Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dasar – Dasar Pembebanan


Dalam perencanaan suatu struktur bangunan sebaiknya mengikuti
peraturan – peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu
struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Dalam Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPURG) 1987, dicantumkan bahwa
struktur direncanakan kekuatannya terhadap beban mati, beban hidup, dan
beban gempa. Pengertian dari beban – beban tersebut adalah.
1. Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin- mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung itu.
2. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-
mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari gedung itu dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap
tersebut.
3. Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja dalam
gedung atau bagian gedung yang menentukan pengaruh dari gerakan
tanah akibat gempa itu, maka yang diartikan dengan gempa disini ialah
gaya – gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa.

B. Persyaratan Umum Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung


Berdasarkan SNI 03-1726-2012
1. Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan
Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non
gedung sesuai tabel 2.1 untuk pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I menurut tabel 2.2
seperti berikut ini:

Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya untuk
Beban Gempa

Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko

Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori
resiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor – Pasar
- Gedung perkantoran
II
- Gedung apartemen/ Rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ Mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa III
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk ke dalam kategori resiko IV,
yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari
bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori resiko

3
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan
oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
 Bangunan-bangunan monumental
 Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
 Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
 Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
 Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
 Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas IV
lainnya untuk tanggap darurat
 Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
 Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran )
yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori resiko IV.

Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa

Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie


I atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50

2. Pemilihan Sistem Struktur Penahan Beban Gempa


Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus
memenuhi salah satu tipe yang ditunjukkan dalam tabel 2.3. Pembagian
setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk
menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan harus

4
sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur
yang ditunjukkan dalam tabel 2.3. Faktor modifikasi respons yang sesuai,
R, faktor kuat lebih sistem, Ω0, dan faktor pembesaran defleksi, Cd,
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.3 harus digunakan dalam
penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antar lantai
tingkat desain.

Tabel 2.3 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa

Batasan sistem
Faktor struktur dan batasan
Koefisien
Sistem penahan gaya kuat lebih Faktor tinggi struktur (m).
modifikasi
seismik sistem pembesaran Kategori desain seismik
respon (R)
(Ω0) defleksi (Cd)
B C D E F
Sistem rangka
pemikul momen
1. Rangka baja
pemikul momen 8 3 51⁄2 TB TB TB TB TB
khusus
2. Rangka batang baja
pemikul momen 7 3 51⁄2 T B T B 48 30 TI
khusus
3. Rangka baja
pemikul momen 41⁄2 3 4 T B T B 10 TI TI
menengah
4. Rangka baja
pemikul momen 31⁄2 3 3 T B T B TI TI TI
biasa
5. Rangka beton
bertulang pemikul 8 3 51⁄2 TB TB TB TB TB
momen khusus
6. Rangka beton
bertulang pemikul 5 3 41⁄2 T B T B TI TI TI
momen menengah
7. Rangka beton
bertulang pemikul 3 3 21⁄2 T B TI TI TI TI
momen biasa
8. Rangka baja dan
beton komposit
8 3 51⁄2 TB TB TB TB TB
pemikul momen
khusus
9. Rangka baja dan
beton komposit
5 3 41⁄2 T B T B TI TI TI
pemikul momen
menengah

5
10. Rangka baja dan
beton Komposit
6 3 51⁄2 48 48 30 TI TI
terkekang parsial
pemikul
11. Rangka baja dan
beton komposit
3 3 21⁄2 T B TI TI TI TI
pemikul momen
biasa
12. Rangka baja canai
dingin pemikul 31⁄2 3 31⁄2 10 10 10 10 10
momen khusus

3. Kombinasi dan Pengaruh Beban Gempa


Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi
harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi
pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai
berikut:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4. 1,2D + 1,0W + L+ 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E

4. Kategori Desain Seismik


Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismiknya
bedasarkan kategori resikonya dan parameter respons spektral percepatan
desainnya SDS dan SD1, Masing-masing bangunan dan struktur harus
ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang lebih parah dengan
mengacu tabel 2.4 dan 2.5 berikut.

6
Tabel 2.4 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda pendek
Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 < SDS D D

Tabel 2.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda 1 detik
Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SD1 < 0,067 A A
0,067 ≤ SD1 < 0,133 B C
0,133 ≤ SD1 < 0,20 C D
0,20 < SD1 D D

5. Penentuan Jenis Tanah


Dalam menentukan jenis tanah lokasi yang di analisa untuk desain
respon spektra, perlu dilakukan investigasi tanah sehingga mendapatkan
data bor log berupa nilai N-SPT lokasi tanah yang ditinjau, ataupun
melakukan seismic downhole test untuk mendapatkan nilai kuat
gelombang geser. Dari kedua hasil tersebut dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan jenis tanah atau biasanya dikenal dengan nama site
classification. Setiap daerah memiliki situs atau jenis tanah yang
berbeda-beda, untuk itu sangat penting untuk mengklasifikasikan situs
kedalam beberapa kelas situs:

7
Tabel 2.6 Klasifikasi Situs
Kelas Situs ṽ (m / detik) Ǹ atau Ǹch Śu (kPa)
SA (batuan >1500 N/A N/A
keras)
SB (batuan) 750 sampai N/A N/A
1500
SC (tanah 350 sampai 750 > 50 ≥ 100
keras, sangat
padat dan
batuan lunak)
SD (tanah 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
sedang)
< 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih
dari 3 m tanah dengan karakteristik sebagai
SE (tanah
berikut :
lunak)
1. Indeks plastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w ≥ 40 %,
3. Kuat geser, Śu < 25 kPa
SF (tanah Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah
khusus, yang satu atau lebih dari karakteristik berikut :
membutuhkan  Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
investigasi beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
geoteknik sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
spesifik dan  Lempung sangat organik dan atau gambut
analisis (ketebalan H > 3m)
respons  Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan
spesifik-situs. H > 7,5 m dengan Indeks Plastisitas PI > 75)
Lapisan lempung lunak atau setengah teguh
dengan ketebalan H > 35 m dengan Śu < 50 kPa
Catatan : N/A = tidak dapat dipakai
(sumber : SNI 1726-2012)

8
Apabila sifat tanah tidak dapat diketahui dengan jelas, maka dapat di
golongkan ke dalam kelas situs SE (tanah lunak) sesuai dengan SNI
1726-2012. Dengan menggunakan data hasil investigasi, yang digunakan
adalah nilai N-SPT tiap lapisan tanah hingga kedalaman 30 meter,
dikarenakan sesuai dengan peraturan SNI 1726-2012 bahwa minimal
harus hingga kedalaman 30 meter lapisan tanah yang di tinjau untuk
mendesain suatu respon spektra untuk suatu struktur tahan gempa. Nilai
N-SPT yang diperoleh tiap lapisan tanah dihitung rata-ratanya
menggunakan rumus :
n

∑ di
i=1
Ǹ= n (2.1)
d
∑ Ni
n=1 i

Keterangan :
Ǹ = nilai N-SPT rata-rata;
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;
Ni = nilai N-SPT setiap lapisan tanah antara kedalaman 0 sampai
30 meter;
n

∑ di = 30 meter.
i=1

Sedangkan dengan menggunakan data kecepatan gelombang geser yang


diperoleh dari seismic downhole test, dapat menggunakan rumus :
n

∑ di
i=1
ṽ= n (2.2)
d
∑ vi
n=1 s

Keterangan :
ṽ = kecepatan gelombang geser rata-rata;
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;
vs = kecepatan gelombang geser setiap lapisan tanah antara
kedalaman 0 sampai 30 meter;

9
n

∑ di = 30 meter.
i=1

Dari kedua hasil data tersebut, dapat diklasifikasikan tanah yang ditinjau
masuk kedalam kategori kelas situs yang mana berdasarkan tabel 2.3.

6. Spektrum Respon Desain


Bila spektrum respons desain diperlukan dan prosedur gerak tanah
dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain
harus dikembangkan dengan mengacu gambar 2.1 dan mengikuti
ketentuan di bawah ini:
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 , spektrum respons percepatan
desain, Sa, harus diambil dari persamaan:

(
Sa = SDS 0,4+0,6
T
T0 ) (2.3)

2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil
dari atau sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,
sama dengan SDS;
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan
desain, Sa, diambil berdasarkan persamaan:
SD1
Sa = (2.4)
T
Keterangan:
- SDS adalah parameter respons spektral percepatan desain pada
perioda pendek;
- SD1 adalah parameter respons spektral percepatan desain pada
perioda 1 detik;
- T adalah perioda getar fundamental struktur.

T0 = 0,2 . ( ) SD1
SDS
(2.5)

SD1
TS = (2.6)
SDS

10
Gambar 2.1 Spektrum Respon Desain
Sumber : SNI 1726-2012
7. Periode Fundamental Struktur T
Perioda fundamental struktur, T, dalam arah yang ditinjau harus
diperoleh menggunakan properti struktur dan karateristik deformasi
elemen penahan dalam analisis yang teruji. Perioda fundamental struktur,
T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda
yang dihitung (Cu) dari tabel 2.6 dan perioda fundamental pendekatan,
Ta, yangditentukan dari persamaan 2.9.
Perioda fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus ditentukan
dari persamaan berikut:
Ta min = Ct.hnx (2.7)

Keterangan:
hn adalah ketinggian struktur, dalam m, di atas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel 2.7.

Tabel 2.7 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Parameter percepatan respons Koefisien Cu
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7

Tabel 2.8 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan X

Tipe Struktur Ct x

11
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100
persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi
atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan
akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75

C. Metode Statik Ekuivalen


Menurut tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung, SNI 1726:2012, beban geser dasar nominal statik ekuivalen
V yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung dengan persamaan :
V = Cs. W (2.8)
SDS
CS =
(IR )e
(2.9)

SD1
CS =
T
( )
R
Ie
(2.10)

CS = 0,044.SDS . I e ≥ 0,01 (2.11)


Cs = koefisien respon seismik yang dihitung dengan persamaan 2.9,
besarnya tidak perlu melebihi Cs persamaan 2.10 dan tidak harus
kurang dari Cs persamaan 2.11.
W = berat seismik efektif, dijelaskan dalam SNI 1726:2012
SDS = parameter percepatan spektrum respons disain dalam rentang perioda
pendek.
SD1 = parameter percepatan spektrum respons disain dalam rentang perioda
1 detik.
R = faktor modifikasi repons, sesuai dengan ketentuan dalam SNI
1726:2012.
Ie = Faktor keutamaan gempa, yang besarnya ditentukan dalam SNI
1726:2012.

12
Selanjutnya gaya lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus
ditentukan dari persamaan :
Wi( hi k )
Fx = .V (2.12)
ΣWi( hi k )
V = gaya lateral disain total atau geser di dasar struktur (kN).
Wi(Wx) = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan
atau dikenakan pada tingkat i atau tingkat x.
hi(hx) = tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau tingkat x.
k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur yang besarnya
adalah:
 k = 1, untuk struktur yang mempunyai perioda ≤ 0,5 detik.
 k = 2, untuk struktur yang mempunyai perioda ≥ 2,5 detik.
 k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi
linier antara 1 dan 2, untuk struktur yang mempunyai perioda
antara 0,5 dan 2,5 detik.

D. Parameter Percepatan Gempa


Metode ini dapat digunakan sebagai analisis pada perancangan bangunan
yang tidak reguler, denah tidak simetri dan bangunan tinggi (Chopra,AK.
2007).
Dilihat dari fungsinya, Spektrum respons adalah suatu spektrum yang
disajikan dalam bentuk grafik/plot antara periode getar struktur T, lawan
respons-respons maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu.
Respons-respons maksimum dapat berupa simpangan maksimum (spektrum
displacement, SD) kecepatan maksimum (spektrum velocity, SV) atau
percepatan maksimum (spektrum accelaration, SA) massa struktur.
Untuk menentukan respons spektral percepatan gempa MCER di
permukaan tanah, diperlukan faktor amplifikasi sesimik pada perioda 0,2
detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi
getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor
amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda 1 detik (Fv).

13
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek (SMS) dan
perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh
klasifikasi situs, harus ditentukan dari persamaan:
SMS = Fa SS (2.13)
SM1 = Fv S1 (2.14)

Tabel 2.9. Koefisien situs perioda pendek Fa

Tabel 2.10 Koefisien situs perioda panjang Fv

Spektrum respons desain (Sa) dalam SNI Gempa 2012 diambil seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Spektrum respons tersebut merupakan
modifikasi dari spektrum respons desain ASCE 7-10, di mana transisi
perioda panjang TL yang ada pada ASCE 7-10 tidak didefinisikan dalam
SNI Gempa 2012. Parameter percepatan spektral desain diambil sebagai
berikut:

14
2
S DS= S MS (2.15)
3
2
S D 1= S M 1 (2.16)
3
SDS = parameter respons spektral percepatan pada perioda pendek,
dengan 5% redaman kritik, SD1 = parameter respons spektral percepatan
pada perioda 1 detik, dengan 5% redaman kritik, SMS = parameter respons
spektral percepatan MCER pada perioda pendek yang sudah disesuaikan
terhadap pengaruh kelas situs, SM1 = parameter respons spektral percepatan
MCER pada perioda 1 detik yang sudah disesuaikan dengan pengaruh kelas
situs. Nilai SMS dan SM1 ditentukan dengan persamaan:
S MS=F a S 5 (2.17)
S M 1=FV S1 (2.18)
dengan Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER
terpetakan pada perioda pendek, dengan 5% redaman kritik di batuan dasar,
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan pada
perioda 1 detik, dengan 5% redaman kritik di batuan dasar, Fa = koefisien
situs untuk perioda pendek (pada perioda 0,2 detik), dan Fv = koefisien
situs untuk perioda panjang (pada perioda 1 detik).

15

Anda mungkin juga menyukai