Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK POLITIK LUAR NEGERI JEPANG

Manga Sebagai Diplomasi Luar Negeri Jepang

Disusun Oleh: Almando Batangtaris Azi Mubarok Dane Charissa Karimah Sungkar Maghfirah Sandi Pratama Putri Ivan Bawazir Rizky Afriza Fitriani

Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia

A. Sejarah Manga Sebagai Diplomasi Luar Negeri Jepang Tradisi seni naratif atau seni bercerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi untuk merepresentasikan tokoh, kejadian, serta mempertegas alur cerita, telah sejak lama menjadi salah satu bagian dari kebudayaan Jepang yang saat ini banyak dikenal oleh masyarakat internasional. Namun demikian, pada masa perkembangan awalnya seni ini belumlah dikenal dengan sebutan manga seperti sekarang. Tradisi masyarakat Jepang menambahkan gambar-gambar karakter tertentu sebagai penunjang cerita yang menjadi latar belakang dari perkembangan manga moderen saat ini diperkirakan berawal pada abad ke 11/12 Masehi. Hal ini diawali ketika para biksu Budha di Jepang mulai menirukan lukisan-lukisan China, menggambarkan cerita-cerita legenda, peperangan, cerita-cerita keagamanan dan kehidupan sehari-hari ke dalam gambar yang dilukiskan di atas gulungan-gulungan kertas.1 Beberapa gulungan kertas tersebut memiliki ukuran panjang yang mencapai 20 kaki (6 meter). Mayoritas dari cerita yang diangkat ke dalam gambar pada gulungan-gulungan tersebut merupakan gambar-gambar yang serius, tetapi beberapa di antaranya ada pula yang ber-genre komedi.2 Salah satu karya seni pre-manga yang terkenal pada masa perkembangan awalnya, berasal dari sentuhan tangan Toba Sojo (1053-1140).3 Toba Sojo merupakan biksu sekaligus seniman awal manga yang terkenal dengan karya-karya satir yang menggambarkan kehidupan sehari-hari para biksu Jepang dengan gaya humor. Karya paling terkenal dari Toba Sojo menggambarkan biksu-biksu Budha ke dalam karakter binatang seperti monyet dan kelinci yang pada kesehariannya seringkali melakukan hal-hal konyol seperti mengadakan pertandingan kentut dan lain sebaginya. Pada cerita-cerita tersebut, Toba Sojo bahkan merepresentasikan sosok Budha sendiri ke dalam karakter seekor katak.4 Pada perkembangannya kemudian, sekitar abad ke- 16, para seniman tidak lagi melukiskan motif-motif gambar ini dimedia kertas namun berganti menggunakan media kayu dengan teknik pahat.5 Para seniman menggunakan balok-balok kayu sebagai kanvas lukis mereka dan memahat berbagai gambar atau karakter yang mereka inginkan sebelum akhirnya diberi
1

http://www.mangaka.co.uk, A Brief History of Manga, diakses pada 4 Juni 2011, pukul 20.00 wib. Ibid. 3 Ibid. 4 Deb Aoki, Early Origins of Japanese Comics, disadur dari http://manga.about.com, diakses pada 4 Juni 2011, pukul 20.00 wib. 5 http://www.mangaka.co.uk, Loc. Cit.
2

pewarnaan. Pada masa ini perkembangan seni bercerita melalui gambar-gambar mengalami penyebaran yang sangat pesat di Jepang. Hal ini dikarenakan gambar-gambar dimedia balok kayu sangatlah mudah untuk dibuat sehingga para seniman bisa menghasilkan lebih banyak karya daripada ketika masih menggunakan gulungan kertas. Selain memiliki beberapa bentuk, Manga pun memiliki jasa yang cukup unik ketika perang dunia kedua, yaitu ketika Sebelum dimulainya Perang Dunia II, kondisi kekurangan terhadap kertas membuat banyak penerbit manga di Jepang menutup toko-toko mereka dan menyebabkan manga menjadi langka untuk dijumpai. Pada perkembangannya kemudian, pemerintah Jepang pada masa itu mendirikan asosiasi bagi para ilustrator Jepang dan mendanai produksi manga mereka. Namun demikian, karya manga pada masa itu mayoritas ditujukan untuk kepentingan propaganda.6 Pada sekitar 1937, dengan masuknya Jepang kepada masa Perang Dunia II, pemerintah Jepang mulai melakukan pembekuan dan pembredelan terhadap para seniman Jepang yang menuangkan ide-ide mendukung partai oposisi di Jepang melawan pemerintah. Para kartunis di Jepang pada masa ini diharuskan untuk bergabung ke dalam organisasi perdagangan manga yang didukung oleh pemerintah, yaitu Shin Nippon Mangaka Kyokai (The New Cartoonists Association of Japan).7 Genre cerita yang muncul pada masa ini menampilkan cerita-cerita tentang keluarga Jepang pada masa perang, humor, dan cerita-cerita yang bertujuan untuk mempertajam citra buruk dari musuh-musuh Jepang serta memuja keberanian dari pasukan Jepang di medan perang. Kemampuan manga untuk meruntuhkan hambatan bahasa dan budaya menjadi manga sebagai media yang sempurna digunakan dalam propaganda. Ketika radio Tokyo Rose menyalurkan siaran yang mendorong sekutu untuk menyerah dalam perang, selebaran dengan ilustrasi-ilustrasi yang diciptakan oleh para kartunis Jepang juga digunakan untuk merongrong moral tentara sekutu di medan perang Pasifik.8 Sebagai contoh, Ryuichi Yokoyama, pencipta Fuku-chan (Little Fuku) dikirim oleh pemerintah ke medan perang untuk membuat komik-komik perjuangan sebagai bentuk pengabdiannya dalam organisasi kemiliteran Jepang. Penggunaan manga sebagai media propaganda pada masa Perang Dunia II ini merupakan awal digunakannya

http://www.mangaka.co.uk, Loc. Cit. Ibid. 8 Ibid.


7

manga sebagai salah satu media diplomasi dan penyaluran ide-ide politik dalam kancah perpolitikan di Jepang. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, ketika Jepang sudah mulai menata kembali kehidupan negaranya yang hancur akibat perang, produksi dan permintaan terhadap manga kembali mengalami peningkatan yang pesat. Saat ini bahkan diperkirakan terdapat lebih dari 3000 seniman manga diseluruh Jepang, dengan genre cerita yang beraneka ragam.9 Pada masa moderen saat ini manga Jepang telah berhasil menaklukkan berbagai dunia dengan ilustrasinya yang unik dan ceritanya yang beragam. Manga tidak hanya dikenal dikalangan pembaca Jepang dan Asia, manga juga dikenal luas oleh masyarakat Eropa dan Amerika. Manga bahkan berhasil memangkan hati para pembaca di Amerika Serikat dengan usia yang beragam. Manga juga memiliki peran dan pengaruh yang signifikan dalam memperkenalkan dan menyebarkan kebudayaan serta tradisi Jepang kepada masyarakat internasional, dan mampu memberikan image bagi diplomasi Jepang yang damai. B. Genre Cerita Pada Manga Tidak hanya humor, manga memiliki genre atau jenis cerita yang beraneka ragam. Hentai, yuri, dan yaoi adalah beberapa jenis genre dalam manga yang dikenal luas oleh para pencinta jenis bacaan yang satu ini. Hentai adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang yang memiliki pengertian "penampilan yang aneh" atau "abnormalitas". Namun demikian, dalam percakapan sehari-hari hentai lebih sering diartikan sebagai "mesum" atau "porno" dan sering digunakan di banyak negara selain Jepang untuk menyebut game, anime, atau manga yang menampilkan adegan seksual atau pornografi. Yaoi adalah sejenis genre penerbitan yang berasal dari Jepang dan seringkali mencakup manga, d jinshi, anime, dan fan-art di Jepang istilah ini tidaklah asing dalam Manga yang terbit di Jepang. Yaoi manga biasanya menampilkan ceritacerita yang melibatkan romantisme antara kaum pria yang menyukai sesama jenis (homoseksual). Sedangkan yuri adalah manga yang menampilkan kisah percintaan wanita penyuka sesama jenia (lesbian). Selain beberapa jenis genre di atas, ada pula manga yang menampilkan cerita-cerita lebih serius atau cerita-cerita satir tentang para politikus di Jepang. Jenis manga ini dikenal

http://www.dnp.co.jp, The Rise of Japanese Manga, diakses pada 4 Juni 2011, pukul 20.00 wib.

dengan Kibyoshi.10 Aliran cerita manga yang satu ini mulai dikenal dikalangan masyarakat dan banyak diangkat oleh para seniman manga tidak lama setelah Jepang membuka kembali dirinya kepada dunia luar. Kisah-kisah satir tentang tokoh-tokoh politik di Jepang yang ditampilkan dalam kibyoshi mulai berkembang sekitar abad ke- 18 karena adanya pengaruh budaya Barat yang merasuki Jepang. Budaya keterbukaan dan kebebasan berpendapat serta berekspresi yang diterapkan oleh masyarakat Barat membuat seniman manga Jepang, yang selama beratus-ratus tahun terus tunduk kepada pemerintah otoriter, menjadi begitu tertarik untuk menerapkan budaya yang sama tersebut melalui karya-karya mereka. Tidak hanya berguna sebagai sarana hiburan dan pengisi waktu luang, lebih jauh lagi, manga juga berperan besar dalam keberhasilan Jepang saat ini dalam menyebarluaskan dan menjual nilai-nilai budaya mereka kepada masyarakat internasional. Perbedaan bahasa dan budaya yang berhasil diruntuhkan oleh manga telah membuat masyarakat dunia sedikit demi sedikit menjadi lebih dekat dan akrab dengan kebudayaan serta tradisi Jepang. Manga dan anime (animasi audio-visual Jepang) bahkan memainkan peranan penting dalam mengubah imageimage yang selama masa perang, dan sebelumnya, melekat pada Jepang secara keseluruhan baik sebagai bangsa maupun negara. Melalui manga dan anime, masyarakat internasional sedikit banyak belajar tentang Jepang melalui cara yang menyenangkan, berpengaruh pula pada banyaknya masyarakat internasional yang mulai mencintai budaya, tradisi, makanan, dan segala hal lain berbau Jepang. C. Perkembangan Manga Sebagai Diplomasi Luar Negeri Jepang Saat Ini Pada penjelasan di atas telah dijelaskan secara singkat mengenai sejarah perkembangan awal manga mulai digunakan sebagai salah satu alat dalam diplomasi luar negeri Jepang, terutama pada masa Perang Dunia dan masa-masa setelah berakhirnya perang. Penggunaan salah satu unsur budaya sebagai alat dalam diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang ini dikenal sebagai Soft Diplomacy. Soft diplomacy merupakan bentuk diplomasi yang mengedepankan pendekatan-pendekatan halus dan damai, tidak seperti hard diplomacy yang lebih mengedepankan kapabilitas militer. Soft diplomacy Jepang melalui perdagangan manga ditujukan untuk lebih memperluas pengaruh Jepang di dunia internasional tanpa harus

10

Deb Aoki, Loc. Cit.

menggunakan jalan-jalan kekerasaan yang saat ini merupakan suatu hal yang sangat bertentangan dengan konstitusi negara Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap Jepang. Orang tidak alergi lagi dengan budaya Jepang, tidak ada lagi dominasi anggapan masyarakat internasional bahwa Jepang adalah bangsa yang kejam, rakus dalam hal ekonomi (economic animal), dan lain-lain. Bagi Jepang soft diplomacy penting karena umumnya film-film AS mencitrakan sisi negatif Jepang melalui cerita kerakusan pengusaha Jepang sebagaimana bisa dilihat dalam film The Rising Sun, Robocop, atau Aliens. Di Jepang sendiri saat ini manga masih merupakan hal yang sangat populer di dalam kebudayaannya, dan menurut warga Jepang manga adalah hal yang paling khas dan membuat kebudayaan ini terkenal hingga berbagai dunia. Manga yang sudah dijelaskan sebelum nya, saat ini digunakan sebagai diplomasi luar negeri Jepang. Hal tersebut terbukti, ketika banyaknya tokoh manga maupun anime dari jepang ditunjuk sebagai duta dalam berbagai bidang. Seperti Astro Boy yang didaulat ketika November 2007 lalu sebagai duta keselamatan perjalanan adapula Doraemon yang memiliki tugas untuk mempromosi manga sebagai diplomasi luar negeri jepang saat ini sekaligus sebagai duta budaya animasi Jepang dikancah internasional. Hello Kitty juga menjadi salah satu ciri khas budaya Jepang yang laris manis di seluruh dunia. Pada tahun 2004 pernak-pernik Hello Kitty sebanyak kurang lebih 50.000 produk tercatat telah menembus pasar di lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Maka tak heran apabila pada tanggal 19 Mei 2008, Menteri Tanah, Infrastruktur, Perhubungan dan Pariwisata Jepang, Tetsuzo Fuyushiba menunjuk Hello Kitty untuk mempromosikan Jepang dan mengundang banyak turis terutama dari China dan Hong Kong. Website Hello Kitty pun akan mulai berdiri pada akhir Juni 2008 mendatang dalam bahasa Mandarin. Melalui website ini, Hello Kitty akan mempromosikan berbagai wilayah tujuan wisata di Jepang. Penunjukan ini juga dilakukan Jepang dalam upayanya mengkampanyekan program Visit Japan Campaign. Penunjukan ketiga duta tersebut tidak lah sembarangan, Menteri Luar Negeri Jepang sendiri yang menunjuk ketiganya, agar kebudayaan Jepang ini meluas dan di kenal oleh semua kalangan di dunia. Penunjukan dilakuan oleh Menteri Luar Negeri Jepang Masahiko Komura ketika sebuah upacara peresmian. Penunjukan tokoh manga sebagai duta ini, menurut pandangan beberapa tokoh merupakan langkah yang revolusioner. Selain dinilai efektif dalam diplomasi

sebuah bangsa, penggunaan karakter rekaan yang akrab dengan kalangan anak itu juga sangat mengena untuk memperkenalkan budaya. D. Diplomasi Manga Jepang-Indonesia Indonesia telah memiliki hubungan bilateral dengan Jepang selama lima puluh tahun. Seiring dengan hal tersebut, masyarakat Indonesia semakin mengenal dan tertarik pada Jepang baik di bidang ilmu pengetahuan, budaya maupun gaya hidup. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam kesuksesan diplomasi Jepang di Indonesia adalah manga ke tengah-tengah masyarakat saat ini. Manga sangat mendominasi pasar komik Indonesia, sekitar 80 persen dari total komik yang terjual adalah manga.11 Kesuksesan manga dalam memenangi hati dan pikiran masyarakat menjadikanya mitra dalam diplomasi Jepang. Hal ini diungkapkan Taro Aso ketika menjabat menteri luar negeri untuk menggunakan media dan budaya populer yang sangat efektif dalam mepenetrasi masyarakat dalam diplomasi. Jepang mulai memanfaatkan manga sebagai alat berdiplomasi ke berbagai negara. Manga hadir dan digunakan untuk mendukung multitrack diplomacy di level masyarkat. Manga merupakan media pendukung soft power Jepang dalam hubungan antar negara, terutama di Indonesia. Saat ini manga telah menjadi suatu yang identik dengan Jepang. Masyarakat seketika akan terbayang pada manga ketika berpikir tentang Jepang dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada sosok ikonik dari Doraemon. Masyarakat Indonesia sangat mengenal Doraemon dan mengetahui dari mana ia berasal. Oleh karena itu tokoh yang berasal dari manga yang sangat sukses di Indonesia dijadikan ikon duta diplomasi budaya Jepang. Manga merupakan media yang efektif dengan efek yang dahsyat untuk melihat dan mengenal Jepang. Manga menawarkan cerita mengenai Jepang melalui visualisasi apik dan penjelasan sederhana yang dikemas sebagai sebuah hiburan. Manga mengambarkan cerita mengenai Jepang mulai dari sejarah, budaya, gaya hidup, karakter masyarakat, kondisi sosial, semangat hingga humor. Manga sebagai sebuah media hiburan terlihat sepele namun sebagai media diplomasi ia memiliki efek yang membius. Efek yang mengendap di hati dan pikiran

http://www.mw.nl/bahasa-indonesia/article/manga-sebagai-alat-diplomasi?quicktabs_1=0, Manga Sebagai Alat Diplomasi, diakses pada 5 Juni 2011.

11

masyarakat Indonesia secara berkelanjutan. Suatu hal yang diimpikan oleh para diplomat dalam berdiplomasi. Kehadiran manga di Indonesia semakin memperkenalkan Jepang kepada masyarakat. Manga seperti pendukung dari suatu kesebelasan dimana kehadirannya mendukung keberhasilan dan kepentingan nasional Jepang. Manga yang merupakan sub-kultur semakin dikenal luas dan diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya remaja. Jepang melalui manga telah berdiri kurang lebih sejajar dengan Amerika Serikat dan film Hollywoodnya dalam segi popularitas dan pengaruh budaya di Indonesia. Diplomasi Jepang di Indonesia selama lima puluh tahun telah dilakukan melalui berbagai strategi. Strategi dan media yang digunakan Jepang untuk mendukung diplomasinya sangatlah beragam. Salah satu bentuk diplomasi Jepang yang sangat menarik dan terhebat selain bantuan dana adalah manga. Manga meningkatkan minat remaja Indonesia untuk belajar bahasa dan mengunjungi Jepang. Remaja Indonesia semakin mengagumi dan mencintai Jepang sekalipun mereka hanya melihat serta mengenalnya melalui manga. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi Jepang dalam mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia. Dikarenakan memperoleh hati dan kepercayaan dari masyarakat di suatu negara merupakan bagian tersulit dalam diplomasi. Dalam hal ini, Jepang melalui manga cukup berhasil melakukannya di Indonesia. E. Diplomasi Manga Jepang-China China dan Jepang memiliki masalah masa lalu yang cukup serius, dan cukup menyakitkan untuk warga China sendiri. Di China, Beijing beberapa orang berusaha menarik perhatian dengan memamerkan manga yang menceritakan penderitaan rakyat sipil Jepang selama perang Jepang-Cina (1937-1945). Mottonya: Jika sudah tak seorang pun ingat penderitaan ini, perang selanjutnya sebentar lagi pecah. 12 Karena Jepang cukup merasa bersalah atas kejadian masa lalu dan menginginkan hubungan bilateral yang jauh lebih baik, maka Jepang melakukan Diplomasi melalu Manga ini di China. Di China sendiri termasuk Negara yang memiliki banyak penggemar Manga, dari

Detective Conan, Doraemon, Pikachu dan lain-lain.

12

http://id.shvoong.com/humanities/1800936-duta-kartun-jepang-si-doraemon/, Duta Jepang Doraemon, diakses pada 5 Juni 2011.

Dengan banyak nya penggemar secara tidak langsung, membuat hubungan China dan Jepang menjadi lebih baik. Para rakyat China melupakan cerita masa lalu dan menikmati kebudayaan Jepang tersebut. Presiden China pun Hu Jintao, yang dikenalnya secara pribadi, juga termasuk penggemar manga. Presiden Hu Jintao menayatakan, saat ini manga benar- benar telah menjadi industry dan membuat hubungan China dan Jepang jauh lebih baik. 13 F. Diplomasi Manga Jepang-AS Manga pun cukup terkenal di Amerika Serikat (AS), diplomasi luar negeri yang dilakukan oleh Jepang dan Amerika tersebut melalui manga dengan hubungan militer kedua Negara. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para pejabat Washington adalah dengan propaganda langsung ke generasi muda Jepang berdasarkan pendekatan budaya Jepang. Generasi muda Jepang memang sangat menggemari komik yang dalam budaya Jepang disebut manga. Cara unik Militer AS ini difokuskan kepada sejarah hubungan militer AS - Jepang yang saling menguntungkan. Pelajaran militer AS kepada anak-anak Jepang itu juga menjelaskan tentang kerjasama keamanan. Komik ini sendiri dirilis sebagai peringatan 50 tahun pakta keamanan yang ditandangani kedua negara. Empat seri komik ini mengisahkan perteman anak perempuan Jepang dan bocah laki-laki asal AS.Format komik ini dipilih karena dianggap sebagai media yang sudah umum di Jepang, selain itu masyarakat Jepang diharapkan dapat mudah menerima hal tersebut karena manga sudah menjadi bagian kebudayaan dari masyarakat mereka.Rilisnya komik ini dilakukan ditengah kekisruhan hubungan AS-Jepang menyusul pangkalan militer di Okinawa yang batal untuk dipindahkan. Sekira 47 ribu pasukan AS saat ini bertugas di Jepang, berdasarkan perjanjian keamanan yang ditandatangani pada 1960 silam. Lebih dari setengah pasukan tersebut bermarkas di Okinawa.14

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/manga-sebagai-alat-diplomasi?quicktabs_1=0, Manga Sebagai Alat Diplomasi, diakses pada 5 Juni 2011. 14 http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=440%3Amiliter-as-merayugenerasi-muda-jepang-dengan-komik&catid=44%3Aberita-umum-internasional&Itemid=60, Generasi Muda Jepang dengan Komik, diakses pada 5 mei 2011.

13

G.

Kesimpulan Manga (komik) dapat dikatakan sebagai bagian dari pop culture Jepang yang paling

terkenal, tidak hanya dikalangan masyarakat Jepang sendiri namun juga dikalangan masyarakat internasional kebanyakan. Pop culture seperti manga yang memiliki sifat nothingness mudah diisi pengaruh dari luar juga mudah diterima oleh masyarakat membuat manga mampu meruntuhkan hambatan-hambatan bahasa maupun budaya sehingga membuatnya sangat mudah diterima oleh berbagai kalangan masyarakat di luar Jepang. Kemampuan manga yang mampu meruntuhkan berbagai hambatan budaya dan bahasa ini kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang sebagai salah satu alat yang digunakannya untuk kepentingan-kepentingan politik dan diplomasi. Pemanfaatan manga sebagai salah satu sarana politik pertama kali dilakukan di Jepang pada masa Perang Dunia. Karya-karya manga pada saat itu banyak digunakan sebagai alat propaganda untuk mendorong semangat juang dan pengorbanan bangsa Jepang pada masa perang sekaligus menanamkan pandangan-pandangan yang menjatuhkan moral musuh di mata masyarakat Jepang. Pada perkembangan berikutnya, setelah berakhirnya Perang Dunia, manga lebih banyak digunakan oleh pemerintah Jepang sebagai bentuk soft diplomacy. Manga yang dinikmati tidak hanya oleh kalangan anak-anak atau remaja, tetapi juga orang-orang dewasa, dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang untuk menyebarluaskan budaya dan pengaruh Jepang secara terselubung kepada masyarakat dunia. Sifat manga sebagai bahan bacaan yang ringan dan menghibur serta ketenaran manga yang ada saat ini secara perlahan mampu mendekatkan hati para pembacanya pada budaya dan tradisi Jepang sekaligus menghapuskan stigma-stigma buruk yang melekat pada Jepang pada masa berlangsungya Perang Dunia II, maupun beberapa masa setelahnya. Hal ini tentunya berguna bagi lebih mudahnya Jepang untuk mencapai national interest negaranya pada bidang-bidang tertentu serta memperbaiki hubungannya dengan berbagai negara. Produk budaya seperti manga merupakan hal yang cukup ampuh dalam mendukung diplomasi. Kolaborasi diplomasi dengan manga merupakan suatu hal yang lahir secara kebetulan, namun momentum ketenaran manga berhasil dimanfaatkan secara maksimal oleh Jepang. Diplomasi manga yang telah disebar dan dinikmati di berbagai negara menunjukan era terkini dari politik dunia.

REFERENSI 2011. A Brief History of Manga. http://www.mangaka.co.uk/?page=geschichte-des-manga: 04/06/2011. Duta Jepang Doraemon. http://id.shvoong.com/humanities/1800936-duta-kartun-jepang-si-doraemon/: 05/06/2011. 2011. Early Origins of Japanese Comics. http://manga.about.com/od/historyofmanga/a/mangahistory1.htm: 04/06/2011. Generasi Muda Jepang dengan Komik. http://indonesiavoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=44%3Amiliter-asmerayu-generasi-muda-jepang-dengan-komik&catid=44%3Aberita-umuminternasional&Itemid=60: 05/05/2011. 2011. History of Manga Manga Goes to War: Comics in Pre-War, World War II and Post War Japan 1920-1949. http://manga.about.com/od/historyofmanga/a/mangahistory2.htm: 04/06/2011. Manga Sebagai Alat Diplomasi. http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/manga-sebagai-alat-diplomasi?quicktabs_1=0: 05/06/2011.

Anda mungkin juga menyukai