Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN ILMU NEUROLOGI JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

Cervical Syndrome – The Effectiveness Of Physical


Therapy Interventions

Disusun oleh:
FARRA Y. PATTIPAWAE
NIM. 2018-84-057

Pembimbing:

dr. Laura B.S Huwae, Sp.S, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
SINDROM SERVIKAL – INTERVENSI EFEKTIVITAS
TERAPI FISIK

Mersija Kasumovic1, Emir Gorcevic2, Semir Gorcevic3, Jasna Osmanovic3


PI Institusi Kedokteran kerja dan olahraga dari Zenica – Doboj Canton, Zenica, Bosnia dan Herzegovina 1
Pusat Klinis Universitas Sarajevo, Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina 2
Fakultas Kedokteran Universitas Sarajevo, Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina 2

Pengantar: Sindrom servikal mengacu pada kumpulan gangguan yang


disebabkan oleh perubahan tulang belakang servikal dan jaringan lunak yang
mengelilinginya, dengan rasa sakit karena gejala yang dominan. Sakit leher telah
menjadi masalah umum diantara sebagian besar populasi saat ini. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terhadap masalah ini termasuk gaya hidup modern, duduk
yang berlangsung lama dan salah. Sikap badan yang dipaksa dan tetap. Sumber
dari kesulitan-kesulitan ini ditemukan pada gangguan mekanis pada struktur
tulang belakang leher, postur tubuh yang buruk dan gerakan tubuh yang
tersentak–sentak. Di negara-negara Skandinavia nyeri leher dianggap menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Metode: Penelitian ini mengevaluasi 25 pasien
dengan diagnosis sindrom servikal. Penelitian ini dilakukan di PI Institusi
Kedokteran kerja dan olahraga Zenica Doboj Canton. Hasil dan kesimpulan:
Penelitian ini melibatkan 25 pasien yang menderita sindrom servikal. Analisis
statistic distribusi jenis kelamin menunjukkan bahwa 36% pasien adalah laki-laki,
sementara 64% adalah perempuan. Usia rata-rata peserta penelitian adalah 46,76 ±
4,23. Usia pasien berkisar antara 39 hingga 54 tahun, secara statistik perbedaan
usia rata-rata pasien pria dan wanita tidak signifikan, p=0,691. Jenis analisis ini
menggunakan aktivitas yang dilakukan pasien, penilitian ini menemukan
hubungan positif antara nyeri leher dan duduk lama ditempat kerja. 76% total
pasien yang melakukan pekerjaan dilaur kantor. Setiap metode terapi fisik yang
diterapkam dalam pengobatan pasien nyeri leher terbukti berguna. Namun,
kombinasi elektroterapi, kinesioterapi dan pijat manual terbukti menjadi yang
paling efektif. Kesimpulan: Sindrom servikal adalah kondisi medis umum yang
mempengaruhi populasi orang dewasa, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita
dan pekerja kantor. kondisi ini membuat beban sosial ekonomi yang cukup besar
pada mereka yang menderita. Rasa sakit servikal tingkat keparahan sangat besar-
dari sedang sampai tak tertahankan, sehingga menyebabkan tingkat
ketidakhadiran kerja dan penurunan kualitas hidup. Program terapi fisik yang
tepat dapat membantu pasien dengan nyeri leher kembali ke aktivitas normal
sehari-hari mereka, meningkatkan kualitas hidup mereka, serta mengurangi
ketidakhadiran kerja. Kata kunci: Sindrom servikal, terapi fisik, nyeri leher.

1. PENGANTAR
Sindrom servikal mengacu pada serangkaian gangguan yang disebabkan
oleh perubahan di tulang belakang leher dan jaringan lunak mengelilinginya,
dengan rasa sakit sebagai gejala dominan. Sakit leher telah menjadi masalah
umum diantara sebagian besar populasi saat ini. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap masalah ini termasuk gaya hidup modern, duduk yang
berlangsung lama dan salah. Sikap badan yang dipaksa dan tetap. Sumber dari
kesulitan-kesulitan ini ditemukan pada gangguan mekanis pada struktur tulang
belakang leher, postur tubuh yang buruk dan gerakan tubuh yang tersentak–
sentak.
Di negara-negara Skandinavia nyeri leher dianggap menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Dalam penelitian 1 tahun Fejer at el. Melaporkan Negara
Skandinavia mencoba untuk memiliki lebih banyakt pasien sakit leher dari seluruh
Eropa dan Asia. Dilaporkan wanita lebih banyak nyeri leher dibandingkan laki-
laki. Dua pertiga populasi dunia mengalami NP (Nyeri leher) pada suatu saat
Selma masa hidup, prevalensi tertinggi berada diantara orang tua paruh baya. NP
adalah gejala umum yang mempengaruhi negara-negar barat. Menurut penelitian
yang dilakukan di Kanada, sekitar 67% orang dewasa telah mengalami NP selama
masa hidup mereka. Survei Takala dan at el. Perkiraan prevalensi NP pada 18 %
untuk wanita dan 16 % untuk pria, sementara 10% dari semua pasien mengalami
rasa sakit yang memancar dari leher ke ekstremitas atas. Survei Kesehatan Mini
Finlandia, yang dilakukan pada sampel 8000 populasi di Filandia yang berusia 30
atau lebih, dilaporka 95% pria dengan sindrom leher kronik dan 13,5% pada
wanita. Dalam beberapa tahun terakhir, badan penelitian telah membuktikan
prevalensi NP yang signifikan tinggi antara remaja berkisar 20 dan 60% di
negara-negera maju, terkait dengan kemajuan teknologi dan aktivitas yang
berkurang.
Penyebab paling umum dari NP adalah perubahan degenerative dalam
tulang belakang servikal, terjadi bahkan 90% dari kasus-kasus. Perubahan
degeneratif berkembang di sendi intervertebralis, sendi costovertebral, sendi yang
tidak tertutup (uncovertebral) dan diskus intervertebralis, herniasi diskus. Insiden
tahunan herniasi servikal diperkirakan 5,5 per 100.000 populasi, terjadi paling
sering diantara usia 45 dan 54 tahun (Menurut Kondo et al). Terlepas dari proses
degeneratif, NP dapat dihasilkan dari berbagai penyebab, termasuk trauma (patah
tulang, memar, distorsi dan robeknya ligament), proses inflamasi (rheumatoid dan
infeksi), serta perubahan metabolisme dan tumor. Gejala utamanya adalah nyeri,
Nyeri tulang belakang servikal dapat menjalar ke bahu, turun ke satu atau kedua
lengan dan kembali. Sensasi nyeri meningkatkan ketegangan oto di bagian
belakang leher, teraba kekakuan leher, gerakan leher berkurang dan gangguan
vegetatif di daerah kepala dan ekstremitas atas (telinga berdengung, penglihatan
kabur, sakit kepala, pusing, kelelahan). Gangguan NP mempengaruhi fungsi fisik
dan psikologis dan dapat berdampak negative pada aktivitas kehidupan sehari-hari
dalam hal membatasi mobilitas fungsional, sehingga berkurang kualiitas hidup.
Sindrom NP merupakan masalah yang sering terjadi saat ini, dan sangat
terkait dengan gaya hidup modern. Baik, jumlah orang yang bertahan dalam posisi
lama susuk d rumah (menonton TV) atau di tempat kerja (duduk di depan meja
computer) telah sangat meningkat. Posisi yang berlebihan dan salah pada tulang
belakang menyebabkan postur yang buruk. Karena postur tubuh berhubungan
dengan kerja berlebihan, tulang belakang leher (serta leher dan otot bahu)
mengalami strees besar. Banyak penelitian telah mengkonfirmasi hubungan antara
nyeri leher/lengan dan postur tubuh yang berhubungan dengan pekejaan yang
tidak memadai.

2. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan distribusi jenis
kelamin dan usia pasien dengan sindrom servikal, aktivitas terkait dengan
pekerjaan sehari-hari, dan melaporkan penilaian nyeri sebelum dan sesudah
perawatan fisik. Tujuan tambahan adalah mengidentifikasi metode terapi fisik
yang menawarkan penghilang nyeri yang paling efektif.

3. METODE
Studi ini mengevaluasi 25 pasien dengan diagnosis sindrom servikal.
Penelitian ini dilakukan di PI Institusi Kedokteran kerja dan olahraga Zenica
Doboj Canton. Setiap pasien menerima dua puluh sesi perawatan terapi fisik.
Pemeriksaan ini menilai tingakt nyeri sebelum dan sesudah perawatan. Intensitas
nyeri diukur dengan menggunakan Skala Analog Visual (VAS), dengan sebelas
kategori, mulai dari 0-10, dimana 0 menunjukkan tidak ada rasa nyeri, 1,2,3 poin -
nyeri ringan, 4,5,6, poin - nyeri sedang, 7,8,9 poin - nyeri hebat dan 10 poin –
kemungkinan nyeri yang paling hebat. Penilaian nyeri dilakukan pada hari
pertama dan ke-20 perwatan. Riwayat medis dicatat secara terperinci dan akurat,
termasuk informasi dasar pada pasien. Setelah pengumpulan data, analisis statistik
dilakukan, dengan hasil yang disajikan dalam tabel dan grafik. Tingkat
signifikansi adalah p <0,05. Tes ANOVA digunakan.
Frekuensi Persen Persentase Persentase
yang valid kumulatif
Laki-laki 9 36.0 36.0 36.0
Perempuan 16 64.0 64.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin.

95% Interval
keyakinan
Usia N Mean SD SEM untuk Mean Minimum Maximu
m
Batas Batas
bawah atas
Laki-laki 9 47.22 4.65 1.55 43.64 50.80 39.00 54.00
Perempuan 1 46.50 4.11 1.02 44.30 48.69 40.00 54.00
6
Total 2 46.76 4.23 0.84 45.01 48.50 39.00 54.00
5
Tabel 2. Distribusi Usia.

4. HASIL
Penelitian ini melibatkan 25 pasien yang menderita sindrom servikal 9
(36%) pria dan 16 (64%) wanita. Data deskriptif menunjukkan prevalensi pasien
wanita, memberikan rasio frekuensi pria : wanita 1 : 1,77.
Analisis distribusi usia mengungkapkan usia rata-rata pasien yang termasuk
dalam penelitian ini adalah 46,76 ± 4,23 tahun. Berarti usia rata-rata peserta pria
adalah 47,22 ± 4,65 tahun, sedangkan peserta perempuan adalah 46,50 ± 4,11
tahun. Tes ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan statistik yang signifikan
untuk usia rata-rata pasien dalam kaitannya dengan jenis kelamin, F = 0,162; df =
1; p = 0,691.

Frekuensi Persen Persentase Persentase


yang valid kumulatif
Kerja kantor 19 76.0 76.0 76.0
Kerja fisik 6 24.0 24.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Tabel 3. Jenis kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh pasien yang berpartisipasi dalam
penelitian ini.

Nyeri Frekuensi Persen Persentase Persentase


yang valid kumulatif
Ringan 4 16.0 16.0 16.0
Sedang 6 24.0 24.0 40.0
Hebat 13 52.0 52.0 92.0
Sangat hebat 2 6.0 6.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Tabel 4. Kelompok pasien sesuai dengan intensitas NP

Frekuensi Persen Persentase Persentase


yang valid kumulatif
Fase akut 22 88.0 88.0 88.0
Fase kronik 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Tabel 5. Fase kondisi pada awal

Nyeri Frekuensi Persen Persentase Persentase


yang valid kumulatif
Elektroterapi 16 64.0 64.0 64.0
Kinesioterapi 5 20.0 20.0 84.0
Pijat manual 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Tabel 6. Metode terapi fisik untuk pengobatan pasien dengan sindrom servikal

Sebagian besar pasien yang termasuk dalam penelitian ini telah melakukan
pekerjaan kantor yaitu 19 (76%), sementara 6 (24%) dari pasien telah terlibat
dalam jenis pekerjaan fisik. Uji chi-square menunjukkan perbedaan statistik yang
signifikan dalam frekuensi jenis pekerjaan yang dilakukan pasien, dengan mereka
teerlibat dalam kantor terkait kegiatan yang mewakili kelompok yang lebih besar,
X2 = 6,760; df = 1; p = 0,009.
Secara keseluruhan, nyeri leher ringan dialami oleh 4 (16%), nyeri sedang
sebesar 6 (24%), dan kemungkinan nyeri paling hebat oleh 2 (8%) pasien. Nyeri
hebat mempengaruhi kelompok terbesar 13 (52%) pasien. Ada perbedaan statistic
yang signifikan dalam frekuensi pasien mengenai tingkat nyeri, dengan dominasi
mereka yang dipengaruhi oleh rasa nyeri hebat. Temuan ini dikonfismasi dengan
uji chi-squre, X2 = 11,00; df = 1; p = 0,012.
Tabel 5 mewakili analisis fase kondisi pada awal. Sebagian besar pasien
berada dalam fase akut dari kondisi 22 (88%), sementara hanya 3 (12%) dari
mereka berada dalam fase kronis.
Elektroterapi, metode terapi fisik yang umum digunakan untuk pengobatan
pasien dengan sindrom servikal, dilakukan untuk 16 (64%) pasien; 5 (20%) pasien
melakukan kinesioterapi, sedangkan pijat manual dilakukan dengan 4 (16%)
pasien.

Grafik 1. Skor Intensitas Nyeri Rata-rata Sebelum dan Sesudah Perawatan Tergantung
Pada Jenis Intervensi Terapi Fisik

5. DISKUSI
Sindrom servikal adalah masalah medis yang umum saat ini, lebih banyak
diderita wanita daripada pria pada usia yang sama.
Penelitian inni termasuk 25 pasien. Menurut analisis statistic distribusi jenis
kelamin, 36% pasien adalah laki-laki, dan 64% adalah perempuan.
Penelitian yang dilakukan di AS pada tahun 2004 melibatkan 537 pasien
dengan nyeri leher 42% adalah perempuan dan 58% adalah wanita. Penelitian lain
dilakukan keluar di Salt Lake City pada 2007, termasuk 274 pasien sakit leher
74% wanita dan 26% pria. Penelitian Anderson, yang mencakup 990 pasien, yang
dilaporkan lebih banyak wanita daripada pria 570 wanita berbanding 420 pria.
Usia rata-rata pasien yang termasuk dalam pasien ini adalah 46,76 ± 4,23
tahun. Usia pasien mulai dari 39 hingga 54 tahun. Juga, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik dalam usia rata-rata pasien laki-laki dan perempuan, p =
0,691.
Dalam studi yang dilakukan di AS oleh Xuemei L. et al. Usia rata-rata
pasien nyeri leher adalah 54,15 tahun. Dalam penelitiannya yang melibatkan 990
pasien dengan nyeri leher, Anderson melaporakan usia rata-rata pasien wanita
adalah 44 tahun, sedangkan usia rata-rata pasien pria adaah 49 tahun. Meskipun
nyeri leher mepengaruhi kelompok populasi yang lebih muda dan lebih tua,
sebagian besar penelitian menunjukkan frekuensi yang lebih besar di antara
orang-orang berusia 35 hingga 49 tahun, yang sesuai dengan hasil penelitian ini.
Menganalisis jenis kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh pasien,
penelitian ini menemubakn hubungan positif antara nyeri leher dan lama duduk
ditempat kerja. Pasien yang melakukan pekerjaan kantor terdiri dari 76% dari
jumlah total.
Ariëns et al. telah melaporkan peningkatan risiko nyeri leher pada pekerja
yang duduk lebih dari 95% dari waktu kerja dibandingkan dengan mereka yang
jarang duduk di tempat kerja.
Sindrom Servikal dapat berkembang dari tahap akut ke subakut daan kronis.
Pada fase akut, rasa nyeri dapat muncul dari beberapa hari hingga beberapa
minggu. Jika rasa nyeri menetap selama beberapa minggu atau lebih, itu dianggap
kronis (mempengaruhi sekitar 10% pasien).
Analisi terperinci fase klinis kondisi tersebut mengungkapkan bahwa 88%
pasien nyeri leher yang berpartisipasi dalam penelitian ini berada dalam tahap
akut sedangkan 12% berada pada tahap kronis. Menilai efek pasca terapeutik dari
perawatan fisik tertentu pada status fungsional pasien, kesimpulan statistic tentang
elektroterapi menjadi metode yang paling efektif dalam meningkatkan status
fungsional pasien NP. Setiap metode terapi fisik yang diterapkan dalam
pengobatan pasien NP terbukti bermanfaat. Namun, kombinasi elektroterapi,
kinesioterapi dan pijat manual terbukti paling efektif.
Ivankovic Prokic menilai efektivitas intervensi terapi fisik untuk sindrom
servikal dalam sebuah penelitian termasuk 31 kelompok pasien. Penelitian ini
menilai intensitas nyeri yang diukur dengan VAS dan pergerakan tulang belakang
servikal, dari awal hingga akhir terapi. Prosedur terapi fisik yang digunakan
dalam pengobatan adalah USG (93,54% pasien), DDC (70,69%), TENS
(32,35%), IFC (22,58%), GC (22,58%), Elektroforesis Novocaine (9,67%) dan
magnetoterapi (6,45%). Hasil yang didasarkam pada sistem penilaian VAS dan
peningkatan rentang gerak tulang belakang servikal menunjukkan peningkatan
yang signifikan dalam kelompok, karena efektivitas klinis yang signifikan dari
terapi fisik dalam pengobatan nyeri leher, yang sesuai dengan hasil dari penelitian
ini.

6. KESIMPULAN
Sindrom servikal adalah kondisi medis umum yang terutama mempengaruhi
populasi orang dewasa, dengan prevalensi lebih tinggi diantara wanita dan pekerja
kantor. kondisi ini menempatkan beban soail ekonomi yang cukup besar pada
mereka yang menderita. Nyeri servikal berkisar dari tingkat keparahan mulai dari
sedang hingga tidak tertahankan, sehingga menyebabkan tingkat absensi kerja
yang tinggi serta penurunan kualitas hidup. Program terapi fisik yang tepat dapat
membandtu pasien dengan nyeri leher kembali ke aktivitas normal sehari-hari,
meningkatkan kualitas hidup mereka, serta mengurangi ketidakhadiran ditempat
kerja.

Anda mungkin juga menyukai