isy
ve
eee
7
‘28
£ Lite
s
o
ayRebirth
‘23Rebirth
AE Digital Book
vii + 427 halaman, AS
Penulis : Firza Lutifa Listri
Desain Sampul : Meiga Lettucia
Tata Letak : Qolbiatul Ma’rifah
A Ee’ Jin, Banurejo B no.17 Kepanjen
_ HP : 085103414877
eget Email : aedigitalbook@gmail.com
http://aepublishing.id
ISBN 978-623-7733-64-5
Kutipan Pasal 72 terkait Ketentuan Pidana Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta:
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama S (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
‘23Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part S
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
‘23Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48.
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
‘23Part 54
Part 55
Biodata
Blurbae
s
Kata Pengantar
Ucapan terimakasih untuk Allah Swt. yang sudah
memberi saya kesempatan untuk mengirimkan naskah ke
AE publishing, untuk penerbit yang mau menerima karyaku
ini, para pembaca yang selalu mendukung karya-karyaku,
dan untuk temanku Elsa, Yela, Atri, dan yang lainnya.Part
Kelahiran Kembali
Di dalam sebuah kediaman tampaklah sekumpulan
orang-orang yang sedang tersenyum sinis ke arah sebuah
peti yang berukiran sederhana. Di dalamnya terdapat
seorang gadis berwajah yang sangat cantik walaupun
terlihat sangat pucat namun tidak mengurangi aura
kecantikannya, memiliki tubuh yang mungil namun berisi di
bagian tertentu, dan bibir yang sama pucatnya dengan
wajahnya, sedang memejamkan matanya dengan damai.
Dalam hati, orang-orang yang berada di dalam
kediaman itu menggumamkan kata-kata yang tidak pantas
untuk sang gadis yang berada di dalam peti berukiran
sederhana tersebut. Entah apa salah perempuan cantik itu
hingga semua orang tega mengatakan kata-kata yang tidak
pantas itu untuknya bahkan ketika jiwanya tak berada lagi
di dalam raganya.
Tanpa semua orang sadari, mata gadis cantik itu
perlahan-lahan terbuka dan mengerjap beberapa kali untuk
menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Gadis
cantik itu termenung dengan tatapan yang sangat kosong.
ae
aBukankah tadi aku hanya melihat kegelapan tanpa
secercah cahaya sedikit pun? Hm, apa seperti ini yang
namanya akhirat? Jadi, apakah ini surga atau neraka? Eh,
masa neraka sih? Kalau neraka pasti ada apinya dong tapi
tempat ini terlihat seperti bangunan kuno yang pernah
kutonton di dalam drama korea, Pikirnya.
Gadis cantik itu menggerakkan badannya namun
ruang geraknya terbatas karena ia seperti berada di dalam
kotak panjang. Setelah sadar sepenuhnya gadis cantik itu
langsung berdiri dengan raut wajah yang terlihat sangat
syok dengan mata yang melotot dan mulut yang terbuka
lebar.
"Oh my god!!! Kenapa aku bisa ada disini? Apa
sekarang ini aku sedang bermimpi? Hah, tempat apa ini?
Benar-benar terlihat seperti bangunan kuno yang pernah
kutonton di dalam drama korea." pekik gadis itu dengan
histerisnya hingga membuat semua orang yang berada di
dalam ruangan menatapnya dengan tatapan yang sangat
kaget dan tidak percaya. Bahkan orang-orang yang awalnya
tersenyum sinis mendadak pucat. Hal ini benar-benar di
luar dugaan mereka.
Dalam hati mereka berbisik, apa gadis hina ini diberi
kesempatan hidup lagi oleh tuhan?
“Heh?! Kenapa pakaian kalian seperti itu? Apa kalian
sedang syuting? Dan kenapa aku masih hidup? Apa ini surga
atau neraka?" histeris gadis itu lagi.
Orang-orang di dalam ruangan masih menatap gadis
itu dengan tatapan kaget dan tidak percaya. Bahkan lidah
2
|
‘23mereka terasa sangat kelu hanya untuk sekedar
mengeluarkan sepatah kata.
Gadis cantik itu melihat sekujur tubuhnya, ia
menghela nafas lega saat tidak melihat luka sedikit pun di
tubuhnya.
Gadis cantik itu atau lebih tepatnya roh gadis
bernama Rain itu ingat dengan sangat jelas. Bibi, paman,
sepupu, pacar, dan sahabatnya bersekongkol untuk
membunuhnya. Dan sekarang gadis itu terasa seperti
bermimpi karena tubuhnya masih utuh tanpa luka-luka tapi
yang berbeda orang-orang asing yang berada di dalam
ruangan yang sama dengannya, menatapnya dengan
tatapan kaget dan tidak percaya.
"Qu Yi Na! Bagaimana kau bisa hidup lagi? Bukankah
kau sudah mati?" tanya seorang gadis yang memakai gaun
mewah berwarna merah darah.
Tiba-tiba sebuah ingatan mulai berputar di otak Rain.
Nama tubuh yang di tempatinya adalah Qu Yi Na. Gadis itu
adalah putri sah dari perdana mentri. la mengidap sebuah
penyakit yang menggerogoti tubuhnya di setiap harinya. Di
kediaman Qu, ia selalu mendapat perilaku yang tidak
mengenakkan. Semua orang merendahkannya termasuk
ayah dan kakak laki-laki kandungnya sendiri. Seorang selir
yang bernama Ji Ra dan anak selir yang bernama Ji Ya selalu
menyiksanya. Hingga pada akhirnya pemilik tubuh yang di
tempatinya mati karena penyakit yang di deritanya.
Rain dapat menyesuaikan diri dengan sangat cepat
terhadap keadaan yang di alaminya sekarang ini. Jadi,
a.
|
ae
ajiwanya sedang bertransmigrasi ke zaman kuno. Diluar
logika memang tapi mulai sekarang dia akan menjadi Qu Yi
Na serta membalaskan dendam Qu Yi Na. la juga akan
membuat orang-orang yang berani melawannya akan
bertekuk lutut padanya.
"Jadi, apakah kau mengharapkan kematianku?" sinis
Rain sambil melangkahkan kakinya keluar dari dalam peti.
Mata gadis itu membulat kaget dan gugup. "Ti--dak,
bukan begitu." gagap gadis yang bernama Ji Ya tersebut.
Rain mendengus keras. "Kenapa kalian masih berdiri
mematung disini? Pergi sana! Aku mau tidur dulu." sinis
Rain lagi sambil berkacak pinggang.
"Dimana sopan santunmu?" gertak ayahnya yang
tak lain adalah Tuan Qu.
Rain mengalihkan pandangannya ke arah ayah
pemilik tubuh yang di tempatinya itu. Masih dengan
tatapan sinis ia menjawab dengan nada yang angkuh serta
menurunkan tangannya yang berada di pinggangnya.
"Kenapa aku harus sopan kepada kalian semua?
Kalian saja tidak sopan kepadaku." sahut Rain sambil
memainkan rambut coklatnya dengan jari telunjuknya.
Tuan Qu menggertakkan giginya marah. "Kau benar-
benar keterlaluan! Aku tidak pernah mengajarkanmu
bersikap tidak sopan seperti ini! Sungguh memalukan!"
"Oh ya? Bukankah kau tidak sudi bertemu denganku?
Bahkan baru kali ini kau mengunjungi kediamanku. Lebih
tepatnya saat aku meninggal dan hidup kembali. Haha. Kau
lucu sekali, AYAH." kata Rain penuh penekanan di akhir
4
|
‘23katanya, jari telunjuknya menunjuk wajah Tuan Qu dengan
lancang, menaikkan alis kanannya dan melayangkan
tatapan mengejeknya.
Tuan Qu lagi-lagi menggertakkan giginya marah. Tak
terima di perlakukan seperti itu oleh anaknya sendiri.
Rain menggeleng-gelengkan kepalanya_prihatin
sembari tersenyum miris. "Sungguh malang sekali nasib
pemilik tubuh ini. Kalian adalah keluarga tapi kau
memperlakukan darah dagingmu sendiri dengan tidak
wajar." Tersirat nada marah di dalam nada bicara Rain.
“Apa maksudmu?" Tuan Qu bertanya dengan dahi
yang berkerut, menandakan kalau ia sedang bingung.
"Kau tidak perlu mengerti maksudku. Hanya satu
yang perlu kalian ketahui, Qu Yi Na yang lama sudah mati.
la tidak akan kembali lagi. Karena sekarang cuma ada Qu Yi
Na yang baru. Qu Yi Na yang tidak mudah di provokasi, Qu
Yi Na yang tidak lemah, dan Qu Yi Na yang tidak cengeng.
Kalau kalian berani melawanku dan menyiksaku lagi, maka
aku akan membalasnya dengan berkali-kali lipat. Camkan
ucapanku," Ucapan Rain berhasil membuat semua orang
yang berada di dalam ruangan tercengang.
"Karena aku tidak bermain-main dengan ucapanku."
imbuh Rain sambil tersenyum sinis.
Rain melenggang pergi meninggalkan semua orang
yang berada di dalam ruangan, ia pergi ke dalam kamar
yang selalu di tempati Qu Yi Na. Sebelumnya ia
menabrakkan bahunya ke bahu Ji Ya hingga Ji Ya tersungkur
ke lantai dengan posisi yang mengenaskan dan memalukan.
a.
|
ae
a"Dan aku perintahkan kalian untuk meninggalkan
kediamanku karena aku tidak suka kediamanku di injak oleh
Orang-orang yang seperti kalian, orang-orang yang tidak
punya hati nurani." kata Rain lantang tanpa membalikkan
badannya.
Semua orang yang berada di dalam ruangan
menatap Rain dengan tatapan tidak suka dan benci.
Rain masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu
dengan kasar hingga membuat orang-orang terlonjak kaget.
"Gila! Ini benar-benar ila!" Rain §=menjambak
rambutnya sendiri akibat kenyataan yang sangat mustahil
ini.
"Kenapa jiwaku bisa berpindah kesini?" Rain
menghamburkan badannya ke atas tempat tidur.
"F*CK! SAKIT SEKALI, INI TEMPAT TIDUR ATAU
CUMA KAYU DOANG SIH?" teriak Rain saat merasakan
tempat tidur Qu Yi Na yang sangat keras, tidak empuk
seperti kasurnya di zaman modern.
"Jahat banget sih orang-orang yang berada di dalam
kediaman ini kepada Yi Na. Huh, lihat saja nanti. Aku akan
membalaskan dendam Yi Na kepada mereka semua." Rain
tersenyum devil.
"Baiklah. Permainan di mulai dari sekarang..."
gumamnya dengan sebuah seringaian menyeramkan yang
terpampang di bibir merahnya.
Lama kelamaan mata indah Rain menutup perlahan
akibat rasa kantuk yang melandanya secara tiba-tiba.
ae
aYi Na kecil menangis terisak-isak saat seorang
pelayan paruh baya memukulinya dengan sebilah kayu
panjang. Bagi gadis kecil seperti Yi Na tentu saja pukulan itu
terasa sangat sakit. Pelayan terus memukul tubuh Yi Na
kecil tanpa belas kasihan. Entah dimana hati nurani si
pelayan.
"Akkhh!! Ampun!!" jerit Yi Na kecil dengan
berderaian air mata.
"Anak pembawa sial sepertimu tidak seharusnya
keluar dari dalam kediaman ini. Kediaman ini adalah
tempatmu. Jangan pernah mencoba-coba untuk keluar lagi.
Kali ini aku cukup memberikanmu hukuman ringan, tapi lain
kali, jika kau mengulanginya lagi aku tidak akan segan-segan
mencambukmu, anak sialan."
Yi Na kecil menganggukkan kepalanya, air mata
masih mengalir deras di pipinya hingga mengenai dagu dan
baju lusuh bagian depannya.
Pelayan sialan itu tersenyum sinis lalu melemparkan
sebilah kayu panjang itu ke sudut ruangan. la kemudian
meninggalkan kamar Yi Na kecil. Meninggalkan Yi Na kecil
yang menangis sesegukan.
ae
aPart 2
Pembalasan
"Sungguh malang sekali nasibmu, Yi Na." gumam
Rain kala melihat kilasan kejadian yang di alami oleh Yi Na
di dalam kamarnya tersebut.
Selir dan anak perempuannya yang masuk ke dalam
kamar memperlakukan Yi Na dengan tidak layak, seperti
memberi makan yang sangat sedikit dan makanan itu pun
berasal dari sisa-sisa makanan para pelayan, membentak-
bentak Yi Na, mencaci maki Yi Na, menyiksa Yi Na,
menampar Yi Na, dan menjambak rambut Yi Na. Tidak
hanya selir dan anaknya, bahkan para pelayan pun ikut
memperlakukan Yi Na dengan sangat tidak layak. Rasanya
Rain tidak sanggup lagi untuk melihat kejadian itu tapi
sayangnya kejadian itu terus terlihat di matanya.
"Untungnya nasibku tidak separah dirimu, Yi Na."
lirih Rain dengan mata yang berkaca-kaca.
Air mata Rain menetes saat melihat Ji Ya melukai
tubuh Yi Na hanya karena merasa iri dengan kecantikan
yang di mi Yi Na. Lalu di susul pula dengan Ji Ya yang
memotong rambut indah Yi Na yang awalnya sepanjang
lutut menjadi sependek bahu. Tak hanya itu Ji Ya bahkan
8
|
ae
amembuang makanan yang hendak di makan Yi Na ke lantai.
Sungguh malang dan menyedihkan sekali nasib Yi Na.
"Mereka semua benar-benar jahat," Rain mengusap
air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar. Lalu ia
tersenyum dingin. "Lihat saja nanti."
Rain berjalan ke arah lemari yang terletak di sudut
ruangan, ia membuka lemari tersebut. Rain menatap datar
semua pakaian yang berada di dalam lemari yang baru saja
di bukanya. Pakaian yang berada di dalam lemari terlihat
sudah lusuh. Semuanya, tanpa terkecuali.
"Pakaiannya lusuh semua? Bahkan pakaian para
pelayan lebih bagus dari pakaian Yi Na ckck." Rain
menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya sambil
berdecak kesal.
"Aku harus membuat perhitungan dengan ayahnya
Yi Na." gumam Rain kesal dan berjalan ke arah pintu
kamarnya.
Baru beberapa langkah Rain keluar dari dalam
kamar, ia mendengar sebuah percakapan yang berhasil
membuat emosinya naik.
“Bagaimana perasaan kalian sekarang ini? Lagi-lagi
kita harus mengurusi Yi Na penyakitan itu. Padahal aku
berharap gadis sialan itu cepat mati." ucap seorang pelayan
kepada teman-temannya.
"lya, aku juga berharap dia mati. Tapi sayangnya
harapan kita hanya tinggal harapan." sahut pelayan yang
lainnya.
ae
aRain menghampiri para pelayan yang sedang
bergosip ria itu dengan wajah yang sangat datar dan dingin.
"Tapi tidak apa-apa sih. Kita bisa menyiksanya lagi,
seperti dulu." kekeh salah satu pelayan.
“Hm, kalian cukup pemberani untuk ukuran pelayan
rendahan seperti kalian ini." ucap Rain dengan nada suara
yang sangat lembut. Lembut namun menyiratkan sebuah
ancaman yang nyata.
Wajah para pelayan yang sedang bergosip ria
menjadi pucat seketika mendengar suara lembut tersebut.
Mereka berbalik untuk melihat pemilik suara dengan slow
motion.
"Kenapa kalian berhenti bicara? Apa suara kalian
mendadak hilang?" Rain memainkan rambut coklat
keemasannya dengan jari telunjuknya, rambutnya terasa
sangat halus walaupun selama ini Qu Yi Na tidak pernah
melakukan perawatan apapun terhadap rambutnya.
Para pelayan hanya bisa menunduk takut
mendengar ucapan Rain. Entah kenapa keberanian mereka
menciut begitu saja saat mendengar nada suara Rain. Nada
suara yang terdengar berbeda dari nada sebelumnya. Dulu
nada suara itu terdengar begitu ketakutan, gugup, dan
bergetar. Namun sekarang terdengar lembut namun begitu
menusuk.
"Kalian | benar-benar lancang karena_ telah
membicarakan seorang tuan putri di belakangnya. Bahkan
kalian mengharapkan kematiannya. Nah, sekarang,
10
ae
abagaimana kalau aku yang menginginkan kematian kalian?"
Rain tersenyum dingin.
"Tidak! Ampuni kami, Yi Na. Kami tidak bermaksud."
ucap ketiga pelayan itu kompak dan berlutut di depan Rain.
"Apa kalian bilang tadi? Yi Na? Dimana sopan santun
kalian? Kalian harus memanggilku dengan Tuan Putri Yi Na."
kata Rain penuh penekanan sambil menjambak rambut
pelayan yang mengatakan ‘kita bisa menyiksanya lagi,
seperti dulu'.
Pelayan itu meringis kesakitan akibat jambakan Rain
yang terlalu kuat. "Lepasin..." kata Pelayan itu dengan
susah payah akibat menahan rasa sakit.
"Oke." Rain melepaskan jambakannya dari rambut
pelayan itu, setelah itu ia mendorong pelayan tersebut
hingga pelayan itu terlentang di atas lantai.
"Akhhhi!" teriak pelayan tersebut saat merasakan
punggungnya membentur lantai yang keras.
Rain tertawa sinis. la melipat tangan di depan dada
dan berteriak memanggil pengawal.
"PENGAWAL!" teriak Rain sehingga membuat para
pengawal yang berjaga berlarian ke arahnya.
"lya, tuan putri?" tanya salah satu dari pengawal
tersebut.
"Kalian berdua, masing-masing ambillah cambuk.
Aku perlu memberi pelajaran kepada ketiga pelayan yang
tak tahu di untung ketus Rain yang berhasil membuat
wajah ketiga pelayan itu bertambah pucat.
Ad
ae
a"Ampuni kami, tuan putri. Kami tidak akan
mengulanginya." Ketiga pelayan itu bersujud di kaki Rain.
Rain mundur selangkah ke belakang karena tidak sudi
kakinya tersentuh oleh kepala para pelayan rendahan itu.
"Tidak ada toleransi untuk kalian. Yang jelas, aku
akan menghukum kalian karena telah berbuat tidak sopan
kepada anak perempuan Perdana Mentri Qu." sinis Rain.
Tenang saja, Qu Yi Na! Aku akan membalaskan
dendammu kepada mereka semua supaya kau bisa tenang
di alam sana.
"Tunggu apalagi, cepat ambilkan cambuk! Kalau
tidak, aku juga akan mencambuk kalian semua." perintah
Rain tegas di sertai dengan ancamannya yang berhasil
membuat nyali para pengawal itu ciut. Bukannya pengawal
pengecut, hanya saja nada dan ekspresi Rain benar-benar
terlihat menyeramkan dan mengintimidasi.
"Baik, tuan putri." mereka pun pergi mengambil
cambuk seperti yang di perintahkan Rain.
Sementara para pengawal pergi, Rain duduk di atas
sebuah kursi dan menuangkan minuman ke dalam sebuah
cangkir. Tak lama kemudian pengawal itu pun kembali ke
hadapan Rain dengan membawa sebuah cambuk di tangan
mereka masing-masing.
"Sekarang kalian berdua cambuk ketiga wanita yang
tidak tahu sopan santun itu. Cambuk mereka sebanyak 10
kali dengan kuat. Kalau kalian tidak mencambuknya dengan
kuat, maka aku sendiri yang akan mencambuk kalian." tutur
Rain sambil tersenyum manis, senyum yang terlihat manis
12
|
ae
adan sangat menyeramkan secara bersamaan di mata kedua
pengawal dan ketiga pelayan itu.
"Cepat cambuk mereka bertiga!" perintah Rain lagi
dengan dingin.
Kedua pengawal itu menyahut perintah Rain dengan
serentak. Ketiga pelayan itu melolong sedih. Menjerit
meminta pengampunan. Bibir gadis itu menyunggingkan
senyumnya. Ada sensasi tersendiri yang di rasakannya kala
mendengar jeritan meminta pengampunan padanya.
"Tidak, tuan putri! Kami berjanji akan berubah. Kami
minta maaf. Tolong maafkan kami kali ini."
Rain seolah tidak mendengar ucapan ketiga pelayan
yang melolong sedih tersebut. Dia seolah tuli. Gadis itu
menyeruput teh yang berada di dalam cangkirnya dengan
elegan.
Kedua pengawal mulai mencambuk ke tiga pelayan
itu. Teriakan kesakitan yang berasal dari ketiga perempuan
tersebut membuat sudut bibir Rain tertarik ke atas.
Ternyata menjadi orang jahat lebih bagus daripada
menjadi orang baik yang selalu tertindas. Batin Rain sambil
tersenyum kejam.
"Tiga..."
“Akhhh!! Sakit!!"
"Empat..."
"Arghhhh!!"
"Lima..."
"Cukup! Ini benar-benar sakit."
13
ae
aKedua pengawal tersebut terus mencambuk tubuh
ketiga pelayan itu dengan kuat, menghiraukan jeritan ketiga
pelayan itu.
“Enam..."
"Lebih kuat!" perintah Rain dengan kejamnya.
"Tujuh..."
"Hikss... Hikss... Ampun!!"
"Delapan..."
"Lebih kuat lagi!" titah Rain dengan sadisnya sambil
tertawa di atas penderitaan yang di alami ketiga pelayan
tersebut.
Seharusnya seperti ini. Bukan pelayan rendahan
seperti kalian yang menyiksa tuan putri. Membuatnya
terluka, kesakitan, menangis, kelaparan, dan tersiksa fisik
dan batin. Tapi tuan putri yang harusnya menyiksa kalian.
Sekarang aku akan membuat semuanya berjalan seperti
seharusnya. Tuan putri yang menyiksa bukan kalian yang
menyiksa tuan putri.
Rain tersenyum devil.
la menonton ketiga pelayan yang sedang di cambuk
sambil menyesap teh hijaunya, seolah-olah ia sedang
berada di dalam bioskop.
Lihatlah, Yi Na! Apa kau bisa melihatnya dari atas
sana? Kalau kau melihatnya? Apa kau puas?
"Cukup! Kembali ke tempat kalian! Dan
kuperintahkan kalian untuk tutup mulut. Jika saja hal ini
terdengar ke luar kediamanku," Rain tersenyum misterius
14
ae
anamun_ terlihat menyeramkan. "Maka siap-siap saja!
Sebuah kejutan akan kalian terima! Kejutan spesial dariku!"
Rain berdiri dan berlalu ke kamarnya. Setiap
langkahnya, begitu mengintimidasi pelayan dan
pengawalnya.
15 .Part 3
Namaku Yi Na
Sore ini, Rain memutuskan untuk keluar dari dalam
kediamannya. Dia sangat bosan berada di dalam ruangan
kuno itu. Walaupun ruangannya mewah tapi tetap saja
kuno, matanya perlu melihat warna lain selain warna
kediamannya yang berwarna putih polos.
Rain paling suka dengan warna hijau, andai saja ia
mempunyai uang, maka ia akan membeli cat tembok dan
men cat ulang kamarnya yang memiliki warna yang
menurutnya sangat membosankan itu.
Rain keluar dari dalam kediamannya tanpa di
ketahui oleh siapapun. Sebelum pergi, ia menyusun bantal
gulingnya di atas kasur dan membentuknya seperti orang
yang sedang tidur, lalu ia menutupnya dengan selimut.
Dan sekarang dia sedang berjalan santai di jalanan
dengan riang, seolah-olah ia seperti burung yang baru saja
keluar dari dalam sangkar emas.
Semua orang yang kebetulan berada di jalan,
melihatnya dengan tatapan memuja. Mereka tidak tahu
kalau yang mereka puja itu adalah Qu Yi Na, gadis yang di
rumorkan paling buruk rupa di kota. Orang-orang tidak
16
—
ae
amengetahui bentuk wajahnya yang sebenarnya karena ia
tidak pernah keluar dari dalam Kediaman Qu. Entah apa
alasannya Tuan Qu mengurungnya di dalam kediaman dan
tidak membiarkannya melihat dunia luar.
Rain memperhatikan keadaan masyarakat di zaman
kekaisaran. Menurutnya, kehidupan rakyatnya lumayan
sejahtera.
"Ampuni aku, tuan! Aku sungguh-sungguh tidak
sengaja." pinta seorang perempuan penuh ketakutan.
Suara itu berhasil membuat langkah Rain terhenti. la
mengedarkan pandangannya ke asal suara. Matanya dapat
menangkap seorang gadis muda sedang di ganggu oleh
seorang pria yang berasal dari keturunan bangsawan.
Dilihat dari pakaiannya saja orang-orang sudah dapat
menebak, maka dari itu tidak ada yang berani menolong
gadis tersebut karena mereka tidak ingin terlibat masalah
dengan golongan bangsawan. Itu artinya sama saja mereka
mencari mati.
Rain mendekat. "Ada apa ini?" tanyanya dengan
nada lembutnya. Wajahnya di buat bingung. Yah, dia akting
sok polos.
Percayalah! Di dalam hati, dia merutuk pria yang
telah menyiksa perempuan malang itu. Pipi perempuan
malang itu, membengkak dan memerah. Sudut bibirnya
terluka. Sepertinya, pria itu menamparnya.
Pria yang menyiksa gadis malang itu, mengalihkan
pandangannya ke arah Rain. Untuk sejenak ia terpaku, ia
hampir saja meneteskan air liurnya akibat melihat
17
|
ae
akecantikan yang di miliki Rain. Belum pernah dia melihat
gadis secantik Rain.
"Kau cantik sekali. Ah iya namaku Gou Leng.
Maukah kau menjadi selirku?" tanya pria bernama Gou itu
secara blak-blakan.
Rain tersenyum sinis. Selir katanya? Haha. Rain
tertawa kaku di dalam hati. la tidak akan pernah sudi
menjadi seorang selir karena dia ingin suami masa
depannya nanti hanya mempunyai satu orang wanita saja,
yaitu dirinya. Lebih baik dia menjadi perawan tua daripada
berbagi suami dengan wanita lain.
"Maaf, tuan. Aku tidak tertarik untuk menjadi
selirmu." sahut Rain ketus.
"Gadis kecil. Kalau kau menjadi selirku, kau akan di
manjakan di dalam Kediaman Leng. Aku janji." tawar Gou.
"Haha. Tidak usah! Asal kau tahu, aku tidak tertarik
pada pria yang mempunyai banyak istri." kata Rain datar.
"Lebih baik sekarang kau pergi dari sini sebelum aku
memberimu_pelajaran." Rain berkata dengan tenang
namun nada suaranya menyiratkan ancaman yang nyata.
“Haha.. Gadis kecil sepertimu ingin memberiku
pelajaran? Pelajaran seperti apa, gadis kecil? Menyanyi?
Menari? Atau menenun pakaian?"
Rain menggertakkan giginya kesal. Dia paling tidak
suka jika seseorang meremehkannya. Egonya merasa
terluka.
"Jangan meremehkanku! Aku pandai dalam ilmu
bela diri. Bahkan aku bisa membuatmu lumpuh untuk
18
|
ae
aselamanya." desis Rain marah. Namun terlihat lucu di mata
Gou.
Gou terkekeh. "Kau membuatku terhibur, gadis
kecil."
Rain mencengkram kerah pakaian Gou. "Ayo kita
buktikan saja siapa di antara kita yang paling kuat!" tantang
Rain. Melepaskan kerah baju Gou dan mendorong dada
Gou dengan jari telunjuknya.
Gou menggertakkan giginya kesal. Dia paling tidak
suka jika ada orang yang menantangnya.
"Baiklah! Jika kau kalah, kau harus menjadi selirku!"
"Oke. Tapi jika aku menang, kau harus meminta
maaf kepada gadis yang kau aniaya itu!"
“Haha, baiklah."
Semua orang berkumpul untuk melihat perkelahian
antara Rain dan Gou, seolah-olah mereka sedang
menonton pertunjukan.
Pada akhirnya perkelahian pun tidak dapat di cegah.
Mereka saling menyerang. Hingga akhirnya, Rain berhasil
mengalahkan Gou. Pria itu kabur karena tak kuasa
menahan malu akibat di kalahkan oleh seorang gadis kecil.
Tentu saja Rain dapat mengalahkan Gou karena
pada masa hidupnya dulu, ia adalah mantan anggota
gangster yang paling di takuti.
"DASAR GOU PENGECUT!" teriak Rain keras.
Gema tepuk tangan terdengar dimana-mana. Para
rakyat sungguh kagum dengan kehebatan Rain. Tak lama
kemudian mereka bubar.
19
ae
a"Nona tidak terluka, bukan?" tanya gadis yang di
tolongnya.
"Hm."
Rain pergi begitu saja karena dia tidak ingin terlibat
lebih jauh dengan seseorang. Dia tidak ingin di khianati lagi.
Belum selangkah dia berjalan, perempuan yang di
tolongnya sudah memegang kaki Rain. "Biarkan aku
mengabdi kepadamu, nona."
"Lepaskan aku!" perintah Rain karena dia merasa
sangat risih.
"Tidak, nona. Aku tidak akan melepaskan kakimu
sebelum nona menerimaku sebagai pelayanmu. Tolong beri
aku kesempatan untuk melayani nona seumur hidup." kata
perempuan itu dengan nada memohon.
Rain merasa tidak tega. Pada akhirnya, ia
menghembuskan nafasnya pasrah.
"Baiklah. Tapi kau tidak boleh berkhianat
kepadaku!" kata Rain tegas.
Perempuan itu menghela nafas dan tersenyum
bahagia. "Terimakasih, nona. Aku tidak akan pernah
mengkhianati nona."
Lama-lama Rain menjadi semakin tidak enak karena
seumur hidupnya dulu, tidak ada orang yang memeluk
kakinya seperti sekarang ini.
"Sekarang berdirilah!" perintah Rain lagi.
Perempuan itu berdiri dengan patuh. Sorot matanya
menatap Rain dengan tatapan bahagia.
20
ae
a"Terimakasih, nona." Perempuan itu menunduk
hormat. la sangat ingin menjadi pelayan gadis cantik nan
baik hati yang menolongnya. la berjanji dalam hati kalau ia
tidak akan pernah mengkhianati penyelamatnya.
"Siapa namamu? Dan berapa umurmu?"
"Namaku Ne Ra dan umurku 14 tahun, nona."
“Baiklah. Kalau namaku Yi Na."
“Nama nona sangat mirip dengan Putri Kediaman
Qu."
"Aku memang putri di kediaman itu." sahut Rain
acuh.
Ne Ra menatap Rain dengan tatapan tak percaya.
"Apa? Nona sama sekali tidak terlihat seperti yang di
rumorkan."
"Rumor itu belum tentu nyata. Mereka membuat
rumor karena mereka hanya iri melihat kecantikanku yang
tak tertandingi. Dulu aku memang gadis yang lemah dan
mudah di provokasi tapi sekarang aku tidak akan sudi di
provokasi lagi." Rain menggertakkan giginya kesal.
Ne Ra menatap Rain dengan tatapan merasa
bersalah. "Maafkan aku no-- eh, tuan putri, karena selama
ini aku juga pernah merendahkan tuan putri." tutur Ne Ra
jujur.
"Tidak apa-apa. Terkadang rumor memang bisa
memengaruhi seseorang."
"Terimakasih, tuan putri."
21.
ae
a"Terimakasih terus dari tadi. Lebih baik sekarang
kita kembali ke kediaman sebelum ada yang menyadari
ketidak beradaanku di kamar."
"Baik, tuan putri. Sekali lagi terima kasih tuan putri
karena sudah mencoba untuk mempercayaiku."
"Sekali lagi kau berkata terimakasih maka kau tidak
boleh masuk ke dalam kediamanku." ancam Rain hingga
membuat Ne Ra langsung terdiam.
Rain tersenyum puas di dalam hati. Lalu ia berjalan
lebih dulu, meninggalkan Ne Ra di belakangnya.
Rain mengibaskan rambutnya ke belakang untuk
sekedar tebar pesona kepada orang-orang yang melihatnya
semenjak tadi.
Hoho! Dengan wajah cantik pemilik tubuh ini, aku
bisa menjadi wanita tercantik di kota atau bahkan di dunia.
Tapi...
Apa alasan jiwaku bertransmigrasi ke era kuno ini?
Apa dosaku terlalu banyak? Hingga tuhan mengirimku ke
era ini, guna menebus dosaku.
Yah, aku akui. Aku orang yang mempunyai banyak
dosa. Banyak orang yang sudah kubunuh di zaman modern.
Namun aku membunuh mereka demi tugas. Lagipula orang-
orang yang aku bunuh itu orang jahat.
Mungkin tuhan mengirimku kesini memang untuk
menebus semua kesalahanku. Dan juga, membalaskan
dendam yang tersimpan rapat di dalam hati Qu Yi Na.
ee.
ae
aMulai sekarang aku akan mengacaukan kediaman
Qu. Sepertinya menarik. Ji Ya, Ji Ra, Tuan Qu, pelayan, lihat
saja pembalasanku terhadap kalian.
Mulai sekarang aku juga akan membuat senjata era
modern agar bisa membunuh musuh dengan mudah. Hoho!!
Aku sudah tidak sabar.
Aku ingin membuat era kuno ini berada di dalam
genggamanku.
Bruk!
Rain terduduk menyedihkan di atas tanah karena
dirinya menabrak sesuatu yang kokoh. Bukan dinding. Tapi
tubuh seseorang.Part 4
Cold Prince
“Berhenti!!" Rain = meneriaki orang yang
menabraknya dengan kesal.
Bukannya di tolongin seperti di drakor, dia malah di
tinggal pergi. Tidak tau apa, bokong Rain sakit akibat
menghantam tanah. Sekilas Rain dapat melihat wajah yang
menabraknya. 1 kata yang terlintas di otak Rain, yaitu
tampan.
Pria yang menabraknya melewatinya tanpa
memedulikan pekikan Rain. Benar-benar pria yang
menyebalkan. Kesal Rain di dalam hati. Tiba-tiba terlintas
sebuah ide cemerlang di kepalanya. Dia tersenyum devil
sekilas.
Rain berdiri, tapi gagal. Dia terjerembap lagi ke atas
tanah. "Arghh!! Kakiku sakit sekali. Hikss... Bagaimana ini?"
"Gara-gara ini aku tidak akan bisa menari di
pertunjukan. Padahal aku sudah mati-matian belajar menari
untuk di tampilkan di pertunjukan itu. Tapi sekarang
usahaku sia-sia saja."
"Hiks..."
24
ae
aOrang-orang menatap Rain dengan tatapan prihatin.
Pria yang menabraknya tadi berhenti melangkah, kemudian
berbalik untuk melihat gadis yang di tabraknya.
Rasa iba muncul di hatinya saat melihat air mata
yang jatuh di pipi gadis itu. la berjalan mendekat ke arah
Rain, dengan ekspresi datar dan dinginnya.
"Hikss.. Hikss... Kakiku sakit sekali." kata Rain
dengan nada menyedihkannya. Punggung tangannya ia
gunakan untuk menghapus air mata buayanya.
Semua orang yang mendengar tangisan Rain ikut
merasa sedih. Andai saja mereka punya kedudukan dan
kekuatan yang kuat maka mereka akan membantu gadis
cantik itu. Tapi sayang, mereka hanya rakyat jelata. Mereka
tidak ingin membuat masalah dengan golongan bangsawan
yang menabrak Rain. Ah, bahkan pria yang menabrak Rain
adalah pangeran kedua kekaisaran. Mereka tidak punya
nyali untuk melawan seorang pangeran.
Pria yang ternyata seorang pangeran itu pun
berjongkok di depan Rain. Di tatapnya wajah cantik Rain
dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.
"Kau sedang apa?" tanya Rain masih dengan air
mata yang mengalir di pipinya. Sudah jelas ia tahu maksud
pria itu, tapi tetap saja dia bertanya. Dasar Rain!
"Cepat naik ke punggungku. Aku akan
mengantarkanmu pulang ke tempat tinggalmu."
"Kalau kau tidak ikhlas, tidak usah. Lama-lama aku
bisa beku berbicara denganmu." celetuk Rain lalu ia pun
menghapus air mata buaya yang ada di pipinya.
25,
|
ae
a"Cepat naik sebelum aku berubah fikiran." Lagi-lagi
pangeran kedua berbicara dengan nada dinginnya.
Rain mengerucutkan bibirnya kesal. Tanpa di
sangka-sangka, ia memukul punggung pangeran kedua
dengan kuat. Kemudian ia berlari dan bersembunyi di
dalam kerumunan orang banyak. "Aku tidak butuh
bantuanmu, ice boy." katanya sebelum pergi.
Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya bisa
melongo. Tidak menyangka gadis itu menipu dan memukul
pangeran kedua. Pangeran kedua menggertakkan giginya
kesal karena merasa telah di bodohi. Andai saja dia
bertemu gadis licik itu lagi, maka ia akan memberikan
sedikit pelajaran kepada gadis itu. Lihat saja nanti!
Kerumunan orang-orang juga sudah bubar seiring
dengan perginya pangeran. Rain keluar dari dalam
kerumunan dengan ekspresi puasnya.
"Bagaimana aktingku tadi? Apakah bagus?" Rain
bertanya dengan nada sombongnya.
Ne Ra menatap Rain khawatir. "Aku tidak tahu harus
mengatakan apa, tuan putri. Tapi pria tadi adalah pangeran
kedua Kerajaan Xu. Aku takut tuan putri akan mendapat
masalah besar nantinya."
"Lalu, kalau dia pangeran kedua kenapa? Aku tidak
takut. Dia cuma manusia, sama sepertiku." sahut Rain acuh.
"Tapi dia adalah pangeran kedua yang terkenal
kejam dan sadis, tuan putri. la tidak pandang bulu dalam
menghancurkan musuhnya," jelas Ne Ra. "Pangeran kedua
26
‘23juga mempunyai sifat yang dingin dan misterius, tuan putri.
Aku tidak ingin tuan putri terlibat dengannya."
"Hah, aku kan tidak membuat masalah dengannya."
jengah Rain.
"Tuan putri sudah memukul punggung pangeran
kedua dan tentu saja hal itu adalah masalah besar, tuan
putri."
"Halah, punggung doang yang di pukul. Kalau dia
mempermasalahkan masalah itu berarti dia tidak pria sejati.
Masa di pukul sedikit saja langsung marah dan
menganggapnya masalah besar." cibir Rain tidak peduli.
Rain berjalan, meninggalkan Ne Ra yang masih
termanggu di tempat. "Tunggu aku, tuan putri!" kata Ne Ra
setelah tersadar. Dia berlari-lari kecil menghampiri Rain.
"Cepat! Aku tidak suka dengan orang yang lelet
seperti siput." ketus Rain tanpa menoleh ke belakang.
Rain terus berjalan dengan anggun dan dagu yang
terangkat, tidak memberi kesan sombong sama sekali.
Namun membuatnya seperti perempuan pemberani.
Sepanjang jalan. Orang-orang melihatnya dengan
tatapan penasaran. Sebab mereka belum pernah melihat
Rain di kota. Mereka bertanya-tanya di dalam hati. Siapa
nama gadis itu? Berasal dari kediaman mana gadis itu?
Namun, tidak ada yang berani menghampirinya karena Rain
mengeluarkan aura intimidasinya yang sangat kental.
Setibanya di Kediaman Qu. Rain mengobati luka-
luka di tubuh Ne Ra. Entah kenapa, hati kecil Rain
27
ae
amembisikkan kalau Ne Ra adalah gadis yang tidak akan
pernah berkhianat kepadanya.
Xu Yu Han. Pangeran kedua Kekaisaran Xu. Pria itu
begitu dingin dan datar. Dia seperti itu bukan karena cinta,
namun dia memang terlahir seperti itu.
Besar di ruang lingkup kekaisaran membuat Yu Han
selalu berurusan dengan senjata. Setiap hari yang dia
lakukan adalah bermain senjata. Dia berusaha menjadi kuat
di setiap harinya.
Jika suatu saat nanti terjadi peperangan, Yu Han
ingin melindungi kerajaan dengan kekuatannya. Tempat dia
tinggal selama 20 tahun ini. Tempat yang di dalamnya
terdapat banyak kenangan manis.
Biasanya, di dalam kekaisaran itu sendiri banyak
terjadi perselisihan antara istri dan anak-anak sang kaisar.
Tapi di dalam Kekaisaran Xu berbeda. Tidak ada
perselisihan di dalamnya. Yang ada hanya perdamaian.
Mereka saling menghormati, menyayangi, dan mengasihi.
Yu Han begitu mencintai tempat tinggalnya yang
damai. Tidak ada sandiwara di dalamnya. Tidak ada
kepalsuan. Yang ada hanya ketulusan.
Yu Han dan saudara-saudaranya yang lain juga saling
menghormati, menyayangi, dan mengasihi. Memang ada
terkadang perkelahian, tapi bukankah itu hal yang biasa
bagi setiap saudara?
Yu Han sendiri adalah anak dari istri sah kaisar. Dia
mempunyai kakak laki-laki yang bernama Chris. Kakaknya
seorang putra mahkota Kekaisaran Xu.
28
|
ae
aMeskipun Chris seorang putra mahkota. Itu tidak
membuatnya menjadi sombong dan angkuh. Bahkan dia lah
yang sering mengalah di antara saudaranya. Dia lah sosok
yang paling dewasa.
Ice boy...
Tanpa Yu Han sadari, dia tersenyum kecil mengingat
kejadian tadi sore.
"Yak! Lihatlah kakak kita yang dingin dan datar. Dia
tersenyum!" seru Xu Feng. Membuat Yu Han mendatarkan
wajahnya kembali.
"Benarkah?" tanya seorang pangeran berwajah imut.
"lya, tadi aku melihatnya tersenyum." kata Xu Feng
meyakinkan.
"Aku pergi dulu pamit Yu Han dingin.
Meninggalkan para pangeran yang heboh, hanya dengan
senyuman kecilnya.
Yu Han menghempaskan badannya di atas kasurnya
yang nyaman. Wajah cantik Rain terbayang jelas olehnya
saat dia memejamkan mata. Dia membuka matanya kesal
dan mengacak-ngacak rambutnya.
Gila! Bagaimana mungkin gadis kecil tadi begitu
menganggu pikirannya? Apa yang di perbuat gadis itu
hingga selalu terbayang olehnya?
Yu Han kembali berusaha memejamkan matanya.
Dia lelah. Kegelapan akhirnya menjemputnya.
"Ice boy!"
"Kau kah itu?? Bagaimana bisa?!"
29“Haha, kenapa kau sekaget itu?" kekeh gadis itu
sembari mengelus rahang Yu Han.
Yu Han bergeming di tempat. Dia kaget. Tak
menyangka dia bisa sedekat ini dengan gadis yang di
temuinya tadi pagi.
"Katakan, kenapa kau sekaget itu?"
"Tidak, hanya saja aku tidak menyangka kau ada
disini."
"Hehe, aku menyelinap masuk ke istana demi
bertemu dirimu."
"Kenapa kau melakukan itu? Apa kau tidak takut
ketahuan pengawal?" Yu Han menangkup pipi Rain dan
menatapnya penuh kasih sayang.
"Sebenarnya aku takut. Tapi demi melihat dirimu
aku nekat melakukan hal ini."
Mata Yu Han membelalak kaget.
"Kenapa?" Yu Han bertanya dengan nada suara
tercekat.
"Karena aku menyukaimu, ice boy. Ah, tidak. Aku
mencintaimu. Aku jatuh cinta pada pandang pertama
kepadamu."
Yu Han tidak bisa berkata-kata karenanya.
"Ice boy. Aku cinta kepadamu. Maukah kau menjadi
kekasihku?"
Yu Han terdiam.
"Kenapa? Kau tidak mencintaiku?" tanya Rain
murung dengan wajah yang tertunduk dalam.
30
ae
aYu Han tersenyum dan memeluk tubuh mungil Rain
erat. "Bukan itu! Aku juga mencintaimu. Aku jatuh cinta
pada pandang pertama, sama seperti dirimu."
“Benarkah?!"
"lya, sayang."
"Ah, aku bahagia."
"Ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Oh astaga, aku sampai lupa memperkenalkan diri.
Namaku---"
"KAKAKI!" teriakan seorang anak kecil berhasil
membangunkan Yu Han dari mimpi indahnya.
"KAKAK!! AYO MAIN SAMA YU RAI! YU RA
KESEPIAN!"
Gadis kecil yang bernama Yu Ra itu, menaiki tubuh
Yu Han dan menarik-narik pipi Yu Han. Yu Ra adalah adik
perempuan kandung Yu Han, sekaligus satu-satunya putri di
kekaisaran. Semua orang begitu menyayangi dan
memanjakan Yu Ra.
Sialan! Ternyata yang aku alami tadi cuma mimpi!Part 5
Hukuman Rain & Makan
Malam Bersama
Wajah yang berbentuk oval dan dagu runcing,
bentuk mata yang indah, bulu mata yang sangat lentik, iris
coklat madu yang memesona, hidung kecil yang mancung,
bibir merah muda yang tipis, gigi-gigi kecil yang tersusun
rapi, rambut lurus berwarna coklat keemasan, tangan yang
lentik, tubuh yang lentur, kaki jenjang, dan bentuk tubuh
yang menggoda.
Rain terus saja mengagumi tubuh milik Qu Yi Na.
Kalau saja ada orang yang melihatnya pasti orang tersebut
akan mengiranya sakit jiwa karena mengagumi diri sendiri.
Di kehidupan sebelumnya, Rain memang cantik tapi
dia tidak secantik Qu Yi Na. Di kehidupan sebelumnya dia
memiliki bentuk wajah yang oval, mata sipit, warna mata
hazel, bulu mata yang lentik, rambut berwarna pirang, dan
bentuk tubuh yang bak model.
Umur Rain di kehidupan sebelumnya adalah 20
tahun. Selama 20 tahun ia hidup, ia berada di dalam sebuah
a.
ae
apanggung sandiwara besar. Dia tidak menyadari kalau
orang-orang terdekat dan di percayainya menghianatinya.
Dia begitu terlena. Dia begitu naif.
Sudahlah! Rain akan melupakan masa lalunya itu
dan akan fokus ke masa depannya di zaman kuno ini.
Memikirkan bagaimana caranya dia bertahan di zaman
kekaisaran yang di kenal dengan yang kuat akan menang
dan yang lemah akan kalah dan di tindas.
Rain yang sedang mengamati wajahnya di air kolam
sedikit kaget dengan suara yang berasal dari belakangnya.
Gadis itu berbalik. "Yi Na, kau di panggil oleh perdana
mentri untuk makan malam bersama." Pelayan itu berucap
dengan nada angkuh. Dia berbalik.
Rain yang kesal dengan pelayan yang tidak punya
sopan santun itu tersenyum devil. Dia menarik lengan
pelayan tersebut dan mendorongnya ke dalam kolam.
"Ahhhh!! Tolong!!!" Ternyata pelayan itu tidak bisa
berenang. Rain tertawa meremehkan. Padahal kolam itu
hanya sebatas leher orang dewasa.
"Tolong!! Yi Na!! Tolong aku, sialan!"
"QIAN ZI!" teriak pelayan yang kebetulan lewat
disana.
"Aku akan menyelamatkanmu."
"Hikss.. Cepat Hua Qi. Aku tidak kuat lagi."
Pelayan yang bernama Hua Qi itu langsung masuk
ke dalam kolam untuk menyelamatkan temannya. Sewaktu
kedua pelayan di kolam, Rain mengambil cambuknya yang
terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.
23,
|
ae
aQian Zi menghirup udara dengan rakus.
"Terimakasih, Hua Qi."
"Sama-sama."
Prok prok prok!
Rain bertepuk tangan dengan riang. "Drama yang
cukup menarik! Tapi sekarang kau harus menerima
hukumanmu, Qian Zi."
“Maaf, tuan putri. Teman hamba salah apa?" tanya
Hua Qi takut-takut. Dia sudah mendengar rumor tentang Yi
Na yang berubah.
"Kau jangan ikut campur!" desis Rain.
"Qian Zi! Berlutut di depanku! Cepatlah, sebelum
kesabaranku habis!"
Hua Qi berbisik. Menyuruh temannya untuk
menuruti perintah sang putri.
"Cepat!" bentak Rain. Membuat Qian Zi bertambah
takut dan berlutut di depan Rain. "Berbalik!"
Plashhh~
"Arggghhhh!"
Plashhh~
Sekali lagi cambukan mendarat di punggung Qian Zi.
Rain mencambuknya tanpa berbelas kasih. Bukankah dia
sudah memberitahukan kalau semua orang harus
menghormatinya?! Jadi, jangan salahkan dirinya jika dia
berbuat kejam.
"Kau tahu apa kesalahanmu?"
34
‘23Qian Zi berbalik dan bersujud di depan kaki Rain.
"Ampuni hamba, tuan putri. Hamba tidak akan
mengulanginya."
"Ya, ya, ya. Jangan pernah mengulanginya. Kalau
kau mengulanginya lagi, jangan salahkan aku jika nyawamu
melayang begitu saja," Rain tersenyum dingin. "Dan jangan
pernah memberitahukan hal ini kepada siapa pun kalau kau
masih ingin hidup dengan tenang. Aku tidak pernah main-
main dengan ucapanku. Ingat itu!"
"lya, tuan putri." Qian Zi menjawab dengan nada
bergetar takut.
"Kau juga. Tutup mulutmu!" kecam Rain ke Hua Qi.
Membuat pelayan itu mengangguk takut.
"Bagus. Sekarang antarkan aku ke ruang makan, Hua
Qi." Tidak mungkin kan dia pergi ke ruang makan dengan
Qian Zi yang basah dan terluka?
"Baiklah, tuan putri."
Rain mengikuti jalan Hua Qi dengan malas. Sehari
disini benar-benar terasa seperti satu tahun olehnya. Tapi
mau bagaimana lagi, dia harus menjalaninya dengan lapang
dada.
Rain terdiam kala mengingat sesuatu. Bukankah ini
pertama kalinya dia ikut makan malam bersama? Selama ini
dia hanya berada di dalam kediamannya.
Sampai sekarang Rain masih mengasihani nasib Yi
Na. Terbesit pertanyaan di kepala Rain. Kenapa Yi Na tidak
memprotes ketidakadilan yang di terimanya? Kalau saja dia
yang menjadi Yi Na, mungkin saja dia akan menjadi
a5.
|
ae
apenguasa tunggal di kediaman Qu. Apalagi ia sangat mahir
dalam bela diri. Jika berani melawannya, siap-siap saja
menginap di rumah sakit atau tidak siap-siap saja menginap
selamanya di dalam peti mati.
Tak terasa Rain sudah berada di dalam ruang makan.
Semua orang menatapnya sinis. Walaupun suasana
kediaman tidak terlalu terang seperti di siang hari, Rain
dapat melihat dengan jelas ekspresi semua orang yang ada
disana.
Ji Ra, sang selir, menatapnya dengan tatapan sinis
dan benci.
Ji Ya, anak sang selir, menatapnya dengan tatapan
benci dan cemburu karena kecantikan yang di miliki Rain.
Tuan Qu, sang ayah, yang menatapnya dengan datar.
Ne Ro, sang kakak laki-laki, yang menatapnya
dengan tatapan sinis dan tidak bersahabat.
Dan pelayan-pelayan, yang menatapnya dengan
tatapan takut, sinis, benci, dan lain-lainnya.
"Ekhem! Kenapa kalian menatapku seperti itu?
Kalau kalian tidak menyukai kehadiranku disini, tidak usah
memanggilku untuk makan malam bersama kalian." jengah
Rain. Dia merasa sangat kesal. Hingga rasanya dia ingin
memenggal kepala orang-orang itu supaya mereka tidak
menatapnya sinis lagi.
"Duduk dulu, Yi Na." kata Tuan Qu tenang setelah
mendengar ucapan Rain yang tajam dan menusuk. Tanpa
basa basi lagi, Rain duduk di atas kursi karena dia lelah
berdiri terus.
36
‘23"Kenapa ayah memanggil dia untuk makan malam
bersama kita?" tanya Ne Ro dengan nada sinisnya.
Rain menatap Ne Ro tajam dan sinis. "Kalau kau
tidak suka dengan kehadiranku, maka kau pergi saja dari
sini karena aku tidak akan bangkit dari kursi ini sebelum
acara makanku selesai."
"Kau sungguh tidak sopan! Seharusnya, di panggil
kesini saja kau bersujud syukur karena baru kali ini ayah
sudi memanggilmu untuk makan malam bersama." sinis Ne
Ro.
Rain menatap Ne Ro datar, sebenarnya Qu Yi Na itu
bodoh atau apa sih? Masa selama ini dia selalu di
perlakukan tidak baik tapi dia tidak melawan sama sekali.
Rain tersenyum sinis. "Untuk sekedar informasi, aku
tidak pernah berharap untuk makan malam bersama kalian
semua."
Mungkin Qu Yi Na memang selalu berharap makan
makan malam bersama keluarganya, keluar dari kediaman
dan merasakan indahnya pemandangan, ingin merasakan
mencintai dan di cintai, serta ingin di perhatikan oleh
orang-orang yang berada di dalam kediamannya. Tapi,
keinginan Qu Yi Na tidak tercapai karena dia sudah
meninggalkan dunia fana ini terlebih dahulu. Dia pergi ke
alam lain dengan membawa segala lukanya, tanpa ada
kebahagiaan sedikit pun.
Ne Ro menatap Rain dengan sangat tajam. Sejak
kapan adiknya itu menjadi pemberani dan pembangkang?
37
ae
a"Kenapa?! Mau kucongkel bola mata jelekmu itu,
hah?" tanya Rain garang sambil menudingkan sumpit yang
di pegangnya ke arah Ne Ro.
Semua orang yang berada di dalam ruang makan
menatap Rain dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.
"Kalian juga, kenapa kalian menatapku?! Kalian
tidak di perbolehkan untuk menikmati wajah cantikku ini!
Aku takut nanti kalian merasa iri dengan kecantikanku.
Sebab kecantikan kalian semua hanya di bawah standar."
Ji Ra dan Ji Ya hanya diam tanpa berkomentar.
Diam-diam mereka sudah menyiapkan hukuman untuk Rain
karena telah begitu berani. Lihat saja besok.
"Sudahlah, Yi Na! Jangan membuat keributan lagi.
Sekarang kita makan." Tuan Qu melerai keributan yang
dibuat Rain.
Rain mengangguk polos. Lagipula tenggorokannya
sudah kering akibat bicara panjang lebar. "Hm, baiklah."
Tanpa sadar, Tuan Qu tersenyum untuk yang
pertama kalinya ke anaknya itu. Dia merasa bangga sudah
menjinakkan Rain.
"Selamat makan semuanya." ucap Rain senang
seperti anak kecil. la mulai memakan makanannya dengan
elegan dan anggun seperti tuan putri kerajaan-kerajaan.
la pernah melihat cara makan putri-putri kerajaan di
televisi. Maka dari itu ia mempraktekkannya di zaman ini
supaya tidak ada yang mengejeknya karena tidak tahu tata
krama. Jujur saja, ia merasa yang di lakukannya terlalu
lebay. Tapi ya sudahlah.
38
ae
aRain mengunyah sayur-sayuran yang terasa sangat
segar dan enak itu. la mengunyahnya dengan elegan.
Matanya hanya terfokus ke makanannya. Untuk saat ini
makanan nomor 1.
Semua orang yang ada di dalam ruangan menatap
Rain kagum karena cara makan Rain yang anggun dan
elegan walaupun gadis itu tidak pernah diajarkan tata
krama apapun sebelumnya.
Sedangkan Tuan Qu menatap anak perempuannya
itu dengan tatapan yang sulit di artikan.Part 6
Penyesalan Tuan Qu &
Kerinduan Yu Han
Melihat putrinya makan dengan lahap membuat
hati Tuan Qu menghangat. la baru merasakan sensasi itu.
Terasa begitu menyenangkan dan membahagiakan. Selama
ini dia belum pernah memperhatikan anaknya dengan baik.
Dia tidak pernah mengunjungi anak perempuan sahnya itu
semenjak kematian sang istri. Dia menganggap kelahiran Yi
Na hanya membawa malapetaka, membuat nyawa istri
tercintanya melayang. Dia sedih, marah, kesal, terpuruk,
dan kecewa sehingga dia melampiaskan emosinya kepada
anak perempuannya yang sama sekali tidak bersalah.
Seharusnya dia membesarkan Yi Na dengan baik,
sebab istrinya telah bertaruh nyawa untuk melahirkan Yi Na.
Tapi dia malah melakukan sebaliknya. Dia membenci dan
mengabaikan anaknya. Alangkah bodohnya dia. Dan dia
menyesali kebodohan yang telah di perbuatnya. Di atas
sana, istrinya pasti marah padanya karena kebodohannya.
40
ae
aTuan Qu menatap anaknya dengan tatapan sedih.
Apakah anaknya itu mau memaafkan semua kesalahannya
selama ini? Tanpa sadar, tangan Tuan Qu mengelus puncak
kepala anaknya yang berada tepat di sampingnya. Tuan Qu
mengelusnya penuh perasaan.
Rain yang sudah selesai makan mengangkat
kepalanya saat merasakan sentuhan di kepalanya. Sekilas
dia dapat melihat tatapan Tuan Qu yang sendu, sedih,dan
penuh penyesalan. Rain tersenyum mencemoohkan dan
menepis tangan Tuan Qu dari kepalanya. Lalu ia segera
berdiri. "Aku sudah selesai. Permisi." Rain berkata dengan
dinginnya dan berlalu begitu saja.
Tuan Qu menatap punggung kecil anaknya dengan
tatapan yang sendu. Sepertinya dia benar-benar telah
melakukan kesalahan besar. Hingga anaknya itu tak sudi di
sentuh oleh dirinya.
Jujur saja, disaat pemakaman anaknya tadi. Dia
merasa sangat kehilangan. Dia merasa jantungnya teremas
tangan tak kasat mata. Tapi disaat anaknya itu bangun, ia
malah memasang wajah datarnya. la memasang wajah
datarnya karena ia kaget dan bingung harus bersikap
seperti apa.
Apa dia harus menangis? Apa dia harus bersyukur?
Apa dia harus memeluk anaknya itu? Atau harus pergi
begitu saja?! Rasanya dia terlalu gengsi untuk melakukan
apapun kepada anaknya itu, selain cuek. Selama ini dia
belum pernah melihat pertumbuhan anaknya. Selama 16
tahun anak perempuannya itu hidup, dia tidak pernah
41
ae
amelihat anaknya itu tersenyum, menangis, dan kesal.
Bahkan dia baru mengunjungi anaknya itu di hari
pemakaman anaknya. Saat anaknya terbujur kaku di dalam
peti mati. la juga baru menyentuh anaknya beberapa detik
yang lalu. Huft! Dia benar-benar ayah yang buruk. Jika saja
tuhan berbaik hati mengulang masa lalu, maka dia akan
memperhatikan Yi Na. Menyayanginya dan
memanjakannya.
Ji Ra dan Ji Ya yang melihat Tuan Qu sedih hanya
bisa mengepalkan tangannya kesal. Mereka tidak suka atas
kehadiran Yi Na yang sukses merebut perhatian Tuan Qu.
Dendam memenuhi hati mereka berdua. Hingga mereka
ingin membunuh Yi Na karena gadis itu secara perlahan-
lahan dapat mengambil perhatian Tuan Qu. Sebelum Tuan
Qu benar-benar melupakan mereka nantinya, maka dari itu,
mereka akan melenyapkan Yi Na.
Di lain sisi. Rain terus berjalan dengan wajah
datarnya. Namun pikirannya bercabang. Sekali lihat saja,
orang-orang akan dapat melihat penyesalan di mata Tuan
Qu. Rasanya ia ingin tertawa mengejek. Kemana saja tua
bangka itu dulu? Kalau saja jiwa anaknya belum meninggal,
mungkin saja anak perempuannya akan menerimanya
dengan senang hati. Tapi, maaf saja. Sekarang jiwa Rain
yang menempati tubuh ini. Maka jangan harap ia akan
mengharapkan kehangatan keluarga seperti Yi Na yang
hanya bisa meraung di malam yang sepi. Mengharapkan
kehangatan keluarga, mengharapkan kasih sayang, dan
mengharapkan ada orang yang melindunginya.
42
|
ae
aRain menghempaskan tubuhnya ke atas kasur
empuknya. Dia memejamkan mata, berharap ia segera
masuk ke alam mimpinya. Namun, ia tidak bisa tertidur
karena memikirkan dunia asalnya.
Apakah sekarang semua penghianat itu sedang
berfoya-foya dengan kekayaannya? Apakah tidak ada
penyesalan sedikit pun pada diri mereka? Apa jasadnya
sudah di makamkan atau malah di biarkan begitu saja dan
di berikan ke hewan buas? Apakah pacar dan sepupunya
sudah menikah? Apakah mereka hidup bahagia? Apakah
akan ada yang mengetahui perlakuan busuk mereka?
Mengingat mereka menyembunyikannya dengan sangat
baik. Ataukah ada yang merasa kehilangannya? Tolong,
siapa pun jawab pertanyaannya.
la ingin kembali mengulang waktunya di era modern.
Kalau saja bisa, maka dia akan lebih dulu menghancurkan
orang-orang yang telah membunuhnya itu. Dia tidak ingin
terjebak di zaman kuno ini. Berikan dia kesempatan, sekali
Saja.
Ini gila! Benar-benar gila! Bagaimana mungkin dia
uring-uringan seharian ini gara-gara gadis kecil itu? Apa
yang sebenarnya telah di lakukan gadis itu kepadanya
hingga memberikan efek seperti ini kepadanya?
Yu Han. Ya, pria itu. Dia begitu uring-uringan
seharian ini akibat gadis yang di temuinya beberapa jam
yang lalu. Dia bahkan sudah memerintahkan orang-
orangnya untuk mencari tahu tentang gadis itu. Dengan
bermodalkan ciri-ciri yang dia sebutkan. Ciri-ciri khusus
43
|
ae
agadis itu. Ciri-ciri yang tidak akan sama dengan ciri-ciri gadis
lain.
Prank!!
Yu Han dengan kesalnya membuang cangkir yang
berada di atas meja ke lantai. Lihatlah, dia sudah seperti
orang putus cinta saja! Segitu besar efek Rain padanya.
Dalam hati Yu Han bertekad, apapun yang terjadi dia harus
memiliki gadis itu. Harus! Gadis itu berbeda. Gadis itu
spesial. Bukan hanya karena kecantikannya membuat Yu
Han tertarik, namun sikap gadis itu juga membuatnya
tertarik. Sikap yang tidak pernah di lihatnya dari gadis lain.
Dan maka dari itu, dia harus memilikinya. Tidak peduli jika
langit dan bumi menentangnya. Tidak peduli jika tuhan
tidak menakdirkan mereka bersama, dia sendiri yang akan
melawan takdir itu nantinya.
"Kak, main..." rengek Yu Ra sembari menggelayuti
lengan kekar Yu Han.
Meskipun Yu Han dingin. Hal itu tak membuat Yu Ra
takut kepadanya. Dia malahan sangat suka bersama dengan
Yu Han. Sebab kakaknya yang satu itu tidak pernah
mengusilinya.
"Kakak tidak bisa. Main saja dengan yang lainnya."
Wajah ceria Yu Ra seketika meredup. "Aku mau
kakak."
Yu Han menghela nafas. Dia tak tega melihat wajah
sedih Yu Ra.
"Kalau begitu aku tidur dengan kakak ya?" rajuk Yu
Ra kemudian.
44
ae
aYu Han mengangguk. Dia menggendong Yu Ra,
menidurkan di atas kasur, menyelimutinya, dan mengecup
kening Yu Ra. "Mimpi indah, sayang." gumam Yu Han.
Yu Ra tersenyum senang. "Kakak tidur di samping
aku ya." Yu Han menuruti permintaan Yu Ra. Tubuh besar
Yu Han segera di peluk Yu Ra. Bahkan gadis kecil itu menaiki
tubuh Yu Han dan tidur menelungkup di atasnya.
“Aku suka seperti ini." lirih Yu Ra.
Yu Han hanya tersenyum tipis. Tipis sekali.
Tangannya mengusap-ngusap rambut halus Yu Ra hingga
suara dengkuran halus memasuki pendengarannya.
Yu Han menatap lurus langit-langit kamarnya. Wajah
gadis itu kembali terlukis indah di langit-langit kamar Yu
Han. "Argh, gadis itu benar-benar membuatku gila!" desis
Yu Han. Pria itu bahkan bukan seperti dirinya yang dulu lagi
jika berhubungan dengan gadis itu. Dia seperti Yu Han yang
lain.
"Aku merindukanmu, gadis kecilku."
"Kemarilah. Aku sudah lama menunggumu."
Yu Han mengucek matanya. Apakah dia tidak salah
lihat? Dia, gadis itu. Berada di sebrang sana sembari
melambaikan tangannya dengan senyum manis yang
terpampang di bibir merahnya.
“Kaukah itu?"
"Ya, tentu saja."
Yu Han mendekat dan memeluk tubuh mungil Rain.
"Ah, aku merindukanmu, gadis kecil. Kau membuatku gila!"
45
‘23Rain tertawa kecil. Tangannya mengelus punggung
Yu Han lembut.
"Siapa namamu gadis kecil?"
"Kau ini jahat sekali!" Suara Rain terdengar merajuk.
"Hah?"
"Masa kau melupakan namaku sih?! Kau jahat!"
“Bukan. Aku bahkan tidak mengetahui namamu,
gadis kecil."
"KAKAK!"
Yu Han langsung terduduk. Ternyata yang di
alaminya tadi cuma mimpi. Dan, lagi-lagi Yu Ra
membangunkan mimpi indahnya.
"Kakak... Hiks... Maafin Yu Ra..." Yu Ra menangis
sesegukan.
Yu Han menoleh, menatap Yu Ra heran. "Maaf
untuk?"
Yu Ra menunjuk kasur, kemudian menutup
wajahnya. Yu Han menghela nafas. Ternyata adik kecil Yu
Han mengompol.
"HUAAAA MAAFIN YU RA, KAK. JANGAN MARAHI YU
RA." teriakan Yu Ra membuat Yu Han terkekeh pelan. Pria
itu mendekap tubuh Yu Ra. "Kakak tidak akan marah, Yu
Ra."
"Kakak janji ya?!"
"Hm?"
"Jangan ceritain ke siapapun. Yu Ra malu."
"lya."
46
ae
a"Aaaa!! Aku sayang, kakak." Yu Ra keluar dari
dekapan Yu Han.
"Kenapa Yu Ra bisa ngompol?"
Yu Ra tertawa malu. "Kemarin Yu Ra minum air
putih yang banyak. Yu Ra tidak pipis sebelum tidur.
Makanya Yu Ra bisa ngompol."
Yu Han mengacak rambut Yu Ra. "Makanya kalau
sebelum tidur itu pipis dulu."
Yu Ra mengangguk dengan senyuman manisnya.
"Ayo, kakak mandiin Yu Ra sekarang. Yu Ra bau."
"Ih, kakak." rengek Yu Ra kesal.Part 7
si Hati Qu Yi Na
“Pagi, tuan putri." sapa Ne Ra disaat melihat tuan
putrinya keluar dari dalam kamar.
"Ya."
"Tuan putri di panggil Tuan Qu untuk sarapan
bersama." kata Ne Ra lagi dengan takut-takut sebab ia tahu
kalau tuan putrinya tidak suka dengan Tuan Qu.
"Katakan pada si pria tua itu kalau aku tidak sudi
makan bersama dengannya." sahut Rain ketus sambil
mendudukkan bokongnya di atas kursi.
"Maaf, tuan putri. Tapi tuan bilang kalau tuan putri
di wajibkan untuk hadir."
"Oke."
Rain bangkit dari duduknya, berjalan keluar dari
dalam kediamanannya. Selama di perjalanan semua orang
menunduk hormat kepadanya dan ada juga beberapa orang
yang menyapanya. Tapi Rain tidak menyahutnya sedikitpun,
bahkan menoleh saja tidak karena dia masih merasa sangat
jengkel dengan semua perlakuan orang kepada Qu Yi Na
dulu.
48
ae
aSetibanya di ruang makan, ia langsung duduk di atas
kursi yang berada di samping kakak laki-lakinya, Ne Ro.
"Morning all!" sapa Rain. Suatu kebiasaan bagi Rain
di zaman modern, menyapa orang-orang yang ada di meja
makan.
"Apa maksudmu?" tanya Tuan Qu karena tidak
mengerti dengan bahasa yang di ucapkan Rain.
Rain menepuk jidatnya. la sungguh lupa kalau
sekarang ia berada di era kuno dan tentu saja orang-orang
disini belum mengerti bahasa Inggris.
"Bukan apa-apa. Lupakan saja!" ujar Rain. "Oh ya!
Tumben sekali kau mengajakku untuk sarapan bersama?"
lanjutnya dengan nada menyindirnya. Jangan lupakan
senyum sinis yang terlukis di bibir manisnya.
Tuan Qu menghela nafasnya. la menatap putrinya
dengan tatapan yang sendu.
"Bisakah kau lebih sopan kepada ayah?" ucap Ne Ro
sambil menatapnya sinis.
"Harus sopan bagaimana lagi kakak laki-laki yang
terhormat? Apa aku harus bersujud di kakinya untuk
menghormatinya?" sahut Rain tak kalah sinis. "Oh, apakah
kau ingin berkata seperti kemarin malam lagi?" lanjutnya
dengan nada menyindir lagi.
"Sudah! Sudah! Jangan berdebat lagi! Sekarang kita
mulai sarapan." kata Tuan Qu melerai kedua anaknya yang
sedang berdebat.
“Hah, padahal aku baru saja mandi tapi aku merasa
gerah lagi. Udara disini benar-benar sangat panas." Rain
49
ae
amengipas-ngipas wajahnya dengan tangan_ kanannya.
Sungguh dramatis!
Ne Ro menatap adiknya datar. Entah kenapa disaat
dia melihat kelakuan Rain yang sekarang dia merasa telah
kehilangan Qu Yi Na yang dulu. Sekarang dia merasa kalau
perempuan yang berstatus adiknya itu adalah orang lain,
bukan Yi Na adiknya.
"Sekarang kita mulai saja makannya!" perintah Tuan
Qu mutlak. Tak ingin melihat perdebatan antara putra dan
putrinya lagi.
Seisi ruangan akhirnya terdiam, termasuk Rain. Dia
hanya melirik sinis ke arah ibu tiri dan adik tiri
perempuannya. Kedua perempuan itu menatapnya dengan
tajam, seolah tatapan mereka itu dapat membuat tubuh
Rain bolong. Kalau saja tidak ada orang lain, mungkin Rain
sudah menghampiri kedua perempuan itu. Lalu menusuk
mata mereka dengan sumpit yang di pegangnya.
"Ekhmm..." deheman Tuan Qu berhasil mengalihkan
pandangan ketiga perempuan itu.
Kedua perempuan licik itu kembali memasang wajah
super polos mereka sedangkan Rain memasang wajah
super datarnya.
"Makan!" perintah Tuan Qu dengan nada suara yang
rendah namun penuh penekanan.
Mereka segera memakan makanan yang sudah ada
di depan mereka. Ji Ra dan Ji Ya makan sambil memikirkan
rencana untuk membuat Rain hilang dari dunia ini
selamanya. Benar-benar ibu dan anak yang sehati.
50
|
ae
aRain memakan makanannya dengan tidak berselera.
Mengunyah dengan pelan. Menelannya dengan susah
payah, seolah menelan batu. Tatapan matanya kosong.
Hanya raganya saja yang berada disana, tapi pikirannya
melayang-layang entah kemana.
Ne Ro yang tak sengaja memperhatikan raut wajah
adiknya yang kosong itu mengerutkan dahinya bingung.
Bukankah beberapa menit yang lalu adiknya itu
masih melemparkan tatapan sinis dan tak bersahabatnya?
Tapi sekarang tatapan gadis itu hanya kosong.
Sementara itu, Rain sibuk dengan pemikirannya.
Apakah tidak ada kemungkinan bagiku untuk
kembali ke era modern? Kenapa aku tidak bertransmigrasi
ke tubuh seseorang yang berada di dunia modern saja?
Rasanya aku sangat tidak rela melihat mereka
berbahagia di atas kematianku.
Dan apa penyebab jiwaku terlempar ke era ini?
Tuhan... Tolong jawab pertanyaanku ini.
"Jangan melamun, Yi Na. Memangnya kau lagi
memikirkan masalah apa?" tanya Tuan Qu lembut. Namun
berhasil membuat Rain kaget.
Dengan pintar, Rain kembali menetralkan wajah
kagetnya. Tuan Qu membuatnya hampir jantungan saja!
“Bukan urusanmul!" ketus Rain.
Tuan Qu menghela nafas. Lalu ia kembali berucap
dengan sabar. "lya, tentu saja itu bukan urusan ayah, tapi
bukankah lebih baik kalau berbagi masalah pada ayah
od.
ae
akarena itu) akan membantu menghilangkan — sedikit
bebanmu."
Rain mengangkat alisnya sebelah. Apa dia tidak
salah dengar? Seorang Tuan Qu berbicara dengan bijaknya
kepada anak perempuan yang dulunya terbuang bak
sampah.
"Sudahlah! Jangan sok bijak! Kemana saja kau
selama ini? Tak tahukah kau kalau aku memiliki banyak
beban? Dulu, kau membuangku layaknya sampah dan
sekarang kau akan memungut sampah itu. Apakah kau tidak
malu dengan perbuatanmu yang dulu?" tanya Rain tidak
ada sopan-sopannya sedikitpun. Rain mengebrak meja
makan hingga beberapa piring terjatuh ke lantai. Cangkir
yang terisi dengan air terbuang begitu saja.
"Apakah kalian pikir kematian ibu penyebabnya
adalah aku? Tidakkah kalian berpikir? Ibu telah
melahirkanku dengan susah payah bahkan mengorbankan
nyawanya. Dan setelah anak itu terlahir dengan selamat
kalian malah membencinya, memusuhinya,
merendahkannya, meremehkannya, dan selalu
menjauhinya hanya karena sang ibu telah mati. Kalian
menganggap kelahiran anak itu membawa malapetaka."
"Kau, Ne Ro. Masih untung kau pernah menikmati
kasih sayang seorang ibu walaupun hanya 5 tahun.
Sedangkan aku? Aku tidak pernah menikmati kasih sayang
ibu semenjak aku lahir ke dunia ini. Di malam yang dingin,
aku ingin merasakan pelukan hangat seorang ibu. Disaat
dunia tidak menginginkanku, aku ingin ibu ada disampingku.
ow
|
‘23Aku ingin ibu! Aku ingin memeluknya, menciumnya, dan
menumpahkan keluh kesah kepadanya. Tapi itu hanya
anganku! Angan yang tidak akan menjadi nyata karena dia
sudah tidak ada di dunia ini."
"Ibu... Aku ingin menemuinya walau hanya sekali.
Aku ingin menikmati pelukan hangatnya walau hanya
sedetik. Aku ingin melihat senyumnya walau itu hanya di
dalam mimpiku. Sakit... Sakit rasanya asal kalian tahu. Aku
anak yang begitu malang. Anak malang yang selalu
mengharapkan kasih sayang seorang ibu." Rain tidak
menangis. Hanya saja matanya berkaca-kaca dan nada
suaranya terdengar begitu menyedihkan. Bahkan Ji Ya dan
Ji Ra saja merasa sedih mendengar ucapan Rain tapi itu
hanya sebentar, karena dendam lebih menguasai mereka.
"Terkadang aku ingin menghilang saja dari dunia ini
untuk selamanya, tapi karena dulu aku pernah
mengharapkan kasih sayang kalian, aku mengurungkan niat.
Sebab aku berharap suatu saat nanti kalian akan
menatapku, menyayangiku, mencintaiku, menghormatiku,
dan memanjakanku. Tapi apa yang aku dapat? Kalian tidak
pernah memberikan hal itu kepadaku sampai aku mati."
Rain menunjuk Tuan Qu dengan jari telunjuknya.
"Bahkan kau, Tuan Qu. Kau lebih menyayangi selir dan anak
perempuan dari selir tersebut daripada menyayangi anak
perempuan sahmu sendiri." Mata berkaca-kacanya hilang
begitu saja, digantikan dengan mata yang berkilat kesal dan
sinis.
2.
ae
a“Bahkan kau tidak tahu kalau kedua perempuan itu...
Ah.. Kau tidak perlu tahu karena kau tidak akan percaya
kepadaku." ketusnya.
Rain tahu semuanya berasal dari ingatan Qu Yi Na
sebelumnya. Selir dan anaknya itu sering menyiksanya
tanpa sepengetahuan Tuan Qu ataupun Ne Ro.
"Sudahlah! Maafkan aku karena terlalu banyak
bicara pagi ini. Aku harap kalian dapat merevisi diri masing-
masing. Permisi!" ucap Rain lalu bangkit dari kursinya. la
pergi ke kediamannya karena dia sudah puas
mengungkapkan isi hati Qu Yi Na yang sebenarnya. Tapi
setelah mengungkapkan itu moodnya malah memburuk,
bahkan cacing yang ada di dalam perutnya yang tadinya
berdemo sekarang sudah diam, seolah mereka sudah
kenyang mendengar ucapan Rain.
Semua orang yang berada di dalam ruangan makan
terdiam seribu bahasa seperginya Rain.
TUNGGU SAJA KAU YI NAII! AKU AKAN
MEMBALASMU NANTI.
Teriak Ji Ya di dalam hati. Dia sangat benci melihat Yi
Na yang sekarang. Arogan dan tidak mudah ditindas. Dia
hanya mau Yi Na yang dulu. Lemah dan mudah ditindas.
Dan, dia akan mengembalikan Qu Yi Na yang dulu dengan
memberinya hukuman.
54
ae
aPart 8
Memutar Balikkan Fakta
Brakkk~
Rain yang sedang asik-asiknya membaca buku di
kagetkan oleh suara dobrakan pintu. Dia mengalihkan
pandangannya ke arah pintu. Di ambang pintu, ia melihat Ji
Ya dengan wajah yang merah padam dan menatapnya
sengit.
"Lancang sekali kau!" desis Rain tidak suka karena
waktu membacanya di ganggu.
"Kau, gadis sampah!" bentak Ji Ya, ia berjalan
dengan cepat ke arah Rain. Tanpa aba-aba ia langsung
menjambak rambut indah Rain.
"Kau! Berani sekali kau berkata seperti itu di meja
makan. Kau pikir kau siapa hingga berani berbicara seperti
itu?" bentak Ji Ya lagi.
Rain tersenyum sinis. Dia tidak merasakan sakit
sama sekali di kepalanya akibat jambakan itu karena ia
sudah biasa berurusan dengan yang namanya luka dan
darah. Bahkan saat peluru menembus tangannya saja, ia
biasa-biasa saja. Apalagi dengan jambakan seperti sekarang
nS.
jf;
ae
aini. Oh ayolah, rasanya seperti nyamuk yang sedang
menghisap darah. Gatal!
"Kau bertanya siapa aku? Haha! Aku adalah putri
sah dari perdana mentri Qu. Posisi aku lebih tinggi
daripadamu yang hanya berstatus sebagai anak seorang
selir. Kau tidak akan punya kesempatan menjadi istri sah
seorang bangsawan, selain menjadi selirnya. Lihatlah,
begitu rendahnya statusmu!" sahut Rain dengan nada
sombongnya. "Hahaha.... Anak selir saja bangga. Kau
bertingkah seperti anak sah saja, padahal kenyataannya
tidak sama sekali. Haha." tawa Rain dengan nada
mengejeknya.
Plak~
Ji Ya langsung terpancing emosi disaat Rain
mengucapkan fakta itu. Fakta yang menamparnya telak.
Sebuah fakta yang sangat di bencinya sampai sekarang ini.
"Biar saja aku anak seorang selir. Tapi hidupku lebih
bahagia daripada kau, gadis sampah." ejek Ji Ya. Seolah
menampik fakta tadi, dia kembali merendahkan Rain.
"Oh ya? Enak bagaimana maksudmu? Disayangi kah?
Dihormati kah? Atau dimanja kah? Jangan salah! Aku sudah
pernah merasakan itu di kehidupanku sebelumnya. Dan
hidupmu akan terbalik mulai sekarang, gadis sombong.
Hmm, sekarang terimalah pukulanku!" kekeh Rain dan
sebuah tinjuan pun mendarat di perut Ji Ya.
Ji Ya terduduk di atas lantai dengan memegangi
perutnya yang terasa sangat sakit. "Akhh,, sakit!"
56"Hoho... Itu saja sudah sakit. Oh tidak! Permainan
yang menarik baru saja akan dimulai. Tidak seru kalau kau
sudah menyerah terlebih dahulu."
Rain mengambil pisau kecil yang berada di bawah
bantalnya. la berjalan menghampiri Ji Ya yang masih
terduduk sambil memegangi perutnya. la pun berjongkok
dan mencengkram dagu Ji Ya dengan kuat hingga Ji Ya
meringis kesakitan.
"Gadis sombong! Permainan baru saja akan dimulai.
Aku akan tenang setelah melihat darah kotormu itu
mengalir." Rain tertawa, bak psikopat yang siap menyiksa
korbannya.
Dan yah, sepertinya jiwa psikopatnya memang
muncul saat ini. la benar-benar seperti psikopat yang akan
membunuh korbannya secara perlahan-lahan. Wajar saja
jika jiwa psikopatnya muncul. Sebelumnya dia telah
menerima kematian yang menurutnya sangat tidak adil.
"Kau sangat membanggakan tubuh halusmu itu, kan?
Bagaimana kalau sekarang aku mengukir sesuatu di
tubuhmu? Hmm.." kata Rain dingin dan mulai
menggoreskan ujung pisaunya di bahu Ji Ya yang sekarang
sudah menangis histeris karena kesakitan dan ketakutan.
"Tidak!! Arghh!! Sakit!!" pekiknya. Dia berusaha
menghindar, namun terlambat, Rain sudah mencengkram
tangannya kuat.
"Semakin kau berteriak. Aku semakin bertambah
semangat." kekeh Rain. la kembali menggoreskan ujung
pisaunya, kali ini ia menggoreskannya ke punggung Ji Ya.
57
‘23Lagi-lagi gadis sombong yang malang itu memekik
kesakitan. Suaranya terdengar sangat melengking, bahkan
Rain yakin seisi kediaman akan mendengar teriakan Ji Ya,
tapi Rain tidak peduli karena dia telah menyiapkan sebuah
rencana.
Seolah tidak cukup dengan luka yang diberikannya.
Rain menggoreskan pisaunya ke tangan Ji Ya cukup dalam.
Darah gadis malang itu sudah bercucuran di atas
lantai. Tiba-tiba terdengar langkah kaki menuju kamar Rain.
"Lihat saja, Yi Na! Semua orang pasti akan
membencimu hahaha.." tawa Ji Ya seolah lupa dengan rasa
sakitnya. Dia mendorong tubuh Rain dengan sisa-sisa
tenaganya hingga tubuh Rain membentur lantai.
Brak!
"Arghh!! Tidak!! Jangan bunuh aku! Aku bersedia
menjadi pelayanmu asal kau tidak membunuhku. Hikss...
Hikss....". isak Rain sambil memegang pergelangan
tangannya yang mengalirkan darah yang sangat banyak.
"ADA APA INI?" teriak Tuan Qu syok melihat Rain
terduduk di atas lantai dengan darah yang mengalir dari
pergelangan tangannya.
"Kenapa kalian berdua berdarah?" tanya Ne Ro tak
kalah syok.
Bagaimana tidak syok. Mereka berdua di penuhi
cairan kental berwarna merah, darah. Baju putih mereka
membuat noda merah terlihat begitu jelas.
"Hiksss... Dia tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarku,
ayah. Padahal tadinya aku sedang asik-asiknya membaca
58
|
‘23buku tapi dia malah menjambak rambutku dan setelah itu
dia mengiris pergelangan tanganku karena_ dia
menanggapku tidak sopan, sebab aku tidak menyambut
kedatangannya. Padahal aku tidak mengetahui
kedatangannya karena aku sedang membaca buku." ucap
Rain dengan nada sedihnya seraya mengangkat tangan
kirinya untuk berpura-pura menghapus air mata buayanya.
Dia sengaja mengangkat tangan kirinya dengan
maksud untuk memperlihatkan tangannya yang terluka.
Tadi, dia mengiriskan pisau tersebut ke pergelangan
tangannya sendiri. Gila memang, tapi itulah rencananya.
Dia ingin membuat, seolah-olah yang bersalah itu adalah Ji
Ya karena telah melukai tangannya.
"Bukan ayah! Jangan percaya apa katanya! Dia yang
sudah menyakitiku, ayah." bantah Ji Ya sambil menahan
perih yang ada di di bahu, tangan, dan punggungnya.
"Apakah itu benar, Yi Na?" tanya Tuan Qu ragu.
Setahunya anak perempuannya itu tidak pernah melakukan
kekerasan. Belum lagi, tempat kejadiannya di dalam kamar
Yi Na. Dia menjadi ragu.
"Salahkan saja semua ini kepadaku karena aku
memang selalu menjadi pihak yang disalahkan. Aku tidak
akan membantah, karena percuma. Kalian tidak pernah
menganggapku manusia yang terhormat. Kalau bisa bunuh
saja aku sekarang, aku rela asal kalian puas. Jujur aku lelah
dengan kehidupan ini karena tidak ada seorang pun yang
mendukungku. Aku hanya gadis hina di mata kalian semua."
kata Rain histeris lalu ia menyambar pisau yang ada di atas
BO.
j;~
‘23lantai dengan tangan yang bergetar. Lalu ia mengarahkan
dan menempelkan pisau itu di leher jenjangnya.
Tuan Qu dan Ne Ro yang melihat itu langsung panik
seketika. Bahkan ia tidak memperdulikan Ji Ya yang sedang
mengeluh kesakitan.
"Tidak, sayang!! Jangan sakiti dirimu!" kata Tuan Qu
cemas. "Jangan, adik perempuan! Kau bisa terluka." ujar Ne
Ro panik.
Dalam hati Rain terkekeh puas. Rupanya aktingnya
sangat bagus. Dia benar-benar cocok memegang peran
antagonis di sebuah film.
"Bukankah kalian tidak ada yang mempercayaiku?
Lebih baik aku mati saja." katanya sarkastik.
"Bukan maksud kami untuk tidak mempercayaimu,
sayang." ucap Tuan Qu cemas.
"Jangan kalian terpedaya oleh gadis iblis itu. Jelas-
jelas dia yang sudah melukaiku." teriak Ji Ya tidak terima.
"Diam kau!" perintah Ne Ro sinis sehingga membuat
Ji Ya terdiam dan menatap Rain dengan tatapan yang
penuh kebencian.
"Kenapa kau menatapku seperti itu, Ji Ya? Apa
sekarang kau masih ingin membunuhku? Bunuh saja aku!
Aku rela asal kau bahagia." Nada suara Rain terdengar
begitu sendu.
Tuan Qu dan Ne Ro secara serentak mengalihkan
pandangannya ke arah Ji Ya dan mereka memang bisa
menangkap tatapan penuh kebencian ke arah Rain. Diam-
diam, Rain memberikan senyuman mengejek kepada Ji Ya
60
|
ae
asehingga membuat gadis itu mengepalkan tangannya
penuh emosi.
Kedua laki-laki itu langsung menatap Ji Ya dengan
dingin. "Pengawal!" teriak Tuan Qu memanggil pengawal.
“"lya, Tuan Qu?" kata pengawal yang sudah ada di
hadapannya.
“Bawa Ji Ya ke ruangan khusus!" perintah Tuan Qu
tak terbantahkan.
Mendengar hal itu, Ji Ya bergetar ketakutan, sebab
ruang khusus bukanlah ruangan biasa.
"Tidak, ayah! Bukan aku yang salah, tapi dia!"
histeris Ji Ya dan tetap bertahan di tempatnya saat
pengawal itu mengajaknya pergi dengan cara baik-baik.
"Seret dia ke ruangan khusus!" desis Tuan Qu
karena Ji Ya tidak mau beranjak dari tempatnya. Kalau tidak
bisa dengan cara baik-baik, maka ia akan menggunakan
cara paksa.
"Yi Na, ayah akan mengobati lukamu."
"Tidak perlu!"
"Yi Na..." panggil Tuan Qu lemah.
“Apa kau tidak dengar? Tidak perlu! Aku tidak butuh
bantuanmu! Biarkan saja luka ini sembuh dengan
sendirinya tanpa campur tanganmu." kata Rain dingin.
“Yi Na!" tegur Ne Ro.
"Apa hah?!"
"Kau---"
Baru saja Ne Ro hendak memarahi adiknya, adiknya
itu sudah terkapar tak sadarkan diri di atas lantai.
61"CEPAT PANGGILKAN TABIB!" teriak Tuan Qu panik.
Hoho!! Rupanya aktingku begitu bagus. Padahal aku
hanya pura-pura pingsan. Kekeh gadis itu di dalam hati.Part 9
Hukuman Untuk Ji Ya &
‘Kemenangan Rain
"Sudah di putuskan. Kau akan menerima hukuman
di asingkan selama tujuh hari di kamarmu sendiri agar kau
bisa merenungkan semua perlakuan burukmu." ucap Tuan
Qu final.
"Tidak, ayah! Aku tidak salah apapun tapi kenapa
ayah malah menghukumku? Apa luka di tubuhku tidak
dapat membuktikan padamu bahwa aku tidak bersalah?"
protes Ji Ya tidak terima.
"yi Na sudah menjelaskan semuanya tadi bahwa kau
sendiri lah yang melukai tubuhmu karena Yi Na berhasil
menghindarimu dan serangan itu mengenai dirimu sendiri."
ujar Tuan Qu sebelum pergi dari dalam ruangan khusus.
Seperginya Tuan Qu, Rain melemparkan senyum
mengejeknya ke arah Ji Ya. "Haha.. Memang enak
mendapat hukuman? Makanya jangan mencoba untuk
melawanku, gadis bodoh. Karena aku bukan Yi Na yang dulu
lagi." bisik Rain tepat di samping telinga Ji Ya.
63
ae
a"Aku akan membuat kau menyesal, Qu Yi Na. Arghh!!
Aku akan membunuhmu." desis Ji Ya penuh amarah.
"Oh ya? Baiklah, aku tunggu. Dimana kau akan
membunuhku? Di kediamanku? Di kebun? Di gudang? Di
hutan? Atau di ruangan ini?" tanya Rain santai. "Tapi
sebelum kau membunuhku, aku yang akan membunuhmu
terlebih dahulu." sambungnya sinis lalu berlalu begitu saja.
Ji Ya mengumpat kesal sambil meringis kesakitan
karena lukanya belum di obati. Sedangkan Rain, ia sudah
selesai mandi dan mengobati lukanya. la sudah seperti
dewa dewi khayangan sedangkan Ji Ya malah terlihat
seperti seorang pembunuh.
Poor Ji Ya!
Rain berjalan dengan ringannya tanpa merasa
bersalah. Dirinya malah terlihat sangat bahagia karena
berhasil membuat Ji Ya menjadi pelaku utama kejahatan.
Brakk~
Ne Ra terjungkal kaget mendengarkan bantingan
pintu yang sangat keras itu. Cangkir yang di pegangnya
terjatuh ke lantai. Dia segera mengambil cangkir itu.
Matanya menyelidik sang tuan putri yang terlihat sangat
senang.
"Ada apa, tuan putri? Tuan putri terlihat sangat
bahagia." Ne Ra berucap dengan penuh kehati-hatian.
"Tidak apa-apa. Oh ya, sebentar lagi kita akan keluar
daridalam kediaman. Bersiap-siaplah!"
Dia ingin sekali keluar, tapi dia malas berjalan
sendirian. Dia malas melihat tatapan orang-orang yang
64
ae
aselalu menatapnya dengan tatapan penuh memuja dan
penasaran.
"Baik, tuan putri. Tapi apakah kita di perbolehkan
keluar dari dalam kediaman, tuan putri?"
"Boleh atau tidaknya, aku tidak peduli. Ini hidupku,
jadi aku yang menentukan."
"Tapi tuan putri..."
"Tidak ada tapi-tapian. Dan mulai sekarang anggap
saja aku temanmu. Jadi, tidak perlu memanggilku dengan
tuan putri. Aku risih mendengarmu memanggilku tuan
putri." potong Rain.
"Tapi---"
"No comment!" potong Rain lagi yang membuat Ne
Ra melongo.
"Ehm, maksudku tidak boleh protes karena_ ini
perintah." koreksi Rain.
“Baiklah, Yi Na." sahut Ne Ra patuh.
"Panggil saja aku Rain." ucap Rain memberitahukan
nama aslinya.
"Dari mana datangnya panggilan itu, Yi Na?" tanya
Ne Ra bingung.
"Itu adalah panggilan spesialku. Hanya orang-orang
tertentu yang boleh memanggilku seperti itu." alibi Rain.
"Baiklah, Rain. Lagipula itu nama yang sangat
cantik." puji Ne Ra.
"Tapi kau hanya boleh memanggilku seperti itu
disaat kita hanya berdua karena aku tidak suka ada orang
lain yang mengetahui nama spesialku."
65.
ae
a“lya, Rain."
"Oh ya! Aku akan memanggilmu Rara? Apa boleh?"
tanya Rain penuh harap sambil memasang puppy eyesnya.
Ne Ra menatap tuan putrinya kagum. "Boleh, Rain.
Bagaimana aku bisa menolak nama panggilan secantik itu."
kata Ne Ra senang.
Rain rasa tidak ada salahnya mencoba mempercayai
Ne Ra seutuhnya karena menurutnya Ne Ra adalah orang
yang tulus, tidak penghianat seperti orang-orang di masa
lalunya.
"Ngomong-ngomong, kenapa wajahmu memerah.
Seperti habis di tampar?" Rain memegang wajah mungil Ne
Ra yang memerah dan terdapat bekas luka lama.
Ne Ra menjadi gelagapan mendapat pertanyaan
seperti itu.
"Ah, ya ampun! Aku lupa! Aku pergi dulu, ok?"
Rain segera pergi. Meninggalkan Ne Ra yang
menghela nafas lega.
Di dalam sebuah kamar yang sangat berantakan
terduduklah seorang gadis yang sedang meraung-raung
seperti orang gila.
la adalah Ji Ya. la sangat tidak terima dengan
kenyataan yang diterimanya sekarang ini. Biasanya sang
ayah selalu menomor satukannya tapi sekarang gadis
sampah itu yang dinomor satukan.
"Yi Na!!! Aku akan membunuhmu nanti!! Aku benci
sekali padamu, Yi Na. Sangat-sangat membencimu
66
‘23ucapnya_ histeris sambil membuang bantalnya_ ke
sembarangan arah.
"Kau mengambil semua yang kumiliki dalam sekejap,
Yi Na!"
“Aku tidak rela!!"
"Semua yang kudapatkan selama ini, semua
perjuanganku selama_ ini, aku tidak terima kau
menghancurkannya!"
"Sekarang semua usahaku untuk menjelekkanmu di
belakang tidak akan berhasil lagi. Semua sia-sia." geramnya.
"Aku tidak yakin itu kau. Jangan-jangan kau
penyihir!"
"Seharusnya aku sudah membunuhmu sejak dulu
biar semuanya selesai dengan sangat cepat. Aku menyesal
karena aku hanya menaruh racun perusak saraf tubuh di
dalam makananmu."
“Arghhh!!"
Yah. Ji Ya lah selama ini yang telah meracuni tubuh
Yi Na lewat makanan. Racunnya tidak langsung mematikan
seseorang tapi racun itu akan menggerogoti tubuh orang
tersebut secara perlahan-lahan. Dan Ji Ya jugalah yang
menyebarkan rumor tentang Yi Na di kota.
Dari dulu, semenjak umur 4 tahun, Ji Ya sudah
merasa iri dengan saudara tirinya itu. Dia iri melihat Yi Na
yang memiliki kecantikan yang tiada taranya. Walaupun Yi
Na di perlakukan tidak adil, itu tidak membuatnya puas.
Kecantikan itulah yang membuatnya semakin iri.
67
ae
a"Ah, tidak! Aku tidak boleh gegabah untuk
membunuhnya. Pertama aku akan mengirim beberapa
penjahat untuk menyiksanya secara fisik dan batin.
Hahahha...." suara tawanya terdengar sangat
menyeramkan.
Setelah puas meracau seperti orang gila. la pun
tertidur di atas ranjang yang sudah acak-acakan itu.
Senyum misterius terpampang di bibir orang yang
tidak sengaja mendengar racauan Ji Ya.
"Kau sudah siap?" tanya Rain yang baru saja keluar
dari dalam kamarnya. Dia memakai gaun hijau sederhana,
rambutnya dibiarkan tergerai indah, dan dia memakai cadar
yang senada dengan warna bajunya.
“Sudah."
Rain mengangguk puas. "Ayo ikuti aku."
Rain berjalan ke arah gerbang belakang Kediaman
Qu. "Apa tidak apa-apa kita keluar dari dalam kediaman,
Rain? Aku takut..." bisik Ne Ra.
"Oh, ayolah Rara sayang. Kau tidak perlu takut. Ada
aku yang akan selalu melindungimu." bisik Rain. Membuat
wajah Ne Ra merona senang. Baru kali ini ada orang yang
mau melindunginya dan menjadi temannya.
"Stt.. Berhenti! Ada pengawal." bisik Rain.
Rain mengambil sebuah batu yang cukup besar. la
melemparkan batu itu ke tempat yang berlawanan arah
hingga batu itu menimbulkan suara yang nyaring.
"Siapa disana?" pengawal itu berlari ke asal suara.
68
ae
a