Anda di halaman 1dari 7

MELIHAT ANAK JALANAN SEBAGAI

MASALAH SOSIAL
(TUGAS ARTIKEL MASALAH SOSIAL)

OLEH :

NIA SAFITRI

20058108

PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

DOSEN PENGAMPU :

 DR. WIRDANENGSIH, M.SI


 MUHAMMAD HIDAYAT, S.HUM, S.SOS, MA

UNIVESITAS NEGERI PADANG


2021
MELIHAT ANAK JALANAN SEBAGAI
MASALAH SOSIAL

OLEH :
NIA SAFITRI
Email : niaasftr02@gmail.com
FAKULTAS ILMU SOSIAL,
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Abstak : Anak jalanan bukan lagi menjadi masalah yang dihadapi secara individu. Anak jalanan
sudah menjadi masalah sosial yang harus dihadapi bersama. Mereka menjadi anak jalanan bukan
karena kehendak mereka, ada beberapa faktor yang memaksa mereka untuk turun kejalanan demi
bertahan hidup. Ditambah minimnya aturan yang menertibkan masalah ini semakin membuat
anak jalanan bertambah banyak untuk turun kejalanan. Pada tulisan ini saya menggunakan studi
perbandingan kepustakaan untuk melihat lebih jauh permasalahan, penyebab, serta solusi yang
terjadi pada anak jalanan sehingga kita bisa melihatnya sebagai masalah sosial. Dan hasil
perbandingan tersebut menunjukkan keberadaan anak jalanan disebabkan oleh kemiskinan,
kehilangan orang tua, dan faktor luar dari anak. Anak jalanan kerap kali dianggap sampah
jalanan, ditambah tanpa pengawasan orang dewasa membuat anak jalanan pergi kearah yang
menyimpang dan menimbulkan masalah sosial yang baru. Oleh karenanya, untuk menanggulangi
masalah anak jalanan diperlukan perubahan menyeluruh agar mereka tidak kembali hidup dan
bekerja di jalanan lagi. Dan itu semua harus ditunjang dengan dukungan orang-orang di sekitar
mereka.
Kata kunci : Anak jalanan, masalah sosial, penyebab, solusi

SEE STREET CHILDREN AS


SOCIAL PROBLEM

Abstract: Street children are no longer a problem faced individually. Street children have
become a social problem that must be faced together. They become street children not because of
their will, there are several factors that compel them to go down the streets in order to survive.
Coupled with the lack of regulations that curb this problem, more and more street children go on
the streets. In this paper, I use a comparative literature study to see further the problems, causes,
and solutions that occur in street children so that we can see them as social problems. And the
comparison results show that the existence of street children is caused by poverty, loss of
parents, and external factors of the child. Street children are often considered street trash, plus
without adult supervision makes street children go in a deviant direction and create new social
problems. Therefore, to overcome the problem of street children, a comprehensive change is
needed so that they do not return to living and working on the streets again. And all of this must
be supported by the support of those around them.
Keywords: street children, social problems, causes, solutions

PENDAHULUAN tidak memiliki tali ikatan dengan keluarga


Masalah sosial merupakan realita sosial (B.S. Bambang, 1993:9)1. Definisi anak
yang tidak sesuai dengan kondisi ideal yang jalanan pada dasarnya bisa juga digolongkan
diharapkan. Masalah sosial biasanya diukur denga tunawisma. Namun fenomena anak
dengan cara subjektif dan objektif. Secara jalanan ini hendaknya dipisahkan dari kajian
subjektif masalah sosial berdasarkan nilai-nilai mengenai tunawisma karena beragam faktor
tersentu. Misalnya prostitusi yang dianggap penyebab perbedaan antara anak jalanan
sebuah masalah dikalangan masyarakat dengan tunawisma.
religius. Secara objektif sebuah masalah sosial
didasarkan pada standar baku, semisalnya Seperti yang kita ketahui sendiri
dengan kemiskinan yang dilihat karena anak merupakan satu kata ajaib bagi
ketidak adaan penghasilan dan sanitasi yang sebuah perkawinan. Seolah-olah
memadai. adanya anak merupakan satu
Secara umum, terdapat banyak masalah perwujudan eksistensi dari perkawinan
sosial yang ada dinegara ini. Mulai dari itu sendiri. Namun seberapa jauh peran
masalah umum hingga klasik. Maka dari itu dan tanggung jawab keluarga terutama
pada tugas kali ini saya akan membahas orang tua yang dapat diberikan kepada
masalah sosial yaitu anak jalanan. Maka dari anaknya? Bagi beberapa keluarga,
itu dalam rangka mengatasi masalah sosial terutama dari kalangan keluarga
diperlukan tahapan penanganan masalah prasejahtera, anak tidak hanya menjadi
sosial. Yang akan lebih dijelaskan pada bagian dari keluarga tetapi juga
pembahasan dibawah ini. menjadi bagian dari alat produksi.
Sebelum lebih jauh baiknya kita ketahui Sehingga tidak jarang anaklah yang
duli apa itu anak jalanan. Anak jalanan sendiri telah menjadi tulang punggung
adalah sebuah istilah yang mengacu pada perekonomian keluarga. Berbicara
anak-anak tunawisma yang tinggal di wilayah masalah anak yang “terpaksa” bekerja
jalanan. Lebih jelasnya, menurut UNICEF ini, tentu saja tidak akan lepas dari
anak jalanan yaitu seseorang yang berusia berbagai steriotipe yang muncul dari
sekitar di bawah 18 tahun dan bertempat pekerja anak itu sendiri. Untuk itu pula
tinggal di sebuah wilayah kosong yang kurang banyak kita temukan berbagai macam
memadai, serta tanpa ada pengawasan dari istilah atau sebutan bagi anak-anak
orang yang lebih dewasa. Istilah “anak yang terpaksa bekerja ini, seperti anak
jalanan‟ pertama kali diperkenalkan di 1
A Herlina, “Kehidupan Anak Jalanan Di Indonesia :
Amerika Selatan, tepatnya di Brazilia, dengan Faktor Penyebab, Tatanan Hidup Dan Kerentanan
nama Meninos de Ruas untuk menyebut Berperilaku Menyimpang,” Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI) Sekretariat,
kelompok anak-anak yang hidup di jalan dan
2014.
jalanan, anak terlantar, anak disederhanakan. Strategi intervensi maupun
gelandangan, dan sebagainya. Semua indikator keberhasilan penanganan anak
istilah itu pada intinya adalah jalanan dilakukan secara holistik mengcu
mencerminkan tentang kepada visi/grand design pembangunan
adanya/kurangnya kesejahteraan yang kesejahteraan memperhatikan karakteristik
diberikan pada seorang anak. Anak- anak jalanan, fungsi dan model penanganan
anak yang bekerja itu tidak hanya yang diterapkan.
dihadapkan pada situasi ketidakpastian Kehidupan anak jalanan penuh dengan
ekonomi tetapi juga pada ketidak kekerasan dan perjuangan untuk
pastian masa depannya. Dihadapkan mempertahankan hidup. Intensitas keterkaitan
pada situasi ketidakpastian ekonomi mereka dengan jalan sangat bervariasi, mulai
serta ketidakpastian masa depan dari sekedar untuk menghabiskan waktu luang
sehingga mereka menjadi anak jalanan. hingga menjadikan jalanan sebagai tumpuan
Inilah yang menjadi masalah sosial sumber kehidupan. Banyak yang
dikarenakan menjadi anak jalanan mengidentikkan anak jalanan sebagai anak
mereka kehilangan hak-hak mereka nakal, bajingan, anak yang selalu mengganggu
seperti hak bersekolah atau ketertiban, suka mencuri dan berbagai sebutan
mendapatkan pendidikan. Dimana yang diberikan kepada mereka. Dikalangan
pada saat itu seharusnya mereka mereka sendiri dikenal dengan sebutan yang
mendapatkan pendidikan dan dikaitkan dengan perilaku, kebiasaan, dan
pengajaran tetapi mereka malah hubungan sosial seperti mencuri spion mobil,
dihadapkan keadaan untuk harus tidak memiliki tempat tinggal, makan
bekerja. Berdasarkan data kementerian makanan sisa orang, mengemis, serta berbagai
sosial yang diambil dari dashboard perilaku yang berhubungan dengan obat-obat
data terpadu kesejahteraan sosial terlarang, bahan kimia, minuman keras,
(DTKS) SIKS-NG perDesember mabuk-mabukan dan melukukan hubungan
2020,tercatat jumlah anak jalanan di seksual. (Masduki : 2003)2.
Indonesia sekitar 67.368. Melonjaknya
angka anak jalanan ditakutkan akan Penyebab Menjadi Anak Jalanan
berpotensi memicu terjadi masalah Sumber yang tersedia mengenai anak
sosial baru seperti perilaku jalanan sendiri masih lah sangat terbatas
menyimpang. mengingat masalah anak jalanan sendiri
biasanya dilihat sebagai salah satu bentuk dari
PEMBAHASAN kemiskinan. Dikarenakan sember mengenai
Persoalan Anak Jalanan kemiskinan lebih banyak tersedia.
Dibandingkan dengan masalah anak jalanan.
Anak jalanan adalah salah satu masalah
sosial yang kompleks dan bertalian dengan 2
Sakman, “STUDI TENTANG ANAK JALANAN ( Tinjauan
masalah sosial lain, terutama kemiskinan. Implementasi Perda Kota Makassar Nomor 2 Tahun
2008 Tentang Pembinaan Anak Jalanan , Gelandangan ,
Menangani anak jalanan tidaklah sederhana, Pengemis , Dan Pengamen Di Kota Makassar ),”
oleh sebab itu penangananyapun tidak dapat Supremasi, 2016.
Kalau diamati lagi, masalah anak jalanan diketahui di indonesia sudah banyak panti
bisa saja disebabkan oleh kemiskinan yang asuhan yang mampu memadai kehidupan
menimpa seseorang atau kelompok. Namun anak-anak yang kehilangan orang tua mereka
bukan hanya itu saja masih banyak hal lain hingga mereka sendiri mampu untuk mencari
yang dapat memicu adanya tunawisma seperti pekerjaan yang layak. Panti asuhan juga sudah
meninggal nya kedua orang tua yang membuat banyak bekerja sama dengan dinas-dinas
anak menjadi yatim piatu. Ditambah dengan sosial yang membuat panti asuhan menjadi
kondisi yang kita hadapi saat ini yaitu lebih terjamin.
menyebarnya virus corona yang menyerang
daya imun terutama bagi orang tua. Solusi Lembaga Sosial dan Pemerintah
Tetapi diyakini tidak ada seorang pun yang Berakar pada kegagalan pemerintah dalam
benar-benar ingin hidup di jalanan apabila membuat kebijakan sehingga memunculkan
dengan kondisi yang berhasil memenuhi fenomena anak jalanan. Karenanya pemecahan
kebutuhan dasar sandang maupun pangan. masalah sebaiknya didekati melalui
Maksudnya pendidikan dan tempat tinggal pendekatan sistem blame approach. Jadi,
bagi anak jalanan masih belum dijadikan kebijakan yang dapat mengurangi anak jalanan
sebagai kebutuhan yang benar-benar harus ada dua yaitu kebijakan strategis dan
dipenuhi karena mereka masih berusaha pada kebijakan teknis. Kebijakan strategis sendiri
pemenuhan kebutuhan utama yakni pangan. adalah kebijakan yang diwujudkan dalam
Mereka dituntut harus berpikir bagaimana undang-undang maupun peraturan pemerintah.
untuk bertahan hidup tanpa memikirkan Seperti UU No . 23 Tahun 2003 yang disebut
kelayakan hidup, yang tentu mereka tak anak terlantar adalah yang tidak dipenuhi
memiliki sumber daya untuk memenuhi hidup kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental,
layak tersebut, spiritual, maupun sosial. Dalam hal ini peran
pemerintah sangat dibutuhkan sebagaimana
Alternatif Keluarga diamanatkan dalam pasal 34 UUD 1945 “
Pada dasarnya keluarga menjadi tiang dari fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
masalah anak jalanan ini. Jika penyebab anak negara”. Hak-hak anak yang sebelumnya
jalanan yaitu kemiskinan ada baik nya para hanya berupa Kepres No.36/1990. Undang-
orang tua yang berusaha memenuhi kebutuhan undang ini bertujuan untuk menciptakan suatu
sehari-hari tanpa melibatkan anak dalam mata kehidupan dan penghidupan anak yang
kondisi tersebut. Jika tidak mampu lagi dapat menjamin pertumbuhan dan
bekerja para orang tua dapat meminta bantuan perkembangan dengan wajar, baik secara
pada kelurahan sekitar agar dapat dimasukkan mental,jasmani, rohani,maupun sosial.
pada Program Perlindungan Sosial sehingga Secara teknis, kebijakan yang dapat
dapat membantu perekonomian. dilakukan untuk mengatasi anak jalanan
Lain lagi jika penyebab nya anak adalah :
kehilangan orang tua. Jika sanak saudara lain 1) Aktif melakukan razia anak jalanan
tidak mampu menampung alangkah baiknya (lihat pemberitaan Suara Merdeka pada
jika anak di titipkan di panti asuhan dari pada akhir Januari 2012), Pemkot sendiri
menjadi anak terlantar dijalanan. Seperti yang pada masa itu mulai aktif melakukan
kampanye pelarangan pemberian uang sudah terlalu terlena dengan kehidupannya
kepada para pengemis dan pengamen. yang sekarang. Sampai saat ini pun
2) Memberikan beasiswa dan pelatihan penanganan terhadap masalah anak jalanan
kewirausahaan. sering tidak tepat. Hal ini menyebabkan
3) Mengajukan suatu model untuk permasalahan sosial yang melingkupinya tidak
mengentaskan anak jalanan di pernah selesai bahkan cenderung terus
Indonesia yakni dengan model Rumah meningkat.
Perlindunagan Sosial Anak (RPSA), Saran
yangbaru mulai dilakukan sekitar tahun Sebenarnya keberadaan anak
1998, sebagai salah satu dari lima kota jalanan tidaklah terlalu membuat
yang menjadi pilot proyek yang masalah sosial yang baru jika memiliki
didukung pendanaannya oleh UNDP. pengawasan khusus dari orang dewasa.
4) Melalui program house parent, yang Mereka melakukan aktivitas ini juga
mana anak-anak akan ditempatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
pada keluarga-keluarga yang bersedia mereka yang tidak dapat dipenuhi oleh
mengasuh mereka. orang tua. Dan alangkah baik nya kita
5) Mengawasi para anak jalanan yang menerima keberadaan mereka sebagai
rentan kembali menjadi anak jalanan. bagian dari anggota masyarakat.
Hal ini diperlukan agar program yang Dengan tujuan untuk menghilangkan
dijalankan berhasil dan tidak ada anak tembok normatif yang memandang
jalanan yang baru. anak jalanan hanya sebagai ‘sampah
masyarakat’. Tapi tentu alangkah
PENUTUP baiknya masalah anak sosial ini juga
diselesaikan agar kita semua dapat
Kesimpulan merasakan kehidupan yang semestinya
Dilatar belakangi oleh kemiskinan, terutama anak-anak sebagai penerus
kehilangan orang tua ,dan faktor luar dari anak semangat bangsa.
jalanan yang merupakan pemicu utama anak
melakukan kegiatan di jalanan. Kondisi DAFTAR PUSTAKA
tersebut terjadi akibat tidak terpenuhi Jurnal
kebutuhan hidupnya. Asmawati. 1999. “Anak Jalanan dan Upaya
Kondisi terpaparnya anak jalanan di jalanan Penanganannya di Kota Surabaya” Jurnal
dan kurangnya pengawasan orang tua Hakiki Vol. 1 No. 2. November 1999.
membuat mereka rentan terhadap terjadinya
berbagai bentuk tindak kekerasan yang akan Sakman, “STUDI TENTANG ANAK
memengaruhi kesehatan fisik dan mental, serta JALANAN ( Tinjauan Implementasi Perda
keselamatan diri mereka dan memicu Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2008
munculnya masalah sosial yang baru. Tentang Pembinaan Anak Jalanan ,
Pemerintah pun telah berusaha untuk Gelandangan , Pengemis , Dan Pengamen
menyelesaikan masalah anak jalanan, namun Di Kota Makassar ),” Supremasi, 2016.
anak-anak jalanan sendiri rasanya memang
A Herlina, “Kehidupan Anak Jalanan Di
Indonesia : Faktor Penyebab, Tatanan
Hidup Dan Kerentanan Berperilaku
Menyimpang,” Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI)
Sekretariat, 2014.

Anda mungkin juga menyukai