NIM : 1084181022
Kelas : Semester 6.B
Matkul : Patient Safety
Prodi : D-IV Teknik Elektromedik
Dosen : Ir. Torang Batubara
Instalasi Radiologi merupakan salah satu bagian pelayanan rumah sakit. Pelayanan
radiologi tidak hanya terfokus pada tujuannya dalam memanfaatkan radiasi tetapi juga tetap
rnempertimbangkan dan memperhatikan pada tujuan sistem keselamatan pasien. Selama ini
instalasi radiologi sangat terarah pada keselamatan radiasi dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan yang memanfaatkan radiasi yang mengandung resiko bila digunakan tanpa
mengikuti peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku. Oleh karena itu sangat penting memperhatikan
prosedur patient safety di instalasi radiologi.
.
1. LATAR BELAKANG PATIENT SAFETY
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan
dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang
potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999),
medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended
(i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning).
Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan
yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.
Radiologi
1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2
May 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun
2002),yaitu:
1. Hak pasien Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar
kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah Menuju
KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program
mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan
dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS
& KP.
Kriterianya adalah
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Kerugian sedang
Pasien yang memerlukan perawatan medis jangka pendek untuk penilaian dan perawatan ringan
baik di UGD atupun bangsal rumah sakit.
Contoh: Seorang petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah rutin ke pasien diabetes untuk
memberikan insulin. Pada saat kunjungan ditemukan gula darah pasien dalam batas aman untuk
pemberian insulin. Kemudian pada hari yang sama pasien ditemukan hipoglikemia, pasien tidak
memberitahu petugas bahwa 30 menit sebelum petugas datang pasien sudah mendapatkan terapi
insulin. Pasien sementara dirawat dirumah sakit untuk memantau gula darah satu hari.
Dalam upaya untuk mencegah insiden keselamatan pasien di rumah sakit WHO (Collaborating
Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine ife-Saving Patient Safety Solutions”
(“Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Sembilan topik yang diberikan solusinya
adalah sebagai berikut:
- perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip/norum atau look-alike, sound-alike
medication names/ LASA
- identifikasi pasien
- komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien
- tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
- pengendalian cairan elektrolit pekat (concentrated)
- pastikan akurasi pemberian obat pada transisi asuhan
- hindari kesalahan pemasangan kateter dan selang (tube)
- penggunaan alat injeksi sekali pakai
- tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi (HAIs/ Healthcare
Associated Infections)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien sangat sangat erat
keterkaitannya dengan pengenalan jenis dan pencegahan kejadian insiden keselamatan pasien.
Insiden keselamatan pasien dapat dicegah atau diminimalkan dengan meningkatkan pengetahuan
seluruh petugas, menerapkan budaya keselamatan pada pasien, seperti melaporkan dan belajar dari
insiden apa saja yang terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran bagi petugas kesehatan untuk
belajar dari kesalahan dan melakukan pelaporan apabila terjadi insiden yang terjadi.
Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang
dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi
melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan
pemantauan, investigasi dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan
atau alat yang mengandung radiasi.
Persyaratan
Persyaratan sesuai Keputusan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01 Tahun 1999, tentang
Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi adalah:
Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajan radiasi sebesar 50 mSv (milli Sievert) dalam
satu tahun.
NBD bagi masyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv dalam 1 (satu) tahun.
PEMERIKSAAN KESEHATAN
Pengelola rumah sakit harus menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan awal secara teliti dan
menyeluruh, untuk setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi, secara berkala selama
bekerja sekurang-kurangnya sekali dalam 1 tahun.
Pengelola rumah sakit harus memeriksaakan kesehatan pekerja radiasi yang akan memutuskan
hubungan kerja kepada dokter yang ditunjuk, dan hasil pemeriksaan kesehatan diberikan kepada
pekerja radiasi yang bersangkutan.
Dalam hal terjadi kecelakaan radiasi, pengelola rumah sakit harus menyelenggarakan pemeriksaan
kesehatan bagi pekerja radiasi yang diduga menerima pajanan berlebih.
PENYIMPANAN DOKUMENTASI
Pengelola rumah sakit harus tetap menyimpan dokumen yang memuat catatan dosis hasil
pemantauan daerah kerja, lingkungan dan kartu kesehatan pekerja selama 30 tahun sejak pekerja
radiasi berhenti bekerja.
JAMINAN KUALITAS
Pengelola rumah sakit harus membuat program jaminan kualitas bagi instalasi yang mempunyai
potensi dampak radiasi tinggi.
Untuk menjamin efektivitas pelaksanaan Badan Pengawas melakukan inspeksi dan audit selama
pelaksanaan program jaminan kualitas.
proses perbaikan tidak berlangsung dengan baik maka sel akan mati .