulitan dalam

koordinasi, pengolahan nafas, dan kesulitan mengisap saat menyusui.

Akibatnya, anak akan bingung saat sedang makan atau minum.

Bahkan kadang terlihat seperti berhenti nafas, malas makan, padahal

anak takut menelan karena tahu akan tersedak (Rizki, 2013)

D. Patofisiologi

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang

selama fase embrio pada trimester I.

2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial

dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan

oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12

minggu

4.  penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa

kehamilan.

Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena

menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan

enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya.

Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan

air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara

kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif,


6

(keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti

kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda,

dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.

Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I

dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada

trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan

pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak

atau tulang selama fase embrio.

Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical

dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses

penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi

kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu,

maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).


7

E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.

2. Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.


8

3.  Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan

struktur dari orkumaxilaris.

4. Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.

5. MRI

G. Komplikasi

Cheilognatopalatoschisis terjadi pada lebih dari 50% semua kelainan

sumbing dan merupakan gangguan paling berat bagi bayi baru lahir, karena

dapat menyebabkan komplikasi pneumonia aspirasi akbat salah telan (Janti,

Sudiono. 2008)

Komplikasi lain yang tejadi adalah gangguan pertumbuhan gigi,

gangguan bicara, dan gangguan psikolog. Jika menjalar sampai sudut mata

kelainan ini disebut celah oblik wajah (Janti, Sudiono. 2008)

Bila pada bayi palato bayi akan kesukaran minum, walaupu bayi dapat

mengisap tetapi berbahaya tersedak. Bayi dengan kelainan bawaan ini akan

mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran

pernafasan akibat aspirasi.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara

lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi,

fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.

Penanganan : bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan,

mencegah kelainan, meningkatkan tumbuh kembang anak. Labio plasty


9

dilakukan apabila sudah tercapai ”rules of overten” yaitu : umur diatas 10

minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), tidak ada infeksi mulut, saluran

pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung

dilakukan pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18

bulan, pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah

plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone skingraft”, dan koreksi dengan

flap pharing. Bila terlalu awal  sulit karena rongga mulut kecil. Terlambat,

proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet. Diet minum

susu sesuai dengan kebutuhan klien.

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang

melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya

kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil

akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik.

Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun

ortidentik dilakukan secara bertahap. biasanya penutupan celah bibir melalui

pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah

memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari

infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.

Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada

kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga

mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai

ukuran, bentuk dan derajat cerat yang cukup besar, maka pada saat
10

pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita.

Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6

bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3

tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang

geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat

menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk

menghasilkan penutup nasoporing.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Perawatan Pra-Operasi:

1)Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.

a)     Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka

b)      Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.

c)      Diskusikan tentang pembedahan

d)     Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan

yang positif terhadap bayi.

e)      Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2)   Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan

pengobatan bayi.

a)      Tahap-tahap intervensi bedah

b)      Teknik pemberian makan

c)      Penyebab devitasi

3)   Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.


11

a)      Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol

atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan

menelan dan menghisap.

b)      Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu

ke dinding mulut.

c)      Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.

d)     Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan

e)      Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.

f)       Akhiri pemberian susu dengan air.

4)    Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas

a)      Pantau status pernafasan

b)      Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan

c)      Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi

b.    Perawatan Pasca-Operasi

1)    Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate

a)     Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes

atau sendok.

b)     Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.

c)     Lanjutkan dengan diet lunak

d)    Sendawakan bayi selama pemberian makanan.

2)   Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi

anak.

a)      Bersihkan garis sutura dengan hati-hati


12

b)      Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

c)      Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.

d)     Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah

pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.

e)      Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara

sistemik.

f)       Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.

g)      Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.

h)      Monitor keutuhan jaringan kulit

i)        Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat

tidak steril, missal alat tensi

I. Diagnosa

1. Koping Keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau krisis

perkembangan /keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke permukaan.

2. Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi

tubuh bagian atas.

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan

4.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor

biologis.

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif


BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Biodata

A. Identitas Klien (Anak)

1. Nama/nama panggilan :By. Ny N

2. Tempat tanggal lahir/usia : 1 Agustus 2022

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : -

6. Alamat : Pusong Baru

7. Tanggal masuk : 1 Agustus 2022

8. Tanggal pengkajian : 8 Agustus 2022

9. Diagnosa medik : Labio palatoshcizis

10. Rencanan therapy : dexsametason, mentrodinaole.

B. Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama : Tn. S Nama : Ny. T

Usia : 45 Usia : 40

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan/penghasilan : Wiraswasta Pekerjaan/penghasilan : IRT

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Pusong Baru Alamat : Pusong Baru


14

C. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Ket


1 Tn. Y 15 tahun saudara kandung sehat
2 Ny. Y 7 tahun saudara kandung sehat
3 Tn. A 16 hari saudara kandung sehat

II. Keluhan utama

1. Keluhan utama : keluarga mengatakan anak nya lahir dengan kondisi

BBLR

2. Riwayat penyakit sekarang : BBLR, Labio Palatoshcizis

3. Riwayat penyakit keluarga yang diturunkan : tidak ada

4. Genograf

16 hari

Keterangan :
: laki-laki hidup umur / umur : Pasien

: perempuan hidup ----------------- = tinggal serumah

X X
: laki-laki meninggal = perempuan meninggal
15

III. Riwayat Pribadi

1. Riwayat kehamilan dan persalinan : (terangkan dan jelaskan faktor resiko

yang berhubungan dengan penyakit/kelainan yang didapat)

- Prenatal = -

- Intra natal = -

- Post natal = -

2. Riwayat makanan/minuman (sejak lahir sampai sekarang): bayi nasi tin,

sekang mengkonsumsi nasi biasa seperti orang dewasa.

3. Perkembangan dan kepandaian (uraikan kronologi sejak lahir sampai

sekarang)

Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial

baik baik baik baik

4. Riwayat Vaksinasi

A. Dasar : B. Ulangan :
Hepatitis B (HB-0) Pada saat baru lahir

5. Riwayat Penyaki Dahulu : (alergi, hospitalisasi, injury, pengobatan dll) :

pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.

6. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :

Yang Mengasuh : bayi di ruang NICU

Pola Hubungan : baik

7. Pemeriksaan Fisik Khusus :

a. Kesan Umum : lemas


16

b. Tanda vital utama

- Nadi : 163 x/menit

- Suhu : 37`c

- Pernapasan : 40 x/menit

- SPO2 : 96

c. status Gizi :

- Berat badan : 16,82  kg

- Tinggi badan 43 cm

- Lingkar kepala : 34 cm

- Lingkar dada : 30 cm

- Lingkar lengan atas : 10 cm

Kesimpulan Status Gizi :

d. Kulit,integumen dan kelenjar limfe: kuli lembab

e. Otot : normal

f. Tulang : normal

g. Sendi : normal

h. Jantung

1) Batas jantung

- Infeksi = normal

- Palpasi = normal

- Perkusi = normal

2) Batas jantung

i. Paru – paru/pernapasan

- Infeksi= normal
17

- Palpasi = normal

- Perkusi = normal

j. Perut

- Infeksi = normal

- Palpasi = normal

- Perkusi = normal

k. Anogenital = normal

l. Ekstremitas

Item Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri


Gerakan lemas lemas lemas lemas
Tonus lemas lemas lemas lemas
Trofi - - - -
Refleks Fisiologis - - - -
Refleks Patologis - - -

m. Sensabilitas dan persyarafan:

n. Kepala

1) Bentuk, rambut , kulit = bentuk kepala simetris, rambut berwarna

hitam, kulit kepala bersih

2)Mata = simetris

3)Hidung = simetris

4)Telinga = simetris, namu sebelah kiri sakit

5)Mulut dan gigi = simetris

6)Pharynx, leher = simetris


18

IV. Pengkajian Pola Kesehatan Saat Ini

1. Aktivitas dan istirahat = -

2. Eliminasi = -

3. Koping dan dampak hospitalisasi pada anak dan orang tua : -

V. Data Dasar Laboratorium (Darah/Kemih/Tinja)

Nama test Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemohlobin
Darah lengkap
Hemoglobin (HGB) 17.00 g/dl 13.0-16.0
Eritrosit (RBC) 4.84 juta/ uL 4.8-6.5
Hematokrit (HCT) 43. 11 % 37.0-47.0
MCV 89.10 Fl 79-99
MCH 35.14 Pg
MCHC 39. 44 g/dl 33.0-37.0
Leukosit (WBC) 13.81 ribu/ uL 4.0-11.0
Thrombosit (PLT) 239 ribu/ uL 150-450
RDW-CV 12. 45 %

VI. Riwayat Pengobatan

No Nama Obat Rute Dosis


1 cefotakxime 12 jam
5 Infus RL IV mikro 20 tetes/menit
19

VII. Analisa Data

Nama pasien : By. Ny. N Ruang : Nicu

Umur : 16 hari Hari/tgl : 8 Agustus, 2022

No Data Fokus Etiologi Problem/


Masalah
1 Ds : kesulitan menelan Gg Nutrisi
Keluarga kalien mengatakan ↓ Kurang dari
bahwa berat badan klien menurun sulit makan kebutuhan
Do: ↓
Klien tampak lemah, klien terlihat nutrisi kurang dari
kurang nafsu makan, klien tampak kebutuhan tubuh
kurus

2 Do: Celah di palatum Resiko Aspirasi


Terlihat susah menelan ↓
Terlihat adanya belahan di Saluran makan dan
palatum dan labio saluran pernafasan
terbuka

Resiko aspirasi

VIII. Prioritas masalah

1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

gangguan dalam pemberian makanan

2. Resiko aspirasi berhubungan dengan adanya celah di palatum.


20

IX. Rencana Keperawatan

Nama pasien : By. Ny. N Ruang : NICU

Umur : 16 Hari Hari/tgl :8 Agustus 2022

No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1 Gangguan nutrisi : Setelah dilakukan Managemen nyeri
kurang dari asuhan a. Pantau intake dan output
kebutuhan tubuh keperawatan ...x... jam klien
yang berhubungan status nutri pasien b. Pantau BB klien
dengan gangguan teratasi. c. Pantau respon menelan
dalam pemberian KH: pasien
makan a.       Tidak terjadi d.  Berikan nutrisi sesuai
penurunan berat badan kebutuhan sedikit demi
b.      Klien memiliki sedikit
energi yang adekuat e. Kolaborasikkan pemberian
nutrisi melalui intravena.

2 Resiko aspirasi Setelah dilaukan Kewaspadaan aspirasi


berhubungan dengan asuhan a. Panatu tingkat kesadaran
adanya celah di keperawatan ...x... jam b. Pantau status paru-paru
palatum resiko aspirasi tidak (sebelum/sesudah pemberian
ada. makan dan obat)
KH: c. Tinggikan bagian kepala
a. Menunjukkan tempat tidur selama 30 menit
peningkatan setelah pasien makan
kemampuan d. Kolaborasikan untuk
menela. tindakan bedah pada
b. Menolerasnsi labiopalatoskizis.
pemberian makan e. Pantau tanda tanda infeksi
per enteral tanpa setelah pasca bedah
aspirasi.
c. Memiliki bunyi paru
yang bersih dan
jalan nafas yang
paten
X. Catatan Perkembangan

Diagnosa : Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan dalam pemberian makanan

Hari/Tgl/Jam Implementasi Paraf Evaluasi

9 Agustus 2022 Manajemen Nyeri S:-


a. Memantau intake dan output klien O:
b. Memantau BB klien 1. K/U : Sangat Lemas
c. Memantau respon menelan pasien 2. HR = 136 x/menit , RR = 46 x/menit, T= 36`c
d.  Memberikan nutrisi sesuai kebutuhan 3. Menangis lemas
sedikit demi sedikit 4. Mengisap tidak ada
e. Mengkolaborasikkan pemberian nutrisi 5. Tali pusat bauk
melalui intravena. 6. BAB/BAK normal

A : resiko infeksi dan hipoksia

p : intervensi dilanjutkan
22

Catatan Perkembangan

Diagnosa : Resiko aspirasi berhubungan dengan adanya celah di palatum

Hari/Tgl/Jam Implementasi Paraf Evaluasi

9 Agustus 2022 Kewaspadaan aspirasi S:-


a. Menatau tingkat kesadaran O:
b. Menatau status paru-paru 1. K/U : Sangat Lemas
(sebelum/sesudah pemberian makan 2. HR = 136 x/menit , RR = 46 x/menit, T= 36`c
dan obat) 3. Menangis lemas
c. Meninggika bagian kepala tempat tidur 4. Mengisap tidak ada
selama 30 menit setelah pasien makan 5. BAB/BAK normal
d. Mengkolaborasi untuk tindakan bedah 6. Sianosis
pada labiopalatoskizis.
e. Memantau tanda tanda infeksi setelah A : resiko infeksi
pasca bedah
p : intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Labio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat

bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri

Purwanto, 2001). Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang

dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio

shcizis (sumbing  pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan

embrio (Hidayat, 2005). Labio palatoschizis adalah merupakan congenital

anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah  ( Suryadi SKP,

2001).

B. Saran
Peran perawat dalam penangananan pasien dengan Labio palatoshcizis

sangat besar terutama dalam hal intervensi keperawatan disamping tim kesehan

lain. Oleh karna itu perawat diharapkan dapat melakukan perawatan yang

intensif serta memberikan penyuluhan pada pasien dan keluarganya agar dapa

mempercepat penyembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi.

Utamakan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dalam

membantu pelaksanaan perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

pasien, dimana dengan bantuan tersebut pasien merasa terlindung serta

mendapat curahan kasih sayang dari keluarganya sehingga dalam proses

penyembuhan terhadap penyakit lebih cepat.


24
25

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Batticaca, F.B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

(Nurarif & Kusuma, 2016). (2016). Terapi Komplementer Akupresure. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO978110741 5324.004

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai