Anda di halaman 1dari 17

ANALISA KETERSEDIAAN AIR TANAH (STUDI KASUS PADA

DAERAH IRIGASI KUMISIK, JAWA TENGAH)

Analysis of Ground Water Availability (Case in Kumisik Irrigation Area,


Central Java)

Gary Aqnar Adinugraha (1), Maharani Bilqist Caroline (2), Zayyaan Nabiila Khairunnisa(3)
1,2,3)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Jln. Raya Dramaga, Kampus
IPB Dramaga, Bogor, 16680
garyaqnar10gary@apps.ipb.ac.id

Abstrak :. Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk
hidup. Penggunaan air yang kurang hati-hati sering terjadi dalam pemakaian dan pemanfaatannya,
terkhusus untuk pemenuhan kebutuhan air di persawahan memerlukan pendirian sistem irigasi dan
bangunan bendung. Kebutuhan air di persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengevaluasi terhadap ketersediaan air tanah di Daerah
Irigasi (DI) Kumisik. nilai kapasitas lapang tertinggi pada black clay soil sebesar 24% dan kapasitas
lapang terendah pada red loamy sandy sebesar 12%. Titik layu tertinggi pada red loamy sebesar 24%
dan titik layu terendah pada red loamy sandy sebesar 5%. Nilai RAW tertinggi hingga terendah secara
berurut dimiliki oleh black clay soil, red loamy soil, dan red loamy sandy. Komoditas kentang memiliki
nilai deplesi yang variatif, semakin sering nilai deplesi mendekati nilai RAM maka harus dilakukan
penyiraman. Jenis tanah red loamy sandy soil memiliki nilai deplesi tanah yang menyinggung nilai RAM
sebanyak satu kali .Jenis tanah red loamy soil tidak terdapat nilai deplesi tanah yang menyinggung nilai
RAM, dan baik digunakan untuk lahan pertanian di DI Kumisik. Pemilihan tekstur tanah akan sangat
berpengaruh pada proses pertanian. Pemilihan lahan pertanian yang baik akan bergantung pada banyak
faktor yang baiknya diketahui dana ditentukan terlebih dahulu.
Kata Kunci : Black clay soil, RAW, red loamy, red loamy sandy, TAW.

Abstract : Abstract :. Water is a natural resource that is very important for the survival of all living
things. Inadvertent use of water often occurs in its use and utilization, especially for meeting water needs
in rice fields, requiring the establishment of irrigation systems and weir structures. The need for water
in the rice fields is then called the need for irrigation water. Therefore, this practicum was carried out
to evaluate the availability of ground water in the Kumisik Irrigation Area (DI). The highest field
capacity value was in black clay soil at 24% and the lowest field capacity was in red loamy sandy at
12%. The highest wilting point in red loamy is 24% and the lowest wilting point is in red loamy sandy
at 5%. The highest to lowest RAW values were respectively owned by black clay soil, red loamy soil, and
red loamy sandy. Potatoes have various depletion values, the more often the depletion value approaches
the RAM value, watering must be done. The red loamy sandy soil type has a soil depletion value that
pertains to the RAM value once. The red loamy soil soil type does not have a soil depletion value that
pertains to the RAM value, and is good for agricultural land in DI Kumisik. The choice of soil texture
will greatly affect the agricultural process. The selection of a good agricultural land will depend on
many factors, it is good to know that the funds are determined in advance.
Keyword : Black clay soil, RAW, red loamy, red loamy sandy, TAW.
PENDAHULUAN
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua
makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri, perikanan,
pertanian dan usaha-usaha lainnya. Penggunaan air yang kurang hati-hati sering terjadi
dalam pemakaian dan pemanfaatannya sehingga diperlukan upaya untuk menjaga
keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air melalui pengembangan,
pelestarian, perbaikan dan perlindungan. Pemenuhan kebutuhan air khususnya untuk
kebutuhan air di persawahan memerlukan pendirian sistem irigasi dan bangunan
bendung (Priyonugroho 2014). Kebutuhan air di persawahan ini kemudian disebut
dengan kebutuhan air irigasi. Air yang digunakan dalam kegiatan pertanian berasal dari
hujan dan air tanah. Musim hujan adalah musim yang tidak selalu terjadi sepanjang
tahun sehingga pada perhitungan kebutuhan air irigasi tidak bisa selalu mengandalkan
hujan dan harus memperhitungkan juga ketersediaan air tanah. Jenis dan karakteristik
tanah di setiap daerah pertanian pasti berbeda, sehingga ketersediaan air tanah pun bisa
jadi berbeda. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan evaluasi terhadap
ketersediaan air tanah di Daerah Irigasi (DI) Kumisik.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Tanah
Air tanah (groundwater) adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air
tanah mengalami pergerakan yang sangat lambat dengan kecepatan arus berkisar
antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas, dan
pengisian kembali air pada lapisan tanah (Effendi 2003). Menurut Wahjunie et al.
(2008) pori tanah yang banyak berkaitan dengan pergerakan air secara cepat adalah
pori makro dan meso. Jumlah air yang masuk dan tertinggal dalam tanah
ditentukan oleh kemampuan retensi tanah dan pergerakan air dalam tanah. Pada
potensial air tanah rendah (ψ ≤ 1 bar), kadar air tanah sangat ditentukan oleh
kapilaritas dan distribusi ukuran pori tanah. Pada potensial yang lebih tinggi, kadar
air tanah lebih ditentukan oleh tekstur tanah (Darmayati dan Sutikto 2019). Zona
air tanah pada lapisan tanah dapat dibagi dua berdasarkan kondisinya (Sanropie
1984). Pertama adalah zona air berudara yang berarti lapisan tanah mengandung
air dan masih bisa mengalami kontak dengan udara. pada zona ini terdapat tiga
lapisan air, yaitu lapisan permukaan, intermediet, dan lapisan tanah dalam. Kedua
adalah zona air jenuh yang berarti lapisan anah mengandung air dan relatif tidak
kontak dengan udara luar. Pada lapisan ini, lapisan tanah disebut dengan akuifer
bebas.
2. Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah suatu keadaan tanah dimana tanah menahan jumlah air
tebanyak terhadap gaya gravitasi, ditandai dengan tanah yang cukup lembab.
Kondisi ini biasanya dicapai 2 atau 3 hari sejak terjadinya pembasahan atau hujan,
dan setelah proses drainase terhenti. Pemberian air pada tanah kering bertujuan
untuk mencapai kapasitas lapang, khusunya di sekitar daerah perakaran tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas lapang antara lain adalah tekstur
tanah, kandungan air tanah awal, dan kedalaman permukaan air tanah (Kurnia et
al. 2006).
3. Titik Layu Permanen
Titik layu permanen adalah kondisi kandungan air tanah dimanatanaman
sepenuhnya layu dan pada akhirnya mati karena tidak bisa mengembalikan fungsi
turgor dan aktivitas biologisnya. Penentuan titik layu permanen harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu kondisi iklim aktual, potensial osmosis,
perilaku fisiologi tanaman, dan siat-sifat hidrolis tanah tak jenuh. Richard dan
Weaver (1943) menetapkan nilai matriks potensial tanah-air sebesar -1,5 MPa
sebagai titik layu permanen tanah. Klasifikasi kadar air tanah meliputi air
tersedia,air tidak tersedia, air higroskopis, air adhesi.air tersedia terdapat pada
kisaran kapasitas dan titik layu permanen (pF 2,54 – 4,17), air tidak tersedia yaitu
air yang berada pada tegangan diatas titik layu permanen ( pF > 4,17), air
higroskopis yaitu air yang diiikat oleh partikel tanah dengan sangat kuat sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman, air adhesi juga air yang terikat kuat antara
tanah dan air sehingga tidak dapat digunakan oleh air dan tanaman (Ichsan et al.
2010).

4. Deplesi Air Tanah


Deplesi air tanah adalah penurunan kadar air dalam tanah akibat drainase
maupun evapotranspirasi. Kegiatan irigasi didasarkan pada kadar air tanah karena
irigasi dilakukan apabila air di dalam tanah sulit tersedia bagi tanaman atau bisa
disebut dengan Management Allowable Depletion (MAD). Pada kondisi ini, kadar
air tanah mendekati titik layu permanen. Secara umum, deplesi air tanah
bergantung ada atau tidaknya air di permukaan tanah. (Rahmat et al. 2013).

METODOLOGI
Penelitian “Analisis Ketersediaan Air Tanah Daerah Irigasi Kumisik” dilaksanakan
pada hari Senin, 14 Februari 2022 pukul 13.00-16.00 WIB, secara daring menggunakan
aplikasi Zoom Meeting di rumah masing-masing. Alat dan bahan yang digunakan
antara lain laptop dan aplikasi penunjuang berupa CROPWAT 8.0, serta data tanah
yang ada di DI Kumisik dan data pola tanam dari pertemuan sebelumnya. Adapun
langkah-langkah praktikum untuk menganalisis dan mengevaluasi ketersediaan air
tanah DI Kumisik terdapat pada diagram alir berikut.
Mulai

Pengumpulan referensi data tanah mencakup


field capacity (FP), wilting point (WP), daerah
perakaran, laju infiltrasi maksimum, dan awal
lengas tanah tersedia.

Pengumpulan referensi jenis tanah di DI


Kumisik dan disesuaikan dengan data tanah
dari referensi

Perhitungan Total Avaliable Water (TAW)


menggunakan persamaan (1) dan Ready
Available Water (RAW) menggunakan
persamaan (2) untuk pola tanam paling efektif
dengan jenis tanah yang berbeda

Hasil RAW antar jenis tanah dibandingkan

Data tanah dan pola tanam dimasukkan ke


CROPWAT sehingga didapatkan grafik
hubungan antara soil water retention dan
waktu penanaman yang menampilkan RAW,
TAW, dan deplesi

Selesai

Gambar 1 Diagram alir analisis dan evaluasi daerah irigasi

Secara matematis, TAW dan RAW dapat dirumuskan sebagai berikut

𝑇𝐴𝑊 = (𝐹𝐶 − 𝑊𝑃)𝑥𝑍 … . (1)


𝑅𝐴𝑊 = 𝑀𝐴𝐷 𝑥 𝑇𝐴𝑊 … . (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Ketersediaan Air Tanah
Aplikasi CROPWAT 8.0 digunakan untuk menentukan faktor-faktor pembanding
tanah di Daerah Irigasi Kumisik. Data tanah yang digunakan untuk perbandingan
adalah black clay soil, red loamy, dan red loamy sandy. Berdasarkan data tersebut
didapatkan nilai kapasitas lapang, titik layu, daerah perakaran, laju infiltrasi
maksimum, dan awal lengas tanah tersedia. Daerah perakaran dan laju infiltrasi dari
ketiga tekstur tanah adalah sama, secara berurut sebesar 900 cm dan 30 mm/hari.

Tabel 1 Perbandingan tanah DI Kumisik Kab. Tegal


%Lengas
Tanah Daerah Laju Infiltrasi Awal lengas
Tekstur FC-WP
Jenis Perakaran Maksimum tanah tersedia
Tanah FC WP (mm/m)
Tanah (mm) (mm/hari) (mm/meter)
(%) (%)
Black
Liat 24 15 200 900 30 100
Clay Soil
Red
Lempung 40 24 180 900 30 180
Loamy
Red
Lempung
Loamy 12 5 140 900 30 140
Berpasir
Sandy

Berdasarkan tabel 1, nilai kapasitas lapang tertinggi pada black clay soil sebesar
24% dan kapasitas lapang terendah pada red loamy sandy sebesar 12%. Titik layu
tertinggi pada red loamy sebesar 24% dan titik layu terendah pada red loamy sandy
sebesar 5%. Kemudian, nilai kelembaban awal tanah tertinggi ada pada red loamy
sandy dan nilai terendah pada black clay soil. Jika berdasar pada perbandingan ketiga
tanah tersebut dapat dipilih adalah red loamy sandy.

2. Analisis Nilai TAW dan RAW Sesuai Tekstur Tanah


Perhitungan analisis nilai TAW (total available water) dan RAW (readily available
water) menggunakan cropwat membutuhkan pola penanaman. Perbandingan TAW
dan RAW diberikan oleh MAD (management allowable deficit) atau faktor-p yang
dipengaruhi oleh iklim, ETc, tekstur tanah, jenis, dan tingkat pertumbuhan tanamna
(Fajra 2018). Pola penanaman yang digunakan adalah pola tanam golongan 4 dengan
pola padi-padi-kentang berdasarkan analisis praktikum sebelumnya. Analisis
dilakukan 3 kali menggunakan data tekstur tanah yang berbeda.
Tabel 2 Data TAW dan RAW tekstur tanah Black Clay Soil
%Lengas
Tanah Daerah
Tekstur FC-WP TAW RAW
Jenis Perakaran MAD
Tanah FC WP (mm/m) (mm) (mm)
Tanaman (m)
(%) (%)
Black Clay
Padi 24 15 200 0.6 120 0.2 24
Soil
Black Clay
Padi 24 15 200 0.6 120 0.2 24
Soil
Black Clay
Kentang 24 15 200 0.6 120 0.5 60
Soil

Tabel 3Data TAW dan RAW tekstur tanah red loamy


%Lengas
Tanah Daerah
Tekstur FC-WP TAW RAW
Jenis Perakaran MAD
Tanah FC WP (mm/m) (mm) (mm)
Tanaman (m)
(%) (%)
Padi Red Loamy 40 24 180 0.6 108 0.2 21.6
Padi Red Loamy 40 24 180 0.6 108 0.2 21.6
Kentang Red Loamy 40 24 180 0.6 108 0.5 54

Tabel 4 Data TAW dan RAW tekstur tanah red loamy sandy
%Lengas
Tanah Daerah
Tekstur FC-WP TAW RAW
Jenis Perakaran MAD
Tanah FC WP (mm/m) (mm) (mm)
Tanaman (m)
(%) (%)
Red Loamy
Padi 12 5 140 0.6 84 0.2 16.8
Sandy
Red Loamy
Padi 12 5 140 0.6 84 0.2 16.8
Sandy
Red Loamy
Kentang 12 5 140 0.6 84 0.5 42
Sandy

Nilai RAW dan TAW berdasarkan hasil perhitungan akan berpengaruh pada nilai
defleksi tanah (p). Nilai defleksi tanah dan RAW adalah berbanding lurus, artinya
semakin tinggi nilai RAW maka semakin tinggi nilai defleksi tanah. Defleksi tanah
menggambarkan kepekaan tanah terhadap kekeringan. Maka semakin tinggi nilai “p”
menandakan tanah pada daerah tersebut mengalami kekiringan.
Berdasarkan tabel 2 hingga tabel 4, Nilai RAW tertinggi hingga terendah secara
berurut dimiliki oleh black clay soil, red loamy soil, dan red loamy sandy. Maka,
dengan dimilikinya nilai ETc pada pertemuan sebelumnya dan ketersediaan air dapat
disimpulkan bahwa pertanian ini membutuhkan bantuan air irigasi. Untuk emngetahui
lebih jelas tekstur tanah yang bagus untuk digunakan, harus ditentukan
3. Pola Tanam
Lahan pertanian di sekitar Daerah Irigasi Kumisik sudah mengacu pada kebijakan
pembangunan pertanian, pengembangan pola tanam dan diversifikasi usaha tani.
Pengembangan iintensifikasi palawija dan holtikultura perlu dilakukan secara terpadu
dengan budidaya tanaman padi. Daerah Irigasi Kumisik ini sendiri memiliki empat
konfigurasi pola tanam dengan komoditas padi dan produk palawija berupa kentang.
Dikarenakan palawija diusahakan dalam bentuk pergiliran tanaman di lahan sawah
tadah hujan dan sawah berpengairan. Perluasan intensifikasi palawija dan hortikultura
harus dilaksanakan bersamaan dengan perluasan areal padi (Rusastra dan Saliem
2004). Data setiap golongan dapat dilihat secara detail pada Gambar 2.

Gambar 2 Pola tanam Daerah Irigasi Kumisik

4. Ketersediaan Air Tanah Berdasarkan Pola Tanam


Tersedianya air tanah yang dapat dimanfaatkan di bidang pertanian atau perkebunan
di suatu wilayah ditentukan oleh banyak faktor. Faktor ini bisa berupa factor external
dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kapasitas air di dalam tanah yaitu
curah hujan, imtensitas matahari, serta kondisi tata guna lahan yang ada diatasnya.
Sedangkan, faktor internal yang mempengaruhi kapasitas air di dalam tanah yaitu
kondisi akuifer dan jenis tanah. Semakin besar nilai volume akuifer maka menunjukkan
tampungan airtanah semakin besar pula (National dan Pillars 2013). Pengaruh jenis
tanah sebagai lahan pemanfaatan juga mempengaruhi tersedianya air tanah di wilayah
tersebut. Pada Daerah Irigasi Kumisik tersebar tiga jenis tanah yaitu, Black Clay Soil,
Red Loamy Soil, dan Red Sandy Loamy Soil. Penelitian ini menggunakan pola tanam
golongan empat dikarenakan rendahnya kebutuhan air irigasi.

Ketersediaan Air Tanah Jenis Black Clay Soil


Tanah dengan jenis black clay soil memiliki karateristik permeabilitas rendah,
kohesif, dan kadar susut yang tinggi. Black clay soil akan ditanam dengan pola tanam
padi-padi-kentang. Padi yang ditanam tanggal 21 Agustus memiliki nilai retensi seperti
pada Gambar 3. Padi yang ditanam tanggal 21 Januari memiliki nilai retensi seperti
pada Gambar 4 memiliki grafik yang serupa. Kentang yang ditanam pada tanggal 1
Maret memiliki nilai retensi seperti Gambar 5.

Gambar 3 Grafik retensi air tanah jenis black clay soil pada komoditas padi (21/8)
Gambar 4 Grafik retensi air tanah jenis black clay soil pada komoditas padi (21/1)

Gambar 5 Grafik retensi air tanah jenis black clay soil pada komoditas kentang (1/3)

Ketersediaan Air Tanah Jenis Red Loamy Soil


Tanah dengan jenis red loamy soil akan ditanam dengan pola tanam padi-padi-
kentang. Padi yang ditanam tanggal 21 Agustus memiliki nilai retensi seperti pada
Gambar 6. Padi yang ditanam tanggal 21 Januari memiliki nilai retensi seperti pada
Gambar 7 memiliki grafik yang serupa. Kentang yang ditanam pada tanggal 1 Maret
memiliki nilai retensi seperti Gambar 8.
Gambra 6 Grafik retensi air tanah jenis red loamy soil pada komoditas padi (21/8)

Gambar 7 Grafik retensi air tanah jenis red loamy soil pada komoditas padi (21/1)
Gambar 8 Grafik retensi air tanah jenis red loamy soil pada komoditas kentang (1/3)

5. Ketersediaan Air Tanah Jenis Red Loamy Sandy Soil


Tanah dengan jenis red sandy loamy soil akan ditanam dengan pola tanam padi-
padi-kentang. Padi yang ditanam tanggal 21 Agustus memiliki nilai retensi seperti pada
Gambar 9. Padi yang ditanam tanggal 21 Januari memiliki nilai retensi seperti pada
Gambar 10 memiliki grafik yang serupa. Kentang yang ditanam pada tanggal 1 Maret
memiliki nilai retensi seperti Gambar 11.

Gambar 9 Grafik retensi air tanah jenis red sandy loamy soil pada komoditas padi
(21/8)
Gambar 10 Grafik retensi air tanah jenis red sandy loamy soil pada komoditas padi
(21/1)

Gambar 11 Grafik retensi air tanah jenis red sandy loamy soil pada komoditas padi
(1/3)
6. Interpretasi Grafik Korelasi Nilai Deplesi, Tersedianya Air Tanah, dan
Kapasitas Total Air Tanah
Nilai deplesi komoditas padi di semua jenis tanah tetap di angka nol yang berarti
tanah memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi sehingga kondisi padi tetap subur.
Perbedaan masa tanam tidak terlalu berpengaruh, akan tetapi sebelum masa tanam
terjadi perbedaan yaitu nilai deplesi yang fluktuatif. Ini disebabkan oleh perbedaan
musim kering dan musim basah. Nilai RAM dan TAM terdapat peningkatan pada hari
0-30, kemudian nilainya tetap sama. Namun, perlu diperhatikan selama nilai RAM dan
TAM tidak bersinggungan maka kebutuhan akan air masih tercukupi.
Komoditas kentang memiliki nilai deplesi yang variatif, semakin sering nilai
deplesi mendekati nilai RAM maka harus dilakukan penyiraman. Jenis tanah black clay
soil, red loamy soil, dan red sandy loamy memiliki nilai yang berbeda, namun sama-
sama memiliki tren yang serupa di hari ke 55-100. Jenis tanah black clay soil memiliki
nilai deplesi tanah yang menyinggung nilai RAM sebanyak empat kali. Jenis tanah red
loamy sandy soil memiliki nilai deplesi tanah yang menyinggung nilai RAM sebanyak
satu kali .Jenis tanah red loamy soil tidak terdapat nilai deplesi tanah yang
menyinggung nilai RAM.
Ketersediaan air tanah yang optimal untuk pola tanam golongan 4 padi-padi-
kentang yaitu pada tanah berjenis red loamy soil. Komoditas padi tidak terganggu
karena pada grafik nilai deplesi tidak menyinggung tersedianya air di dalam tanah yang
siap digunakan. Kentang lebih tahan terhadap kekeringan, sehingga tidak perlu disuplai
air secara terus menerus seperti halnya padi. Namun, sebagai catatan suplai air
dibutuhkan Ketika nilai deplesi sudah mencapai batas RAM. Batas RAM yang
menggambarkan ketersediaan air tanah pada jenis tanah red loamy soil termasuk tinggi,
sehingga hanya memerlukan sedikit suplai air baik oleh system irigasi ataupun air
hujan. Ketersediaan air tanah akan menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman secara
langsung, karena kurangnya air menyebbabkan penurunan laju fotosintesis dan
distribusi asimilat terganggu, serta berdampak negative pada pertumbuhan tanaman
baik pada fase vegetative ataupun generative (Simanjuntak et al. 2016).

SIMPULAN
Nilai kapasitas lapang tertinggi pada black clay soil sebesar 24% dan kapasitas
lapang terendah pada red loamy sandy sebesar 12%. Titik layu tertinggi pada red loamy
sebesar 24% dan titik layu terendah pada red loamy sandy sebesar 5%. Nilai RAW
tertinggi hingga terendah secara berurut dimiliki oleh black clay soil, red loamy soil,
dan red loamy sandy. Komoditas kentang memiliki nilai deplesi yang variatif, semakin
sering nilai deplesi mendekati nilai RAM maka harus dilakukan penyiraman. Jenis
tanah red loamy sandy soil memiliki nilai deplesi tanah yang menyinggung nilai RAM
sebanyak satu kali .Jenis tanah red loamy soil tidak terdapat nilai deplesi tanah yang
menyinggung nilai RAM, dan baik digunakan untuk lahan pertanian di DI Kumisik.

SARAN
Pemilihan tekstur tanah akan sangat berpengaruh pada proses pertanian. Pemilihan
lahan pertanian yang baik akan bergantung pada banyak faktor yang baiknya diketahui
dana ditentukan terlebih dahulu.

Daftar Notasi
TAW = Total Available Water (mm)
FC = Kandungan air pada Field Capacity (%)
WP = Kandungan air pada Wilting Point (%)
Z = Kedalaman perakaran (mm)
RAW = Ready Available Water (mm)
MAD = Management Allowable Depletion (%)

Daftar Pustaka
Darmayati FD, Sutikto T. 2019. Estimasi total air tersedia bagi tanaman pada berbagai
tekstur tanah menggunakan metode pengukuran kanungan air jenuh. Berkah
Ilmiah PERTANIAN. 2(4): 164-168.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fajra AM. 2018. Kajian Pemberian Air Irigasi Pada Pembibitan Tanaman Kelapa Sawti
(Elais guineensis Jacq) Di PTPN II Kebun Sawit Seberang [skripsi]. Medan (ID) :
Universitas Sumatera Utara.
Ichsan CN, Hayati M dan Mashtura PS. Respon kedelai kultivar kipas putih dan wilis
pada kadar air tanah yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil. Jurnal Agrista.
14 (1): 25-29.
Kurnia U, Nurida NL, Kusnadi H. 2006. Penetapan Retensi Air Tanah di Lapangan.
Jakarta: Badan Penelitian dan PEngembangan Pertanian Departemen Pertanian.
National G, Pillars H. 2013. Kajian Ketersediaan Air Tanah Bebas untuk Kebutuhan
Domestik di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. J PWK. 1:40–45.
Rahmat A, Afandi, Manik TK, Cahyono P. 2013. Pengaruh irigasi dan mulsa kulit
singkong terhadap kadar air tanah serta pertumbuhan tanaman nanas. Jurnal Irigasi.
8(2): 99-114.
Richards LS, Weaver LR. 1943. Fifteen-atmosphere percentages as related to the
permanent wilting percentage. Soil Science. 56: 331-339.
Simanjuntak BH, Agus YH, Yulianto SJ. 2016. Study of Availability Soil Water for
Determination of Surplus-Deficit Soil Water and Planting Pattern. Konser Karya
Ilm. 2:113–124.
Wahjunie EDO, Haridjaja H, Soedodo, Sudarsono. 2008. Pergerakan air pada tanah
dengan karakteristik pori berbeda dan pengaruh pada ketersediaan air bagi tanaman.
Tanah dan Iklim. 28(1): 15-26.
NOTULENSI
KELOMPOK 3 – PERTEMUAN 4

Nama/NIM : Ahmad Rijani Hasby/F44190092


Kelompok :1
Pertanyaan : Kenapa defleksi air tanah pd tanaman kentang berfluktuasi?
Penjawab : Zayyaan Nabiila/F44190081
Jawaban : Defleksi kentang berfluktuasi karena pada penanaman kentang,
lahannya tidak digenangibair jadi pasti mengalami penyusutan kadar
air tanah, sedangkan pada padi lahannya digenangi air sehingga kadar
air tanah tidak berkurang

Nama/NIM : Andy Fadillah/F44190093


Kelompok :6
Pertanyaan : Kenapa padi beda faktor deplesinya padahal komoditasnya sama?
Penjawab : Gary Aqnar Adinugraha/F44190099
Jawaban : Faktor deplesi pada kedua masa tanam padi relatif sama tren nya,
namun faktor deplesi yang berbeda terjadi pada masa penyiapan lahan
atau waktu bero disini dapat dilihat bahwa faktor deplesi pada padi
yang ditanam di bulan Agustus memiliki faktor deplesi yang tinggi
dibandingkan bulan januari karena pengaruh musim.

Nama/NIM : Hardiyan Yulianto/F44190077


Kelompok :2
Pertanyaan : Tadi saya dengar ada kata redoksimorfik, boleh dijelasin lebih lanjut
mengenai hal tersebut?
Penjawab : Maharani Bilqist Caroline/F44190079
Jawaban : Redoksimorfik itu merupakan faktor dari konsentrasi besi, mangan,
dan deplesi besi yang terdapat pada tanah. Hal ini terjadi melalui
dekomposisi mikroba bahan organik tanah dalam kondisi anaerobik.
Konsentrasi besi akan berwarna merah/oranye dan konsentrasi
mangan berwarna biru gunmental hampir ke hitam. Jika pada tanah
yang digali dapat terlihat warna-warna tersebut, dapat diartikan pada
titik tersebuth kejenuhan air tanah dicapai.
Nama/NIM : Farhan Mukti Ali/F44190085
Kelompok :4
Pertanyaan : Kapan terjadinya histerisis?
Penjawab : Zayyaan Nabiila/F44190081
Jawaban : Histerisis terjadi ketika profil atas tanah mengalami desorbsi
sedangkan profil bawah tanah mengalami absorbsi sehingga pada
kondisi ini kadar air tanah bisa tersimpan maksimal.

Nama/NIM : Fathan Putra Mardela/F44190087


Kelompok :5
Pertanyaan : Black clay soil punya RAW tertinggi yg ditampilkan tadi?
Penjawab : Zayyaan Nabiila/F44190081
Jawaban : Karena tekstur tanah berpengaruh pada total air yang tersedia dalam
tanah tersebut. Beberapap faktor yang bisa mempengaruhi adalah
tekstur tanah berupa ukuran butiran tanah dan kandungan tanah
tersebut.

Tanggapan Pak Asep :


Dalam penyajian data ketersedian iar tanah untuk penanaman dan jenis tanah kalau bisa
dimasukkan juga data-data iklimnya, seperti curah hujan dan kelembabannya.

Anda mungkin juga menyukai