Anda di halaman 1dari 13

1.

ANALISIS EKONOMI (HASBI)

A. EKONOMI GLOBAL
a. Inflasi (HASBI)
Inflasi tahun-ke-tahun di wilayah OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) naik menjadi 7,2% pada Januari 2022, dibandingkan dengan 6,6% pada
Desember 2021, dan hanya 1,6% pada Januari 2021, mencapai tingkat tertinggi sejak Februari
1991. Peningkatan ini sebagian mencerminkan kenaikan tajam lainnya dalam inflasi di Turki.
Tidak termasuk Turki, inflasi di wilayah OECD naik menjadi 5,8%, setelah 5,5% pada
Desember 2021.1

Inflasi year-on-year di kawasan G20 juga meningkat pada Januari 2022, mencapai 6,5%
dibandingkan dengan 6,1% pada Desember 2021. Di luar OECD, pola inflasi sangat
bervariasi: inflasi year-on-year terus meningkat di India dan Indonesia, tetapi menurun tajam
di Cina (menjadi 0,9%, dari 1,5%), dan pada tingkat yang lebih rendah di Argentina.
(sumber : OECD.org)

Analisis :
Jadi karena inflasi secara global mengalami kenaikan, menurut Sugiyono jika ada inflasi
mengalami kenaikan maka investor sebaiknya membeli saham dengan harga murah.

Note :
Organization of Economic Co-operation and Development (OECD) adalah inter-
governmental organisasi yang memiliki misi untuk mewujudkan perekonomian global yang
kuat, bersih, dan berkeadilan (a stronger, cleaner, fairer world economy). Dalam
implementasinya, OECD membantu para pengambil kebijakan untuk mengatasi berbagai isu
dan permasalahan global terbaru dan mencoba mengidentifikasi solusi kebijakan yang dapat
diterapkan untuk dapat memperoleh manfaat yang optimal dari globalisasi, sambil menjawab
berbagai tantangan dan menyelesaikan persoalan ekonomi, sosial, dan tata kelola yang baik
(good governance) (sumber : fiskal.kemenkeu)

b. Interest Rates (HASBI)


Suku Bunga Jangka Panjang
Suku bunga jangka panjang mengacu pada obligasi pemerintah yang jatuh tempo dalam
sepuluh tahun. Tarif terutama ditentukan oleh harga yang dibebankan oleh pemberi pinjaman,
risiko dari peminjam dan jatuhnya nilai modal. Suku bunga jangka panjang umumnya rata-
rata suku bunga harian, diukur sebagai persentase. Tingkat bunga ini tersirat oleh harga di
mana obligasi pemerintah diperdagangkan di pasar keuangan, bukan tingkat bunga saat
pinjaman diterbitkan. Dalam semua kasus, mereka merujuk pada obligasi yang pembayaran
modalnya dijamin oleh pemerintah. Suku bunga jangka panjang merupakan salah satu
penentu investasi bisnis. Suku bunga jangka panjang yang rendah mendorong investasi pada
peralatan baru dan suku bunga yang tinggi menghambatnya. Investasi, pada gilirannya,
merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi. Sumber : data.oecd.org

Di bawah ini merupakan grafik suku bunga jangka panjang dari berbagai negara di dunia pada
bulan Februari tahun 2022 yang bersumber dari OECD
Sumber : Data OECD
Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa suku bunga Canada sebesar 1,88%, suku bunga
Prancis 0,68%, suku bunga Italy 1,79%, suku bunga Jepang 0,18%, suku bunga Inggris
1,49%, dan yang terakhir suku bunga Amerika sebesar 1,93%.

Dilansir dari CNBC ketua FED (The Federal Reserve System) Jay Powell mengatakan
“we’re going to raise rates a quarter-point on March 16. That was as blunt as you could get.
They’re on for that. They don’t want it to be a surprise” yang berarti suku bunga pada bulan
Maret 2022 akan meningkat.

Analisis :
Bodie, Kane, & Marcus (2002) dalam Suhardi (2007:92) menyatakan hubungan
antara tingkat bunga dengan harga saham adalah negatif. Apabila terjadi kenaikan
tingkat suku bunga, maka pergerakan harga saham akan menurun, sebaliknya apabila
terjadi penurunan tingkat suku bunga, maka harga saham akan naik. Semakin tinggi
tingkat bunga perbankan, akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya pada
investasi di perbankan, obligasi atau aset-aset keuangan berpendapatan tetap.

Oleh karena itu, berdasarkan data di atas, karena FED berencana untuk meningkatkan
suku bunga pada 16 Maret 2022, maka sebaiknya investor jangan membeli saham
terlebih dahulu, sebaiknya investasinya dialihkan ke investasi perbankan saja seperti
obligasi atau aset-aset keuangan berpendapatan tetap.

c. GDP (Gross Domestic Product) (FAJAR)


Ekonomi Amerika Serikat adalah yang terbesar di dunia, diukur dengan PDB (Product
Domestik Bruto) nominal, diikuti oleh China, terbesar kedua di dunia dengan pertumbuhan
tahunan yang secara konsisten melampaui Amerika Serikat, mungkin butuh beberapa tahun
untuk mengambil posisi teratas, menghadapi beberapa tantangan signifikan seperti penuaan
populasi, degradasi lingkungan dan virus Wuhan. Kontributor terbesar lainnya untuk PDB di
dunia, termasuk Jepang, Jerman, Inggris, India, dan Prancis. PDB Dunia adalah 95 triliun
pada 2022, daftar menunjukkan nilai historis, sekarang dan masa depan untuk beberapa
negara dari 2019 hingga 2026.
sumber : Populationu.com

Analisis :
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi suatu negara. PDB yang tinggi menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang
baik. Dengan PDB yang tinggi maka dapat meningkatkan daya beli masyarakat
sehingga penjualan perusahaan ikut meningkat dan laba yang diperoleh perusahaan
semakin besar sehingga dapat meningkatkan harga saham (Faustina, 2013).

Pada daftar GDP beberapa negara di atas, dapat dilihat bahwa GDP tahun 2022 mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun 2021. Oleh karena itu, investor dapat berinvestasi
dengan membeli saham karena GDP yang meningkat akan meningkatkan keuntungan
perusahaan sehingga keuntungan investor juga akan meningkat.

B. EKONOMI INDONESIA
a. Inflasi (HASBI)
Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2022 mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen
dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2022 terhadap Januari 2021) mengalami
kenaikan sebesar 2,18 persen. Inflasi IHK 2021 tercatat sebesar 1,87%.sumber : badan
pusat statistik
Analisis :
Inflasi yang terjadi pada januari tahun 2021 sampai januari tahun 2022 masih
terbilang sebagai inflasi rendah yaitu dibawah 10%.biasanya hal ini tidak
mempengaruhi harga saham karena pada tingkat inflasi rendah biasanya pemerintah
sudah mempunyai rencana untuk mengatasi inflasi tersebut dan dampaknya tidak
sampai ke perusahaan.ini berarti adalah waktu yang tepat untuk membeli saham

b. Interest Rates (HASBI)


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 9-10 Februari 2022 memutuskan
untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku
bunga Lending Facility sebesar 4,25%.sedangkan pada tahun 2019 BI7DRR sebesar
5.00% dan di tahun 2020 sebesar 3,75 sumber : Bank Indonesia

note :
● Deposit Facility (DF) adalah penempatan dana rupiah oleh bank di Bank
Indonesia dalam rangka Operasi Moneter dengan jangka waktu 1 (satu) hari
kerja
● Lending Facility (LF) adalah penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia
kepada bank dalam rangka Operasi Moneter dengan jangka waktu 1 (satu) hari
kerja
● Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan
mengimplementasikan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru
yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang berlaku efektif sejak 19
Agustus 2016, menggantikan BI Rate. inflasi yang ditetapkan. Instrumen BI
7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru
karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki
hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional
atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan,
khususnya penggunaan instrumen repo.

Analisis:
Terjadi penurunan suku bunga yang signifikan pada 3 tahun terakhir yaitu dari 5%
pada tahun 2019 ,3,75 pada tahun 2020,dan 3.5% pada tahun 2021 dan 2022, hal ini
dapat dimanfaatkan untuk membeli saham dan berinvestasi karena jika suku bunga
terjadi penurunan maka beban bunga yang dialami oleh perusahaan berkurang dan
pendapatan yang dihasilkan akan naik. maka income yang didapat dari investor dan
juga pemilik saham akan naik juga

c. GDP (FAJAR)
Perekonomian Indonesia 2021 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp16.970,8 triliun dan PDB per kapita
mencapai Rp62,2 juta atau US$4.349,5. Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh
sebesar 3,69 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020 yang mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi
terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 10,46
persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 24,04 persen. sumber: badan pusat
statistik

Analisis :
dapat disimpulkan dari data di atas bahwa pendapatan nasional di indonesia
mengalami peningkatan sebesar 3,69 persen ini berarti bahwa pendapatan perusahaan
juga ikut meningkat dan dilihat dari pertumbuhan pendapatannya dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan maka waktu yang tepat untuk trader untuk membeli saham

C. TEORI

a. Inflasi
● Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum
dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Menurut Badan Pusat
Statistik, pengertian inflasi dapat dikatakan sebagai kecenderungan naiknya
harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.
Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi bisa
terjadi.

● Penyebab Inflasi :
1. Adanya permintaan yang meningkat (Demand Pull Inflation)
2. Jumlah uang yang beredar bertambah banyak (Quantity Theory Inflation)
3. Adanya biaya produksi yang meningkat (Cosh Push Inflation)
4. Terjadinya inflasi campuran (Mixed Inflation)
5. Inflasi terjadi karena adanya ekspektasi (Expected Inflation)
● Inflasi yang meningkat mengakibatkan daya beli menurun. Artinya setiap nilai
uang hanya dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah
lebih sedikit. Hal ini penting diperhatikan investor, karena bagi investor yang
tertarik pada saham dengan pendapatan tetap atau saham dengan dividen,
inflasi yang tinggi memberikan pengaruh yang kurang menarik
● Ketika inflasi mengalami kenaikan, harga saham pendapatan biasanya akan
menurun. Hal ini berarti pula bahwa memiliki saham dengan dividen akan
mengalami penurunan harga saham ketika inflasi meningkat. Pada kondisi
ini, investor bisa memanfaatkan situasi dengan membeli saham dengan harga
murah.

b. INTEREST RATES
○ Interest rate (suku bunga) adalah biaya yang dibebankan oleh pemberi
pinjaman (lender atau kreditur) kepada peminjam (borrower atau
debitur). Suku bunga ditetapkan berdasarkan persentase jumlah dana
yang dipinjam. Umumnya suku bunga ditetapkan sebagai tingkat
persentase tahunan yang dibebankan atas dana yang dipinjam.
○ Sementara itu suku bunga SBI adalah surat berharga dalam bentuk
rupiah yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Surat tersebut menjadi
bentuk pengakuan utang dengan jangka waktu pendek yang
ditransaksikan dengan diskonto.Fluktuasi tingkat interest rate akan
berpengaruh ke perubahan jumlah investasi di sebuah negara. Hal ini
berasal dari investor baik luar maupun dalam negeri, terlebih pada
jenis investasi portofolio dengan periode singkat atau jangka waktunya
pendek. Fluktuasi tingkat suku bunga memengaruhi demand dan
supply di pasar uang dalam negeri. Jika terjadi penambahan aliran
modal yang masuk dari luar, akan menimbulkan fluktuasi nilai tukar
terhadap mata uang asing di pasar valas.
○ Bodie, Kane, & Marcus (2002) dalam Suhardi (2007:92) menyatakan
hubungan antara tingkat bunga dengan harga saham adalah negatif.
Apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga, maka pergerakan harga
saham akan menurun, sebaliknya apabila terjadi penurunan tingkat
suku bunga, maka harga saham akan naik. Semakin tinggi tingkat
bunga perbankan, akan menyebabkan investor mengalihkan
investasinya pada investasi di perbankan, obligasi atau aset-aset
keuangan berpendapatan tetap. Karena investor mengurangi portofolio
saham dengan melepas saham, maka suplai saham di bursa saham
meningkat dan selanjutnya akan menyebabkan penurunan harga saham
tersebut.
○ Menurut Tandelilin (2010:214) tingkat suku bunga merupakan proksi
bagi investor dalam menentukan tingkat return yang di syaratkan atas
surat investasi. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi pula return
yang di syaratkan investor selanjutnya akan berpengaruh harga-harga
saham di pasar. Perubahan tingkat suku bunga yang meningkat akan
membuat investor menarik investasinya pada saham dan berpindah ke
investasi lain berupa tabungan atau deposito.

c. GDP (Gross Domestic Product)/ Produk Domestik Bruto (PDB)


○ Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting
yang digunakan untuk menilai kinerja perekonomian di suatu negara.
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua
barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara pada suatu
periode tertentu (Mankiw, 2006). PDB pada dasarnya merupakan nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (www.bps.go.id).
○ Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi suatu negara. PDB yang tinggi menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan PDB yang tinggi maka dapat
meningkatkan daya beli masyarakat sehingga penjualan perusahaan
ikut meningkat dan laba yang diperoleh perusahaan semakin besar
sehingga dapat meningkatkan harga saham (Faustina, 2013).

KESIMPULAN :
Berdasarkan data dan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa inflasi, suku bunga
dan PDB mempengaruhi harga saham. Di mana pada saat ini di tahun 2022 baik di tingkat
global maupun Indonesia inflasi mengalami peningkatan, suku bunga juga mengalami
peningkatan dan PDB dibandingkan tahun sebelumnya juga mengalami peningkatan. Oleh
karena itu, disarankan untuk investor untuk tetap berinvestasi dengan membeli saham.

2. Valuasi Sederhana

Tiga Emiten dengan Market Capitalization terbesar di Sub Sektor Heavy Construction &
Civil Engineering Tahun 2021

NO Indikator WIKA WSKT PTPP

1 Lasti Price 1.110 605 1.090

2 Market Cap 9.956 8.212 6.757

3 Paid Capital 8.969 13.573 6.199

4 Net Income 105 253 129

5 Asset 69.509 105.680 56.194

6 Liability 51.529 89.934 41.992

7 Equity 17.980 15.745 14.202

8 Sales 11.648 7.125 11.212

9 Op. Profit 668 3.342 961


10 Ann. EPS 16 25 28

11 PER 71.15 24.38 39.15

12 BV 2.005 1.160 2.291

13 PBV 0.55 0.52 0.48

14 DER 2.87 5.71 2.96

15 Ann. RDA 0.20 0.32 0.31

16 Ann. ROE 0.78 2.14 1.22

17 NPM 0.90 3.55 1.15

18 OPM 5.73 46.90 8.57


Sumber: Stock screener Philips ProTrader

a. Market Cap (FAJAR)


Berdasarkan tabel diatas, 3 emiten dengan market cap terbesar diantaranya:
1) Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan market cap sebesar Rp
9.956.000.000.000
2) Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan market cap sebesar Rp
8.212.000.000.000
3) PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) dengan market cap sebesar Rp
6.757.000.000.000
Dari ketiga emiten ini, ketiganya masuk ke dalam kategori Small Cap karena
kapitalisasinya di bawah 10 triliun. Menurut ocbcnisp.com perusahaan small cap
berpotensi mengalami perkembangan pesat. Tetapi, kita harus tetap berhati-hati
karena kemungkinan kerugian yang bisa didapatkan juga besar.

Perusahaan dengan small market cap adalah emiten yang rentan terkena dampak
fluktuasi ekonomi, dan pergerakannya lebih agresif. Karena itu, perlu strategi yang
lebih teliti jika ingin menanamkan modal di sini.

b. Earning Per Share (FAJAR)


Berdasarkan tabel diatas, 3 emiten dengan Earning Per Share terbesar diantaranya:
1) PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) dengan EPS sebesar Rp. 28
2) Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan EPS sebesar Rp. 25
3) Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan EPS sebesar Rp. 16
Dari ketiga emiten ini, yang mempunyai peluang pertumbuhan potensial paling tinggi
adalah PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) yaitu sebesar Rp. 28.

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar
sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba
per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham
biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar. sumber: (kamus
ekonomi)

Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:154), mendefinisikan Earning Per Share


(EPS) sebagai berikut : “Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk setiap lembar saham yang
beredar”.
Sumber : jurnal

c. Net Profit Margin (RISMA)


Berdasarkan tabel diatas, 3 emiten dengan Net Profit Margin terbesar diantaranya:
1) Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan Net Profit Margin sebesar
3.55%
2) PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) dengan Net Profit Margin sebesar
1.15%
3) Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan Net Profit Margin sebesar
0.90%
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menghitung sejauh mana
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu (David, 2010:240). Jika rasio ini turun maka kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba dianggap cukup rendah dan kemampuan perusahaan dalam
menekan biaya-biaya dianggap kurang baik. Hal ini mengakibatkan harga saham
perusahaan ikut mengalami penurunan (Ardin , 2005:37).

Laba perusahaan bagi pihak investor merupakan daya tarik utama untuk bahan
pertimbangan berinvestasi, karena persepsi investor jika perusahaan mampu
menghasilkan laba yang tinggi maka pengembalian investasi akan tinggi pula.

d. Return on Equity (RISMA)


Berdasarkan tabel diatas, 3 emiten dengan ROE terbesar diantaranya:
1) Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan ROE sebesar 2.14%
2) PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) dengan ROE sebesar 1.22%
3) Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan ROE sebesar 0.78%
ROE atau return on equity adalah salah satu unsur penting demi mengetahui sejauh
mana suatu bisnis mampu mengelola permodalan dari para investornya. Apabila
perhitungan ROE-nya makin besar, maka reputasi perusahaan pun meningkat di mata
pelaku pasar modal. Sebab, usaha tersebut terbukti mampu memanfaatkan bantuan
modal dengan sebaik-baiknya.
sumber : ocbcnisp.com

e. Price to Earning Ratio (RISMA)


Berdasarkan tabel diatas, 3 emiten dengan PER terbesar diantaranya:
1) Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan PER sebesar 71.15X
2) PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) dengan PER sebesar 39.15X
3) Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan PER sebesar 24.38X

Menurut Reeve, dkk (2010:336) “Price Earning Ratio adalah rasio yang merupakan
indikator bagi prospek pendapatan perusahaan di masa mendatang yang dihitung dengan
cara membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal tertentu dengan laba per
saham tahunan.”
sumber : Jurnal

Price to earning ratio (PER) atau perbandingan harga saham dan laba per saham perusahaan
adalah salah satu rasio yang lumayan populer di kalangan investor saham. Rasio ini sering
dipakai oleh para investor untuk menilai mahal atau murahnya suatu saham.

Penilaian murah atau mahal suatu saham akan berdampak terhadap keputusan investas
seorang investor saham berupa beli, tahan atau jual suatu saham. Sejumlah pakar menyatakan
bahwa PER di bawah 10x mengindikasikan bahwa saham tersebut sedang berharga murah.
Kendati demikian, rata-rata PER di suatu sektor saham tidak sama satu dengan yang lain.

sumber: bigalpha.id (oleh Yodie Hardiyan). Mengenal Price to Earning Ratio (PER)
Dalam Investasi Saham

f. Debt Equity Ratio


Berdasarkan tabel di atas, 3 emiten dengan DER terkecil di antaranya:
1) Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dengan DER sebesar 2.87X
2) PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) dengan DER sebesar 2.96X
3) Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dengan DER sebesar 5.71X

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang
ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt Equity Ratio adalah
instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan
untuk melunasi seluruh kewajibannya
Winarto (2007) dalam Sinaga (2017) melakukan penelitian mengenai Debt to Equity
Ratio terhadap return saham. Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber
pendanaan usaha. Semakin besar Debt to Equity Ratio menandakan kinerja
perusahaan buruk. Dimana perusahaan memanfaatkan hutang jangka panjang sebagai
pendanaan usahanya. Sehingga mengakibatkan semakin besar risiko yang harus
ditanggung investor. Semakin besar Debt to Equity Ratio perusahaan akan
mengakibatkan return saham yang diterima kecil, artinya Debt to Equity Ratio
berpengaruh negatif terhadap return saham. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang
semakin kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat
pengembalian yang semakin tinggi.

KESIMPULAN :

Emiten Market Modus


Cap EPS NPM ROE PER DER

WIKA 1 3 3 3 1 1 3

WSKT 2 2 1 1 3 3 2

PTPP 3 1 2 2 2 2 1

Dari beberapa aspek analisis yang ada, seperti market cap, earning per share, net profit
margin, return on equity, price to earning ratio, dan debt equity ratio. Emiten yang bisa
dipilih oleh para investor di sub sektor heavy construction & civil engineering adalah WIKA.
Karena:
1) WIKA memiliki Market Capital yang paling besar dan mendekati Middle Cap. Risiko
kerugian pada kategori ini memang cukup kecil. Pasalnya, perusahaan mid cap
memiliki potensi lebih tinggi untuk berkembang dan menjadi lebih besar.
2) WIKA memiliki PER paling besar yaitu 71.15X yang berarti saham pada perusahaan
ini adalah yang paling mahal. Jika saham mengalami kenaikan, berarti perusahaan ini
bagus. Jadi keuntungan yang diterima investor juga akan semakin besar.
3) WIKA memiliki DER yang paling kecil yaitu 2.87X, yang mana semakin kecil DER
maka kinerja perusahaan semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian
yang semakin tinggi.

REFERENSI :
https://www.oecd.org/newsroom/consumer-prices-oecd-updated-3-march-2022.htm
https://fiskal.kemenkeu.go.id/kajian/2015/12/29/150104299718522-pemetaan-kerja-sama-ri-
oecd
https://data.oecd.org/interest/long-term-interest-rates.htm
https://www.cnbc.com/2022/03/10/theres-more-inflation-coming-as-the-federal-reserve-
starts-raising-interest-rate.html
https://www.populationu.com/gen/countries-by-gdp
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/
sp_244122.aspx#:~:text=Rapat%20Dewan%20Gubernur%20(RDG)%20Bank,Facility
%20sebesar%204%2C25%25.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/02/07/1911/ekonomi-indonesia-triwulan-iv-2021-
tumbuh-5-02-perse
https://www.ocbcnisp.com/en/article/2021/10/14/market-cap-adalah

Sinaga, R. V. (2017). Pengaruh Debt to Equity Ratio (Der), Return on Asset (Roa), Earning Pershare
(Eps), Price Earning Ratio (Per) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Jasa Perhotelan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 146-161.

Musdalipah, M., & Cholid, I. (2019). Analisis Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Borneo Student Research (BSR), 1(1),
423-428.

Sumber : Wijaya, Alfin Hendra.(PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), EARNING


PER SHARE (EPS), PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), DAN INFLASI TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2015

https://www.modalrakyat.id/blog/apa-itu-interest-rate (Oleh Brigitta Winasis-16 Sep 2021

Andriyani, Ima & Armereo, Crystha. (2016). PENGARUH SUKU BUNGA, INFLASI,
NILAI BUKU TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN INDEKS LQ45 YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis ² Volume
15

Maronrong, Ridwan & Nugroho, Kholik (2017) PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA
DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM STUDI KASUS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR OTOMOTIF TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2012 – 2017. Jurnal STEI Ekonomi, Vol 26, No. 02
: https://jatengdaily.com/2021/pengaruh-inflasi-terhadap-saham/#:~:text=Ketika%20inflasi
%20mengalami%20kenaikan%2C%20harga,membeli%20saham%20dengan%20harga
%20murah. (Ditulis oleh Laeli Sugiyono Statistisi Madya pada BPS Provinsi Jawa
Tengah)

Penyebab Inflasi : https://rangkulteman.id/berita/inflasi-adalah-pengertian-penyebab-jenis-


dan-dampaknya

Anda mungkin juga menyukai