Anda di halaman 1dari 22

MAKALA ESTIMASI CADANGAN

“METODE-METODE DALAM ESTIMASI CADANGAN”

Dosen Pengampu:

A A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T.

Daftar Nama Kelompok 7:


Ketua :
Yoel Dolofart Pesiwarissa (710018106)
Anggota :
1. Bram Lanjaya (710018022)
2. Khindyarti Izulkhaq (710018081)
3. Jepriansyah (710018089)
4. Juan A. Mataheru (710018002)
5. Agustinus D Masela (710016105)

PROGAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas “MAKALA
METODE-METODE DALAM ESTIMASI CADANGAN” ini dengan tepat
waktu. Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas 2 mata Kuliah Estimasi Cadangan pada Program Studi Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberi kesempatan, bimbingan serta bantuan
moril maupun materil sehingga tugas ini dapat diselesaikan, oleh karena itu
penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T.,M.T., selaku Ketua Departemen
Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
2. Bapak A.A Inung Arie Adnyano, S.T.,M.T. selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Estimasi Cadangan.
3. Teman – teman kelompok 7 yang sudah menemani dan memberi dukungan
saat pengerjaan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini belum sempurna. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata
semoga hasil penugasan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa Teknik
Pertambangan dan juga pembaca lainnya.

Yogyakarta, 12 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................... 2

2.1. Metode Penampang .............................................................................. 2

2.2. Metode Poligon ..................................................................................... 8

2.3.Metode Isoline ....................................................................................... 9

2.4. Metode Inverse Distance ...................................................................... 11

2.5. Metode Triangular Grouping ................................................................ 13

2.6. Metode USGS-83.................................................................................. 14

BAB III : PENUTUP ........................................................................................ 17

3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perhitungan Volume Menggunakan 1 Penampang.......................... 3

Gambar 2.2. Perhitungan Volume Menggunakan 2 Penampang.......................... 4

Gambar 2.3. Penggambaran Mean Area .............................................................. 5

Gambar 2.4. Kerucut Terpancang......................................................................... 5

Gambar 2.5 Obelisk............................................................................................... 6

Gambar 2.6. Perhitungan Volume Menggunakan 3 Penampang.......................... 6

Gambar 2.7. Prismoida ......................................................................................... 7

Gambar 2.8. Metode Poligon ................................................................................ 8

Gambar 2.9. Contoh Penerapan Metode Isoline................................................... 11

Gambar 2.10. Implementasi Metode IDW Di Lapangan ...................................... 12

Gambar 2.11. Layout Dari Segitiga ...................................................................... 14

Gambar 2.12. Prisma-Prisma Triangular ............................................................. 14

Gambar 2.13. Contoh Metode USGS-83 ............................................................... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat sektor –sektor industri
yang menjadikan sumber daya alam ini menjadi barang ekonomi yang memiliki
suatu nilai jual yang tinggi. Industri pertambangan salah satu industri yang meraup
keuntungan dari hasil sumber daya alam tersebut.
Dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambangan adalah tingkat
kepastian dari penyebaran endapan, geometri endapan, jumlah cadangan, serta
kualitas dari cadangan tersebut, maka teknik eksplorasi sangat berperan penting
dalam seluruh rangkaian pekerjaan dalam industri pertambangan. Estimasi
sumberdaya mineral dan cadangan merupakan suatu tahapan kegiatan untuk
memperkirakan kuantitas dari bahan tambang atau endapan bahan galian yang akan
dieksplorasi.
Dalam menentukan atau memastikan dan mengestimasi potensi endapan bahan
galian yang diharapkan bukan hanya sebatas sumberdaya namun berupa cadangan,
tentu diperlukan berbagai cara ataupun metode yang dapat dipergunakan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan Makala ini adalah untuk menjelaskan kepada para
pembaca mengenai konsep dasar metode-metode yang digunakan dalam
mengestimasi cadangan. Disisi lain penyususnan Makala ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan pembaca serta untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
mata kuliah Estimasi Cadangan di Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Metode Penampang


Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda
penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan
membuat penampangpenampang yang representatif dan dapat mewakili model
endapan pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh
(diketahui) luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden
dapat diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang
tersebut.
Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu)
penampang, atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga dengan
rangkaian banyak penampang dimana perhitungan luas masing-masing elemen
tersebut dilakukan pada masing-masing penampang Perhitungan tonase dan volume
dilakukan dengan rumus-rumus yang sesuai dimana mengkuantifikasikan dengan
membuat penampang-penampang yang respresentatif. Metode penampang vertikal
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan
batubara yang akan dihitung
2. Menghitung luas batubara dan overburden tiap penampang
3. Setelah luasan dihitung, maka volume dan tonase dihitung dengan rumusan
perhitungan.
Perhitungan volume dengan menggunakan satu penampang digunakan jika
diasumsikan bahwa satu penampang mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap
penampang yang dihitung saja. Volume yang dihitung merupakan volume pada
areal pengaruh penampang tersebut. Metode penampang ini terdiri dari beberapa
langkah yang harus dilakukan, meliputi: membuat penampang yang mewakili
cadangan batukapur dengan software AutoCad Land Desktop, menghitung luas tiap

2
penampang dengan menggunakan gabungan rumus perhitungan luas metode
simpson 1/3 dan simpson 3/8, menggunakan rumus mean area untuk menghitung
volume antar penampang, sehingga didapatkan volume cadangan terukur batukapur
dan selanjutnya menghitung tonase cadangan batukapur. Metode penampang masih
sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan. Hasil perhitungan
secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil
perhitungan yang lebih canggih dengan menggunakan komputer.
Untuk menghitung suatu cadangan batubara di perlukan 3 data utama
diantaranya topografi, singkapan dan pengeboran. Data-data tersebut sebagai
komponen dari perhitungan untuk mengetahui elevasi, strike dan dip batubara, tebal
tanah penutup, data geologi dan lain-lain Pada masing-masing penampang akan
diperoleh (diketahui) luas batubara dan luas overburden. Volume batubara &
overburden dapat diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh
penampang tersebut. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan 1 (satu) penampang, atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga)
penampang, atau juga dengan rangkaian banyak penampang. Pembuatan sayatan
penampang pada Surpac Vision dibutuhkan desain tambang yang telah kita buat
terlebiih dahulu. Dimana desain tambang tersebut membutuhkan data surpace
topography, surface roof batubara dan surface floor batubara. Kemudian kita
tentukan arah dari sayatan yang hasilnya tegak lurus dari garis tersebut.
A. Dengan Menggunakan 1 Penampang

Gambar 2.1. Perhitungan Volume Menggunakan 1 Penampang

3
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh penampang
tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan penampang korelasi
lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk poligon dengan jarak
pengaruh penampang sesuai dengan daerah pengaruh titik bor (poligon)
tersebut Rumus perhitungan volume dengan menggunakan satu penampang
adalah : Volume = (A x d1) + (A x d2)

B. Dengan Menggunakan 2 Penampang

Gambar 2.2. Perhitungan Volume Menggunakan 2 Penampang

Perhitungan volume dengan menggunakan dua penampang jika


diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di antara 2 penampang
tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi (perbedaan) dimensi antar
kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu berbeda, maka dapat
digunakan rumus mean area dan kerucut terpancung, tetapi jika
perbedaannya cukup besar maka digunakan rumus obelisk Adapun rumus
yang digunakan sebagai berikut :

4
1. Rumus Mean Arean

Gambar 2.3. Penggambaran Mean Area


V = JS (𝐿1 + 𝐿2)/2
Js = Panjang antar penampang (m)
V = Volume ( BCM)
L = Luas area penampang (M2)
L1 dan L2 = Luasan penampang 1 & 2
JS adalah jarak antar penampang.

2. Rumus Kerucut Terpancung

Gambar 2.4. Kerucut Terpancang

5
3. Rumus Obelisk

Gambar 2.5. Obelisk

C. Dengan Menggunakan 3 Penampang


Perhitungan volume dengan menggunakan tiga penampang digunakan jika
diketahui adanya variasi (kontras) pada areal di antara 2 penampang, maka
perlu ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan.
Perhitungannya menggunakan rumus prismoida.

Gambar 2.6. Perhitungan Volume Menggunakan 3 Penampang

Seperti yang telah dijelaskan diatas, perhitungan volume menggunakan 3


penampang tentunya menggunakan suatu perumusan berupa rumus
prismoida, rumus tersebut adalah sebagai berikut :

6
Gambar 2.7. Prismoida

Untuk menghitung luas penampang digunakan penggabungan metode


simpson 1/3 dan simpson3/8 :
Lsimp1/3 = h/3 (f0+fn) + h/3 (4f1+4f3+4f5+...+4fn-1) + h/3
(2f2+2f4+2f6+...+2fn-2) = h/3 (f0+fn) + 4h/3 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 2h/3
(f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp1/3 = h/3 ( f0 + 4 ∑ f ganjil + 2 ∑ f genap + fn ) Lsimp3/8 = h/8
(f0+fn) + h/8 (3f1+3f3+3f5+...+3fn-1) + h/8 (3f2+3f4+3f6+...+3fn-2) = h/8
(f0+fn) + 3h/8 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 3h/8 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp3/8 = h/8 ( f0 + 3 ∑ f ganjil + 3 ∑ f genap + fn )
Sedangkan, untuk menghitung tonase digunakan rumus :
T = V x Bj
Keterangan : T = Tonase (Ton) V = Volume (m3 ) Bj = Berat Jenis (Ton/m3)

7
2.2. Metode Poligon
Metode poligon (area of influence) merupakan metode perhitungan
konvensional. Metode ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif
homogen dan memiliki geometri yang sederhana. Kadar pada suatu luasan dalam
suatu poligon ditaksir dengan nilai contoh yang berada ditengah-tengah poligon
sehingga metode ini sering disebut dengan metode poligon daerah pengaruh ( area
of influence ). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik
contoh dengan satu garis sumbu. Andaikan ketebalan endapan bijih pada titik 1
adalah t1, dengan kadar rata-rata k1, maka volume – produk (V%) = s1 x t1 x k1
(volume pengaruh). Bila spec gravity dari bijih = p, maka tonase bijih = s1 x t1 x
k1 x p ton. Untuk data-data yang sedikit metode poligon ini mempunyai
kelemahan, antara lain belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data
disekitar poligon. Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai conto
mempengaruhi distribusi ruang.

Gambar 2.8. Metode Poligon

Dalam pehitungan cadangan dengan menggunakan metode daerah pengaruh


dapat dihitung langkah – langkah sebagai berikut :

1. Untuk menentukan batas – batas daerah pengaruh dari masing – masing


lubang bor dapat dilihat pada peta penyebaran titik bor.

8
2. Menghitung luas daerah pengaruh masing-masing lubang bor, dihitung
didalam batas - batas yang ada berdasarkan pembagian Cut off grade.

3. Untuk ketebalan dapat dilihat pada data setiap titik bor, dihitung tiap satu
meter kedalamam bijih nikel yaitu dengan menjumlahkan nilai interval bijih
pada setiap lubang bor.

4. Untuk mendapatkan jumlah cadangan maka rumus yang digunakan adalah:

T=Axtxd

Keterangan: T = Tonnase (ton)

A = Luas Area (m2)

t = Ketebalan (m)

d = Density (ton/m³) Perhitungan cadangan dengan metode

2.3. Metode Isoline


Metoda isoline merupakan metode yang dipakai untuk digunakan pada
endapan bijih di mana ketebalan dan kadar mengecil dari tengah ke tepi endapan.
Isoline adalah kurva yang menhubungkan titik-titik yang memiliki nilai kuantitatif
sama, metode ini digunakan dengan asumsi nilai yang berada diantara dua buah
titik kontinue dan mengalami perubahan secara gradual.Volume dapat dihitung
dengan cara menghitung lauas daerah yang terdapat di dalam batas kontur,
kemudian menggunakan prosedur-prosedur yang dikenal. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan untuk menghitung cadangan dengan menggunakan metode isoline
adalah:
A. Mempersiapkan peta kontur
B. Menghitung luas area per interval
C. Menghirung volume
D. Menghitung cadangan

9
Dalam metode isoline di butuhkan koordinat x, y, z, peta topografi, peta situasi
dan data-data yang memuat batasan alamiah seperti alairan sungai, jalan,
perkampungan, peta geologi local. Dibawah ini merupakan teknik pengolahan data
dalam metode isoline :

Metoda ini sangat praktis diterapkan pada endapan-endapan dalam


(hipogen), dimana ketebalan dan kadar sekaligus berubah dengan mengecil ke tepi
tubuh bijih. Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luasan daerah yang
terdapat di dalam garis kontur, dan selanjutnya dapat diketahui kadar rata-rata dari
badan bijih emas tersebut, melalui persamaan :

dimana;

g0 = kadar minimum bijih

g = interval kontur kadar (konstan)

A0 = luas tubuh bijih dengan kadar g0 atau lebih besar

A1 = luas tubuh bijih dengan kadar g0+g atau lebih besar

A2 = luas tubuh bijih dengan kadar g0+2g atau lebih besar, dst

10
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut :

Gambar 2.9. Contoh Penerapan Metode Isoline

Maka kadar rata-rata adalah :

2.4. Metode Inverse Distance


Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data
yang telah diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada
wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga terbentuk peta atau sebaran nilai
pada seluruh wilayah. Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan
metode deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik
disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada
data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah
secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak akan
dipengaruhi oleh letak dari data sampel.

11
Gambar 2.10. Implementasi Metode IDW Di Lapangan

Cara kerja IDW sendiri sebagai berikut :

Untuk memprediksi sebuah nilai di setiap lokasi yang tidak diukur, IDW akan
menggunakan nilai-nilai ukuran yang mengitari lokasi yang akan diprediksi. Nilai-
nilai ukuran yang letaknya paling dekat ke lokasi prediksi akan mempunyai
pengaruh lebih besar terhadap nilai prediksi dibanding yang terletak jauh. IDW
mengasumsikan bahwa setiap titik ukuran mempunyai pengaruh lokal yang
berkurang dengan jarak. Titik-titik yang lebih dekat ke lokasi prediksi akan diberi
bobot yang lebih besar dibandingkan yang terletak lebih jauh; oleh sebab itu
dinamakan inverse distance weighted (pembobotan seper jarak).

Perhitungan IDW sendiri dibagi menjadi 2, yaitu perhitungan Nilai Titik Yang
Diprediksi dan perhitungan Nilai Bobot, yang perumusannya sebagai berikut :

Menghitung Nilai Titik Yang Diprediksi :

12
Menghitung Nilai Bobot :

2.5. Metode Triangular Grouping


Pada cara ini setiap blok dibentuk oleh 3(tiga) titik bor terdekat sedemikian
hingga secara tigadimensi blok tersebut berbentuk prisma terpancung dengan sisi
prisma adalah kedalaman ketigatitik bor tersebut. Titik 1, 2, 3 akan merupakan
penentu besarnya cadangan, jika pembobotan pada titik-titik tersebut sama setiap
perhitungan blok (titik 1 akan dipakai 6 kali). Jika harga titik-titik 1, 2 dan 3 tersebut
besar, maka hasil perhitungan akan membesar ( over estimate), demikian pula
sebaliknya ( und er estimate) Volume blok dihitung dengan mengalikan luas
penampang prisma terpancung dengan tebal rata-rata blok

[(t1+ t2+ t3) /3]

Sedangkan kadar rata-rata blok

g’ = g1 t1+ g2 . t2 + g3 . t3

t1+ t2 + t3

Dihitung sebagai berikut, dimana :

g’ = kadar rata-rata per blok

g = kadar tiap titik bor

13
t = tebal ore tiap titik bor

Cadangan endapan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase tiap blok,


sedangkan kadar rata-ratanya dihitung memakai pembobotan tonase.

Gambar 2.11. Layout Dari Segitiga

Gambar 2.12. Prisma-Prisma Triangular

2.6. Metode USGS-83


Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya
terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya
terunjuk (USGS/Wood dkk., 1983). • Teknik perhitungan tersebut hanya berlaku
untuk kemiringan lapisan• Teknik perhitungan tersebut hanya berlaku untuk
kemiringan lapisan lebih kecil atau sama dengan 30 (≤30). Sedangkan untuk

14
batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar dari 30 (>30) caranya adalah
mencari harga proyeksi radius lingkaran-lingkaran tersebut ke permukaan terlebih
dahulu.

Metode Circular USGS mempunyai keuntungan yaitu, mudah diterapkan,


mudah dikomunasikan dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan mudah,
akan tetapi memerlukan interpretasi geologi yang baik. Metode perhitungan ini
banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya perhitungan sumberdaya batubara.
Aturan dalam perhitungan dengan metode Circular USGS disesuaikan dari jenis
sumberdaya yang digunakan.

Untuk dapat memanfaatkan potensi batubara tersebut, perlu dilakukan estimasi


sumberdaya batubara dengan salah satu metode yaitu metode Circular USGS,
sehingga dapat diketahui jumlah Tonasenya. Sedangakan untuk rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut :

Tonnase batubara = A x B x C

Dimana :

A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter

B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.

C = area batubara dalam acre atau hektar

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan


sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-
beda, maka perhitungan dilakukan secara terpisah.

1. Kemiringan 00 – 100 Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan


menggunakan rumus Tonnase yaitu ketebalan batubara x berat jenis
batubara x area batubara

2. Kemiringan 100 – 300 Untuk kemiringan 100 – 300 , tonase batubara harus
dibagi dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

15
3. Kemiringan > 300 Untuk kemiringan > 300 , tonase batubara dikali dengan
nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

Gambar 2.13. Contoh Metode USGS-83

16
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Dalam menentukan atau mengestimasi suatu cadangan, tentunya memiliki
berbagai metode-metode yang dapat digunakan untuk membantu dalam proses
perhitungan estimasi cadangan itu sendiri. Terdapat 6 metode yang sering
digunakan dalam pengaplikasian dunia pertambangan, diantaranya terdiri dari
metode penampang, metode poligon, metode isoline, metode invers distance,
metode triangular grouping dan metode usgs 83.
Kegunaan dari metode di atas itu yang pertama menentukan kuantitas dan
kualitas, memperkirakan bentuk 3D cadangan dalam ruang sehingga dapat
diketahui metode penambangan dan urutan penambangan, umur tambang serta
menentukan prasarana pendukung berdasarkan perhitungan dan penggambaran dari
metode diatas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Ir. Hendro Purnomo. (2019). Institut Teknologi Nasional


Yogyakarta. Interpolasi IDW Dan NNP

https://www.scribd.com/document/358511213/Metode-Penampang.

https://www.researchgate.net/publication/338695599_IDENTIFIKASI_DA
N_ESTIMASI_SUMBER_DAYA_BATUBARA_MENGGUNAKAN_METO
DE_POLIGON_BERDASARKAN_INTEPRETASI_DATA_LOGGING_PA
DA_LAPANGAN_ADA_SUMATERA_SELATAN

http://zonageologi.blogspot.com/2013/05/perhitungan-cadangan-metode-
triangular.html

https://www.scribd.com/doc/310470855/Metode-Triangular-Grouping

https://www.scribd.com/document/411099681/3-Metode-Isoline

https://media.neliti.com/media/publications/274112-estimasi-sumberdaya-
batubara-dengan-meto-306d9b29.pdf

Laporan Praktikum Perpetaan Yoel D Pesiwarissa. Institut Teknologi


Nasional Yogyakarta. (2019).

18

Anda mungkin juga menyukai