Disusun Oleh:
Kelompok 11
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan
angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah
daerah Papua, akan tetapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah
endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang
padat penduduknya.
Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya
angka kematian di banyak negara di dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa
melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah
berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan,
tetapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih
menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap
tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit
tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk
Indonesia.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta
penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia.
Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan
peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu
penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan
terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta
(Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100
ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi
di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk (Nugroho, 2010).
1
2
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pentingnya pengendalian vektor
1.3.2. Mengetahui penyakit malaria
1.3.3. Mengetahui siklus hidup nyamuk anopheles
1.3.4. Mengetahui penyebab akibat nyamuk anopheles
1.3.5. Mengetahui upaya pengendalian penyakit malaria
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
6. Dewasa, bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat di kemiringan
45 derajat suatu permukaan.
Anopheles sp mempunyai habitat pada tempat-tempat air yang tidak
mengalir, air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah, di air payau, di
tempat yang terlindung matahari dan ada juga yang mendapat sinar matahari
langsung.
b) Malaria Falciparum
Malaria falciparum atau malaria tropika disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Jenis malaria ini memiliki gejala klinis yang berat dan dapat
menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral dan fatal hingga dapat
menyebabkan kematian. Masa inkubasi plasmodium penyebab malaria tropika
ini sekitar 12 hari. Gejala klinis yang terjadi seperti nyeri kepala, pegal linu,
demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Jenis
malaria ini sering disebut malaria tertian maligna (ganas).
c) Malaria Kuartana
Malaria kuartana atau malaria malariae disebabkan oleh Plasmodium
malariae. Gejala yang terjadi berupa demam setiap 72 jam atau setiap hari
keempat. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran
rendah pada daerah tropik.
d) Malaria Ovale
Malaria ovale disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale. Masa
inkubasi Plasmodium ovale adalah 12-17 hari. Gejala demam yang terjadi
umumnya tidak memiliki pola khas dan dapat terjadi 1-2 hari sekali, relatif
ringan dan dapat sembuh sendiri. Jenis malaria ini jarang sekali dijumpai di
Indonesia, umumnya banyak terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
e) Malaria Cerebral
Malaria cerebral merupakan malaria yang terjadi disertai adanya
kelainan otak yang menyebabkan terjadinya gejala penurunan kesadaran sampai
koma, GCS (Glasgow Coma Scale) < 11, atau lebih dari 30 menit setelah
serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain (WHO dalam
Setiyani, 2014). Malaria cerebral merupakan komplikasi malaria falciparum
berat disertai penurunan kesadaran. Gejala klinis yang terjadi pada malaria
cerebral meliputi:
1. Gangguan kesadaran dengan demam non-spesifik.
2. Kejang umum dan sekuel neurologic.
3. Koma menetap selama 24-72 jam, mula-mula dapat dibangunkan, kemudian
tak dapat dibangunkan.
9
malaria pada darah harus dilakukan lebih dari satu kali dengan
selang waktu beberapa jam.
b) Gejala malaria dapat ringan; seseorang harus dicurigai menderita
malaria jika 1 minggu setelah berkunjung ke daerah endemis yang
bersangkutan menunjukkan gejala panas, lemah, sakit kepala, sakit
otot dan tulang.
2. Menghindari gigitan nyamuk dengan beberapa hal berikut:
a) Mengenakan celana panjang dan baju lengan panjang yang berwarna
terang saat bepergian antara senja dan malam hari karena pada saat
itu umumnya nyamuk menggigit dan nyamuk sangat suka dengan
pakaian yang berwarna gelap.
b) Menggunakan kawat kasa anti nyamuk pada pintu dan jendela, jika
tidak ada maka tutup jendela dan pintu pada malam hari.
c) Menggunakan kawat kasa anti nyamuk pada pintu dan jendela, jika
tidak ada maka tutup jendela dan pintu pada malam hari.
3. Pengobatan siaga malaria
Semua orang yang belum kebal terhadap malaria jika terpajan atau
terinfeksi malaria maka orang tersebut harus segera mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan yang tepat jika diduga menderita malaria.
Namun apabila akses terhadap pelayanan kesehatan jauh maka WHO
menganjurkan agar orang-orang tersebut dibekali obat anti malaria agar
dapat melakukan pengobatan sendiri. Kemudian diberikan penjelasan
tentang gejala-gejala malaria, dosis dan cara pemakaian obat, gejala-gejala
efek samping obat dan apa yang harus dilakukan jika pengobatan gagal.
Mereka juga diberikan penjelasan bahwa pengobatan sendiri yang mereka
lakukan bersifat sementara, selanjutnya mereka harus pergi ke dokter.
4. Upaya pencegahan dengan meningkatkan imunitas
a) Untuk daerah yang masih sensitif terhadap klorokuin maka untuk
menekan agar tidak timbul malaria pada orang-orang yang non imun
yang tinggal atau berkunjung ke daerah endemis malaria diberikan
pengobatan sebagai berikut: Klorokuin (Aralen, 5 mg basa/kg BB,
12
3.1. Kesimpulan
Vektor adalah arthopoda yang dapat menularkan, memindahkan dan atau
menjadi sumber penularan penyakit terhadap manusia. Sedangkan pengendalian
vektor adalah semua kegiatan atau semua tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin, sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular
vektor dapat dicegah (Permenkes, 374 tahun 2010).
Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis,
dan sosial budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab
sektor Kesehatan saja tetapi memerlukan kerja sama lintas sektor dan program.
Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya
angka kematian di banyak negara di dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa
melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah
berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan,
tetapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih
menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap
tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit
tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk
Indonesia.
13
DAFTAR PUSATAKA
Sumber:
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=fAsNEAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PP1&dq=pengendalian+vektor&ots=pNSoPPFi_v&sig=I2Bys4VL
31Di6Hjw6poYtMVnRPk&redir_esc=y#v=onepage&q=pengendalian%20
vektor&f=false diakses pada tanggal 18 Juni 2022
Depkes RI. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Direktorat Jenderal
Setiyani, Nur Rochmah Wahyu and Gassem, M Hussein. 2014. Gambaran Klinis
iii
dan Tatalaksana Pasien Rawat Inap Malaria Falciparum di RSUP Dr
Kariadi Semarang Periode 2009 – 2013. Sumber: eprints.undip.ac.id
Diakses pada 18 Juni 2022
World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 2007
Sumber:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/22d82a3dbab6e380
e1aaf347e86dc055.pdf diakses pada tanggal 18 Juni 2022
iv