Anda di halaman 1dari 13

TERBATAS

PEMBERDAYAAN KOMPONEN BANGSA OLEH


SATKOWIL/SATNONKOWIL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM

Pengalaman sejarah perjuangan bangsa telah membuktikan


keberhasilan merebut dan mempertahakan kemerdekaan didukung oleh
kemanunggalan TNI – Rakyat. TNI sebagai komponen utama dalam
pertahanan negara sangat menyadari perlunya kekuatan komponen
pendukung dan cadangan untuk menghadapi berbagai ancaman, berupa
ancaman tradisional maupun ancaman non tradisional. Kondisi nyata
yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini antara lain belum pulihnya
ekonomi nasional yang berdampak pada menurunnya kualitas kehidupan
sosial rakyat Indonesia. Hal ini ditandai dengan tingginya angka
pengangguran, pemutusan hubungan kerja, meningkatnya jumlah rakyat
miskin dan meningkatnya tindak krminalitas sebagai implikasi dari
keadaan tersebut.

Situasi tersebut semakin dirasakan oleh masyarakat dengan


terjadinya fenomena alam berupa bencana alam yang terjadi secara terus
menerus dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir di Indonesia,
diantaraya adalah gempa bumi tektonik, maupun vulkanik, gelombang
pasang tsunami, letusan gunung berapi, angin puyuh, kebakaran hutan
dan banjir yang hampir merata dan bahkan pada kejadian yang baru lalu
banjir hampir menenggelamkan Ibukota Jakarta dan mengakibatkan
korban harta benda maupun nyawa.

Menyikapi situasi tersebut TNI berperan aktif secara langsung


dengan metoda Binter untuk membantu pemerintah dalam mengatasi dan
menangani dampak pasca becana alam maupun saat terjadiya bencana
alam. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui peran sertaya sebagai Tim
SAR (Search and Rescue), Karya Bhakti, Operasi Bhakti secara

TERBATAS
TERBATAS

terprogram untuk kegiatan lanjutan dan kegiatan – kegiatan non program


lainnya yang bersifat sosial fisik maupun non fisik, masih ditemukan
hambatan dan kendala akibat dari keterbatasan kemampuan, sarana,
prasarana dan dukungan anggaran serta adanya persepsi negatif dari
sekelompok oknum tertentu terhadap kinerja TNI dalam melaksanakan
kegiatan, hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi pencapaian sasaran
kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan.

Dari latar belakang permasalahan tersebut diatas, dapat ditemukan


rumusan permasalahannya sebagai berikut : Apa yang harus dilakukan
oleh TNI AD untuk membantu pemerintah sebagai wujud kepedulian
sosial terhadap permasalahan bangsa dihadapkan kepada undang
undang yang berlaku ?

Adapun manfaat penulisan bagi organisasi TNI AD adalah sebagai


bahan kajian dan pertimbangan dalam menyikapi berbagai permasalahan
yang dihadapi TNI AD saat ini khususnya dalam upaya pekerjaan dan
tindakan baik secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat
terkait dan komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah
mengatasi permasalahan bangsa khususnya dalam menghadapi
fenomena bencana alam saat ini dan dimasa yang akan datang dan
dalam rangka terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat, yang
dilaksanakan sesuai kewenangan dan perundang-undangan dengan
harapan tercapainya Tugas Pokok TNI AD.

Untuk menjawab permasalahan yang ada maka perlu dilakukan


suatu upaya dan kajian yang mendalam dan signifikan dari semua aspek
yang ada terutama aspek metode Binter TNI AD sebagai landasan bagi
TNI AD dalam rangka melaksanakan tugas melaksanakan pemberdayaan

TERBATAS
TERBATAS

wilayah pertahanan di darat sebagai wujud kepedulian sosial TNI AD


terhadap permasalahan bangsa dihadapkan kepada undang undang yang
berlaku.

Dalam hal ini TNI AD perlu merujuk kembali kepada perundang


undangan yang berlaku khususnya setelah diundangkannya UU RI No.
34 Tahun 2004 tentang TNI, yang mengharuskan TNI AD untuk
melaksanakan reorientasi dan redefinisi Binter TNI AD sehingga Binter
TNI AD legitimate, acceptable, aplicable dan acountable.

Sesuai dengan UU RI No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, khususnya


pada pasal 8 UU RI No 34/2004 Tugas Angkatan Darat yaitu : (1)
Melaksanakan tugas TNI Matra Darat dalam rangka pertahanan; (2)
Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan
darat; (3) Melaksanakan tugas TNI dengan pembangunan dan
pengembangan kekuatan matra darat; (4) Melaksanakan
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di darat.

Pada pasal 7, UU RI NO 34/ 2004 (Penjelasan). Yang dimaksud


dengan memberdayakan wilayah pertahanan adalah : (1) Membantu
pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan
yang dipersiapkan secara dini meliputi wilayah pertahanan beserta
kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan operasi militer untuk
perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan
negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta. (2) Membantu
pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3)
Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.

Pada angka 9 Pasal 7 ayat 2a, yang dimaksud dengan membantu


tugas pemerintah  didaerah adalah membantu pelaksanaan fungsi
pemerintah dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat

TERBATAS
TERBATAS

dan kemampuan TNI untuk menyelesaikan permasalahan yang


sedang dihadapi, antara lain membantu mengatasi akaibat bencana
alam, merehabilitasi infra struktur, serta mengatasi masalah akibat
pemogokan dan konflik komunal.

Berdasarkan klausul diatas maka redefinisi dan reorientasi Binter


TNI AD adalah sebagai berikut :

Pertama, redefinisi pengertian Binter TNI AD : (1) Dalam perspektif teknis


militer. Binter merupakan salah satu istilah teknis dalam ilmu kemiliteran
; (2) Dalam perspektif kegiatan. Adalah upaya pekerjaan dan tindakan
secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat terkait dan
komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah
mempersiapkan kekuatan pertahanan aspek darat meliputi wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukung serta terwujudnya
kemanunggalan TNI-Rakyat, yang dilaksanakan sesuai kewenangan
dan perundang-undangan dengan harapan tercapainya Tugas Pokok
TNI AD.

Kedua, Sifat dan Lingkup Binter TNI AD. (1) Sifat meliputi : (a) Binter
sebagai kegiatan yang terkoordinasi, lintas sektoral, terkait dan
terpadu ; (b) Binter sebagai kegiatan untuk kepentingan Pertahanan
Negara dan membantu mengatasi kesulitan masyarakat ; (2) Lingkup
meliputi (a) Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). dalam rangka
membantu pemerintah dalam mempersiapkan dan mewujudkan
Sishanta ; (b) Pembangunan Nasional dalam rangka membantu
pemerintah dalam mensukseskan pembangunan nasional serta
membantu mengatasi kesulitan masyarakat ; (c) Sistem Pembinaan
TNI AD memberikan batas-batas ruang lingkup yang harus dilaksanakan
TNI AD dalam melaksanakan Pembinaan Teritorial.

TERBATAS
TERBATAS

Ketiga, Tujuan Binter AD meliputi (1) Dalam perspektif kepentingan


Hanneg bertujuan untuk mempersiapkan wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukungnya secara dini dalam rangka memenangkan
peperangan ; (2) Dalam perspektif kepentingan masyarakat bertujuan
untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat ; (3) Dalam
perspektif kepentingan TNI AD bertujuan untuk tercapainya Tupok
TNI AD.

Keempat, Sasaran Binter TNI AD meliputi : (1) Terwujudnya ruang juang


yang tangguh dengan sasaran wilayah pertahanan aspek darat ; (2)
Terwujudnya alat juang yang tangguh dengan sasaran komponen
cadangan dan pendukung ; (3) Terwujudnya kondisi juang yang tangguh
dengan sasaran kondisi dinamis masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bertanggungjawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada bangsa dan negara ; (4)
Terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat dengan sasaran
terjalinnya ikatan yang kokoh dan kuat serta bersatu padunya TNI-
Rakyat, baik fisik maupun non fisik.

Kelima, Fungsi Binter TNI AD meliputi : (1) Membantu pemerintah


mempersiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan aspek
darat sehingga berfungsi sebagai wilayah pertahanan beserta kekuatan
pendukungnya , untuk melaksanakan Operasi Militer untuk Perang ; (2)
Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan ; (3) Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai
kekuatan pendukung ; (4) Membantu tugas pemerintah untuk
pemberian bantuan kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian, rehabilitasi infrastruktur dan mengatasi

TERBATAS
TERBATAS

masalah akibat pemogokanserta konflik komunal ; (5) Membangun,


memelihara, meningkatkan dan memantapkan Kemanunggalan TNI –
Rakyat.

Keenam, Metode Binter TNI AD meliputi : (1) Komunikasi sosial


(Komsos). Dalam kegiatan Binter adalah upaya yang diselenggarakan
oleh satuan jajaran TNI AD guna menyampaikan pikiran dan
pandangannya yang terkait dengan pemberdayaan wilayah pertahanan di
darat ; (2) Bhakti TNI. Dalam kegiatan Binter adalah upaya yang
diselenggarakan oleh satuan jajaran TNI AD dalam membantu
penyelenggaraan kegiatan bantuan kemanusiaan untuk menangani
masalah-masalah sosial atas permintaan instansi terkait dan atau
inisiatif sendiri dan terkoordinasikan ; (3) Pembinaan Perlawanan
Wilayah (Binwanwil). Dalam kegiatan Binter adalah upaya yang
diselenggarakan oleh satuan jajaran TNI AD dalam rangka mewujudkan
kekuatan pertahanan aspek darat, baik yang menyangkut wilayah
pertahanan maupun kekuatan pendukung yang memiliki ketahanan dalam
semua aspek kehidupan dan memiliki kemampuan dan keterampilan
serta upaya bela negara.

Dengan redefinisi dan reorientasi Binter TNI AD seperti tersebut


diatas diharapkan Binter TNI ke depan legitimate, acceptable, aplicable
dan accountable. Sehingga pembinaan teritorial TNI AD ke depan dapat
mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan khususnya dalam
perspektif kepentingan masyarakat dengan tujuan membantu mengatasi
kesulitan masyarakat serta terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat
dengan sasaran terjalinnya ikatan yang kokoh dan kuat serta bersatu
padunya TNI-Rakyat, baik fisik maupun non fisik.

TERBATAS
TERBATAS

Berdasarkan rujukan tersebut, disamping untuk mengatasi


kesulitan masyarakat secara umum, dalam upaya membantu
penanggulangan fenomena faktual berupa bencana alam yang terjadi
secara terus menerus dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir di
Indonesia, seperti bencana tsunami di Aceh yang menelan lebih dari 200
ribu jiwa, bencana gempa tektonik di Yogyakarta, Jawa Tengah dan
sekitarnya dengan korban lebih dari 5000 jiwa, gunung meletus,
semburan awan panas gunung berapi, bencana alam banjir, angin topan,
kekeringan, bencana karena pabrik semisal di  Porong Sidorajo, dan
berbagai bencana lainnya sudah terjadi di negeri ini. Yang membuat
masyarakat semakin menderita dan menyedot banyak keuangan negara
yang sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bencana alam yang terjadi tersebut sering terjadi seketika
dan sulit diprediksi kapan akan terjadi sehingga menimbulkan banyak
persoalan dalam penanganannya. Dari kasus-kasus bencana alam yang
terjadi diperlukan suatu persepsi kemungkinan ancaman bencana alam
maupun bentuk ancaman bencana alam sehingga ada suatu upaya
dalam menanggulangi bencana secara terkoordinir meliputi upaya
pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan oleh semua
komponen bangsa sesuai dengan peran, fungsi dan tugas yang diatur
dalam perundang-undangan sehingga dapat meminimalkan korban yang
terjadi akibat bencana.

Seperti yang telah diulas sebelumnya pada reorientasi dan


redefinisi Binter TNI AD yang merujuk pada UU No 34/2004 tentang TNI
disebutkan bahwa TNI memiliki tugas operasi selain perang di antaranya
adalah “membantu” menanggulangi bencana alam. Merujuk pada klausul
ini, sebenarnya itu adalah tugas tambahan, karena sifatnya sebenarnya
adalah membantu. Artinya, ada institusi lain yang seharusnya menjadi
leading sector (penjuru) dalam mengatasi bencana alam. Namun

TERBATAS
TERBATAS

demikian yang sering kita saksikan di sejumlah media massa, setiap kali
bencana alam terjadi justru lembaga yang paling dipersalahkan adalah
TNI, sekalipun di setiap kali terjadi bencana sudah pasti TNI menjadi
pihak yang paling terdahulu berada di lokasi untuk memberikan bantuan.
Bahwa bantuan belum bisa maksimal karena kondisi dan tantangan
medan yang harus dihadapi, namun tudingan negatif selalu tampil lebih
dahulu yang sangat tidak sebanding dengan apa yang sudah dilakukan
oleh para prajurit TNI di lapangan itu. Namun demikian TNI harus
bersikap positif dalam menanggapi hal tersebut dan menyadari bahwa
sebenarnya dibalik tudingan tersebut TNI sangat diharapkan untuk dapat
tampil dengan cepat dan terdepan dalam setiap penanganan bencana
alam. Ini menunjukkan apapun yang dilakukan oleh TNI sebenarnya tidak
akan terpengaruh oleh tanggapan miring sementara pihak di masyarakat.
Dan memang sikap seperti ini harus dilakukan oleh TNI, sebab bila surut
kepada sikap sementara masyarakat yang memandang miring dengan
apa yang dilakukan TNI, maka TNI pada akhirnya justru tidak bekerja,
dan masyarakat yang menjadi korban yang akan menjadi lebih menderita.

Untuk meraih harapan masyarakat dalam upaya menciptakan


kemanunggalan TNI – Rakyat dalam wujud dukungan rakyat terhadap
TNI termasuk dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat akan
revitalisasi peran TNI dalam membantu penanggulangan bencana maka
perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan TNI dalam
menangani bencana. Peluang bagi TNI adalah TNI memiliki struktur yang
jelas, memiliki aset militer berupa alat peralatan, perlengkapan, dan
personil yang siap setiap saat, mengingat satuan TNI senantiasa menjadi
pasukan yang serba harus cepat dan tahan banting dalam melakukan
tindakan pertama untuk penanganan bencana alam. Hal ini sudah
dibuktikan dalam penanganan bencana alam selama ini TNI selalu
menjadi unsur terdepan dan tercepat dalam penanganan bencana,

TERBATAS
TERBATAS

persoalannya adalah kemampuan perlengkapan dan alat-peralatan TNI


sangat terbatas terutama yang berkaitan dengan penanganan bencana
alam, disisi lain kendala yang dihadapi adalah walaupun satuan-satuan
TNI dapat bergerak dengan cepat dalam hal kemampuan personil
menangani bencana masih sangat terbatas karena tidak dilatih khusus
untuk menangani bencana serta minimnya alat peralatan khusus untuk
penanggulangan bencana.

Bertitik tolak dari “sikap positif” masyarakat terutama dalam hal


harapan masyarakat yang begitu besar terhadap TNI, maka sudah
selayaknyalah TNI menyikapi untuk tampil terdepan dalam setiap
penanganan bencana alam. Untuk mengatasi persoalan minimnya alat
perlengkapan dan kemampuan personil yang terbatas dalam penanganan
bencana maka diperlukan suatu gagasan tentang penyiapan pasukan
reaksi cepat yang selalu menjadi khas tentara, di mana TNI juga memiliki
satuan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) yang unsurnya dari
ketiga angkatan di TNI.

Model ini merupakan rujukan yang tepat, sehingga nantinya bila


terjadi bencana (mudah-mudahan tidak terjadi), maka secepat itu pula
pasukan reaksi cepat itu bergerak dan menjadi penjuru dalam
penanganan bencana alam. satuan yang dapat bereaksi cepat kesetiap
penjuru tanah air. Satuan reaksi cepat ini sebaiknya ada disetiap Kodam-
kodam sebagai pasukan reaksi cepat untuk unsur kewilayahan seperti
yang telah dibentuk oleh Kodam Jaya dan telah terbukti dapat bergerak
dengan cepat dalam membantu menanggulangi banjir yang hampir
menenggelamkan Ibukota Jakarta disamping itu perlu dibentuk pasukan
reaksi cepat terpusat yang dikendalikan oleh Mabes TNI yang dapat
dikerahkan ke seluruh wilayah Indonesia yang terkena bencana, karena

TERBATAS
TERBATAS

10

dari pengalaman kejadian tsunami di Aceh dan Gempa di Jogjakarta


personil TNI dan kesatuan – kesatuan TNI juga tertimpa bencana
sehingga pasukan reaksi cepat terpusat lebih diutamakan. Tentu saja
nama satuan ini harus disesuaikan, misalnya Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana Alam, atau apapun namanya. Yang penting
ada unsur yang siap bergerak setiap saat ketika bencana alam terjadi
secara tiba-tiba.

Mereka harus disiapkan  dalam struktur yang jelas, dengan segala


alat peralatan, perlengkapan, dan dukungannya, mengingat satuan ini
menjadi pasukan yang serba harus cepat dan tahan banting dalam

melakukan tindakan pertama untuk penanganan bencana alam. Namun


untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan dukungan dari Pemerintah dan
unsur masyarakat lainnya dalam penyiapan alat peralatan untuk
menghadapi bencana alam dan pelatihan bagi pasukan reaksi cepat
penanggulangan bencana alam tersebut. Karenanya, apapun bentuknya
dan apapun namanya, bila gagasan adanya pasukan reaksi cepat untuk
penanggulangan bencana alam bisa diwujudkan, hal itu akan sangat
positif. Kita yakin, masyarakat akan sangat menyambut baik, selain TNI
sudah memiliki sarana yang dengan mudah bisa dimobilisasi dengan
struktur, personel, sarana, perlengkapan dan dukungan yang jelas dalam
melaksanakan tugas bantuan, khususnya dalam penanganan bencana
alam.

Untuk mewujudkan hal tersebut memang tidak mudah dan butuh


kerja sama pihak TNI dengan pihak Pemerintah dalam hal koordinasi dan
dukungan. Koordinasi dan dukungan selama ini terkesan masih sangat
kurang bahkan cenderung TNI seolah-olah bekerja sendiri dengan
mengerahkan alat peralatan atau aset militer sendiri yang sangat terbatas
baik dalam jumlah maupun kualitas padahal disatu sisi ada pihak-pihak

TERBATAS
TERBATAS

11

lain (Pemerintah, LSM). Walaupun juga turun langsung dalam


penanganan bencana namun bekerja sendiri-sendiri, walaupun sudah di
koordinir oleh Bakornas penanggulangan bencana alam hal ini sangat
nyata dalam penanganan bencana alam tsunami di Aceh, gempa bumi di
Yogyakarta serta tempat-tempat lain, keadaan ini tentu saja sangat
berpengaruh terhadap proses penanganan bencana alam tersebut. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu wadah organisasi yang mengkoordinasikan
sipil-militer (civil military coordination) yang jelas baik dalam struktur
organisasi dengan visi dan misi yang sama.

Dengan landasan hukum yang jelas, revitalisasi peran TNI dalam


penanganan bencana alam serta penyiapan Satuan Reaksi Cepat
Penanganan bencana alam dari unsur TNI yang di lengkapi sarana dan
alat perlengkapan yang memadai dengan mudah bisa dimobilisasi
dengan struktur, personel, sarana, perlengkapan dan dukungan yang
jelas dalam melaksanakan tugas bantuan, khususnya dalam penanganan
bencana alam diharapkan penanggulangan bencana alam dapat semakin
baik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang harus


dilakukan oleh TNI AD untuk membantu pemerintah sebagai wujud
kepedulian sosial terhadap permasalahan bangsa dihadapkan kepada
undang undang yang berlaku adalah dengan melaksanakan reorientasi
dan redefinisi Binter TNI AD sehingga Binter TNI AD legitimate,
acceptable, aplicable dan accountable, dalam upaya pekerjaan dan
tindakan baik secara berdiri sendiri maupun bersama dengan aparat
terkait dan komponen bangsa lainnya untuk membantu pemerintah
mengatasi permasalahan bangsa khususnya dalam menanggulangi
akibat bencana alam saat ini dan dimasa yang akan datang dan dalam
rangka terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat, yang dilaksanakan
sesuai kewenangan dan perundang-undangan dengan harapan
tercapainya Tugas Pokok TNI AD.

TERBATAS
TERBATAS

12

Demikian pemberdayaan komponen bangsa oleh


satkowil/satnonkowil dalam membantu pemerintah menanggulangi
permasalahan bangsa umumnya dan bencana alam khususnya ini dibuat
semoga bermanfaat.

. Ambon, Mei 2021

Penulis,

Darsono Sinaga
Mayor Cpl NRP 11090005370983

TERBATAS
TERBATAS

13

KOMANDO DAERAH MILITER XVI/PATTIMURA


PERALATAN

PEMBERDAYAAN KOMPONEN BANGSA OLEH


SATKOWIL/SATNONKOWIL DALAM PENANGANAN
BENCANA ALAM

DISUSUN OLEH
MAYOR CPL DARSONO SINAGA

AMBON, MEI 2021

TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai