Diskusi KB1
SKL menurut Permendikbudristek No 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah,
merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
menunjukkan capaian kemampuan Peserta Didik dari hasil pembelajarannya pada akhir
Jenjang Pendidikan Ketiga kriteria tersebut diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan
masa belajarnya di satuan pendidikan pada suatu jenjang pendidikan.
Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Artinya ia
merupakan operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik pada
setiap tingkat kelas atau program yang menjadi dasar pengembangan KD. KI mencakup sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. KI berfungsi sebagai pengintegrasi
muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai SKL sebagai wujud dari
prinsip keterkaitan dan kesinambungan.
Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan yang harus diperoleh peserta didik untuk
mencapai Kompetensi Inti melalui pembelajaran yang berisi sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai baik pada aspek sikap, pengetahuan, maupun keterampilan dalam mata pelajaran
tertentu. KD menjadi rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. KD
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, dan
karakteristik suatu mata pelajaran. Pada rumusan KD, terdapat unsur kompetensi yang
dinyatakan dalam bentuk kata kerja dan materi sebagaimana rumusan KI dan KD yang juga
tertuang dalam: Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Taksonomi dimaknai sebagai seperangkat prinsip klasifikasi atau struktur dan kategori ranah
kemampuan tentang perilaku peserta didik yang terbagi ke dalam ranah sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Pembagian ranah perilaku belajar dilakukan untuk mengukur perubahan
perilaku seseorang selama proses pembelajaran sampai pada pencapaian hasil belajar,
dirumuskan dalam perilaku (behaviour) dan terdapat pada indikator pencapaian kompetensi.
Kurikulum Merdeka adalah model kurikulum yang dilaksanakan pada Program Sekolah
Penggerak mengacu kepada profil pelajar Pancasila dalam rangka penguatan kompetensi dan
karakter peserta didik sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Klasifikasi Perilaku Hasil Belajar sesuai Taksonomi
Klasifikasi perilaku hasil belajar dalam K-13 didasarkan pada taksonomi Bloom yang
disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl dengan pengelompokan menjadi :
(1) Sikap (affective) merupakan perilaku, emosi dan perasaan dalam bersikap dan merasa,
(2) Pengetahuan (cognitive) merupakan kapabilitas intelektual dalam bentuk pengetahuan
atau berpikir,
(3) Keterampilan (psychomotor) merupakan keterampilan manual atau motorik dalam
bentuk melakukan.
Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 merupakan urutan pertama dalam perumusan
kompetensi lulusan, kemudian diikuti dengan rumusan ranah pengetahuan dan
keterampilan. Ranah Sikap menggunakan olahan Krathwohl, dimana pembentukan sikap
peserta didik ditata secara hirarkis mulai dari receiving (menerima); responding
(menanggapi/merespon); valuing (menghargai/ memberi nilai); organization (menghayati,
mengatur diri atau internalisasi nilai); dan characterization (mengaktualisasikan nilai,
menjadikan pola hidup atau karakter).
Ranah Pengetahuan menggunakan taksonomi Bloom olahan Anderson, dijelaskan bahwa
terdapat 6 perkembangan kognitif, yaitu: 1) C1, mengingat (remember); 2) C2, memahami
(understand); 3) C3, menerapkan (apply); 4) C4, Menganalisis (analyse); 5) C5,
mengevaluasi (evaluate); dan 6) C6, mengkreasi (create)
Ranah Ketrampilan abstrak dengan menggunakan gradasi dari Dyers, mulai dari
mengamati (observing); menanya (questioning); mencoba (experimenting); menalar
(associating); menyaji (comunicating); dan mencipta (creating)
Ketrampilan kongkret memiliki tahapan sebagai berikut : imitasi, manipulasi, presisi,
artikulasi, dan naturalisasi
Pembentukan Ketrampilan kongkrit menggunakan gradasi olahan Simpson dengan
tingkatan : persepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerakan (mechanism), mahir
(complex or overt response), menjadi gerakan alami (adaptation), dan menjadi gerakan
orisinal (origination)
Analisis dilakukan melalui dua tahapan, yakni menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan
dengan KI-Keterampilan dan menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4 Keterampilan.
- Meyakini adanya Allah Swt. tempat meminta, Maha Berkuasa, Maha Mendahulukan,
dan Maha Kekal
- Menjalankan kewajiban berzakat sebagai implementasi pemahaman rukun Islam
- Menunjukkan perilaku rendah hati yang mencerminkan iman kepada hari akhir
- Menunjukkan sikap toleran dan simpatik terhadap sesama
- Memahami hikmah beriman kepada hari akhir yang dapat membentuk perilaku
akhlak mulia
- Menunjukkan contoh hikmah beriman kepada hari akhir yang dapat membentuk
perilaku akhlak mulia
- Menceritakan contoh perilaku kasih sayang sesama