N
SKRININ
G
PEMBERLAKUAN PANDUAN
SKRINING RUMAH SAKIT HELSA
Ditetapkan di : Cikampek
Tanggal : 2 Juni 2022
dr Teddy
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Skrining Rumah Sakit helsa
sesuai dengan waktunya.
Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dalam memberikan pelayanan pada pasien di Rumah Sakit helsa. Panduan
Skrining ini meliputi definisi, ruang lingkup, tata laksana serta dokumentasi.
Semoga panduan ini dapat membantu para petugas terkait dalam memberikan
pelayanan skrining pada pasien.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun AKP yang sudah
membantu dalam menyusun Panduan Skrining sehingga panduan ini dapat
terselesaikan. Tim Pokja AKP yang membantu dalam penyusunan Panduan
Skrining. Pembimbing yang sudah membantu dalam memberikan arahan kepada
kami dalam penyusunan Panduan ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I DEFINISI..................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................4
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................5
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................20
ii
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT
NOMOR : 041/Sper.KRS/RSHC/VI/2022
BAB I
DEFINISI
1
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat
dilakukan melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang
dilakukan oleh petugas medis Rumah Sakit helsa. Pasien yang akan dirawat atau
terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan adalah mereka yang
kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi rumah sakit
yang diidentifikasi melalui proses skrining.
Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat
keputusan yang tepat. Skrining ini meliputi :
1. Pengumpulan informasi didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
penunjang,
2. Analisis informasi, menganalisis informasi yang didapatkan sehingga
menghasilkan suatu diagnosis, kondisi, problem pada akhimya rumah sakit
dapat mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
pasien.
3. Menyusun rencana pelayanan dan atau pengobatan, setelah teridentifikasi
kebutuhan pasien maka rumah sakit dapat menyesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit, sebagai contoh :
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat jalan
b. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap
c. Pasien dipindahkan atau dirujuk
Dari hasil skrining petugas dapat menilai kebutuhan pasien sesuai dengan
misi dan sumber daya rumah sakit.
1. Pasien dengan kebutuhan preventif dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan berkala seperti medical check up.
2. Pasien dengan kebutuhan kuratif dilakukan pemeriksaan dan diberi obat
bagi pasien yang dapat berobat jalan dan perawatan bagi pasien yang perlu
rawat inap.
3. Pasien dengan kebutuhan promotif dilakukan penyuluhan tentang hidup
sehat, pola makan sehat dan olah raga.
4. Pasien dengan kebutuhan rehabilitatif dibuatkan perencanaan untuk
melakukan pemulihan tehadap pasien sehingga dapat melakukan aktifitas
seperti semula.
5. Pasien dengan kebutuhan paliatif diberi apa yang menjadi keinginan dan
keluarga pasien diberitahu keadaan pasien.
2
Jenis Skrining terdiri dari :
1. Skrining Non Medis :
Adalah skrining yang dilakukan pada saat pasien tiba dirumah sakit atau
saat pasien mendaftar di poliklinik rawat jalan, radiologi, laboratorium dan
fisioterapi untuk menentukan pelayanan mana yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien, serta pelayanan yang dapat dipenuhi oleh
rumah sakit.
2. Skrining Medis :
Adalah skrining yang dilakukan melalui kriteria triase (di IGD),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik imaging) sebelumnya, yang dilakukan tenaga yang
kompeten yaitu dokter atau perawat.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
BAB III
TATA LAKSANA
Follow Up
Ket :
Pasien (Penelepon)
Alur dikembalikan
Re-Identifikasi IGD
Informasi
Analisa
SKRINING Rekomendasi
SDM &
Fasilitas (Ambulan, Peralatan)
5
3.2. Alur Skrining Dalam Rumah Sakit
Pasien Datang
Diterima oleh
Medis Non-Medis
Petugas
Security / Admission (Pengamatan Visual)
IGD
(Perawat /
YA TIDAK
Skrining Tanda Kegawatan
- Triase
IGD
Anamnesa Kebutuhan Pasien
RUJU
IGDInap
Rawat Rawat Jalan
Rawat Inap
RUJU
Hemodialisa Fisioterapi
Rawat Jalan
Poli Klinik Radiologi
PULANG : Laboratorium
FARMASI
KASIR
6
3.3. Skrining Luar Rumah Sakit
Skrining luar rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha
untuk mengidentifikasi keadaan pasien yang dilakukan sebelum pasien masuk
ke Pelayanan emergensi atau pasien dengan kebutuhan ruang khusus atau
lainnya, seperti pasien dengan kebutuhan ruangan Intensive Care Unit (ICU)
dan lainnya.
Skrining dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa
datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan
melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar
rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke rumah sakit helsa, yang akan
diterima oleh operator.
Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan melalui telepon yang datang dari
rumah sakit lain maupun keluarga/pasien yang langsung mencari informasi
dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit helsa.
petugas menanyakan identitas pasien saat dihubungi oleh pihak luar,
petugas juga menilai apakah sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit
saat itu. Dalam pelaksanaannya skrining dilaksanakan melalui tahapan sebagai
berikut :
1. Petugas phone operator/ customer service menerima telepon dari luar
mengenai pasien yang akan dirujuk atau dirawat di Rumah Sakit.
2. Di bagian phone operator/ customer service, petugas menanyakan identitas
pasien yang akan dirujuk :
a. Nama pasien
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Nama Rumah Sakit/pelayanan kesehatan yang akan merujuk
e. Kebutuhan pasien
f. Jaminan
3. Petugas Costumer Service menyambungkan ke bagian IGD.
4. Petugas Costumer service memberikan informasi awal yang telah diterima
ke petugas IGD.
5. Petugs IGD menerima telepon, petugas melaksanakan greeting dan
memperkenalkan diri, melakukan skrining awal, yakni meng-anamnesa
singkat menanyakan informasi tentang status pasien kepada pihak perujuk
:
a. Identitas pasien (Nama, Umur, Jenis Kelamin)
b. Keadaan umum
c. Tanda-tanda vital
d. Diagnosis penyakit
e. Terapi yang sudah di berikan
f. Hasil penunjang Lab/Radiologi (bila telah dilakukan)
7
g. Kebutuhan pasien tersebut.
h. Jaminan.
6. Perawat menyambungkan telepon atau berkonsultasi dengan dokter umum
/ dokter jaga IGD.
a. Dokter jaga IGD menanyakan / meng-anamnesa kembali tentang
kondisi pasien yang akan dirujuk.
b. Dokter mengkaji kondisi pasien yang akan dirujuk untuk mengetahui
apakah pasien dapat dirawat / ditangani di RS helsa.
c. Bila diperlukan, dokter jaga / umum meminta waktu sekitar 10 – 20
menit kepada pihak perujuk, untuk berkonsultasi ke dr spesialis
mengenai status pasien yang akan di rujuk tersebut, dan
memberitahukan untuk menelpon kembali ke RS helsa sesuai waktu
yang telah disepakati.
7. Berdasarkan hasil skrining tersebut, apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan misi sumber daya dan fasilitas yang ada di RS.
8. Bila pasien tidak dapat di tangani / diterima, petugas menjelaskan
mengenai alasan ke tidak tersediaannya fasilitas yang di tuju, atau sumber
daya tidak memenuhi (ruangan full, dokter berhalangan, fasilitas sedang
tidak bisa di gunakan / under maintenance dan lain sebagainya).
9. Petugas menanyakan kembali apakah masih ada keperluan yang bisa di
bantu oleh RS.
10. Petugas melakukan greeting.
11. Bila dapat ditangani, dokter / perawat menginformasikan kepada pihak /
petugas yang akan merujuk, agar merujuk pasien tersebut sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati.
12. Petugas IGD lalu menyambungkan ke bagian Admission, perihal
administrasi dan lainnya.
13. Admission menginformasikan tentang perkiraan biaya kamar maupun
biaya tindakan serta peraturan terkait pembayaran biaya perawatan, yang
di diskusikan dengan keluarga pasien.
14. Petugas admission memastikan apakah keluarga pasien setuju atau tidak
dan memberitahukan hal tersebut kepada perawat/petugas IGD.
15. Dokumentasikan hasil skrining pasien dari luar tersebut setelah pasien
datang ke IGD, melalui formulir yang disediakan (formulir serah terima
rujukan) yang berisikan hal – hal sbb :
a. Identitas pasien :
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Status pembayaran
b. Anamnesa
8
c. Diagnosa
d. Keadaan Umum
e. Kesadaran
f. Tanda – tanda vital
g. Terapi dan Tindakan (termasuk diagnostik imaging sebelumnya) yang
telah dilakukan.
9
2. Skrining Pasien di IGD
a. Pasien masuk ke IGD dan diterima oleh petugas (perawat/dokter jaga)
IGD.
b. Pasien dilakukan skrining dengan kriteria/kategori triase, pasien
dipersilahkan/dibantu tidur di tempat tidur.
c. Skrining triase dilakukan oleh dokter/perawat yang telah mendapatkan
pelatihan PPGD atau BTCLS/ATCLS.
d. Perawat melakukan anamnesa, menilai keadaan umum pasien,
pemeriksaan fisik, psikologik dll.
e. Jika pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan anamnesa, maka
lakukan hetero-anamnesa ke keluarga pasien atau pengantar pasien.
f. Jika dibutuhkan tindakan segera, petugas melakukan tindakan kegawat-
daruratan.
g. Pengkajian keperawatan ditulis di formulir asesmen gawat darurat.
h. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lanjutan, pemeriksaan penunjang
(laboratorium atau radiologi) jika dibutuhkan, sesuai dengan kebutuhan
pasien.
i. Hasil pengkajian dokter ditulis di formulir asesmen gawat darurat.
j. Bila pasien rujukan dari RS/fasilitas kesehatan lain, perhatikan surat
rujukan/pengantarnya.
k. Hasil skrining pasien digunakan untuk menegakkan diagnosa pasien,
sebagai bahan untuk mengambil keputusan terhadap pasien untuk
selanjutnya :
Pasien dipulangkan
Pasien rawat inap
Pasien dirujuk/dipindahkan ke RS lain (karena keterbatasan fasilitas
atau lainnya)
l. Semua tindakan dan pengobatan, serta perubahan kondisi pasien dicatat
dalam formulir asesmen gawat darurat.
m. Setelah selesai, data pasien dicatat dalam buku registrasi pasien IGD
dan diinput ke dalam komputer RS/SIRS.
10
f. Pasien dipersilahkan menunggu untuk dilakukan pemeriksaan oleh
dokter.
g. Dokter menganamnesa keluhan dan kebutuhan pasien, melakukan
pemeriksaan fisik, menentukan diagnosa dan menentukan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang diperlukan pasien.
h. Hasil skrining dokter menentukan :
Pasien dipulangkan
Pasien rawat inap
Pasien disarankan untuk dirujuk/dipindahkan ke RS lain (karena
keterbatasan fasilitas atau lainnya)
i. Jika pada saat skrining terdapat tanda seperti sesak, lemas, pucat,
muntah-muntah, nyeri atau pusing tidak tertahankan, pasien
dibawa/diantar ke IGD.
j. Jika terdapat kegawat-daruratan pada saat pelayanan poliklinik, pasien
dilakukan resusitasi/bantuan hidup dasar (BHD) atau pasien segera di
evakuasi ke IGD.
11
Pasien dengan perdarahan sedang – hebat. dll
d) Jika terjadi di unit poliklinik keluhan seperti yang disebutkan di atas,
atau terjadi kegawatan, segera transfer pasien ke IGD.
2. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan 4 skala nyeri. Pada pasien dewasa
menggunakan Wong Baker Scale / Numeric Scale, pada pasien anak
menggunakan skala Flacc Scale atau NIPS, selanjutnya penilainya nyeri
pada pasien tidak sadar menggunakan Behavior Scale.
12
1. Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan (pencegahan penyakit). Prevensi
secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang
sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian
bagi seseorang atau masyarakat.
Tujuan dari upaya preventif ialah untuk mencegah terjadinya factor risiko
penyakit, terjadinya risiko perburukan dan gangguan kesehatan pasien.
Pelayanan preventif yang dilakukan adalah terdiri dari pengobatan penyakit
pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindari akibat
yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
Pengklasifikasian pasien berdasarkan klinis dan kebutuhan pasien,
didasarkan dari hasil pemeriksaan dokter dan ditentukan oleh dokter yang
menangani. Misalnya antara lain kasus luka tusuk dalam diberikan ATS.
Saat ini di rumah sakit helsa belum menyediakan pelayanan rawat inap
secara preventif. Pasien dengan indikasi tersebut dilakukan prosedur rujuk
oleh rumah sakit.
2. Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus pada
pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Perawatan kesehatan terpadu
yang bersifat mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan
meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan pelayanan paliatif adalah mengurangi beban penyakit,
meringankan penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup dari saat
setelah di diagnosis.
Tujuan ini dicapai melalui intervensi yang mempertahankan
kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi
dan koordinasi pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya
dan konsisten dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan
konkrit jika diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien
meninggal dengan penderitaan minimal.
Perawatan paliatif memiliki focus pada peredaman rasa sakit, gejala serta
stress akibat penyakit kritis. Ini merupakan perawatan medis yang dapat
membantu meminimalisir penderitaan serta meningkatkan kualitas hidup
13
pasien yang mengalami penyakit kritis yang mengancam keberlangsungan
hidupnya, seperti kanker stadium lanjut. Jenis pelayanan paliatif antara lain :
a) Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya
b) Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
c) Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
d) Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan
pasien
e) Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
Contoh pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap
:
Diagnosa Kriteria / Indikasi Rawat Inap
Edema perifer
Dyspneu
CHF (Congesif Heart Failure)
Hepatomegali
S3 Gallop
Mual, muntah berlebih
Perunahan status mental
CKD (Chronic Kidney Desease)
Sesak nafas
Asidosis
HT Emergensi
Hemiparesis
Stroke Infark
Parese CN 7/12
Disfagia
Prioritas diberikan pada pelayanan rawat inap paliatif ialah pasien
dengan diagnosa CKD (Chronic Kidney Desease) berdasarkan
jumlah kunjungan rawat jalan HD selama 30 hari ialah 72x
kunjungan.
Jika ada indikasi rawat inap, memerlukan ruang khusus ICU, HD,
Isolasi, Perawat menghubungi bagian pendaftaran rawat inap,
melakukan konfirmasi ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.
14
3. Kuratif
Merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit /
komplikasi. Contoh paliatif indikasi rawat inap :
Diagnosa Kriteria / Indikasi Rawat Inap
Perdarahan massif
Epistaksis Hipertensi tak terkontrol
observasi perdarahan lanjut
Prolonged Pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Oligo Hidramion
Letak lintang / sungsang
High Risk Pregnancy
Plasenta previa
CPD dll
Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
Myoma uteri Telah terjadi perdarahan berulang
Hb ≤ 8,0 mg/dl
Horse (Suara serak)
Nyeri tenggorokan
Tonsilo Faringitis Demam
Tonsil membesar
Hiperemis
Demam >7 hari
Mual / muntah
Tifoid
Nafsu makan turun
Konstipasi / mencret
15
Tekanan darah ≥ 160/110
Proteinuria ≥ + 2
Terdapat tanda awal kejang
Preeclampsia
IUGR
Peningkatan SGPT/SGOT
Penurunan AT
Perdarahan ≥ 150 cc
Abortus Keluar jaringan
Syok hemoragis
Keton urin +
Hemiparesis gravidarum Keadaan umum lemah
Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding Hb ≤ 8 mg/dl
Trombosit < 100.000
Tekanan darah < 100/70 mmHg
DHF (presyok)
Perdarahan spontan
Muntah
Muntah
Nyeri dada karena gastro esophageal
Dyspepsia
reflux desease
Dehidrasi
Dehidrasi sedang – berat
Muntah sampai tidak ada obat yang
Diare
bias masuk
Pre-syok TD <100/60
Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
Asma
Respirasi rate >40
Wheezing
16
Nyeri tekan perut kanan bawah
Demam
Appendicitis Akut
Leukositosis
Nyeri lepas pada perut kanan bawah
Kejang (yang didahului oleh
demam)
Kejang Demam (Anak)
Demam
Riwayat kejang demam
Diagnosis tersebut disesuaikan dengan klinis dan kondisi pasien saat
dilakukan skrining oleh dokter.
Berdasarkan indikator “kepatuhan DPJP terhadap clinical pathway”
di rumah sakit helsa, prioritas diberikan pada pelayanan rawat inap
kuratif ialah “high risk pregnancy” dengan tindakan sectio saecaria.
4. Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang
dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama.
Saat ini di rumah sakit helsa belum menyediakan pelayanan rawat inap
secara rehabilitatif, dikarenakan tidak terdapatnya unit rehab medik dan
dokter spesialis rehab medik. Pasien dengan indikasi tersebut dilakukan
prosedur rujuk oleh rumah sakit.
Untuk pasien dengan indikasi masuk Isolasi, perawat wajib
melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap ketersediaan
ruang isolasi
Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat
inap dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya
hanya 1 pasien dalam satu kamar.
Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko
penularan infeksi tinggi, tidak bisa digunakan pada pasien
immucompromise sebelum ruang dinyatakan steril.
17
3.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses
skrining dapat dilihat di PPK/Clinical Pathway. Sedangkan, pemeriksaan
umum yang dilakukan dalam melengkapi proses skrining yaitu :
1. Kasus Anak
a. Hematologi: Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis)
b. Tubex TF/IgM Anti Salmonella Typhi (sesuai kasus)
c. Natrium, Kalium, Chlorida (sesuai kasus)
2. Kasus Umum
a. Hematologi: Darah Lengkap (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit, LED, dan Hitung Jenis)
b. Gula darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar: Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
d. Elektrolit (sesuai kasus)
e. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
f. EKG dan Rontgen Thorax (untuk pasien jantung &/ pasien dewasa usia
> 40 tahun)
3. Perawatan Geriatri
a. Hematologi: Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit)
b. Gula darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar: Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. Elektrolit (sesuai kasus)
f. EKG dan Rontgen Thoraks
4. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin
b. Gula darah sewaktu
c. CRP dan IT Ratio
d. Kultur Darah
e. Bilirubin Bayi (bilirubin total, bilirubin direct/indirect)
f. Radiologi: Thoracoabdomen
5. Perawatan NICU
a. Hematologi Rutin
b. Gula darah sewaktu
c. CRP dan IT Ratio
d. Kultur Darah
e. PT / APTT (sesuai kasus)
18
f. Radiologi: Thoracoabdomen
g. Analisa Gas Darah
h. Elektrolit
6. Perawatan Pre-Operatif
a. Untuk Golongan Operasi Sedang
Hematologi Rutin
PT/APTT
Gula Darah Sewaktu
HbsAg
Rapid Test
Rontgen Thorax
19
BAB IV
DOKUMENTASI
20