Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR MIKOLOGI PROSPEK FUNGI SEBAGAI PENGHASIL BIOETANOL

Oleh : Mesya Nurhanifah Elisabet RRBH Nevy Yunda Pratiwi Saniyatun M. S. Septian Rhandy A. B1J008015 B1J008017 B1J008019 B1J008024 B1J007153

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2011

PE

Seiring dengan bertambahnya pendudukdan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta menipisnya cadangan minyak bumi, maka dicari energi alternatif untuk menunjang kebutuhan akan energi. Salah satunya dengan mengkonversi biomasa menjadi bioetanol.Teknologi yang mengkonversi biomasa menjadi bioetanol merupakan teknologi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena dapat memanfaatkan bahan limbah sebagai bahan baku. Melalui penerapan bioteknologi, dengan penggunaan mikroba sebagai penghasil enzim, diharapkan akan diperoleh teknologi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan proses kimiawi yang selama ini banyak dilakukan (Anindyawati, 2009). Cepat atau lambat cadangan minyakbumi dunia pasti akan habis. Ini disebabkan olehdepositnya yang terbatas dan tidak dapatdiperbaharui.Keadaan ini mendorong negaranegaraindustri mencari sumber energi alternatifseperti etanol, metana, dan

hidrogen.Etanolmenjadi pilihan utama dunia karena senyawa inidapat terus menerus diproduksi baik secarafermentasi maupun sintesis kimiawi (Koesoemadinata, 2001). Pengembangan bioenergi seperti bioetanol dari biomassa sebagai sumber bahan baku yang dapat diperbarui merupakan satu alternatif yang memiliki nilai positif dari aspek sosial dan lingkungan. Etanol yang mempunyai rumus kimia C2H5 OH adalah zat organik dalam kelompok alkohol dan banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Pada umumnya etanol diproduksi dengancara fermentasi dengan bantuan mikroorganisme, oleh karenanya sering disebut sebagai bioethanol (Samsuri, 2007). Bahan baku untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu gula, pati dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-buahan, dapat langsung dikonversi menjadi etanol.Sumber dari bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula.Sumber selulosa yang berasal dari kayu, limbah pertanian, limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral (Lin and Tanaka, 2006). Etanol untuk kegunaan konsumsi manusia (seperti minuman beralkohol) dan kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi. Spesiesragi tertentu (misalny a Saccharomyces cerevisiae) mencerna gula dan menghasilkan etanol dan karbon dioksida: C6H12 O6 2CH3CH2 OH + 2CO2

Proses membiakkan ragi untuk mendapatkan alkohol disebut sebagai fermentasi. Konsentrasi etanol yang tinggi akan beracun bagi ragi. Pada jenis ragi yang paling toleran terhadap etanol, ragi tersebut hanya dapat bertahan pada lingkungan 15% etanol berdasarkan volume.Untuk menghasilkan etanol dari bahan-bahan pati, misalnya serealia, pati tersebut haruslah diubah terlebih dahulu menjadi gula.Dalam pembuatan bir, ini dapat dilakukan dengan merendam biji gandum dalam air dan membiarkannya berkecambah. Biji gandum yang baru berkecambah tersebut akan menghasilkan enzim amilase. Biji kecambah gandum ditumbuk, dan amilase yang ada akan mengubah pati menjadi gula.Untuk etanol bahan bakar, hidrolisis pati menjadi glukosa dapat dilakukan dengan lebih cepat menggunakan asam sulfat encer, menambahkan fungi penghasil amilase, ataupun kombinasi dua cara tersebut (Anonim, 2011). Berbagai yeast yang berperan dalam produksi bioetanol diantaranya adalah Saccharomyces cerevisiae, Kluyveromyces dan Candida (Lin and Tanaka, 2006). Penggunaan spesies yeast yang berbeda dalam produksi bioetanol sangat berpengaruh terhadap konsentrasi bioetanol yang dihasilkan. Selain itu, konsentrasi bioetanol yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, sumber karbon, sumber nitrogen dan waktu inkubasi dari masing-masing yeast selama fermentasi. Penggunaan Saccharomyces cerevisiaedalam produksi etanol secara fermentasi telahbanyak dikembangkan di beberapa negara,seperti Brasil, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat(Narita, 2005).Hal ini disebabkan karenaSaccharomyces cerevisiae dapat

memproduksietanol dalam jumlah besar dan mempunyaitoleransi terhadap alko hol yang tinggi.Selain Saccharomyces cerevisiae,Zymomonas mobilis juga sangat potensial, namunbakteri ini perlu dikembangkan lebih lanjut,karena toleransinya yang rendah terhadap garamdalam media dan membutuhkan media yangsteril, sehingga menyulitkan untuk aplikasi skalaindustri (Iida, dkk., 1993; Saroso, 1998;Hepworth, 2005).Oleh karena itu ragi(Saccharomyces cerevisiae) adalahmikroorganisme penghasil etanol yang palingdikenal saat ini.

ISI

Semakin berkurangnya sumber bahan bakar fosil, Indonesia mentargetkan program yang diharapkan dapat menjadi jalan keluar terbaik dari ancaman krisis bahan bakar dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yaitu dengan mengembangkan biofuel (bahan bakar nabati).Etanol mempunyai nilai ekonomis (nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah) yang tinggi karena etanol dapat berfungsi sebagai pelarut, bahan bakar dan sebagainya.Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sifat etanol yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan karena emisi karbondioksidanya rendah.Etanol dapat digunakan sebagai bahan campuran bensin (gasolin) yang kemudian dinamakan gasohol, dan juga dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar.Di Indonesia produksi etanol semakin meningkat. Pabrik pembuat etanol pun semakin berkembang (Nugroho, dkk., 2008). Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Dalam dunia industri, etanol umumnya dipergunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku farmasi dan kosmetika. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga grade sebagai berikut: 1. Grade industri dengan kadar alkohol 90-94% 2. Netral dengan kadar alkohol 96-99,5%, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku obat dalam industri farmasi 3. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5% (Prihardana, R., dkk. 2008). Salah satu metode pembuatan etanol yang paling terkenal adalah fermentasi. Bahan baku untuk proses fermentasi berupa bahan mentah seperti monosakarida atau disakarida (gula tebu, tetes tebu), bahan berpati (padi, jagung, umbi, dll), dan bahan selulosa (kayu, limbah pertanian). Ragi yang dapat digunakan dalam proses fermentasi etanol adalah Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces uvarum (tadinya Saccharomyces

carlsbergensis), Candida utilis, Saccharomyces anamensis, Schizosccharomyces pombe. Proses fermentasi dapat dijalankan secara batch maupun kontinyu. Fermentasi secara batch membutuhkan waktu sekitar 50 jam, pH awal 4,5 dan suhu 20-30 oC untuk menghasilkan

yield etanol 90% dari nilai gula teoritis. Hasil akhir etanol sekitar 10-16% v/v (Bailey, 1986). Ditinjau dari kandungan pati, limbah padat tapioka mempunyai potensi untuk dikembangkan manfaatnya, yaitu dengan mengolah limbah secara fermentasi menjadi glukosa dan diteruskan menjadi etanol. Pati merupakan salah satu karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa, dan selanjutnya melalui proses fermentasi glukosa dirubah menjadi etanol. Fermentasi glukosa menjadi etanol dapat dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme jenis Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae. Menurut hasil penelitian Nugroho, dkk (2008) bahwa limbah padat tapioka dapat didekomposisi (fermentasi) menjadi etanol dengan menggunakan Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae.Kadar etanol yang diperoleh dengan menggunakan kultur tercampur antara Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae adalah 2,485% pada konsentrasi mikroorganisme 10% dan 2,123% pada konsentrasi mikroorganisme 20%. Mikroorganisme yang umum dipergunakan dalam fermentasi adalah bakteri dan fungi.Fungi adalah mikroorganisme yang tidak memiliki butir-butir hijau daun (klorofil). Contoh fungi antara lain adalah ragi/yeast dan jamur/molds. Bakteri, ragi dan jamur memerlukan sumber energi dan nutrien untuk tumbuh, berkembang biak dan menghasilkan senyawa kimia. Bakteri dan ragi adalah mahluk hidup uniseluler dan sangat kecil ukurannya sedangkan jamur adalah mahluk hidup multiseluler (Suharto, 1995). Dharmasthiti et al (1984 dalam Astuti, 1999) menjelaskan bahwa Aspergillus niger termasuk kelas Acomycestes, ordo Aspergillales (Plectascales), keluarga Aspergillaceae, genus Aspergillus. Fungi ini dikenal sebagai jamur amilolitik karena mengandung enzim glukoamilase yang dapat menghidrolisis pati yang menghasilkan glukosa.Rahayu (1988 dalam Pujiastuti, 1999) menyebutkan bahwa Saccharomyces berasal dari bahasa Mesir yaitu saccharos yang berarti gula dan mycos yang berarti jamur.Ragi ini merupakan jasad renik yang fakultatif anaerobik (dapat hidup dengan dan tanpa oksigen) dengan kemampuan membentuk etanol dan karbondioksida yang tinggi. Fermentasi gula dengan Saccharomyces cerevisiae hasil menurut (seimbang) reaksi kimia: C6H12 O6+H2O CO2 + C2H5OH

Yeast merupakan fungsi uniseluler yang melakukan reproduksi secara pertunasan (budding) atau pembelahan (fission). Yeast tidak berklorofil, tidak berflagella, berukuran lebih besar dari bakteri, tidak dapat membentuk miselium berukuran bulat, bulat telur, batang, silinder seperti buah jeruk, kadang-kadang dapat mengalami diforfisme, bersifat saprofit, namun ada beberapa yang bersifat parasit.Saccharomyces cerevisiae merupakan

yeast yang termasuk dalam kelas Hemiascomycetes, ordo Endomycetales, famili Saccharomycetaceae, Subfamili Saccharoycoideae, dan genus Saccharomyces (Frazier dan Westhoff, 1978).Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme uniseluler yang bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme (Alexopoulus dan Mims, 1979).Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula, diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannosa, maltosa dan maltotriosa (Lewis dan Young, 1990).Saccharomyces cerevisiae merupakan mikrobia yang paling banyak digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 32oC (Kartika et.al.,1992). Menurut Winarno (1994), khamir sejak dulu berperan dalamfermentasi yang bersifat alkohol, dimana produk utama dari metabolism adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis utama yang berperandalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadialkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya. Menurut Schlegel dan Schmid (1994), diantara mikroorganisme etanolmerupakan produk peragian gula yang paling tersebar luas.Bahkan padatumbuh-tumbuhan dan banyak fungi pada kondisi anaerob terjadi penimbunanalkohol (etanol). Produsen utama alkohol adalah ragi terutama dari strainSaccharomyces cerevisiae. Ragi-ragi seperti juga kebanyakan fungimerupakan organisme yang bernafas secara aerob.Dalam lingkungan terisolasi dari udara, organisme ini meragikan karbohidrat menjadi etanol

dankarbondioksida.Peragian glukosa oleh ragi merupakan peristiwa anaerob, ragisendiri adalah organisme aerob.Pada kondisi anaerob fermentasi oleh ragiaman intensif, namun ragi sendiri hampir tidak tumbuh.Dengan mengalirkanudara maka peragian dapat dihambat sempurna dan memasukkan banyakudara.

KESIMPUL

Berdasarkan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Energi alternatif untuk menunjang kebutuhan akan energi minyak bumi yang cadangannya semakin menipis, salah satunya dengan mengkonversi biomassa menjadi bioetanol dengan metode yang paling umum yaitu fermentasi. 2. Fermentasi glukosa menjadi etanol dapat dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme jenis Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae. 3. Berbagai yeast yang berperan dalam produksi bioetanol diantaranya adalah Saccharomyces cerevisiae, Kluyveromyces dan Candida. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C.J and C.W. Mims. 1979. Introductory Technology. John Wiley and Sons. New York. 632 PP. Anindyawati, Trisanti. 2009. Prospek Enzim dan Limbah Lignoselulosa untuk Produksi Bioetanol. BS, Vol.44, No.1: 49-56. Bailey, James E. and David F. Ollis, 1986, Biochemical Engineering Fundamentals, 2nd edition, McGraw-Hill Book Co., Singapore. Dharmastiti, S.C., T. Yoshida & A. Bhimiratana, 1994. Production of Glukoamilase from Aspergillus niger, Dalam: H. Taguchi (ed.) Microbial Utilization of Renewable Resource. Vol.4. International Center of Cooperative Research in Biotechnology.Falculty of Engineering.Osaka University. Japan. p 107-114. Frazier, W.C dan W.C. Westhoff. 1978. Food Microbiology. Mc Graw Hill Publishing Co.ltd. New Delhi. India. Iida, T., Izumida, H., Akagi, Y. dan Sakamoto, M. 1993. Continuous Ethanol Fermentation in Molasses Medium Using Z. mobilis Immobilized in Photocrosslinkable Resin Gels. Journal of Fermentation and Bioengineering, Vol. 75, No. 1: 32-35. Kartika, B., A.D. Guritno, D. Purwadi, D. Ismoyowati. 1992. Petunjuk Evaluasi Produk Industri Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta. Koesoemadinata, V. C. 2001. Pemanfaatan Gula Hasil Hidrolisis Hemiselulosa Tandan Kosong Sawit untuk Produksi Etanol Secara Fermentasi. Laporan Hasil Penelitian, Jurusan Teknik Kimia FTI, ITB. Lewis, M.J and T.W. Young. 1990. Brewing. Chapman and Hall. New York. 256 PP. Lin, Yan, and S. Tanaka. 2006. Ethanol Fermentation from Biomass Reseources : Current State and Prospects. Appl. Microbiol. Biotechnol. 69: 627-642. Nugroho, A., E. Effendi, dan L. Wongso. 2008. Produksi Etanol dari Limbah Padat Tapioka dengan Aspergillus nigerdan Saccharomyces cerevisiae. Vol.4, No.4: 113118. Pujiastuti L., Nonot S., Sri N., 1999. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Tepung Tapioka Menjadi Etanol dalam Usaha Minimisasi Pencemaran Lingkungan, ITB, Bandung. Samsuri, M., dkk.2007. Pemanfaatan Sellulosa Bagas untuk Produksi Ethanol Melalui Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak dengan Enzim Xylanase. Makara, Teknologi, Vol.11, No.1: 17-24. Schlegel, Hans dan Schmid, Karin. 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press,Yogyakarta. Winarno, F.G. 1994. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai