“Trematoda”
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu
UNIVERSITAS JAMBI
2022
TREMATODA
Telur---meracidium---sporocyst---redia---cercaria—metacercaria---cacing dewasa.
Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing
trematoda.
sporocyst cercaria dewasa(1)
dewasa(4)
(1) Schistosoma
(2) Paragonimus
(3) Clonorchis
(4) Echinostoma
1. TREMATODA PARU (Paragonimus westermani)
Hospes cacing ini merupakan manusia dan binatang yang memakan
ketam/udang batu, sperti kucing, musang, anjing, harimau, serigala, dan lain-
lain. Cacing ini ditemukan di RRC, Taiwan, Korea, Jepang, Filipina, Vietnam,
Thailand, India, Malaysia, Afrika, Dan Amerika Latin. Di Indonesia
ditemukan autokton pada binatang, sedangkan pada manusia hanya sebagai
kasus impor saja. (Sutanto,2012)
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa hidup dalam diparu. Bentuknya bundar lonjong
menyerupai biji kopi, dengan ukuran 8-12 x 4-6 mm dan berwarna coklat tua.
Batil isap mulut hampir sama besar dengan batil isap perut. Testis berlobulus
terletak berdampingan antara batil isap perut dan ekor. Ovarium teletak
dibelakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80-118 mikron
x 40-60 mikron dengan operculum agak tertekan kedalam. Telur keluar
bersama tinja atau sptum dan berisi sel trlut. Telur menjadi matang dalam
waktu Kira-kira 16 Hari, lalu menetas. Mirasidium mencari keong air dalan
keong air terjadi perkembangan.
Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II,
yaitu ketam atau udang batu, lalu membentuk metaserkaria didalam tubuhnya.
Infeksi terjadi dengan makan ketam atau udang batu yang tidak dimasak
sampai matang. Dalam hospes defenitif metaserkaria menjadi cacing dewasa
muda di duodenum. Cacing dewasa muda bermigrasi menembus dinding usu,
masuk ke rongga perut, menembus diafragma dan menuju ke paru. Jaringan
hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing dewasa terbungks dalam
kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam spatum atau
cairan pleura. Kadang- kadang telur juga ditemukan dalam tinja. Reaksi
serologi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan
Prazikuantel dan bitionol merupakan obat pilihan. Penyakit ini
berhubungan erat dengan kebiasaan makan ketam yang tidak dimasak
dengan baik. Penyuluhan kesehatan yang berhubungan cara masak ketam
dan pemakaian jamban yang tidak mencemari air sungai dan sawah dapat
mengurangi transmisi paragonimiasis.
2. TREMATODA USUS (Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E.
Ilocanum)
2.1. Fasciolopsis buski
Parasit cacing sering dilaporkan menginfeksi orang dan babi.
Diperkirakan sekitar 10 juta orang terinfeksi oleh parasit cacing ini.
Cacing dewasa panjangnya 20-75 mm dan lebar lebar 20 mm.\
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam usus halus memproduksi telur
sampai 25000 butir/ekor/hari yang keluar melalui feses. Telur
menetas pada sushu optimum (27-32oC) selama sekitar 7 minggu.
Meracidium keluar dan masuk kedalam hospes intermedier siput
yang termasuk dalam genus segmentia dan hippeutis (planorbidae)
untuk membentuk sporocyst. Sporocyst berada dalam jantung dan
hati siput, kemudian mengeluarkan redia induk, kemudian redia
induk memproduksi redia anak. Redia berubah menadi cercaria
keluar dari tubuh siput dan berenang dalam air, kemudian menempel
pada tanaman/sayuran/rumput dimana cercaria berubah menjadi
metacercaria. Bila tanaman tersebut dimakan/termakan manusia/babi
maka cercaria menginfeksi hospes definitif.
Patologi
Perubahan patologi yang disebabkan oleh cacing ini ada
tiga bentuk yaitu toksik, obstruksi dan traumatik. Terjadinya
radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan
mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang
lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces
pada dinding usus. Terjadi gejala diaree kronis. Toksemia terjadi
sebagai akibat dari absorpsi sekresi metabolit dari cacing, hal ini
dapat mengakibatkan kematian.
Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan ditemukan telur cacing dalam feses.
Pengobatan
Diklorofen, niklosamide dan praziquantel, cukup efektif untuk
pengobatan cacing ini.
Patologi
Infeksi cacing ini tidak memperlihatkan gejala yang nyata.
3. TREMATODA HATI (Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F. Gigantic)
3.1. Clonorchis sinensis
Morfologi
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang di
tetemukan di saluran pankreas. Ukuran cacing dewasa 10-25 mm x 3-5
mm dengan integument tidak berduri, bentuknya pipih, lonjong,
memanjang, transparan, menyerupai daun dengan bagian posterior
membulat. Telur berukuran kira-kira 30x16 mikron, bentuknya seperti
bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan di saluran empedu
(Susanto, 2008).
Batil isap kepala sedikit lebih besar daripada batil isap perut
dan terletak 1/3 anterior tubuh. Gambaran khas pada besar dan
dalamnya lekuk lobus/cabang testis, dengan cabang ke lateral. Letak
testis berurutan, sebelah posterior dan ovarium yang lebih kecil dan
juga berlobus.
Ovarium ini terletak di garis tengah, pada pertemuan 1/3
posterior dan 1/3 tengah tubuh. Uterus tampak berkelok-kelok,
bermuara pada porus genitalis berdampingan dengan muara alat
kelamin jantan (Susanto, 2008).
Telur berbentuk oval dengan ukuran (28-35) x (12-19) m,
ukuran dinding sedang, memiliki poerkulum konvex, bagian posterior
menebal. Telur ini diletakkan dalam saluran empedu dalam keadaan
sudah matang kemudian keluar bersama tinja dan baru menetas jika
ditelan tuan rumah perantara I. telur dalam tinja dapan bertahan selama
2 hari dalam suhu 26’C dan 2 hari pada 4-8’C (Kamarudin, 2001).
Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di saluran empedu hati dan memproduksi
telur sampai 4000 butir/hari sampai 6 bulan. Telur yang telah masak
berwarna kuning coklat dan akan menetas bila dimakan oleh siput
Parafossarulus manchouricus yang merupakan hospes intermedier ke 1.
Telur menetas keluar merasidium yang akan berubah menjadi
sporocyst yang menempel pada dinding intestinum atau organ lain
siput dalam waktu 4 jam setelah infeksi(Muslim, 2009).
Sporocyst memproduksi redia dalam waktu 17 hari, dan setiap
redia memproduksi 5-50 serkaria. Serkaria mempunyai 2 titik mata dan
ekork, kemudian keluar dari siput berenang dalam air menuju
permukaan dan kemudian tenggelam kedasar air. Bila menemukan
ikan sebagai hospes intermediet ke 2, cercaria akan menempel pada
epithelium kulit ikan tersebut. Kemudian menanggalkan ekornya dan
menempus kulit ikan dan membentuk cyste dibawah sisik ikan tersebut
menjadi metacercaria.
Banyak spesies ikan yang menjadi hospes intermedier ke 2 dari
C. sinensis ini terutama yang termasuk dalam famili Cyprinidae.
Metacercaria juga dapat menginfeksi jenis krustacea (udang) seperti:
Carindina, Macrobrachium dan Palaemonetes.
Cacing dewasa hidup di saluran empedu hati dan memproduksi
telur sampai 4000 butir/hari sampai 6 bulan. Telur yang telah masak
berwarna kuning coklat dan akan menetas bila dimakan oleh siput
Parafossarulus manchouricus yang merupakan hospes intermedier ke 1.
Telur menetas keluar merasidium yang akan berubah menjadi
sporocyst yang menempel pada dinding intestinum atau organ lain
siput dalam waktu 4 jam setelah infeksi. Sporocyst memproduksi redia
dalam waktu 17 hari, dan setiap redia memproduksi 5-50serkaria.
Serkaria mempunyai 2 titik mata dan ekork, kemudian keluar dari siput
berenang dalam air menuju permukaan dan kemudian tenggelam
kedasar air. Bila menemukan ikan sebagai hospes intermediet ke 2,
cercaria akan menempel pada epithelium kulit ikan tersebut. Kemudian
menanggalkan ekornya dan menempus kulit ikan dan membentuk cyste
dibawah sisik ikan tersebut menjadi metacercaria.
Banyak spesies ikan yang menjadi hospes intermedier ke 2 dari
C. sinensis ini terutama yang termasuk dalam famili Cyprinidae.
Metacercaria juga dapat menginfeksi jenis krustacea (udang) seperti:
Carindina, Macrobrachium dan Palaemonetes (Muslim, 2009).
Hospes definitif (orang) akan terinfeksi oleh cacing ini bila
makan ikan/udang secara mentah-mentah/dimasak kurang matang.
Dalam keong air (Bulinus Semisulcospira), mirasisium berkembang
menjadi sporokista, redia lalu serkaria. Serkaria keluar dari keong air
dan mencari hospes perantara II yaitu ikan (Family Ciprynidae).
Setelah menembus tubuh ikan, serkaria melepaskan ekornya dan
membentuk kista didalam kult di bawah sisik. Kitas ini disebut
metasekaria. (Susanto, 2008)
Perkembangan dalam tubuh ikan berlangsung selama 23
hari.Jika daging ikan yang mengandung cacing kista tersebut (kista)
dimasak kurang sempurna, jika dimakan hospes maka di dalam
duodenum, larva keluar dari kista, masuk ke dalam saluran empedu
sebelah distal dan cabang-cabangnya melalui ampulla Vateri. Untuk
menjadi cacing dewasa dibutuhkan waktu 1 bulan, sedangkan seluruh
siklus diperlukan kurang lebih 3 bulan.
Patologi
Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran
empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah cacing
dan lamanya menginfeksi.Untungnya jumlah cacing yang
menginfeksi biasanya sedikit. Pada daerah endemik jumlah cacing
yang pernah ditemukan sekitar 20-200 ekor cacing. Infeksi kronis
pada saluran empedu menyebabkan terjadinya penebalan epithel
empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu. Pembentukan
kantong- kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan
parenkim hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur
cacing yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan
penurunan fungsi hati.
Patologi
Cacing dalam saluran empedu menyebabkan peradangan
sehingga merangsang terbentuknya jaringan fibrosa pada dinding
saluran empedu. Penebalan saluran empedu menyebabkan cairan
empedu mengalir tidak lancar. Disamping itu pengaruh cacing dalam
hati menyebabkan kerusakan parenchym hati dan mengakibatkan
sirosis hepatis. Hambatan cairan empedu keluar dari saluran empedu
menyebabkan ichterus. Bila penyakit bertambah parah akan
menyebabkan tidak berfungsinya hati.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur yang berbentuk
khas dalam tinja atau dalam cairan duodenum dan cairan empedu.
Reaksi serologis (ELISA) sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis. Imunodiagnosis yang lebih sensitive dan spesies-spesifik
telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen ekskretori-sekretori
yang dikeluarkan parasit. Ultrasonografi digunakan untuk menegakkan
diagnosis fasioliasis bilier.
Pengobatan
Penyakit ini dapat diobati dengan albendazol dan paraziquantel.
www.geocities.ws/kuliah_farm/.../Trematoda.doc
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjy5__e2-
r5AhWn1XMBHYOrDekQFnoECA0QAQ&url=https%3A%2F%2Fadoc.tips
%2Fdownload%2Ftrematoda-a-morfologi-dan-daur-
hidup.html&usg=AOvVaw2dubMu3U4eh8re6hgHj9SV