Oleh :
NPP.32.0098
KELAS J-2
Dari penjelasan di atas dapat ditarik beberapa komponen kunci tentang body of
knowledge. Pertama, adanya seperangkat pengetahuan, keterampilan atau kompetensi
penting yang terstruktur dan terstandar. Kedua, body of knowledge diakui oleh
masyarakat profesi. Ketiga, body of knowledge merupakan inti dari pembelajaran.
Keempat, seseorang dikatakan menguasai body of knowledge atau tersertifikasi setelah
menempuh ujian yang ketat. Kelima, body of knowledge bersifat dinamis. Semua
komponen tersebut dapat dijadikan kerangka untuk mendeskripsikan body of knowledge
suatu profesi.
Menurut Greenfeld Joshua 2010 body of knowledge dapat dideinisikan dengan dua
pendekatan.
- Dengan cara membangun garis besar keterampilan , attitude dan pengetahuan yang
perlu bagi seseorang untuk paham dan mampu menjadi ahli professional.
- Dengan cara mengkompilasi secara rinci teori, metodologi, teknologi, dan prosedur
yang perlu dikuasai pada praktik para professional.
Kedua pendekatan itu diperlukan sehingga akan ada dua level body of knowledge;
tingkat makro dengan deinisi terminology konsep, dan tingkat mikro yang
mendeinisikan keperluan praktis professional. Pada tingkat makro, body of knowledge
surveying dideinisikan dengan criteria 2000 assesmen outcome dari Accreditation
Board for Engineering and Technology ABET 2000. Dengan cara yang mirip, tingkat
makro body of knowledge diadopsi dari American Society of Civil Engineers ASCE
1
[ASCE 2004 and 2008]. Pada tingkat makro surveying terdiri dari [Greenfeld and Potts,
2008]:
1. Pengetahuan inti teknis dan turunannya yang ada dalam matematika, statistic, ilmu
komputer, dan pengetahuan alamiah dalam hal ini isika.
2. Pengetahuan yang luas tentang hukum, etika dan profesionalisme.
3. Komunikasi, sejarah, ilmu sosial, dan isu-isu kontemporer.
4. Bisnis, ekonomi, dan manajemen.
Penting diperhatikan, sering terjadi ada overlap atau memiliki hubungan antara body
of knowledge profesi yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh body of knowledge
teknik sipil dan GIS teknologi bersinggungan dengan body of knowledge surveying.
Fakta ini menunjukan bahwa body of knowledge sebuah profesi semakin penting untuk
dipisahkan dengan profesi lainnya sebagai sesuatu yang unik dan untuk keperluan
pengembangan body of knowledge itu sendiri.
Menurut Greenfeld Joshua (2010) body of knowledge dapat dideinisikan dengan dua
pendekatan. Pertama, dengan cara membangun garis besar keterampilan , attitude dan
pengetahuan yang perlu bagi seseorang untuk paham dan mampu menjadi ahli
professional. Kedua, dengan cara mengkompilasi secara rinci teori, metodologi,
teknologi, dan prosedur yang perlu dikuasai pada praktik para professional. Kedua
pendekatan itu diperlukan sehingga akan ada dua level body of knowledge; tingkat
makro dengan deinisi terminology konsep, dan tingkat mikro yang mendeinisikan
keperluan praktis professional.
Pada tingkat makro, body of knowledge surveying dideinisikan dengan criteria 2000
assesmen outcome dari Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET
2000). Dengan cara yang mirip, tingkat makro body of knowledge diadopsi dari
American Society of Civil Engineers (ASCE) [ASCE 2004 and 2008].
2
Pada tingkat makro surveying terdiri dari [Greenfeld and Potts, 2008]:
1. Pengetahuan inti teknis dan turunannya yang ada dalam matematika, statistic, ilmu
komputer, dan pengetahuan alamiah (dalam hal ini isika). Pengetahuan ini merupakan
dasar untuk penerapan terhadap prinsip-prinsip untuk menghitung, menganalisa
posisi, dan memahami peralatan yang sedang digunakan.
2. Pengetahuan yang luas tentang hukum, etika dan profesionalisme. Pada tingkat makro
ini tidak hanya sebatas pada hukum yang terkait dengan penetapan batas (boundary
law). Namun, lebih dari itu yaitu pengetahuan yang umum tentang hukum, sistem
hokum, apa itu etika, dan apa yang terkait dengan profesionalisme.
3. Komunikasi, sejarah, ilmu sosial, dan isu-isu kontemporer. Karena dunia di sekitar
kita terus berubah, keperluan akan informasi spasial semakin meluas untuk keperluan-
keperluan yang baru. Tambahan lagi, konteks yang sedang digunakan juga berubah.
Selain itu, untuk menjadi professional haruslah mampu berkomunikasi secara tulisan
dan lisan.
4. Bisnis, ekonomi, dan manajemen. Banyak surveyor yang menjalankan sendiri
perusahaan atau mengelola bagian surveying pada sector swasta ataupun publik.
Surveyor kontemporer / modern haruslah mampu mengelola proyek, kontrak, orang,
bujet, jadual, keuangan, pemasaran dan sales, waktu tagihan, ongkos pengeluaran,
keuntungan dll
Body of knowledge pada tingkat mikro, salah satu sumber berasal dari kompilasi US
National Council of Examiners for Engineering and Surveying (NCEES). Body of
knowledge pada Tingkat mikro untuk kasus GIS dapat diadopsi dari Association of
American Geographers (AAG) and the University Consortium for Geographic
Information Science (UCGIS) [AAG 2006].
Pada tingkat mikro Body of knowledge surveying [Greenfeld, 2010], didasarkan pada
deinisi FIG dan peran dari surveyor professional, body of knowledge surveying ASCM
memunculkan 5 bagian body of knowledge yaitu:
1. Body of knowledge penentuan posisi ; termasuk di dalamnya Geodesy, GPS dan
survey pengimpulan data lainnya;
2. Body of knowledge GIS; termasuk di dalamnya pemetaan dan kartograi
3. Body of knowledge citra; termasuk di dalamnya fotogrametri, penginderaan jauh,
teknologi berbasis citra/sensor seperti laser sacaner;
4. Body of knowledge hukum; termasuk di dalamnya hukum batas, hokum bisniss, dan
hukum real property;
5. Body of knowledge pengembangan tanah; termasuk di dalamnya konstruksi,
perencanaan dan pengembangan desa/kota/wilayah.
Body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan
teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang bersangkutan sesuai dengan lingkungan
(boundary) yang dimilikinya. Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan,
dari mulai yang konkrit (berupa fakta) sampai ke level yang abstrak (berupa teori),
semakin ke fakta maka semakin spesifik, sementara semakin mengarah ke teori maka
semakin abstrak karena lebih bersifat umum.
OBYEK MATERIA ILMU PEMERINTAHAN
Ilmu pengetahuan adalah proses dari akumulasi kompetensi, yaitu memiliki
kemampuan yang baik di bidang pengetahuan tertentu yang menjadi ilmu pengetahuan
(from knowledge to science), yang berarti memiliki status untuk menjadi sama dengan
3
ilmu-ilmu pengetahuan lainnya atau dengan ilmu pengetahuan yang lebih dahulu ada.,
disertai hak dan kewajiban sama. Realitas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan adalah
pada interaksi antara subjek dan objek masing-masing dan diiringi keunggulan masing-
masing dalam progres, prognosis, innovation, creation, and certainty. Ilmu Pemerintahan
berasal dari kata ilmu dan pemerintahan. Pemerintahan berasal dari kata pemerintah.
Banyak pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tentang Ilmu Pemerintahan.
Persamaan dari ilmu-ilmu kenegaraan tersebut terletak pada objek materianya, yaitu
Negara. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek forma nya. objek forma dari ilmu
politik adalah kekuasaan, kepentingan rakyat, grup penekan. Objek forma dari ilmu
administrasi negara adalah pelayanan, organisasi, manajemen, dan birokrasi. Objek
forma dari ilmu hukum tata negara adalah peratutan perundang-undangan. Objek forma
dari ilmu negara adalah konstitusi, timbul dan tenggelamnya negara. Dan objek forma
dari ilmu pemerintahan adalah hubungan-hubungan pemerintah, gejala, dan peristiwa
pemerintahan.
Obyek material adalah suatu ilmu pengetahuan yang dijelaskan secara umum atau
global tentang suatu permasalahan. Atau dapat di definisikan sasaran material suatu
penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu. Sedangkan menurut Surajiyo dkk. Obyek
material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Obyek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang
atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Obyek material mencakup apa saja, baik
yang konkret maupun yang abstrak, yang materilmaupun yang non-materil. Bisa pula
berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek
material dari ilmu administrasi negara, ilmu pemerintahan, ilmu poltik adalah negara.
4
Pada bidang periklanan, frasa dari maksud state of the art ini sering disampaikan pada
produk yang dibuat dengan teknologi terbaru dan terbaik pada masanya. Ini menjadikan
state of the art sering diartikan sebagai kata canggih (leading edge atau cutting edge).
Dimana maksudnya juga bisa berarti langkah terbaru dan paling canggih dari teknologi,
seni, ilmu pengetahuan dan metode penelitian. Pada penelitian State of the art (SoTa)
adalah langkah untuk mempresentasikan kebaruan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Menjadi yang pertama mencetuskan sesuatu ide, produk dan pemecahan masalah
merupakan dasar dari adanya penelitian. Hasil penelitian yang memperoleh hadiah Nobel
adalah penelitian yang memiliki kebaruan. Dan tidak ada peneliti lain yang sudah pernah
mempresentasikan hasil yang sama. Hal tersebutlah penelitian yang menghadirkan SoTa
didalamnya, dimana hasil penelitian belum pernah ada sebelumnya.
State of the art adalah ujungnya ilmu pengetahuan. Seperti yang kita tahu, ilmu
pengetahuan itu tidak statis. Ia mengalami perubahan dari waktu ke waktu, jadi dinamis.
Dalam istilah yang pernah disinggung oleh Thomas Kuhn bahwa ilmu pengetahuan itu
bersifat revolusioner dari satu pradigma ke paradigma baru. Nah, state of the art ini
adalah fokusnya pada apa yang paling terbaru dari sebuah teori yang ada. Biasanya di
jurnal-jurnal akan ditemukan state of the art dari sebuah ilmu pengetahuan yang paling
mutakhir. Oleh karenanya penting sekali membaca jurnal untuk mengikuti trend atau
perkembangan terbaru dari sebuah ilmu pengetahuan.
Menurut wikipedia pengertian bebas dari State Of The Art (SOTA) adalah The term
“state of the art” refers to the highets level of general development, as a device,
technique, or scientific field achieved at a particular time. It also refers to the level of
development (as of a device, procedure, process, technique, or science) reached at any
particulat time as a result of the common methodologies employed. Dari hal tersebut
intinya SOTA adalah pencapaian tertinggi dari sebah pengembangan yang dapat
berbentuk perangkat/produk, teknik/cara, atau sains yang dicapai pada waktu tertentu.
SOTA juga dapat berarti ukuran tingkat pengembangan (dalam bentuk sebuah
perangkat/produk, prosedur, proses, teknik/cara, atau sains) yang dicapai pada waktu
tertentu sebagai sebuah hasil dari penerapan metodologi-metodologi yang ada. Menurut
saya SOTA merupakan faktor penting untuk memposisikan penelitian yang akan
dilakukan.
5
Cara Menyusun State of The Art
Untuk bisa menulis SoTA yang baik dibutuhkan pendefinisian masalah yang detail
dan jelas. Jika peneliti gagal mendefinisikan masalah, maka peneliti sudah dipastikan
akan gagal menulis atau membuat SoTA yang baik.
Ini dikarenakan, peneliti akan kewalahan dalam mengetahui penelitian yang
berhubungan dengan apa yang akan diteliti. Jadi bila peneliti mempunyai masalah
dengan pendefinisian tersebut maka sebisa mungkin untuk memperbaikinya. Berikut
beberapa petunjuk untuk menulis atau membuat State of The Art.
SoTA bukanlah pekerjaan yang mudah dan linier, sehingga dalam membuatnya harus
perlahan dimana dalam membuatnya peneliti akan menulisnya setiap saat ketika
membuat laporan atau makalah. Mengetahui perkembangan dan menyadari apa yang
sedang dilakukan peneliti lain adalah sebuah keharusan, dimana peneliti harus sering
mencatat hal yang penting dan tulis setiap temuan yang telah dibaca.
Pilih dengan kritis dan teliti saat menentukan literatur yang dibaca, jangan baca
semuanya. Salah satu kriteria penting untuk memilih literatur adalah memastikan
bahwa literatur tersebut merupakan berasal dari sumber yang terpercaya, jurnal
terkenal, terpublikasi dan peer-review.
Berhenti membaca sumber yang tidak penting, buatlah daftar literatur dimana terdapat
batasan pada jumlahnya, misal 10-20 jurnal.
Habiskan waktu untuk melakukan analisis dan jangan membuat ringkasan
Berikan kredit pada penelitian atau literatur terdahulu! Tidak menghargai penelitian
orang lain merupakan sebuah pelanggaran yang disebut plagiarisme.
Tingkatkan kemahiran dalam menulis, ini dilakukan agar pekerjaan mencari literatur
dan literatur apa yang harus dimasukan bisa terseleksi dengan baik.
“No problem, no science”. Ungkapan Archi J Bahm ini seolah sederhana namun padat
akan makna. Dari ungkapan ini kita bisa mengetahui bahwasanya ilmu pengetahuan
muncul dari adanya permasalahan tertentu. Ilmu pengetahuan, menurut Bahm, diperoleh
dari pemecahan suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah, berarti tidak ada solusi.
Tidak ada solusi berarti tidak memperoleh metode yang tepat dalam memecahkan
masalah. Ada metode berarti ada sistematika ilmiah. Permasalahan merupakan obyek
dari ilmu pengetahuan. Permasalahan apa yang coba dipecahkan atau yang menjadi
pokok bahasan, itulah yang disebut obyek. Dalam arti lain, obyek dimaknai sebagai
sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap
ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek. Obyek dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu: Obyek material dan obyek formal.
6
Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut
segi-segi yang dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal
diartikan juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu disorot.
Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang
sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi
tertentu. Dengan kata lain, “tujuan pengetahuan sudah ditentukan.
Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari
sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari
manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya. Objek Formal
adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu sendiri, ataupun prespektif yang
digunakan seseorang untuk memahami dan mengetahui objek material. Sifat dari objek
formal adalah empiris.
Keterangan :
- Objek forma besifat khusus dan spesifik karena merupakan pusat perhatian suatu
disiplin ilmu pengetahuan (focus of interest)
- Objek materia bersifat umum karena topik yang dibahas secara global tentang
pokok persoalan (subyect matter).
7
2. HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN METODOLOGI ILMU
Keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metode ilmu jelas ada, serta sulit dibantah.
Filsafat ilmu jelas merupakan dasar keilmuan, yang banyakdijadikan fondasi metode
penelitian. Metode penelitian merupakan jalur andal bagi filsafat ilmu untuk menemukan
kebenaran. Menurut Bahtiar,filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang
dasar-dasar ilmu.Ilmu tidak akan lepas dari sebuah metode penelitian. Metode penelitian
merupakan upaya untuk pengembangan ilmu. Ilmu pula yang melandasi pengetahuan
tertentu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan
cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu untu mencapai suatu
kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang metode. Sedang penelitian
adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan
mengkaji datayang dilakukan secara sistematis dan objektif.
8
secara tegas akan mengaitkan persoalan apa fenomena yang diteliti, ada apa dibalik
fenomena itu, dan sejauhmana eksistensi fenomena yang diteliti. Hal ini, dalam konteks
filsafat ilmu sering dibahas dalam epistemology.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal .2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Gahral, Donny Adian, 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Teraju.
Greenfeld Joshua, 2010, Surveying Body of Knowledge, FIG Congress, Facing the Challenges
– Building the Capacity, Sydney, Australia, 11‐16 April 2010
Groenendijk L et al, 2012, Land administration as an academic discipline: to be, or not to be,
FIG Working Week 2012
Joe Moran, Interdisciplinarity (Routledge, 2010), 2. The several quotes that make up this
paragraph came to the author’s attention by way of Repko’s careful work.
Lee Shulman, “Foreword,” in Disciplinary Styles in the Scholarship of Teaching and
Learning, ed. Mary Taylor Huber and Sherwyn P. Morreale (Washington: American
Association of Higher Education, 2002), vi – vii.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. Bumi Aksara: Jakarta
10