Anda di halaman 1dari 434
isy ve eee 7 ‘28 £ Lite s o ay Rebirth ‘23 Rebirth AE Digital Book vii + 427 halaman, AS Penulis : Firza Lutifa Listri Desain Sampul : Meiga Lettucia Tata Letak : Qolbiatul Ma’rifah A Ee’ Jin, Banurejo B no.17 Kepanjen _ HP : 085103414877 eget Email : aedigitalbook@gmail.com http://aepublishing.id ISBN 978-623-7733-64-5 Kutipan Pasal 72 terkait Ketentuan Pidana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta: (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagai- mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama S (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ‘23 Daftar Isi Daftar Isi Kata Pengantar Part 1 Part 2 Part 3 Part 4 Part S Part 6 Part 7 Part 8 Part 9 Part 10 Part 11 Part 12 Part 13 Part 14 Part 15 Part 16 Part 17 Part 18 Part 19 Part 20 Part 21 Part 22 Part 23 ‘23 Part 24 Part 25 Part 26 Part 27 Part 28 Part 29 Part 30 Part 31 Part 32 Part 33 Part 34 Part 35 Part 36 Part 37 Part 38 Part 39 Part 40 Part 41 Part 42 Part 43 Part 44 Part 45 Part 46 Part 47 Part 48. Part 49 Part 50 Part 51 Part 52 Part 53 ‘23 Part 54 Part 55 Biodata Blurb ae s Kata Pengantar Ucapan terimakasih untuk Allah Swt. yang sudah memberi saya kesempatan untuk mengirimkan naskah ke AE publishing, untuk penerbit yang mau menerima karyaku ini, para pembaca yang selalu mendukung karya-karyaku, dan untuk temanku Elsa, Yela, Atri, dan yang lainnya. Part Kelahiran Kembali Di dalam sebuah kediaman tampaklah sekumpulan orang-orang yang sedang tersenyum sinis ke arah sebuah peti yang berukiran sederhana. Di dalamnya terdapat seorang gadis berwajah yang sangat cantik walaupun terlihat sangat pucat namun tidak mengurangi aura kecantikannya, memiliki tubuh yang mungil namun berisi di bagian tertentu, dan bibir yang sama pucatnya dengan wajahnya, sedang memejamkan matanya dengan damai. Dalam hati, orang-orang yang berada di dalam kediaman itu menggumamkan kata-kata yang tidak pantas untuk sang gadis yang berada di dalam peti berukiran sederhana tersebut. Entah apa salah perempuan cantik itu hingga semua orang tega mengatakan kata-kata yang tidak pantas itu untuknya bahkan ketika jiwanya tak berada lagi di dalam raganya. Tanpa semua orang sadari, mata gadis cantik itu perlahan-lahan terbuka dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Gadis cantik itu termenung dengan tatapan yang sangat kosong. ae a Bukankah tadi aku hanya melihat kegelapan tanpa secercah cahaya sedikit pun? Hm, apa seperti ini yang namanya akhirat? Jadi, apakah ini surga atau neraka? Eh, masa neraka sih? Kalau neraka pasti ada apinya dong tapi tempat ini terlihat seperti bangunan kuno yang pernah kutonton di dalam drama korea, Pikirnya. Gadis cantik itu menggerakkan badannya namun ruang geraknya terbatas karena ia seperti berada di dalam kotak panjang. Setelah sadar sepenuhnya gadis cantik itu langsung berdiri dengan raut wajah yang terlihat sangat syok dengan mata yang melotot dan mulut yang terbuka lebar. "Oh my god!!! Kenapa aku bisa ada disini? Apa sekarang ini aku sedang bermimpi? Hah, tempat apa ini? Benar-benar terlihat seperti bangunan kuno yang pernah kutonton di dalam drama korea." pekik gadis itu dengan histerisnya hingga membuat semua orang yang berada di dalam ruangan menatapnya dengan tatapan yang sangat kaget dan tidak percaya. Bahkan orang-orang yang awalnya tersenyum sinis mendadak pucat. Hal ini benar-benar di luar dugaan mereka. Dalam hati mereka berbisik, apa gadis hina ini diberi kesempatan hidup lagi oleh tuhan? “Heh?! Kenapa pakaian kalian seperti itu? Apa kalian sedang syuting? Dan kenapa aku masih hidup? Apa ini surga atau neraka?" histeris gadis itu lagi. Orang-orang di dalam ruangan masih menatap gadis itu dengan tatapan kaget dan tidak percaya. Bahkan lidah 2 | ‘23 mereka terasa sangat kelu hanya untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata. Gadis cantik itu melihat sekujur tubuhnya, ia menghela nafas lega saat tidak melihat luka sedikit pun di tubuhnya. Gadis cantik itu atau lebih tepatnya roh gadis bernama Rain itu ingat dengan sangat jelas. Bibi, paman, sepupu, pacar, dan sahabatnya bersekongkol untuk membunuhnya. Dan sekarang gadis itu terasa seperti bermimpi karena tubuhnya masih utuh tanpa luka-luka tapi yang berbeda orang-orang asing yang berada di dalam ruangan yang sama dengannya, menatapnya dengan tatapan kaget dan tidak percaya. "Qu Yi Na! Bagaimana kau bisa hidup lagi? Bukankah kau sudah mati?" tanya seorang gadis yang memakai gaun mewah berwarna merah darah. Tiba-tiba sebuah ingatan mulai berputar di otak Rain. Nama tubuh yang di tempatinya adalah Qu Yi Na. Gadis itu adalah putri sah dari perdana mentri. la mengidap sebuah penyakit yang menggerogoti tubuhnya di setiap harinya. Di kediaman Qu, ia selalu mendapat perilaku yang tidak mengenakkan. Semua orang merendahkannya termasuk ayah dan kakak laki-laki kandungnya sendiri. Seorang selir yang bernama Ji Ra dan anak selir yang bernama Ji Ya selalu menyiksanya. Hingga pada akhirnya pemilik tubuh yang di tempatinya mati karena penyakit yang di deritanya. Rain dapat menyesuaikan diri dengan sangat cepat terhadap keadaan yang di alaminya sekarang ini. Jadi, a. | ae a jiwanya sedang bertransmigrasi ke zaman kuno. Diluar logika memang tapi mulai sekarang dia akan menjadi Qu Yi Na serta membalaskan dendam Qu Yi Na. la juga akan membuat orang-orang yang berani melawannya akan bertekuk lutut padanya. "Jadi, apakah kau mengharapkan kematianku?" sinis Rain sambil melangkahkan kakinya keluar dari dalam peti. Mata gadis itu membulat kaget dan gugup. "Ti--dak, bukan begitu." gagap gadis yang bernama Ji Ya tersebut. Rain mendengus keras. "Kenapa kalian masih berdiri mematung disini? Pergi sana! Aku mau tidur dulu." sinis Rain lagi sambil berkacak pinggang. "Dimana sopan santunmu?" gertak ayahnya yang tak lain adalah Tuan Qu. Rain mengalihkan pandangannya ke arah ayah pemilik tubuh yang di tempatinya itu. Masih dengan tatapan sinis ia menjawab dengan nada yang angkuh serta menurunkan tangannya yang berada di pinggangnya. "Kenapa aku harus sopan kepada kalian semua? Kalian saja tidak sopan kepadaku." sahut Rain sambil memainkan rambut coklatnya dengan jari telunjuknya. Tuan Qu menggertakkan giginya marah. "Kau benar- benar keterlaluan! Aku tidak pernah mengajarkanmu bersikap tidak sopan seperti ini! Sungguh memalukan!" "Oh ya? Bukankah kau tidak sudi bertemu denganku? Bahkan baru kali ini kau mengunjungi kediamanku. Lebih tepatnya saat aku meninggal dan hidup kembali. Haha. Kau lucu sekali, AYAH." kata Rain penuh penekanan di akhir 4 | ‘23 katanya, jari telunjuknya menunjuk wajah Tuan Qu dengan lancang, menaikkan alis kanannya dan melayangkan tatapan mengejeknya. Tuan Qu lagi-lagi menggertakkan giginya marah. Tak terima di perlakukan seperti itu oleh anaknya sendiri. Rain menggeleng-gelengkan kepalanya_prihatin sembari tersenyum miris. "Sungguh malang sekali nasib pemilik tubuh ini. Kalian adalah keluarga tapi kau memperlakukan darah dagingmu sendiri dengan tidak wajar." Tersirat nada marah di dalam nada bicara Rain. “Apa maksudmu?" Tuan Qu bertanya dengan dahi yang berkerut, menandakan kalau ia sedang bingung. "Kau tidak perlu mengerti maksudku. Hanya satu yang perlu kalian ketahui, Qu Yi Na yang lama sudah mati. la tidak akan kembali lagi. Karena sekarang cuma ada Qu Yi Na yang baru. Qu Yi Na yang tidak mudah di provokasi, Qu Yi Na yang tidak lemah, dan Qu Yi Na yang tidak cengeng. Kalau kalian berani melawanku dan menyiksaku lagi, maka aku akan membalasnya dengan berkali-kali lipat. Camkan ucapanku," Ucapan Rain berhasil membuat semua orang yang berada di dalam ruangan tercengang. "Karena aku tidak bermain-main dengan ucapanku." imbuh Rain sambil tersenyum sinis. Rain melenggang pergi meninggalkan semua orang yang berada di dalam ruangan, ia pergi ke dalam kamar yang selalu di tempati Qu Yi Na. Sebelumnya ia menabrakkan bahunya ke bahu Ji Ya hingga Ji Ya tersungkur ke lantai dengan posisi yang mengenaskan dan memalukan. a. | ae a "Dan aku perintahkan kalian untuk meninggalkan kediamanku karena aku tidak suka kediamanku di injak oleh Orang-orang yang seperti kalian, orang-orang yang tidak punya hati nurani." kata Rain lantang tanpa membalikkan badannya. Semua orang yang berada di dalam ruangan menatap Rain dengan tatapan tidak suka dan benci. Rain masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan kasar hingga membuat orang-orang terlonjak kaget. "Gila! Ini benar-benar ila!" Rain §=menjambak rambutnya sendiri akibat kenyataan yang sangat mustahil ini. "Kenapa jiwaku bisa berpindah kesini?" Rain menghamburkan badannya ke atas tempat tidur. "F*CK! SAKIT SEKALI, INI TEMPAT TIDUR ATAU CUMA KAYU DOANG SIH?" teriak Rain saat merasakan tempat tidur Qu Yi Na yang sangat keras, tidak empuk seperti kasurnya di zaman modern. "Jahat banget sih orang-orang yang berada di dalam kediaman ini kepada Yi Na. Huh, lihat saja nanti. Aku akan membalaskan dendam Yi Na kepada mereka semua." Rain tersenyum devil. "Baiklah. Permainan di mulai dari sekarang..." gumamnya dengan sebuah seringaian menyeramkan yang terpampang di bibir merahnya. Lama kelamaan mata indah Rain menutup perlahan akibat rasa kantuk yang melandanya secara tiba-tiba. ae a Yi Na kecil menangis terisak-isak saat seorang pelayan paruh baya memukulinya dengan sebilah kayu panjang. Bagi gadis kecil seperti Yi Na tentu saja pukulan itu terasa sangat sakit. Pelayan terus memukul tubuh Yi Na kecil tanpa belas kasihan. Entah dimana hati nurani si pelayan. "Akkhh!! Ampun!!" jerit Yi Na kecil dengan berderaian air mata. "Anak pembawa sial sepertimu tidak seharusnya keluar dari dalam kediaman ini. Kediaman ini adalah tempatmu. Jangan pernah mencoba-coba untuk keluar lagi. Kali ini aku cukup memberikanmu hukuman ringan, tapi lain kali, jika kau mengulanginya lagi aku tidak akan segan-segan mencambukmu, anak sialan." Yi Na kecil menganggukkan kepalanya, air mata masih mengalir deras di pipinya hingga mengenai dagu dan baju lusuh bagian depannya. Pelayan sialan itu tersenyum sinis lalu melemparkan sebilah kayu panjang itu ke sudut ruangan. la kemudian meninggalkan kamar Yi Na kecil. Meninggalkan Yi Na kecil yang menangis sesegukan. ae a Part 2 Pembalasan "Sungguh malang sekali nasibmu, Yi Na." gumam Rain kala melihat kilasan kejadian yang di alami oleh Yi Na di dalam kamarnya tersebut. Selir dan anak perempuannya yang masuk ke dalam kamar memperlakukan Yi Na dengan tidak layak, seperti memberi makan yang sangat sedikit dan makanan itu pun berasal dari sisa-sisa makanan para pelayan, membentak- bentak Yi Na, mencaci maki Yi Na, menyiksa Yi Na, menampar Yi Na, dan menjambak rambut Yi Na. Tidak hanya selir dan anaknya, bahkan para pelayan pun ikut memperlakukan Yi Na dengan sangat tidak layak. Rasanya Rain tidak sanggup lagi untuk melihat kejadian itu tapi sayangnya kejadian itu terus terlihat di matanya. "Untungnya nasibku tidak separah dirimu, Yi Na." lirih Rain dengan mata yang berkaca-kaca. Air mata Rain menetes saat melihat Ji Ya melukai tubuh Yi Na hanya karena merasa iri dengan kecantikan yang di mi Yi Na. Lalu di susul pula dengan Ji Ya yang memotong rambut indah Yi Na yang awalnya sepanjang lutut menjadi sependek bahu. Tak hanya itu Ji Ya bahkan 8 | ae a membuang makanan yang hendak di makan Yi Na ke lantai. Sungguh malang dan menyedihkan sekali nasib Yi Na. "Mereka semua benar-benar jahat," Rain mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar. Lalu ia tersenyum dingin. "Lihat saja nanti." Rain berjalan ke arah lemari yang terletak di sudut ruangan, ia membuka lemari tersebut. Rain menatap datar semua pakaian yang berada di dalam lemari yang baru saja di bukanya. Pakaian yang berada di dalam lemari terlihat sudah lusuh. Semuanya, tanpa terkecuali. "Pakaiannya lusuh semua? Bahkan pakaian para pelayan lebih bagus dari pakaian Yi Na ckck." Rain menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya sambil berdecak kesal. "Aku harus membuat perhitungan dengan ayahnya Yi Na." gumam Rain kesal dan berjalan ke arah pintu kamarnya. Baru beberapa langkah Rain keluar dari dalam kamar, ia mendengar sebuah percakapan yang berhasil membuat emosinya naik. “Bagaimana perasaan kalian sekarang ini? Lagi-lagi kita harus mengurusi Yi Na penyakitan itu. Padahal aku berharap gadis sialan itu cepat mati." ucap seorang pelayan kepada teman-temannya. "lya, aku juga berharap dia mati. Tapi sayangnya harapan kita hanya tinggal harapan." sahut pelayan yang lainnya. ae a Rain menghampiri para pelayan yang sedang bergosip ria itu dengan wajah yang sangat datar dan dingin. "Tapi tidak apa-apa sih. Kita bisa menyiksanya lagi, seperti dulu." kekeh salah satu pelayan. “Hm, kalian cukup pemberani untuk ukuran pelayan rendahan seperti kalian ini." ucap Rain dengan nada suara yang sangat lembut. Lembut namun menyiratkan sebuah ancaman yang nyata. Wajah para pelayan yang sedang bergosip ria menjadi pucat seketika mendengar suara lembut tersebut. Mereka berbalik untuk melihat pemilik suara dengan slow motion. "Kenapa kalian berhenti bicara? Apa suara kalian mendadak hilang?" Rain memainkan rambut coklat keemasannya dengan jari telunjuknya, rambutnya terasa sangat halus walaupun selama ini Qu Yi Na tidak pernah melakukan perawatan apapun terhadap rambutnya. Para pelayan hanya bisa menunduk takut mendengar ucapan Rain. Entah kenapa keberanian mereka menciut begitu saja saat mendengar nada suara Rain. Nada suara yang terdengar berbeda dari nada sebelumnya. Dulu nada suara itu terdengar begitu ketakutan, gugup, dan bergetar. Namun sekarang terdengar lembut namun begitu menusuk. "Kalian | benar-benar lancang karena_ telah membicarakan seorang tuan putri di belakangnya. Bahkan kalian mengharapkan kematiannya. Nah, sekarang, 10 ae a bagaimana kalau aku yang menginginkan kematian kalian?" Rain tersenyum dingin. "Tidak! Ampuni kami, Yi Na. Kami tidak bermaksud." ucap ketiga pelayan itu kompak dan berlutut di depan Rain. "Apa kalian bilang tadi? Yi Na? Dimana sopan santun kalian? Kalian harus memanggilku dengan Tuan Putri Yi Na." kata Rain penuh penekanan sambil menjambak rambut pelayan yang mengatakan ‘kita bisa menyiksanya lagi, seperti dulu'. Pelayan itu meringis kesakitan akibat jambakan Rain yang terlalu kuat. "Lepasin..." kata Pelayan itu dengan susah payah akibat menahan rasa sakit. "Oke." Rain melepaskan jambakannya dari rambut pelayan itu, setelah itu ia mendorong pelayan tersebut hingga pelayan itu terlentang di atas lantai. "Akhhhi!" teriak pelayan tersebut saat merasakan punggungnya membentur lantai yang keras. Rain tertawa sinis. la melipat tangan di depan dada dan berteriak memanggil pengawal. "PENGAWAL!" teriak Rain sehingga membuat para pengawal yang berjaga berlarian ke arahnya. "lya, tuan putri?" tanya salah satu dari pengawal tersebut. "Kalian berdua, masing-masing ambillah cambuk. Aku perlu memberi pelajaran kepada ketiga pelayan yang tak tahu di untung ketus Rain yang berhasil membuat wajah ketiga pelayan itu bertambah pucat. Ad ae a "Ampuni kami, tuan putri. Kami tidak akan mengulanginya." Ketiga pelayan itu bersujud di kaki Rain. Rain mundur selangkah ke belakang karena tidak sudi kakinya tersentuh oleh kepala para pelayan rendahan itu. "Tidak ada toleransi untuk kalian. Yang jelas, aku akan menghukum kalian karena telah berbuat tidak sopan kepada anak perempuan Perdana Mentri Qu." sinis Rain. Tenang saja, Qu Yi Na! Aku akan membalaskan dendammu kepada mereka semua supaya kau bisa tenang di alam sana. "Tunggu apalagi, cepat ambilkan cambuk! Kalau tidak, aku juga akan mencambuk kalian semua." perintah Rain tegas di sertai dengan ancamannya yang berhasil membuat nyali para pengawal itu ciut. Bukannya pengawal pengecut, hanya saja nada dan ekspresi Rain benar-benar terlihat menyeramkan dan mengintimidasi. "Baik, tuan putri." mereka pun pergi mengambil cambuk seperti yang di perintahkan Rain. Sementara para pengawal pergi, Rain duduk di atas sebuah kursi dan menuangkan minuman ke dalam sebuah cangkir. Tak lama kemudian pengawal itu pun kembali ke hadapan Rain dengan membawa sebuah cambuk di tangan mereka masing-masing. "Sekarang kalian berdua cambuk ketiga wanita yang tidak tahu sopan santun itu. Cambuk mereka sebanyak 10 kali dengan kuat. Kalau kalian tidak mencambuknya dengan kuat, maka aku sendiri yang akan mencambuk kalian." tutur Rain sambil tersenyum manis, senyum yang terlihat manis 12 | ae a dan sangat menyeramkan secara bersamaan di mata kedua pengawal dan ketiga pelayan itu. "Cepat cambuk mereka bertiga!" perintah Rain lagi dengan dingin. Kedua pengawal itu menyahut perintah Rain dengan serentak. Ketiga pelayan itu melolong sedih. Menjerit meminta pengampunan. Bibir gadis itu menyunggingkan senyumnya. Ada sensasi tersendiri yang di rasakannya kala mendengar jeritan meminta pengampunan padanya. "Tidak, tuan putri! Kami berjanji akan berubah. Kami minta maaf. Tolong maafkan kami kali ini." Rain seolah tidak mendengar ucapan ketiga pelayan yang melolong sedih tersebut. Dia seolah tuli. Gadis itu menyeruput teh yang berada di dalam cangkirnya dengan elegan. Kedua pengawal mulai mencambuk ke tiga pelayan itu. Teriakan kesakitan yang berasal dari ketiga perempuan tersebut membuat sudut bibir Rain tertarik ke atas. Ternyata menjadi orang jahat lebih bagus daripada menjadi orang baik yang selalu tertindas. Batin Rain sambil tersenyum kejam. "Tiga..." “Akhhh!! Sakit!!" "Empat..." "Arghhhh!!" "Lima..." "Cukup! Ini benar-benar sakit." 13 ae a Kedua pengawal tersebut terus mencambuk tubuh ketiga pelayan itu dengan kuat, menghiraukan jeritan ketiga pelayan itu. “Enam..." "Lebih kuat!" perintah Rain dengan kejamnya. "Tujuh..." "Hikss... Hikss... Ampun!!" "Delapan..." "Lebih kuat lagi!" titah Rain dengan sadisnya sambil tertawa di atas penderitaan yang di alami ketiga pelayan tersebut. Seharusnya seperti ini. Bukan pelayan rendahan seperti kalian yang menyiksa tuan putri. Membuatnya terluka, kesakitan, menangis, kelaparan, dan tersiksa fisik dan batin. Tapi tuan putri yang harusnya menyiksa kalian. Sekarang aku akan membuat semuanya berjalan seperti seharusnya. Tuan putri yang menyiksa bukan kalian yang menyiksa tuan putri. Rain tersenyum devil. la menonton ketiga pelayan yang sedang di cambuk sambil menyesap teh hijaunya, seolah-olah ia sedang berada di dalam bioskop. Lihatlah, Yi Na! Apa kau bisa melihatnya dari atas sana? Kalau kau melihatnya? Apa kau puas? "Cukup! Kembali ke tempat kalian! Dan kuperintahkan kalian untuk tutup mulut. Jika saja hal ini terdengar ke luar kediamanku," Rain tersenyum misterius 14 ae a namun_ terlihat menyeramkan. "Maka siap-siap saja! Sebuah kejutan akan kalian terima! Kejutan spesial dariku!" Rain berdiri dan berlalu ke kamarnya. Setiap langkahnya, begitu mengintimidasi pelayan dan pengawalnya. 15 . Part 3 Namaku Yi Na Sore ini, Rain memutuskan untuk keluar dari dalam kediamannya. Dia sangat bosan berada di dalam ruangan kuno itu. Walaupun ruangannya mewah tapi tetap saja kuno, matanya perlu melihat warna lain selain warna kediamannya yang berwarna putih polos. Rain paling suka dengan warna hijau, andai saja ia mempunyai uang, maka ia akan membeli cat tembok dan men cat ulang kamarnya yang memiliki warna yang menurutnya sangat membosankan itu. Rain keluar dari dalam kediamannya tanpa di ketahui oleh siapapun. Sebelum pergi, ia menyusun bantal gulingnya di atas kasur dan membentuknya seperti orang yang sedang tidur, lalu ia menutupnya dengan selimut. Dan sekarang dia sedang berjalan santai di jalanan dengan riang, seolah-olah ia seperti burung yang baru saja keluar dari dalam sangkar emas. Semua orang yang kebetulan berada di jalan, melihatnya dengan tatapan memuja. Mereka tidak tahu kalau yang mereka puja itu adalah Qu Yi Na, gadis yang di rumorkan paling buruk rupa di kota. Orang-orang tidak 16 — ae a mengetahui bentuk wajahnya yang sebenarnya karena ia tidak pernah keluar dari dalam Kediaman Qu. Entah apa alasannya Tuan Qu mengurungnya di dalam kediaman dan tidak membiarkannya melihat dunia luar. Rain memperhatikan keadaan masyarakat di zaman kekaisaran. Menurutnya, kehidupan rakyatnya lumayan sejahtera. "Ampuni aku, tuan! Aku sungguh-sungguh tidak sengaja." pinta seorang perempuan penuh ketakutan. Suara itu berhasil membuat langkah Rain terhenti. la mengedarkan pandangannya ke asal suara. Matanya dapat menangkap seorang gadis muda sedang di ganggu oleh seorang pria yang berasal dari keturunan bangsawan. Dilihat dari pakaiannya saja orang-orang sudah dapat menebak, maka dari itu tidak ada yang berani menolong gadis tersebut karena mereka tidak ingin terlibat masalah dengan golongan bangsawan. Itu artinya sama saja mereka mencari mati. Rain mendekat. "Ada apa ini?" tanyanya dengan nada lembutnya. Wajahnya di buat bingung. Yah, dia akting sok polos. Percayalah! Di dalam hati, dia merutuk pria yang telah menyiksa perempuan malang itu. Pipi perempuan malang itu, membengkak dan memerah. Sudut bibirnya terluka. Sepertinya, pria itu menamparnya. Pria yang menyiksa gadis malang itu, mengalihkan pandangannya ke arah Rain. Untuk sejenak ia terpaku, ia hampir saja meneteskan air liurnya akibat melihat 17 | ae a kecantikan yang di miliki Rain. Belum pernah dia melihat gadis secantik Rain. "Kau cantik sekali. Ah iya namaku Gou Leng. Maukah kau menjadi selirku?" tanya pria bernama Gou itu secara blak-blakan. Rain tersenyum sinis. Selir katanya? Haha. Rain tertawa kaku di dalam hati. la tidak akan pernah sudi menjadi seorang selir karena dia ingin suami masa depannya nanti hanya mempunyai satu orang wanita saja, yaitu dirinya. Lebih baik dia menjadi perawan tua daripada berbagi suami dengan wanita lain. "Maaf, tuan. Aku tidak tertarik untuk menjadi selirmu." sahut Rain ketus. "Gadis kecil. Kalau kau menjadi selirku, kau akan di manjakan di dalam Kediaman Leng. Aku janji." tawar Gou. "Haha. Tidak usah! Asal kau tahu, aku tidak tertarik pada pria yang mempunyai banyak istri." kata Rain datar. "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini sebelum aku memberimu_pelajaran." Rain berkata dengan tenang namun nada suaranya menyiratkan ancaman yang nyata. “Haha.. Gadis kecil sepertimu ingin memberiku pelajaran? Pelajaran seperti apa, gadis kecil? Menyanyi? Menari? Atau menenun pakaian?" Rain menggertakkan giginya kesal. Dia paling tidak suka jika seseorang meremehkannya. Egonya merasa terluka. "Jangan meremehkanku! Aku pandai dalam ilmu bela diri. Bahkan aku bisa membuatmu lumpuh untuk 18 | ae a selamanya." desis Rain marah. Namun terlihat lucu di mata Gou. Gou terkekeh. "Kau membuatku terhibur, gadis kecil." Rain mencengkram kerah pakaian Gou. "Ayo kita buktikan saja siapa di antara kita yang paling kuat!" tantang Rain. Melepaskan kerah baju Gou dan mendorong dada Gou dengan jari telunjuknya. Gou menggertakkan giginya kesal. Dia paling tidak suka jika ada orang yang menantangnya. "Baiklah! Jika kau kalah, kau harus menjadi selirku!" "Oke. Tapi jika aku menang, kau harus meminta maaf kepada gadis yang kau aniaya itu!" “Haha, baiklah." Semua orang berkumpul untuk melihat perkelahian antara Rain dan Gou, seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukan. Pada akhirnya perkelahian pun tidak dapat di cegah. Mereka saling menyerang. Hingga akhirnya, Rain berhasil mengalahkan Gou. Pria itu kabur karena tak kuasa menahan malu akibat di kalahkan oleh seorang gadis kecil. Tentu saja Rain dapat mengalahkan Gou karena pada masa hidupnya dulu, ia adalah mantan anggota gangster yang paling di takuti. "DASAR GOU PENGECUT!" teriak Rain keras. Gema tepuk tangan terdengar dimana-mana. Para rakyat sungguh kagum dengan kehebatan Rain. Tak lama kemudian mereka bubar. 19 ae a "Nona tidak terluka, bukan?" tanya gadis yang di tolongnya. "Hm." Rain pergi begitu saja karena dia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan seseorang. Dia tidak ingin di khianati lagi. Belum selangkah dia berjalan, perempuan yang di tolongnya sudah memegang kaki Rain. "Biarkan aku mengabdi kepadamu, nona." "Lepaskan aku!" perintah Rain karena dia merasa sangat risih. "Tidak, nona. Aku tidak akan melepaskan kakimu sebelum nona menerimaku sebagai pelayanmu. Tolong beri aku kesempatan untuk melayani nona seumur hidup." kata perempuan itu dengan nada memohon. Rain merasa tidak tega. Pada akhirnya, ia menghembuskan nafasnya pasrah. "Baiklah. Tapi kau tidak boleh berkhianat kepadaku!" kata Rain tegas. Perempuan itu menghela nafas dan tersenyum bahagia. "Terimakasih, nona. Aku tidak akan pernah mengkhianati nona." Lama-lama Rain menjadi semakin tidak enak karena seumur hidupnya dulu, tidak ada orang yang memeluk kakinya seperti sekarang ini. "Sekarang berdirilah!" perintah Rain lagi. Perempuan itu berdiri dengan patuh. Sorot matanya menatap Rain dengan tatapan bahagia. 20 ae a "Terimakasih, nona." Perempuan itu menunduk hormat. la sangat ingin menjadi pelayan gadis cantik nan baik hati yang menolongnya. la berjanji dalam hati kalau ia tidak akan pernah mengkhianati penyelamatnya. "Siapa namamu? Dan berapa umurmu?" "Namaku Ne Ra dan umurku 14 tahun, nona." “Baiklah. Kalau namaku Yi Na." “Nama nona sangat mirip dengan Putri Kediaman Qu." "Aku memang putri di kediaman itu." sahut Rain acuh. Ne Ra menatap Rain dengan tatapan tak percaya. "Apa? Nona sama sekali tidak terlihat seperti yang di rumorkan." "Rumor itu belum tentu nyata. Mereka membuat rumor karena mereka hanya iri melihat kecantikanku yang tak tertandingi. Dulu aku memang gadis yang lemah dan mudah di provokasi tapi sekarang aku tidak akan sudi di provokasi lagi." Rain menggertakkan giginya kesal. Ne Ra menatap Rain dengan tatapan merasa bersalah. "Maafkan aku no-- eh, tuan putri, karena selama ini aku juga pernah merendahkan tuan putri." tutur Ne Ra jujur. "Tidak apa-apa. Terkadang rumor memang bisa memengaruhi seseorang." "Terimakasih, tuan putri." 21. ae a "Terimakasih terus dari tadi. Lebih baik sekarang kita kembali ke kediaman sebelum ada yang menyadari ketidak beradaanku di kamar." "Baik, tuan putri. Sekali lagi terima kasih tuan putri karena sudah mencoba untuk mempercayaiku." "Sekali lagi kau berkata terimakasih maka kau tidak boleh masuk ke dalam kediamanku." ancam Rain hingga membuat Ne Ra langsung terdiam. Rain tersenyum puas di dalam hati. Lalu ia berjalan lebih dulu, meninggalkan Ne Ra di belakangnya. Rain mengibaskan rambutnya ke belakang untuk sekedar tebar pesona kepada orang-orang yang melihatnya semenjak tadi. Hoho! Dengan wajah cantik pemilik tubuh ini, aku bisa menjadi wanita tercantik di kota atau bahkan di dunia. Tapi... Apa alasan jiwaku bertransmigrasi ke era kuno ini? Apa dosaku terlalu banyak? Hingga tuhan mengirimku ke era ini, guna menebus dosaku. Yah, aku akui. Aku orang yang mempunyai banyak dosa. Banyak orang yang sudah kubunuh di zaman modern. Namun aku membunuh mereka demi tugas. Lagipula orang- orang yang aku bunuh itu orang jahat. Mungkin tuhan mengirimku kesini memang untuk menebus semua kesalahanku. Dan juga, membalaskan dendam yang tersimpan rapat di dalam hati Qu Yi Na. ee. ae a Mulai sekarang aku akan mengacaukan kediaman Qu. Sepertinya menarik. Ji Ya, Ji Ra, Tuan Qu, pelayan, lihat saja pembalasanku terhadap kalian. Mulai sekarang aku juga akan membuat senjata era modern agar bisa membunuh musuh dengan mudah. Hoho!! Aku sudah tidak sabar. Aku ingin membuat era kuno ini berada di dalam genggamanku. Bruk! Rain terduduk menyedihkan di atas tanah karena dirinya menabrak sesuatu yang kokoh. Bukan dinding. Tapi tubuh seseorang. Part 4 Cold Prince “Berhenti!!" Rain = meneriaki orang yang menabraknya dengan kesal. Bukannya di tolongin seperti di drakor, dia malah di tinggal pergi. Tidak tau apa, bokong Rain sakit akibat menghantam tanah. Sekilas Rain dapat melihat wajah yang menabraknya. 1 kata yang terlintas di otak Rain, yaitu tampan. Pria yang menabraknya melewatinya tanpa memedulikan pekikan Rain. Benar-benar pria yang menyebalkan. Kesal Rain di dalam hati. Tiba-tiba terlintas sebuah ide cemerlang di kepalanya. Dia tersenyum devil sekilas. Rain berdiri, tapi gagal. Dia terjerembap lagi ke atas tanah. "Arghh!! Kakiku sakit sekali. Hikss... Bagaimana ini?" "Gara-gara ini aku tidak akan bisa menari di pertunjukan. Padahal aku sudah mati-matian belajar menari untuk di tampilkan di pertunjukan itu. Tapi sekarang usahaku sia-sia saja." "Hiks..." 24 ae a Orang-orang menatap Rain dengan tatapan prihatin. Pria yang menabraknya tadi berhenti melangkah, kemudian berbalik untuk melihat gadis yang di tabraknya. Rasa iba muncul di hatinya saat melihat air mata yang jatuh di pipi gadis itu. la berjalan mendekat ke arah Rain, dengan ekspresi datar dan dinginnya. "Hikss.. Hikss... Kakiku sakit sekali." kata Rain dengan nada menyedihkannya. Punggung tangannya ia gunakan untuk menghapus air mata buayanya. Semua orang yang mendengar tangisan Rain ikut merasa sedih. Andai saja mereka punya kedudukan dan kekuatan yang kuat maka mereka akan membantu gadis cantik itu. Tapi sayang, mereka hanya rakyat jelata. Mereka tidak ingin membuat masalah dengan golongan bangsawan yang menabrak Rain. Ah, bahkan pria yang menabrak Rain adalah pangeran kedua kekaisaran. Mereka tidak punya nyali untuk melawan seorang pangeran. Pria yang ternyata seorang pangeran itu pun berjongkok di depan Rain. Di tatapnya wajah cantik Rain dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. "Kau sedang apa?" tanya Rain masih dengan air mata yang mengalir di pipinya. Sudah jelas ia tahu maksud pria itu, tapi tetap saja dia bertanya. Dasar Rain! "Cepat naik ke punggungku. Aku akan mengantarkanmu pulang ke tempat tinggalmu." "Kalau kau tidak ikhlas, tidak usah. Lama-lama aku bisa beku berbicara denganmu." celetuk Rain lalu ia pun menghapus air mata buaya yang ada di pipinya. 25, | ae a "Cepat naik sebelum aku berubah fikiran." Lagi-lagi pangeran kedua berbicara dengan nada dinginnya. Rain mengerucutkan bibirnya kesal. Tanpa di sangka-sangka, ia memukul punggung pangeran kedua dengan kuat. Kemudian ia berlari dan bersembunyi di dalam kerumunan orang banyak. "Aku tidak butuh bantuanmu, ice boy." katanya sebelum pergi. Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo. Tidak menyangka gadis itu menipu dan memukul pangeran kedua. Pangeran kedua menggertakkan giginya kesal karena merasa telah di bodohi. Andai saja dia bertemu gadis licik itu lagi, maka ia akan memberikan sedikit pelajaran kepada gadis itu. Lihat saja nanti! Kerumunan orang-orang juga sudah bubar seiring dengan perginya pangeran. Rain keluar dari dalam kerumunan dengan ekspresi puasnya. "Bagaimana aktingku tadi? Apakah bagus?" Rain bertanya dengan nada sombongnya. Ne Ra menatap Rain khawatir. "Aku tidak tahu harus mengatakan apa, tuan putri. Tapi pria tadi adalah pangeran kedua Kerajaan Xu. Aku takut tuan putri akan mendapat masalah besar nantinya." "Lalu, kalau dia pangeran kedua kenapa? Aku tidak takut. Dia cuma manusia, sama sepertiku." sahut Rain acuh. "Tapi dia adalah pangeran kedua yang terkenal kejam dan sadis, tuan putri. la tidak pandang bulu dalam menghancurkan musuhnya," jelas Ne Ra. "Pangeran kedua 26 ‘23 juga mempunyai sifat yang dingin dan misterius, tuan putri. Aku tidak ingin tuan putri terlibat dengannya." "Hah, aku kan tidak membuat masalah dengannya." jengah Rain. "Tuan putri sudah memukul punggung pangeran kedua dan tentu saja hal itu adalah masalah besar, tuan putri." "Halah, punggung doang yang di pukul. Kalau dia mempermasalahkan masalah itu berarti dia tidak pria sejati. Masa di pukul sedikit saja langsung marah dan menganggapnya masalah besar." cibir Rain tidak peduli. Rain berjalan, meninggalkan Ne Ra yang masih termanggu di tempat. "Tunggu aku, tuan putri!" kata Ne Ra setelah tersadar. Dia berlari-lari kecil menghampiri Rain. "Cepat! Aku tidak suka dengan orang yang lelet seperti siput." ketus Rain tanpa menoleh ke belakang. Rain terus berjalan dengan anggun dan dagu yang terangkat, tidak memberi kesan sombong sama sekali. Namun membuatnya seperti perempuan pemberani. Sepanjang jalan. Orang-orang melihatnya dengan tatapan penasaran. Sebab mereka belum pernah melihat Rain di kota. Mereka bertanya-tanya di dalam hati. Siapa nama gadis itu? Berasal dari kediaman mana gadis itu? Namun, tidak ada yang berani menghampirinya karena Rain mengeluarkan aura intimidasinya yang sangat kental. Setibanya di Kediaman Qu. Rain mengobati luka- luka di tubuh Ne Ra. Entah kenapa, hati kecil Rain 27 ae a membisikkan kalau Ne Ra adalah gadis yang tidak akan pernah berkhianat kepadanya. Xu Yu Han. Pangeran kedua Kekaisaran Xu. Pria itu begitu dingin dan datar. Dia seperti itu bukan karena cinta, namun dia memang terlahir seperti itu. Besar di ruang lingkup kekaisaran membuat Yu Han selalu berurusan dengan senjata. Setiap hari yang dia lakukan adalah bermain senjata. Dia berusaha menjadi kuat di setiap harinya. Jika suatu saat nanti terjadi peperangan, Yu Han ingin melindungi kerajaan dengan kekuatannya. Tempat dia tinggal selama 20 tahun ini. Tempat yang di dalamnya terdapat banyak kenangan manis. Biasanya, di dalam kekaisaran itu sendiri banyak terjadi perselisihan antara istri dan anak-anak sang kaisar. Tapi di dalam Kekaisaran Xu berbeda. Tidak ada perselisihan di dalamnya. Yang ada hanya perdamaian. Mereka saling menghormati, menyayangi, dan mengasihi. Yu Han begitu mencintai tempat tinggalnya yang damai. Tidak ada sandiwara di dalamnya. Tidak ada kepalsuan. Yang ada hanya ketulusan. Yu Han dan saudara-saudaranya yang lain juga saling menghormati, menyayangi, dan mengasihi. Memang ada terkadang perkelahian, tapi bukankah itu hal yang biasa bagi setiap saudara? Yu Han sendiri adalah anak dari istri sah kaisar. Dia mempunyai kakak laki-laki yang bernama Chris. Kakaknya seorang putra mahkota Kekaisaran Xu. 28 | ae a Meskipun Chris seorang putra mahkota. Itu tidak membuatnya menjadi sombong dan angkuh. Bahkan dia lah yang sering mengalah di antara saudaranya. Dia lah sosok yang paling dewasa. Ice boy... Tanpa Yu Han sadari, dia tersenyum kecil mengingat kejadian tadi sore. "Yak! Lihatlah kakak kita yang dingin dan datar. Dia tersenyum!" seru Xu Feng. Membuat Yu Han mendatarkan wajahnya kembali. "Benarkah?" tanya seorang pangeran berwajah imut. "lya, tadi aku melihatnya tersenyum." kata Xu Feng meyakinkan. "Aku pergi dulu pamit Yu Han dingin. Meninggalkan para pangeran yang heboh, hanya dengan senyuman kecilnya. Yu Han menghempaskan badannya di atas kasurnya yang nyaman. Wajah cantik Rain terbayang jelas olehnya saat dia memejamkan mata. Dia membuka matanya kesal dan mengacak-ngacak rambutnya. Gila! Bagaimana mungkin gadis kecil tadi begitu menganggu pikirannya? Apa yang di perbuat gadis itu hingga selalu terbayang olehnya? Yu Han kembali berusaha memejamkan matanya. Dia lelah. Kegelapan akhirnya menjemputnya. "Ice boy!" "Kau kah itu?? Bagaimana bisa?!" 29 “Haha, kenapa kau sekaget itu?" kekeh gadis itu sembari mengelus rahang Yu Han. Yu Han bergeming di tempat. Dia kaget. Tak menyangka dia bisa sedekat ini dengan gadis yang di temuinya tadi pagi. "Katakan, kenapa kau sekaget itu?" "Tidak, hanya saja aku tidak menyangka kau ada disini." "Hehe, aku menyelinap masuk ke istana demi bertemu dirimu." "Kenapa kau melakukan itu? Apa kau tidak takut ketahuan pengawal?" Yu Han menangkup pipi Rain dan menatapnya penuh kasih sayang. "Sebenarnya aku takut. Tapi demi melihat dirimu aku nekat melakukan hal ini." Mata Yu Han membelalak kaget. "Kenapa?" Yu Han bertanya dengan nada suara tercekat. "Karena aku menyukaimu, ice boy. Ah, tidak. Aku mencintaimu. Aku jatuh cinta pada pandang pertama kepadamu." Yu Han tidak bisa berkata-kata karenanya. "Ice boy. Aku cinta kepadamu. Maukah kau menjadi kekasihku?" Yu Han terdiam. "Kenapa? Kau tidak mencintaiku?" tanya Rain murung dengan wajah yang tertunduk dalam. 30 ae a Yu Han tersenyum dan memeluk tubuh mungil Rain erat. "Bukan itu! Aku juga mencintaimu. Aku jatuh cinta pada pandang pertama, sama seperti dirimu." “Benarkah?!" "lya, sayang." "Ah, aku bahagia." "Ngomong-ngomong siapa namamu?" "Oh astaga, aku sampai lupa memperkenalkan diri. Namaku---" "KAKAKI!" teriakan seorang anak kecil berhasil membangunkan Yu Han dari mimpi indahnya. "KAKAK!! AYO MAIN SAMA YU RAI! YU RA KESEPIAN!" Gadis kecil yang bernama Yu Ra itu, menaiki tubuh Yu Han dan menarik-narik pipi Yu Han. Yu Ra adalah adik perempuan kandung Yu Han, sekaligus satu-satunya putri di kekaisaran. Semua orang begitu menyayangi dan memanjakan Yu Ra. Sialan! Ternyata yang aku alami tadi cuma mimpi! Part 5 Hukuman Rain & Makan Malam Bersama Wajah yang berbentuk oval dan dagu runcing, bentuk mata yang indah, bulu mata yang sangat lentik, iris coklat madu yang memesona, hidung kecil yang mancung, bibir merah muda yang tipis, gigi-gigi kecil yang tersusun rapi, rambut lurus berwarna coklat keemasan, tangan yang lentik, tubuh yang lentur, kaki jenjang, dan bentuk tubuh yang menggoda. Rain terus saja mengagumi tubuh milik Qu Yi Na. Kalau saja ada orang yang melihatnya pasti orang tersebut akan mengiranya sakit jiwa karena mengagumi diri sendiri. Di kehidupan sebelumnya, Rain memang cantik tapi dia tidak secantik Qu Yi Na. Di kehidupan sebelumnya dia memiliki bentuk wajah yang oval, mata sipit, warna mata hazel, bulu mata yang lentik, rambut berwarna pirang, dan bentuk tubuh yang bak model. Umur Rain di kehidupan sebelumnya adalah 20 tahun. Selama 20 tahun ia hidup, ia berada di dalam sebuah a. ae a panggung sandiwara besar. Dia tidak menyadari kalau orang-orang terdekat dan di percayainya menghianatinya. Dia begitu terlena. Dia begitu naif. Sudahlah! Rain akan melupakan masa lalunya itu dan akan fokus ke masa depannya di zaman kuno ini. Memikirkan bagaimana caranya dia bertahan di zaman kekaisaran yang di kenal dengan yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah dan di tindas. Rain yang sedang mengamati wajahnya di air kolam sedikit kaget dengan suara yang berasal dari belakangnya. Gadis itu berbalik. "Yi Na, kau di panggil oleh perdana mentri untuk makan malam bersama." Pelayan itu berucap dengan nada angkuh. Dia berbalik. Rain yang kesal dengan pelayan yang tidak punya sopan santun itu tersenyum devil. Dia menarik lengan pelayan tersebut dan mendorongnya ke dalam kolam. "Ahhhh!! Tolong!!!" Ternyata pelayan itu tidak bisa berenang. Rain tertawa meremehkan. Padahal kolam itu hanya sebatas leher orang dewasa. "Tolong!! Yi Na!! Tolong aku, sialan!" "QIAN ZI!" teriak pelayan yang kebetulan lewat disana. "Aku akan menyelamatkanmu." "Hikss.. Cepat Hua Qi. Aku tidak kuat lagi." Pelayan yang bernama Hua Qi itu langsung masuk ke dalam kolam untuk menyelamatkan temannya. Sewaktu kedua pelayan di kolam, Rain mengambil cambuknya yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. 23, | ae a Qian Zi menghirup udara dengan rakus. "Terimakasih, Hua Qi." "Sama-sama." Prok prok prok! Rain bertepuk tangan dengan riang. "Drama yang cukup menarik! Tapi sekarang kau harus menerima hukumanmu, Qian Zi." “Maaf, tuan putri. Teman hamba salah apa?" tanya Hua Qi takut-takut. Dia sudah mendengar rumor tentang Yi Na yang berubah. "Kau jangan ikut campur!" desis Rain. "Qian Zi! Berlutut di depanku! Cepatlah, sebelum kesabaranku habis!" Hua Qi berbisik. Menyuruh temannya untuk menuruti perintah sang putri. "Cepat!" bentak Rain. Membuat Qian Zi bertambah takut dan berlutut di depan Rain. "Berbalik!" Plashhh~ "Arggghhhh!" Plashhh~ Sekali lagi cambukan mendarat di punggung Qian Zi. Rain mencambuknya tanpa berbelas kasih. Bukankah dia sudah memberitahukan kalau semua orang harus menghormatinya?! Jadi, jangan salahkan dirinya jika dia berbuat kejam. "Kau tahu apa kesalahanmu?" 34 ‘23 Qian Zi berbalik dan bersujud di depan kaki Rain. "Ampuni hamba, tuan putri. Hamba tidak akan mengulanginya." "Ya, ya, ya. Jangan pernah mengulanginya. Kalau kau mengulanginya lagi, jangan salahkan aku jika nyawamu melayang begitu saja," Rain tersenyum dingin. "Dan jangan pernah memberitahukan hal ini kepada siapa pun kalau kau masih ingin hidup dengan tenang. Aku tidak pernah main- main dengan ucapanku. Ingat itu!" "lya, tuan putri." Qian Zi menjawab dengan nada bergetar takut. "Kau juga. Tutup mulutmu!" kecam Rain ke Hua Qi. Membuat pelayan itu mengangguk takut. "Bagus. Sekarang antarkan aku ke ruang makan, Hua Qi." Tidak mungkin kan dia pergi ke ruang makan dengan Qian Zi yang basah dan terluka? "Baiklah, tuan putri." Rain mengikuti jalan Hua Qi dengan malas. Sehari disini benar-benar terasa seperti satu tahun olehnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus menjalaninya dengan lapang dada. Rain terdiam kala mengingat sesuatu. Bukankah ini pertama kalinya dia ikut makan malam bersama? Selama ini dia hanya berada di dalam kediamannya. Sampai sekarang Rain masih mengasihani nasib Yi Na. Terbesit pertanyaan di kepala Rain. Kenapa Yi Na tidak memprotes ketidakadilan yang di terimanya? Kalau saja dia yang menjadi Yi Na, mungkin saja dia akan menjadi a5. | ae a penguasa tunggal di kediaman Qu. Apalagi ia sangat mahir dalam bela diri. Jika berani melawannya, siap-siap saja menginap di rumah sakit atau tidak siap-siap saja menginap selamanya di dalam peti mati. Tak terasa Rain sudah berada di dalam ruang makan. Semua orang menatapnya sinis. Walaupun suasana kediaman tidak terlalu terang seperti di siang hari, Rain dapat melihat dengan jelas ekspresi semua orang yang ada disana. Ji Ra, sang selir, menatapnya dengan tatapan sinis dan benci. Ji Ya, anak sang selir, menatapnya dengan tatapan benci dan cemburu karena kecantikan yang di miliki Rain. Tuan Qu, sang ayah, yang menatapnya dengan datar. Ne Ro, sang kakak laki-laki, yang menatapnya dengan tatapan sinis dan tidak bersahabat. Dan pelayan-pelayan, yang menatapnya dengan tatapan takut, sinis, benci, dan lain-lainnya. "Ekhem! Kenapa kalian menatapku seperti itu? Kalau kalian tidak menyukai kehadiranku disini, tidak usah memanggilku untuk makan malam bersama kalian." jengah Rain. Dia merasa sangat kesal. Hingga rasanya dia ingin memenggal kepala orang-orang itu supaya mereka tidak menatapnya sinis lagi. "Duduk dulu, Yi Na." kata Tuan Qu tenang setelah mendengar ucapan Rain yang tajam dan menusuk. Tanpa basa basi lagi, Rain duduk di atas kursi karena dia lelah berdiri terus. 36 ‘23 "Kenapa ayah memanggil dia untuk makan malam bersama kita?" tanya Ne Ro dengan nada sinisnya. Rain menatap Ne Ro tajam dan sinis. "Kalau kau tidak suka dengan kehadiranku, maka kau pergi saja dari sini karena aku tidak akan bangkit dari kursi ini sebelum acara makanku selesai." "Kau sungguh tidak sopan! Seharusnya, di panggil kesini saja kau bersujud syukur karena baru kali ini ayah sudi memanggilmu untuk makan malam bersama." sinis Ne Ro. Rain menatap Ne Ro datar, sebenarnya Qu Yi Na itu bodoh atau apa sih? Masa selama ini dia selalu di perlakukan tidak baik tapi dia tidak melawan sama sekali. Rain tersenyum sinis. "Untuk sekedar informasi, aku tidak pernah berharap untuk makan malam bersama kalian semua." Mungkin Qu Yi Na memang selalu berharap makan makan malam bersama keluarganya, keluar dari kediaman dan merasakan indahnya pemandangan, ingin merasakan mencintai dan di cintai, serta ingin di perhatikan oleh orang-orang yang berada di dalam kediamannya. Tapi, keinginan Qu Yi Na tidak tercapai karena dia sudah meninggalkan dunia fana ini terlebih dahulu. Dia pergi ke alam lain dengan membawa segala lukanya, tanpa ada kebahagiaan sedikit pun. Ne Ro menatap Rain dengan sangat tajam. Sejak kapan adiknya itu menjadi pemberani dan pembangkang? 37 ae a "Kenapa?! Mau kucongkel bola mata jelekmu itu, hah?" tanya Rain garang sambil menudingkan sumpit yang di pegangnya ke arah Ne Ro. Semua orang yang berada di dalam ruang makan menatap Rain dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. "Kalian juga, kenapa kalian menatapku?! Kalian tidak di perbolehkan untuk menikmati wajah cantikku ini! Aku takut nanti kalian merasa iri dengan kecantikanku. Sebab kecantikan kalian semua hanya di bawah standar." Ji Ra dan Ji Ya hanya diam tanpa berkomentar. Diam-diam mereka sudah menyiapkan hukuman untuk Rain karena telah begitu berani. Lihat saja besok. "Sudahlah, Yi Na! Jangan membuat keributan lagi. Sekarang kita makan." Tuan Qu melerai keributan yang dibuat Rain. Rain mengangguk polos. Lagipula tenggorokannya sudah kering akibat bicara panjang lebar. "Hm, baiklah." Tanpa sadar, Tuan Qu tersenyum untuk yang pertama kalinya ke anaknya itu. Dia merasa bangga sudah menjinakkan Rain. "Selamat makan semuanya." ucap Rain senang seperti anak kecil. la mulai memakan makanannya dengan elegan dan anggun seperti tuan putri kerajaan-kerajaan. la pernah melihat cara makan putri-putri kerajaan di televisi. Maka dari itu ia mempraktekkannya di zaman ini supaya tidak ada yang mengejeknya karena tidak tahu tata krama. Jujur saja, ia merasa yang di lakukannya terlalu lebay. Tapi ya sudahlah. 38 ae a Rain mengunyah sayur-sayuran yang terasa sangat segar dan enak itu. la mengunyahnya dengan elegan. Matanya hanya terfokus ke makanannya. Untuk saat ini makanan nomor 1. Semua orang yang ada di dalam ruangan menatap Rain kagum karena cara makan Rain yang anggun dan elegan walaupun gadis itu tidak pernah diajarkan tata krama apapun sebelumnya. Sedangkan Tuan Qu menatap anak perempuannya itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Part 6 Penyesalan Tuan Qu & Kerinduan Yu Han Melihat putrinya makan dengan lahap membuat hati Tuan Qu menghangat. la baru merasakan sensasi itu. Terasa begitu menyenangkan dan membahagiakan. Selama ini dia belum pernah memperhatikan anaknya dengan baik. Dia tidak pernah mengunjungi anak perempuan sahnya itu semenjak kematian sang istri. Dia menganggap kelahiran Yi Na hanya membawa malapetaka, membuat nyawa istri tercintanya melayang. Dia sedih, marah, kesal, terpuruk, dan kecewa sehingga dia melampiaskan emosinya kepada anak perempuannya yang sama sekali tidak bersalah. Seharusnya dia membesarkan Yi Na dengan baik, sebab istrinya telah bertaruh nyawa untuk melahirkan Yi Na. Tapi dia malah melakukan sebaliknya. Dia membenci dan mengabaikan anaknya. Alangkah bodohnya dia. Dan dia menyesali kebodohan yang telah di perbuatnya. Di atas sana, istrinya pasti marah padanya karena kebodohannya. 40 ae a Tuan Qu menatap anaknya dengan tatapan sedih. Apakah anaknya itu mau memaafkan semua kesalahannya selama ini? Tanpa sadar, tangan Tuan Qu mengelus puncak kepala anaknya yang berada tepat di sampingnya. Tuan Qu mengelusnya penuh perasaan. Rain yang sudah selesai makan mengangkat kepalanya saat merasakan sentuhan di kepalanya. Sekilas dia dapat melihat tatapan Tuan Qu yang sendu, sedih,dan penuh penyesalan. Rain tersenyum mencemoohkan dan menepis tangan Tuan Qu dari kepalanya. Lalu ia segera berdiri. "Aku sudah selesai. Permisi." Rain berkata dengan dinginnya dan berlalu begitu saja. Tuan Qu menatap punggung kecil anaknya dengan tatapan yang sendu. Sepertinya dia benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Hingga anaknya itu tak sudi di sentuh oleh dirinya. Jujur saja, disaat pemakaman anaknya tadi. Dia merasa sangat kehilangan. Dia merasa jantungnya teremas tangan tak kasat mata. Tapi disaat anaknya itu bangun, ia malah memasang wajah datarnya. la memasang wajah datarnya karena ia kaget dan bingung harus bersikap seperti apa. Apa dia harus menangis? Apa dia harus bersyukur? Apa dia harus memeluk anaknya itu? Atau harus pergi begitu saja?! Rasanya dia terlalu gengsi untuk melakukan apapun kepada anaknya itu, selain cuek. Selama ini dia belum pernah melihat pertumbuhan anaknya. Selama 16 tahun anak perempuannya itu hidup, dia tidak pernah 41 ae a melihat anaknya itu tersenyum, menangis, dan kesal. Bahkan dia baru mengunjungi anaknya itu di hari pemakaman anaknya. Saat anaknya terbujur kaku di dalam peti mati. la juga baru menyentuh anaknya beberapa detik yang lalu. Huft! Dia benar-benar ayah yang buruk. Jika saja tuhan berbaik hati mengulang masa lalu, maka dia akan memperhatikan Yi Na. Menyayanginya dan memanjakannya. Ji Ra dan Ji Ya yang melihat Tuan Qu sedih hanya bisa mengepalkan tangannya kesal. Mereka tidak suka atas kehadiran Yi Na yang sukses merebut perhatian Tuan Qu. Dendam memenuhi hati mereka berdua. Hingga mereka ingin membunuh Yi Na karena gadis itu secara perlahan- lahan dapat mengambil perhatian Tuan Qu. Sebelum Tuan Qu benar-benar melupakan mereka nantinya, maka dari itu, mereka akan melenyapkan Yi Na. Di lain sisi. Rain terus berjalan dengan wajah datarnya. Namun pikirannya bercabang. Sekali lihat saja, orang-orang akan dapat melihat penyesalan di mata Tuan Qu. Rasanya ia ingin tertawa mengejek. Kemana saja tua bangka itu dulu? Kalau saja jiwa anaknya belum meninggal, mungkin saja anak perempuannya akan menerimanya dengan senang hati. Tapi, maaf saja. Sekarang jiwa Rain yang menempati tubuh ini. Maka jangan harap ia akan mengharapkan kehangatan keluarga seperti Yi Na yang hanya bisa meraung di malam yang sepi. Mengharapkan kehangatan keluarga, mengharapkan kasih sayang, dan mengharapkan ada orang yang melindunginya. 42 | ae a Rain menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya. Dia memejamkan mata, berharap ia segera masuk ke alam mimpinya. Namun, ia tidak bisa tertidur karena memikirkan dunia asalnya. Apakah sekarang semua penghianat itu sedang berfoya-foya dengan kekayaannya? Apakah tidak ada penyesalan sedikit pun pada diri mereka? Apa jasadnya sudah di makamkan atau malah di biarkan begitu saja dan di berikan ke hewan buas? Apakah pacar dan sepupunya sudah menikah? Apakah mereka hidup bahagia? Apakah akan ada yang mengetahui perlakuan busuk mereka? Mengingat mereka menyembunyikannya dengan sangat baik. Ataukah ada yang merasa kehilangannya? Tolong, siapa pun jawab pertanyaannya. la ingin kembali mengulang waktunya di era modern. Kalau saja bisa, maka dia akan lebih dulu menghancurkan orang-orang yang telah membunuhnya itu. Dia tidak ingin terjebak di zaman kuno ini. Berikan dia kesempatan, sekali Saja. Ini gila! Benar-benar gila! Bagaimana mungkin dia uring-uringan seharian ini gara-gara gadis kecil itu? Apa yang sebenarnya telah di lakukan gadis itu kepadanya hingga memberikan efek seperti ini kepadanya? Yu Han. Ya, pria itu. Dia begitu uring-uringan seharian ini akibat gadis yang di temuinya beberapa jam yang lalu. Dia bahkan sudah memerintahkan orang- orangnya untuk mencari tahu tentang gadis itu. Dengan bermodalkan ciri-ciri yang dia sebutkan. Ciri-ciri khusus 43 | ae a gadis itu. Ciri-ciri yang tidak akan sama dengan ciri-ciri gadis lain. Prank!! Yu Han dengan kesalnya membuang cangkir yang berada di atas meja ke lantai. Lihatlah, dia sudah seperti orang putus cinta saja! Segitu besar efek Rain padanya. Dalam hati Yu Han bertekad, apapun yang terjadi dia harus memiliki gadis itu. Harus! Gadis itu berbeda. Gadis itu spesial. Bukan hanya karena kecantikannya membuat Yu Han tertarik, namun sikap gadis itu juga membuatnya tertarik. Sikap yang tidak pernah di lihatnya dari gadis lain. Dan maka dari itu, dia harus memilikinya. Tidak peduli jika langit dan bumi menentangnya. Tidak peduli jika tuhan tidak menakdirkan mereka bersama, dia sendiri yang akan melawan takdir itu nantinya. "Kak, main..." rengek Yu Ra sembari menggelayuti lengan kekar Yu Han. Meskipun Yu Han dingin. Hal itu tak membuat Yu Ra takut kepadanya. Dia malahan sangat suka bersama dengan Yu Han. Sebab kakaknya yang satu itu tidak pernah mengusilinya. "Kakak tidak bisa. Main saja dengan yang lainnya." Wajah ceria Yu Ra seketika meredup. "Aku mau kakak." Yu Han menghela nafas. Dia tak tega melihat wajah sedih Yu Ra. "Kalau begitu aku tidur dengan kakak ya?" rajuk Yu Ra kemudian. 44 ae a Yu Han mengangguk. Dia menggendong Yu Ra, menidurkan di atas kasur, menyelimutinya, dan mengecup kening Yu Ra. "Mimpi indah, sayang." gumam Yu Han. Yu Ra tersenyum senang. "Kakak tidur di samping aku ya." Yu Han menuruti permintaan Yu Ra. Tubuh besar Yu Han segera di peluk Yu Ra. Bahkan gadis kecil itu menaiki tubuh Yu Han dan tidur menelungkup di atasnya. “Aku suka seperti ini." lirih Yu Ra. Yu Han hanya tersenyum tipis. Tipis sekali. Tangannya mengusap-ngusap rambut halus Yu Ra hingga suara dengkuran halus memasuki pendengarannya. Yu Han menatap lurus langit-langit kamarnya. Wajah gadis itu kembali terlukis indah di langit-langit kamar Yu Han. "Argh, gadis itu benar-benar membuatku gila!" desis Yu Han. Pria itu bahkan bukan seperti dirinya yang dulu lagi jika berhubungan dengan gadis itu. Dia seperti Yu Han yang lain. "Aku merindukanmu, gadis kecilku." "Kemarilah. Aku sudah lama menunggumu." Yu Han mengucek matanya. Apakah dia tidak salah lihat? Dia, gadis itu. Berada di sebrang sana sembari melambaikan tangannya dengan senyum manis yang terpampang di bibir merahnya. “Kaukah itu?" "Ya, tentu saja." Yu Han mendekat dan memeluk tubuh mungil Rain. "Ah, aku merindukanmu, gadis kecil. Kau membuatku gila!" 45 ‘23 Rain tertawa kecil. Tangannya mengelus punggung Yu Han lembut. "Siapa namamu gadis kecil?" "Kau ini jahat sekali!" Suara Rain terdengar merajuk. "Hah?" "Masa kau melupakan namaku sih?! Kau jahat!" “Bukan. Aku bahkan tidak mengetahui namamu, gadis kecil." "KAKAK!" Yu Han langsung terduduk. Ternyata yang di alaminya tadi cuma mimpi. Dan, lagi-lagi Yu Ra membangunkan mimpi indahnya. "Kakak... Hiks... Maafin Yu Ra..." Yu Ra menangis sesegukan. Yu Han menoleh, menatap Yu Ra heran. "Maaf untuk?" Yu Ra menunjuk kasur, kemudian menutup wajahnya. Yu Han menghela nafas. Ternyata adik kecil Yu Han mengompol. "HUAAAA MAAFIN YU RA, KAK. JANGAN MARAHI YU RA." teriakan Yu Ra membuat Yu Han terkekeh pelan. Pria itu mendekap tubuh Yu Ra. "Kakak tidak akan marah, Yu Ra." "Kakak janji ya?!" "Hm?" "Jangan ceritain ke siapapun. Yu Ra malu." "lya." 46 ae a "Aaaa!! Aku sayang, kakak." Yu Ra keluar dari dekapan Yu Han. "Kenapa Yu Ra bisa ngompol?" Yu Ra tertawa malu. "Kemarin Yu Ra minum air putih yang banyak. Yu Ra tidak pipis sebelum tidur. Makanya Yu Ra bisa ngompol." Yu Han mengacak rambut Yu Ra. "Makanya kalau sebelum tidur itu pipis dulu." Yu Ra mengangguk dengan senyuman manisnya. "Ayo, kakak mandiin Yu Ra sekarang. Yu Ra bau." "Ih, kakak." rengek Yu Ra kesal. Part 7 si Hati Qu Yi Na “Pagi, tuan putri." sapa Ne Ra disaat melihat tuan putrinya keluar dari dalam kamar. "Ya." "Tuan putri di panggil Tuan Qu untuk sarapan bersama." kata Ne Ra lagi dengan takut-takut sebab ia tahu kalau tuan putrinya tidak suka dengan Tuan Qu. "Katakan pada si pria tua itu kalau aku tidak sudi makan bersama dengannya." sahut Rain ketus sambil mendudukkan bokongnya di atas kursi. "Maaf, tuan putri. Tapi tuan bilang kalau tuan putri di wajibkan untuk hadir." "Oke." Rain bangkit dari duduknya, berjalan keluar dari dalam kediamanannya. Selama di perjalanan semua orang menunduk hormat kepadanya dan ada juga beberapa orang yang menyapanya. Tapi Rain tidak menyahutnya sedikitpun, bahkan menoleh saja tidak karena dia masih merasa sangat jengkel dengan semua perlakuan orang kepada Qu Yi Na dulu. 48 ae a Setibanya di ruang makan, ia langsung duduk di atas kursi yang berada di samping kakak laki-lakinya, Ne Ro. "Morning all!" sapa Rain. Suatu kebiasaan bagi Rain di zaman modern, menyapa orang-orang yang ada di meja makan. "Apa maksudmu?" tanya Tuan Qu karena tidak mengerti dengan bahasa yang di ucapkan Rain. Rain menepuk jidatnya. la sungguh lupa kalau sekarang ia berada di era kuno dan tentu saja orang-orang disini belum mengerti bahasa Inggris. "Bukan apa-apa. Lupakan saja!" ujar Rain. "Oh ya! Tumben sekali kau mengajakku untuk sarapan bersama?" lanjutnya dengan nada menyindirnya. Jangan lupakan senyum sinis yang terlukis di bibir manisnya. Tuan Qu menghela nafasnya. la menatap putrinya dengan tatapan yang sendu. "Bisakah kau lebih sopan kepada ayah?" ucap Ne Ro sambil menatapnya sinis. "Harus sopan bagaimana lagi kakak laki-laki yang terhormat? Apa aku harus bersujud di kakinya untuk menghormatinya?" sahut Rain tak kalah sinis. "Oh, apakah kau ingin berkata seperti kemarin malam lagi?" lanjutnya dengan nada menyindir lagi. "Sudah! Sudah! Jangan berdebat lagi! Sekarang kita mulai sarapan." kata Tuan Qu melerai kedua anaknya yang sedang berdebat. “Hah, padahal aku baru saja mandi tapi aku merasa gerah lagi. Udara disini benar-benar sangat panas." Rain 49 ae a mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan_ kanannya. Sungguh dramatis! Ne Ro menatap adiknya datar. Entah kenapa disaat dia melihat kelakuan Rain yang sekarang dia merasa telah kehilangan Qu Yi Na yang dulu. Sekarang dia merasa kalau perempuan yang berstatus adiknya itu adalah orang lain, bukan Yi Na adiknya. "Sekarang kita mulai saja makannya!" perintah Tuan Qu mutlak. Tak ingin melihat perdebatan antara putra dan putrinya lagi. Seisi ruangan akhirnya terdiam, termasuk Rain. Dia hanya melirik sinis ke arah ibu tiri dan adik tiri perempuannya. Kedua perempuan itu menatapnya dengan tajam, seolah tatapan mereka itu dapat membuat tubuh Rain bolong. Kalau saja tidak ada orang lain, mungkin Rain sudah menghampiri kedua perempuan itu. Lalu menusuk mata mereka dengan sumpit yang di pegangnya. "Ekhmm..." deheman Tuan Qu berhasil mengalihkan pandangan ketiga perempuan itu. Kedua perempuan licik itu kembali memasang wajah super polos mereka sedangkan Rain memasang wajah super datarnya. "Makan!" perintah Tuan Qu dengan nada suara yang rendah namun penuh penekanan. Mereka segera memakan makanan yang sudah ada di depan mereka. Ji Ra dan Ji Ya makan sambil memikirkan rencana untuk membuat Rain hilang dari dunia ini selamanya. Benar-benar ibu dan anak yang sehati. 50 | ae a Rain memakan makanannya dengan tidak berselera. Mengunyah dengan pelan. Menelannya dengan susah payah, seolah menelan batu. Tatapan matanya kosong. Hanya raganya saja yang berada disana, tapi pikirannya melayang-layang entah kemana. Ne Ro yang tak sengaja memperhatikan raut wajah adiknya yang kosong itu mengerutkan dahinya bingung. Bukankah beberapa menit yang lalu adiknya itu masih melemparkan tatapan sinis dan tak bersahabatnya? Tapi sekarang tatapan gadis itu hanya kosong. Sementara itu, Rain sibuk dengan pemikirannya. Apakah tidak ada kemungkinan bagiku untuk kembali ke era modern? Kenapa aku tidak bertransmigrasi ke tubuh seseorang yang berada di dunia modern saja? Rasanya aku sangat tidak rela melihat mereka berbahagia di atas kematianku. Dan apa penyebab jiwaku terlempar ke era ini? Tuhan... Tolong jawab pertanyaanku ini. "Jangan melamun, Yi Na. Memangnya kau lagi memikirkan masalah apa?" tanya Tuan Qu lembut. Namun berhasil membuat Rain kaget. Dengan pintar, Rain kembali menetralkan wajah kagetnya. Tuan Qu membuatnya hampir jantungan saja! “Bukan urusanmul!" ketus Rain. Tuan Qu menghela nafas. Lalu ia kembali berucap dengan sabar. "lya, tentu saja itu bukan urusan ayah, tapi bukankah lebih baik kalau berbagi masalah pada ayah od. ae a karena itu) akan membantu menghilangkan — sedikit bebanmu." Rain mengangkat alisnya sebelah. Apa dia tidak salah dengar? Seorang Tuan Qu berbicara dengan bijaknya kepada anak perempuan yang dulunya terbuang bak sampah. "Sudahlah! Jangan sok bijak! Kemana saja kau selama ini? Tak tahukah kau kalau aku memiliki banyak beban? Dulu, kau membuangku layaknya sampah dan sekarang kau akan memungut sampah itu. Apakah kau tidak malu dengan perbuatanmu yang dulu?" tanya Rain tidak ada sopan-sopannya sedikitpun. Rain mengebrak meja makan hingga beberapa piring terjatuh ke lantai. Cangkir yang terisi dengan air terbuang begitu saja. "Apakah kalian pikir kematian ibu penyebabnya adalah aku? Tidakkah kalian berpikir? Ibu telah melahirkanku dengan susah payah bahkan mengorbankan nyawanya. Dan setelah anak itu terlahir dengan selamat kalian malah membencinya, memusuhinya, merendahkannya, meremehkannya, dan selalu menjauhinya hanya karena sang ibu telah mati. Kalian menganggap kelahiran anak itu membawa malapetaka." "Kau, Ne Ro. Masih untung kau pernah menikmati kasih sayang seorang ibu walaupun hanya 5 tahun. Sedangkan aku? Aku tidak pernah menikmati kasih sayang ibu semenjak aku lahir ke dunia ini. Di malam yang dingin, aku ingin merasakan pelukan hangat seorang ibu. Disaat dunia tidak menginginkanku, aku ingin ibu ada disampingku. ow | ‘23 Aku ingin ibu! Aku ingin memeluknya, menciumnya, dan menumpahkan keluh kesah kepadanya. Tapi itu hanya anganku! Angan yang tidak akan menjadi nyata karena dia sudah tidak ada di dunia ini." "Ibu... Aku ingin menemuinya walau hanya sekali. Aku ingin menikmati pelukan hangatnya walau hanya sedetik. Aku ingin melihat senyumnya walau itu hanya di dalam mimpiku. Sakit... Sakit rasanya asal kalian tahu. Aku anak yang begitu malang. Anak malang yang selalu mengharapkan kasih sayang seorang ibu." Rain tidak menangis. Hanya saja matanya berkaca-kaca dan nada suaranya terdengar begitu menyedihkan. Bahkan Ji Ya dan Ji Ra saja merasa sedih mendengar ucapan Rain tapi itu hanya sebentar, karena dendam lebih menguasai mereka. "Terkadang aku ingin menghilang saja dari dunia ini untuk selamanya, tapi karena dulu aku pernah mengharapkan kasih sayang kalian, aku mengurungkan niat. Sebab aku berharap suatu saat nanti kalian akan menatapku, menyayangiku, mencintaiku, menghormatiku, dan memanjakanku. Tapi apa yang aku dapat? Kalian tidak pernah memberikan hal itu kepadaku sampai aku mati." Rain menunjuk Tuan Qu dengan jari telunjuknya. "Bahkan kau, Tuan Qu. Kau lebih menyayangi selir dan anak perempuan dari selir tersebut daripada menyayangi anak perempuan sahmu sendiri." Mata berkaca-kacanya hilang begitu saja, digantikan dengan mata yang berkilat kesal dan sinis. 2. ae a “Bahkan kau tidak tahu kalau kedua perempuan itu... Ah.. Kau tidak perlu tahu karena kau tidak akan percaya kepadaku." ketusnya. Rain tahu semuanya berasal dari ingatan Qu Yi Na sebelumnya. Selir dan anaknya itu sering menyiksanya tanpa sepengetahuan Tuan Qu ataupun Ne Ro. "Sudahlah! Maafkan aku karena terlalu banyak bicara pagi ini. Aku harap kalian dapat merevisi diri masing- masing. Permisi!" ucap Rain lalu bangkit dari kursinya. la pergi ke kediamannya karena dia sudah puas mengungkapkan isi hati Qu Yi Na yang sebenarnya. Tapi setelah mengungkapkan itu moodnya malah memburuk, bahkan cacing yang ada di dalam perutnya yang tadinya berdemo sekarang sudah diam, seolah mereka sudah kenyang mendengar ucapan Rain. Semua orang yang berada di dalam ruangan makan terdiam seribu bahasa seperginya Rain. TUNGGU SAJA KAU YI NAII! AKU AKAN MEMBALASMU NANTI. Teriak Ji Ya di dalam hati. Dia sangat benci melihat Yi Na yang sekarang. Arogan dan tidak mudah ditindas. Dia hanya mau Yi Na yang dulu. Lemah dan mudah ditindas. Dan, dia akan mengembalikan Qu Yi Na yang dulu dengan memberinya hukuman. 54 ae a Part 8 Memutar Balikkan Fakta Brakkk~ Rain yang sedang asik-asiknya membaca buku di kagetkan oleh suara dobrakan pintu. Dia mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Di ambang pintu, ia melihat Ji Ya dengan wajah yang merah padam dan menatapnya sengit. "Lancang sekali kau!" desis Rain tidak suka karena waktu membacanya di ganggu. "Kau, gadis sampah!" bentak Ji Ya, ia berjalan dengan cepat ke arah Rain. Tanpa aba-aba ia langsung menjambak rambut indah Rain. "Kau! Berani sekali kau berkata seperti itu di meja makan. Kau pikir kau siapa hingga berani berbicara seperti itu?" bentak Ji Ya lagi. Rain tersenyum sinis. Dia tidak merasakan sakit sama sekali di kepalanya akibat jambakan itu karena ia sudah biasa berurusan dengan yang namanya luka dan darah. Bahkan saat peluru menembus tangannya saja, ia biasa-biasa saja. Apalagi dengan jambakan seperti sekarang nS. jf; ae a ini. Oh ayolah, rasanya seperti nyamuk yang sedang menghisap darah. Gatal! "Kau bertanya siapa aku? Haha! Aku adalah putri sah dari perdana mentri Qu. Posisi aku lebih tinggi daripadamu yang hanya berstatus sebagai anak seorang selir. Kau tidak akan punya kesempatan menjadi istri sah seorang bangsawan, selain menjadi selirnya. Lihatlah, begitu rendahnya statusmu!" sahut Rain dengan nada sombongnya. "Hahaha.... Anak selir saja bangga. Kau bertingkah seperti anak sah saja, padahal kenyataannya tidak sama sekali. Haha." tawa Rain dengan nada mengejeknya. Plak~ Ji Ya langsung terpancing emosi disaat Rain mengucapkan fakta itu. Fakta yang menamparnya telak. Sebuah fakta yang sangat di bencinya sampai sekarang ini. "Biar saja aku anak seorang selir. Tapi hidupku lebih bahagia daripada kau, gadis sampah." ejek Ji Ya. Seolah menampik fakta tadi, dia kembali merendahkan Rain. "Oh ya? Enak bagaimana maksudmu? Disayangi kah? Dihormati kah? Atau dimanja kah? Jangan salah! Aku sudah pernah merasakan itu di kehidupanku sebelumnya. Dan hidupmu akan terbalik mulai sekarang, gadis sombong. Hmm, sekarang terimalah pukulanku!" kekeh Rain dan sebuah tinjuan pun mendarat di perut Ji Ya. Ji Ya terduduk di atas lantai dengan memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. "Akhh,, sakit!" 56 "Hoho... Itu saja sudah sakit. Oh tidak! Permainan yang menarik baru saja akan dimulai. Tidak seru kalau kau sudah menyerah terlebih dahulu." Rain mengambil pisau kecil yang berada di bawah bantalnya. la berjalan menghampiri Ji Ya yang masih terduduk sambil memegangi perutnya. la pun berjongkok dan mencengkram dagu Ji Ya dengan kuat hingga Ji Ya meringis kesakitan. "Gadis sombong! Permainan baru saja akan dimulai. Aku akan tenang setelah melihat darah kotormu itu mengalir." Rain tertawa, bak psikopat yang siap menyiksa korbannya. Dan yah, sepertinya jiwa psikopatnya memang muncul saat ini. la benar-benar seperti psikopat yang akan membunuh korbannya secara perlahan-lahan. Wajar saja jika jiwa psikopatnya muncul. Sebelumnya dia telah menerima kematian yang menurutnya sangat tidak adil. "Kau sangat membanggakan tubuh halusmu itu, kan? Bagaimana kalau sekarang aku mengukir sesuatu di tubuhmu? Hmm.." kata Rain dingin dan mulai menggoreskan ujung pisaunya di bahu Ji Ya yang sekarang sudah menangis histeris karena kesakitan dan ketakutan. "Tidak!! Arghh!! Sakit!!" pekiknya. Dia berusaha menghindar, namun terlambat, Rain sudah mencengkram tangannya kuat. "Semakin kau berteriak. Aku semakin bertambah semangat." kekeh Rain. la kembali menggoreskan ujung pisaunya, kali ini ia menggoreskannya ke punggung Ji Ya. 57 ‘23 Lagi-lagi gadis sombong yang malang itu memekik kesakitan. Suaranya terdengar sangat melengking, bahkan Rain yakin seisi kediaman akan mendengar teriakan Ji Ya, tapi Rain tidak peduli karena dia telah menyiapkan sebuah rencana. Seolah tidak cukup dengan luka yang diberikannya. Rain menggoreskan pisaunya ke tangan Ji Ya cukup dalam. Darah gadis malang itu sudah bercucuran di atas lantai. Tiba-tiba terdengar langkah kaki menuju kamar Rain. "Lihat saja, Yi Na! Semua orang pasti akan membencimu hahaha.." tawa Ji Ya seolah lupa dengan rasa sakitnya. Dia mendorong tubuh Rain dengan sisa-sisa tenaganya hingga tubuh Rain membentur lantai. Brak! "Arghh!! Tidak!! Jangan bunuh aku! Aku bersedia menjadi pelayanmu asal kau tidak membunuhku. Hikss... Hikss....". isak Rain sambil memegang pergelangan tangannya yang mengalirkan darah yang sangat banyak. "ADA APA INI?" teriak Tuan Qu syok melihat Rain terduduk di atas lantai dengan darah yang mengalir dari pergelangan tangannya. "Kenapa kalian berdua berdarah?" tanya Ne Ro tak kalah syok. Bagaimana tidak syok. Mereka berdua di penuhi cairan kental berwarna merah, darah. Baju putih mereka membuat noda merah terlihat begitu jelas. "Hiksss... Dia tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarku, ayah. Padahal tadinya aku sedang asik-asiknya membaca 58 | ‘23 buku tapi dia malah menjambak rambutku dan setelah itu dia mengiris pergelangan tanganku karena_ dia menanggapku tidak sopan, sebab aku tidak menyambut kedatangannya. Padahal aku tidak mengetahui kedatangannya karena aku sedang membaca buku." ucap Rain dengan nada sedihnya seraya mengangkat tangan kirinya untuk berpura-pura menghapus air mata buayanya. Dia sengaja mengangkat tangan kirinya dengan maksud untuk memperlihatkan tangannya yang terluka. Tadi, dia mengiriskan pisau tersebut ke pergelangan tangannya sendiri. Gila memang, tapi itulah rencananya. Dia ingin membuat, seolah-olah yang bersalah itu adalah Ji Ya karena telah melukai tangannya. "Bukan ayah! Jangan percaya apa katanya! Dia yang sudah menyakitiku, ayah." bantah Ji Ya sambil menahan perih yang ada di di bahu, tangan, dan punggungnya. "Apakah itu benar, Yi Na?" tanya Tuan Qu ragu. Setahunya anak perempuannya itu tidak pernah melakukan kekerasan. Belum lagi, tempat kejadiannya di dalam kamar Yi Na. Dia menjadi ragu. "Salahkan saja semua ini kepadaku karena aku memang selalu menjadi pihak yang disalahkan. Aku tidak akan membantah, karena percuma. Kalian tidak pernah menganggapku manusia yang terhormat. Kalau bisa bunuh saja aku sekarang, aku rela asal kalian puas. Jujur aku lelah dengan kehidupan ini karena tidak ada seorang pun yang mendukungku. Aku hanya gadis hina di mata kalian semua." kata Rain histeris lalu ia menyambar pisau yang ada di atas BO. j;~ ‘23 lantai dengan tangan yang bergetar. Lalu ia mengarahkan dan menempelkan pisau itu di leher jenjangnya. Tuan Qu dan Ne Ro yang melihat itu langsung panik seketika. Bahkan ia tidak memperdulikan Ji Ya yang sedang mengeluh kesakitan. "Tidak, sayang!! Jangan sakiti dirimu!" kata Tuan Qu cemas. "Jangan, adik perempuan! Kau bisa terluka." ujar Ne Ro panik. Dalam hati Rain terkekeh puas. Rupanya aktingnya sangat bagus. Dia benar-benar cocok memegang peran antagonis di sebuah film. "Bukankah kalian tidak ada yang mempercayaiku? Lebih baik aku mati saja." katanya sarkastik. "Bukan maksud kami untuk tidak mempercayaimu, sayang." ucap Tuan Qu cemas. "Jangan kalian terpedaya oleh gadis iblis itu. Jelas- jelas dia yang sudah melukaiku." teriak Ji Ya tidak terima. "Diam kau!" perintah Ne Ro sinis sehingga membuat Ji Ya terdiam dan menatap Rain dengan tatapan yang penuh kebencian. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Ji Ya? Apa sekarang kau masih ingin membunuhku? Bunuh saja aku! Aku rela asal kau bahagia." Nada suara Rain terdengar begitu sendu. Tuan Qu dan Ne Ro secara serentak mengalihkan pandangannya ke arah Ji Ya dan mereka memang bisa menangkap tatapan penuh kebencian ke arah Rain. Diam- diam, Rain memberikan senyuman mengejek kepada Ji Ya 60 | ae a sehingga membuat gadis itu mengepalkan tangannya penuh emosi. Kedua laki-laki itu langsung menatap Ji Ya dengan dingin. "Pengawal!" teriak Tuan Qu memanggil pengawal. “"lya, Tuan Qu?" kata pengawal yang sudah ada di hadapannya. “Bawa Ji Ya ke ruangan khusus!" perintah Tuan Qu tak terbantahkan. Mendengar hal itu, Ji Ya bergetar ketakutan, sebab ruang khusus bukanlah ruangan biasa. "Tidak, ayah! Bukan aku yang salah, tapi dia!" histeris Ji Ya dan tetap bertahan di tempatnya saat pengawal itu mengajaknya pergi dengan cara baik-baik. "Seret dia ke ruangan khusus!" desis Tuan Qu karena Ji Ya tidak mau beranjak dari tempatnya. Kalau tidak bisa dengan cara baik-baik, maka ia akan menggunakan cara paksa. "Yi Na, ayah akan mengobati lukamu." "Tidak perlu!" "Yi Na..." panggil Tuan Qu lemah. “Apa kau tidak dengar? Tidak perlu! Aku tidak butuh bantuanmu! Biarkan saja luka ini sembuh dengan sendirinya tanpa campur tanganmu." kata Rain dingin. “Yi Na!" tegur Ne Ro. "Apa hah?!" "Kau---" Baru saja Ne Ro hendak memarahi adiknya, adiknya itu sudah terkapar tak sadarkan diri di atas lantai. 61 "CEPAT PANGGILKAN TABIB!" teriak Tuan Qu panik. Hoho!! Rupanya aktingku begitu bagus. Padahal aku hanya pura-pura pingsan. Kekeh gadis itu di dalam hati. Part 9 Hukuman Untuk Ji Ya & ‘Kemenangan Rain "Sudah di putuskan. Kau akan menerima hukuman di asingkan selama tujuh hari di kamarmu sendiri agar kau bisa merenungkan semua perlakuan burukmu." ucap Tuan Qu final. "Tidak, ayah! Aku tidak salah apapun tapi kenapa ayah malah menghukumku? Apa luka di tubuhku tidak dapat membuktikan padamu bahwa aku tidak bersalah?" protes Ji Ya tidak terima. "yi Na sudah menjelaskan semuanya tadi bahwa kau sendiri lah yang melukai tubuhmu karena Yi Na berhasil menghindarimu dan serangan itu mengenai dirimu sendiri." ujar Tuan Qu sebelum pergi dari dalam ruangan khusus. Seperginya Tuan Qu, Rain melemparkan senyum mengejeknya ke arah Ji Ya. "Haha.. Memang enak mendapat hukuman? Makanya jangan mencoba untuk melawanku, gadis bodoh. Karena aku bukan Yi Na yang dulu lagi." bisik Rain tepat di samping telinga Ji Ya. 63 ae a "Aku akan membuat kau menyesal, Qu Yi Na. Arghh!! Aku akan membunuhmu." desis Ji Ya penuh amarah. "Oh ya? Baiklah, aku tunggu. Dimana kau akan membunuhku? Di kediamanku? Di kebun? Di gudang? Di hutan? Atau di ruangan ini?" tanya Rain santai. "Tapi sebelum kau membunuhku, aku yang akan membunuhmu terlebih dahulu." sambungnya sinis lalu berlalu begitu saja. Ji Ya mengumpat kesal sambil meringis kesakitan karena lukanya belum di obati. Sedangkan Rain, ia sudah selesai mandi dan mengobati lukanya. la sudah seperti dewa dewi khayangan sedangkan Ji Ya malah terlihat seperti seorang pembunuh. Poor Ji Ya! Rain berjalan dengan ringannya tanpa merasa bersalah. Dirinya malah terlihat sangat bahagia karena berhasil membuat Ji Ya menjadi pelaku utama kejahatan. Brakk~ Ne Ra terjungkal kaget mendengarkan bantingan pintu yang sangat keras itu. Cangkir yang di pegangnya terjatuh ke lantai. Dia segera mengambil cangkir itu. Matanya menyelidik sang tuan putri yang terlihat sangat senang. "Ada apa, tuan putri? Tuan putri terlihat sangat bahagia." Ne Ra berucap dengan penuh kehati-hatian. "Tidak apa-apa. Oh ya, sebentar lagi kita akan keluar daridalam kediaman. Bersiap-siaplah!" Dia ingin sekali keluar, tapi dia malas berjalan sendirian. Dia malas melihat tatapan orang-orang yang 64 ae a selalu menatapnya dengan tatapan penuh memuja dan penasaran. "Baik, tuan putri. Tapi apakah kita di perbolehkan keluar dari dalam kediaman, tuan putri?" "Boleh atau tidaknya, aku tidak peduli. Ini hidupku, jadi aku yang menentukan." "Tapi tuan putri..." "Tidak ada tapi-tapian. Dan mulai sekarang anggap saja aku temanmu. Jadi, tidak perlu memanggilku dengan tuan putri. Aku risih mendengarmu memanggilku tuan putri." potong Rain. "Tapi---" "No comment!" potong Rain lagi yang membuat Ne Ra melongo. "Ehm, maksudku tidak boleh protes karena_ ini perintah." koreksi Rain. “Baiklah, Yi Na." sahut Ne Ra patuh. "Panggil saja aku Rain." ucap Rain memberitahukan nama aslinya. "Dari mana datangnya panggilan itu, Yi Na?" tanya Ne Ra bingung. "Itu adalah panggilan spesialku. Hanya orang-orang tertentu yang boleh memanggilku seperti itu." alibi Rain. "Baiklah, Rain. Lagipula itu nama yang sangat cantik." puji Ne Ra. "Tapi kau hanya boleh memanggilku seperti itu disaat kita hanya berdua karena aku tidak suka ada orang lain yang mengetahui nama spesialku." 65. ae a “lya, Rain." "Oh ya! Aku akan memanggilmu Rara? Apa boleh?" tanya Rain penuh harap sambil memasang puppy eyesnya. Ne Ra menatap tuan putrinya kagum. "Boleh, Rain. Bagaimana aku bisa menolak nama panggilan secantik itu." kata Ne Ra senang. Rain rasa tidak ada salahnya mencoba mempercayai Ne Ra seutuhnya karena menurutnya Ne Ra adalah orang yang tulus, tidak penghianat seperti orang-orang di masa lalunya. "Ngomong-ngomong, kenapa wajahmu memerah. Seperti habis di tampar?" Rain memegang wajah mungil Ne Ra yang memerah dan terdapat bekas luka lama. Ne Ra menjadi gelagapan mendapat pertanyaan seperti itu. "Ah, ya ampun! Aku lupa! Aku pergi dulu, ok?" Rain segera pergi. Meninggalkan Ne Ra yang menghela nafas lega. Di dalam sebuah kamar yang sangat berantakan terduduklah seorang gadis yang sedang meraung-raung seperti orang gila. la adalah Ji Ya. la sangat tidak terima dengan kenyataan yang diterimanya sekarang ini. Biasanya sang ayah selalu menomor satukannya tapi sekarang gadis sampah itu yang dinomor satukan. "Yi Na!!! Aku akan membunuhmu nanti!! Aku benci sekali padamu, Yi Na. Sangat-sangat membencimu 66 ‘23 ucapnya_ histeris sambil membuang bantalnya_ ke sembarangan arah. "Kau mengambil semua yang kumiliki dalam sekejap, Yi Na!" “Aku tidak rela!!" "Semua yang kudapatkan selama ini, semua perjuanganku selama_ ini, aku tidak terima kau menghancurkannya!" "Sekarang semua usahaku untuk menjelekkanmu di belakang tidak akan berhasil lagi. Semua sia-sia." geramnya. "Aku tidak yakin itu kau. Jangan-jangan kau penyihir!" "Seharusnya aku sudah membunuhmu sejak dulu biar semuanya selesai dengan sangat cepat. Aku menyesal karena aku hanya menaruh racun perusak saraf tubuh di dalam makananmu." “Arghhh!!" Yah. Ji Ya lah selama ini yang telah meracuni tubuh Yi Na lewat makanan. Racunnya tidak langsung mematikan seseorang tapi racun itu akan menggerogoti tubuh orang tersebut secara perlahan-lahan. Dan Ji Ya jugalah yang menyebarkan rumor tentang Yi Na di kota. Dari dulu, semenjak umur 4 tahun, Ji Ya sudah merasa iri dengan saudara tirinya itu. Dia iri melihat Yi Na yang memiliki kecantikan yang tiada taranya. Walaupun Yi Na di perlakukan tidak adil, itu tidak membuatnya puas. Kecantikan itulah yang membuatnya semakin iri. 67 ae a "Ah, tidak! Aku tidak boleh gegabah untuk membunuhnya. Pertama aku akan mengirim beberapa penjahat untuk menyiksanya secara fisik dan batin. Hahahha...." suara tawanya terdengar sangat menyeramkan. Setelah puas meracau seperti orang gila. la pun tertidur di atas ranjang yang sudah acak-acakan itu. Senyum misterius terpampang di bibir orang yang tidak sengaja mendengar racauan Ji Ya. "Kau sudah siap?" tanya Rain yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Dia memakai gaun hijau sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai indah, dan dia memakai cadar yang senada dengan warna bajunya. “Sudah." Rain mengangguk puas. "Ayo ikuti aku." Rain berjalan ke arah gerbang belakang Kediaman Qu. "Apa tidak apa-apa kita keluar dari dalam kediaman, Rain? Aku takut..." bisik Ne Ra. "Oh, ayolah Rara sayang. Kau tidak perlu takut. Ada aku yang akan selalu melindungimu." bisik Rain. Membuat wajah Ne Ra merona senang. Baru kali ini ada orang yang mau melindunginya dan menjadi temannya. "Stt.. Berhenti! Ada pengawal." bisik Rain. Rain mengambil sebuah batu yang cukup besar. la melemparkan batu itu ke tempat yang berlawanan arah hingga batu itu menimbulkan suara yang nyaring. "Siapa disana?" pengawal itu berlari ke asal suara. 68 ae a

Anda mungkin juga menyukai