RS GUNUNG MARIA
Jln. Sejahtera No. 282, Tomohon
Sulawesi Utara – Indonesia
P. (0431) 351008
F. (0431) 352414
E-mail: rsgunungmaria@yahoo.co.id
2017
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GUNUNG MARIA TOMOHON
Nomor : 1195/RSGM/SK/VIII/2017
Tentang
PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGELOLAAN OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH ALERT)
MEMUTUSKAN
Halaman i dari 22
Ditetapkan di : Tomohon
Pada Tanggal : 31 Agustus 2017
Direktur RS Gunung Maria
Halaman ii dari 22
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena atas
bimbingan dan penyertaan-NYA saja sehingga Buku Panduan Pengelolaan Obat yang Perlu
diwaspadai (High Alert) Instalasi Farmasi Rumah Sakit ini dapat diselesaikan dengan baik.
Buku panduan ini disusun sebagai dasar penyelenggaraan organisasi dalam ruang lingkup
aktivitas Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya di RS. Gunung Maria Tomohon, Instalasi
Farmasi perlu penerapan cara pengelolaan obat yang baik khususnya obat High Alert baik di
Instalasi Farmasi maupun di Ruang Perawatan Pasien. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu
kebijakan yang jelas di Instalasi Farmasi sebagaimana termuat dalam Buku Pengelolaan Obat
yang Perlu diwaspadai (High Alert) ini.
Dalam proses penyusunannya, Buku Panduan ini tentunya masih memiliki berbagai
kekurangan yang membutuhkan banyak masukan dari berbagai pihak terkait untuk perbaikan
kedepannya. Akhirnya, penyusun berharap agar Buku Panduan ini dapat dimanfaatkan dengan
baik sebagai dasar penyelenggaraan Pengelolaan Obat yang Perlu diwaspadai (High Alert)
yang berguna untuk menjaga stabilitas dan khasiatnya.
PENYUSUN
SEKSI AKREDITASI
Halaman iv dari 22
BAB I. BAB I. DEFINISI
High Alert medications memiliki resiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan
komplikasi, efek samping atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis
teraupetik dan keamanan yang sempit atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya
kesalahan.
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi beberapa strategi seperti
a. Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications
b. Membatasi akses terhadap high alert medications
c. Menggunakan label dan tanda peringatan untuk high alert medications
d. Menstadarisasi prosedur instruksi/ peresepan, penyimpanan, persiapan, dan
pemberian high alert medications
e. Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obatan tertentu
Tujuannya adalah :
1) Menyediakan panduan untuk Rumah Sakit/ fasilitas kesehatan lainnya mengenai
kebijakan manajemen dan pemberian obat-obatan yang tergolong dalam kategori high
alert medications (obat – obatan dengan pengawasan)
2) Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medications sehingga meningkatkan
keselamatan pasien
3) Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi
terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi resiko terhadap
pasien.
High alert medications adalah obat – obatan yang memiliki resiko tinggi untuk
menyebabkan/ menimbulkan adanya komplikasi/ membahayakan pasien secara signifikan jika
terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval dan pemilihannya). High Alert termasuk obat
yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan KTD atau kejadian sentinel
akibat kesalahan yang terjadi baik secara sengaja maupun tidak disengaja khususnya pada
keadaan gawat darurat.
Beberapa pemberian pengobatan menyebabkan kondisi yang cukup berbahaya bagi
pasien, termasuk diantaranya adalah pemberian obat High-Alert merupakan salah satu kejadian
yang cukup berbahaya. Pengobatan High-Alert didefinisikan sebagai beberapa pengobatan
yang jika salah diberikan kepada pasien dapat mengancam hidup pasien.
Halaman 1 dari 22
Menyebabkan kesalahan dengan persentase tinggi
Menyebabkan kejadian sentinel (suatu Kejadian Tidak Diharapkan yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius) jika diberikan tidak dengan hati –
hati.
Pengobatan dengan resiko tinggi memberikan kerugian.
Obat – obat LASA (Look – alike Sound – alike, Rupa sama Bunyi sama)
CLASSES/CATEGORIES OF MEDICATIONs
Adrenergic agonists, IV (e.g., EPINEPHrine, phenylephrine, norepinephrine)
Adrenergic antagonists, IV (e.g., propranolol, metoprolol, labetalol)
Anesthetic agents, general, inhaled and IV (e.g., propofol, ketamine)
Antiarrhythmics, IV (e.g., lidocaine, amiodarone)
Antithrombotic agents, including:
Anticoagulants (e.g., warfarin, low-molecular-weight heparin, IV
unfractionated
heparin)
Factor Xa inhibitors (e.g., fondaparinux)
Direct thrombin inhibitors (e.g., argatroban, bivalirudin, dabigatran etexilate,
lepirudin)
Thrombolytics (e.g., alteplase, reteplase, tenecteplase)
Glycoprotein IIb/IIIa inhibitors (e.g., eptifibatide)
Cardioplegic solutions
Chemotherapeutic agents, parenteral and oral
Dextrose, hypertonic, 20% or greater
Dialysis solutions, peritoneal and hemodialysis
Epidural or intrathecal medications
Hypoglycemics, oral
Inotropic medications, IV (e.g., digoxin, milrinone)
Insulin, subcutaneous and IV
Liposomal forms of drugs (e.g., liposomal amphotericin B) and conventional
counterparts (e.g., amphotericin B desoxycholate)
Moderate sedation agents, IV (e.g., dexmedetomidine, midazolam)
Moderate sedation agents, oral, for children (e.g., chloral hydrate)
Narcotics/opioids :
IV
Transdermal
oral (including liquid concentrates, immediate and sustained-release
formulations)
Neuromuscular blocking agents (e.g., succinylcholine, rocuronium, vecuronium)
Parenteral nutrition preparations
Radiocontrast agents, IV
Halaman 2 dari 22
Sterile water for injection, inhalation, and irrigation (excluding pour bottles) in
containers of 100 mL or more
Sodium chloride for injection, hypertonic, greater than 0.9% concentration
SPECIFIC MEDICATIONS
Epoprostenol (Flolan), IV
Magnesium sulfate injection
Methotrexate, oral, non-oncologic use
Opium tincture
Oxytocin, IV
Nitroprusside sodium for injection
Potassium chloride for injection concentrate
Potassium phosphates injection
Promethazine, IV
Vasopressin, IV or intraosseous
Panduan pengelolaan obat yang perlu diwaspadai ini berlaku pada seluruh unit terkait di
rumah sakit mulai dari pengadaan obat, penyimpanan di gudang perbekalan farmasi,
distribusi di instalasi farmasi dan unit rawat jalan maupun rawat inap.
Dengan adanya panduan pengelolaan obat yang perlu diwaspadai ini, diharapkan rumah
sakit dapat ;
1. Mencegah terjadinya KTD atau kejadian sentinel
2. Menjamin terlaksananya upaya keselamatan pasien (patient safety)
Halaman 3 dari 22
BAB II. RUANG LINGKUP
Halaman 4 dari 22
farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau Potasium Permanganat.
Surat pesanan hanya dapat berlaku untuk masing-masing Narkotika,
Psikotropika, atau Prekursor Farmasi. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan
untuk 1 (satu) jenis Narkotika. Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi
hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor
Farmasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau
Psikotropika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di
fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Tempat penyimpanan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa lemari khusus.
Lemari khusus harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda
c. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
d. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
e. Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi di tempat penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan
dalam hal :
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak
dapat diolah kembali
b. telah kadaluarsa
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan
d. dibatalkan izin edarnya; atau
e. berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan dengan
tidak mencemari lingkungan; dan
tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Halaman 5 dari 22
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut
1) penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas
Obat dan Makanan setempat, bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
b. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan
petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat
permohonan sebagai saksi.
c. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
harus dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi
sebelum dilakukan pemusnahan
d. Penanggung fasilitas pelayanan kefarmasian yang melaksanakan
pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus
membuat Berita Acara Pemusnahan.
e. Berita Acara Pemusnahan paling sedikit memuat
hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan
tempat pemusnahan
nama penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian
nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain
badan/sarana tersebut
nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
dimusnahkan
cara pemusnahan
tanda tangan penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian
Berita Acara Pemusnahan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan
tembusannya disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Kepala
Badan/Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang melakukan produksi, Penyaluran, atau
Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat
pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi.
Pencatatan paling sedikit terdiri atas
Halaman 6 dari 22
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi
b. jumlah persediaan
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan;
dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau
dokumen penyerahan termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi wajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
Pelaporan paling sedikit terdiri atas :
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor
Farmasi
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran
f. jumlah yang disalurkan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan
awal dan akhir
Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan
laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap
bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala
Balai setempat.
Pelaporan paling sedikit terdiri atas
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor
Farmasi
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
Laporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
Halaman 7 dari 22
B. Parenteral Nutrisi
Ada beberapa pengertian nutrisi menurut para ahli, diantaranya : Nutrisi
adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan. Nutrisi merupakan kebutuhan utama pasien kritis dan nutrisi enteral lebih
baik dari parenteral karena lebih mudah, murah, aman, fisiologis dan penggunaan
nutrien oleh tubuh lebih efisien. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan
tubuh. Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan. Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan vital bagi
semua makhluk hidup. Ada lagi yang berpendapat bahwa :
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nuwer, 2008).
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi
normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan (Wikipedia,
2008).
Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah segala sesuatu yang kita makan
sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut (Uri, 2008).
Cara penyimpanan yang tepat bagi produk nutrisi terkait dengan
Instalasi Farmasi yang meliputi Logistik perbekalan farmasi
Unit keperawatan umum dan keperawatan khusus
Tujuan dari cara penyimpanan yang tepat bagi produk nutrisi adalah :
Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian melalui pemberian informasi
yang tepat dan benar tentang cara penyimpanan yang tepat bagi produk
nutrisi
Menjamin stabilitas sediaan dan khasiat produk nutrisi selama penyimpanan
di Instalasi Farmasi maupun di unit lain yang membutuhkan
Sebagai panduan bagi petugas untuk menyimpan produk nutrisi dengan cara
yang tepat.
Cara penyimpanan yang tepat bagi produk nutrisi bermanfaat agar semua produk
nutrisi yang beredar di Rumah Sakit bisa terjamin stabilitas dan khasiatnya karena
Halaman 8 dari 22
penyimpanan yang tepat atau mencegah terjadinya pengurangan efek selama
penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
Dibawah ini merupakan beberapa jenis-jenis Nutrisi:
Karbohidrat. Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon,
hydrogen dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum,
umbi-umbian, dan terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan (Pekik,
2007)
Lemak. Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak
terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.
Protein. Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini
berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino.
Vitamin. Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Mineral. Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim,
dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh. Mineral merupakan
konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung
sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan
lewat makanan.
Air. Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia. Kurang
lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air sehingga air sangat diperlukan
oleh tubuh, terutama bagi mereka yang melakukan olahraga atau kegiatan berat.
Kriteria tempat penyimpanan produk nutrisi yang baik harus memenuhi
persyaratan kondisi sbb :
Suhu/temperature
Semua produk nutrisi harus disimpan dalam suhu yang sesuai untuk menghindari
terjadinya percepatan kerusakan obat akibat panas.
Cahaya
Produk nutrisi yang sensitive terhadap perubahan akibat cahaya, disimpan dalam
kemasan/wadah berwarna gelap. Jangan pindahkan ke wadah lain yang
transparan
Kelembaban
Untuk melindungi produk nutrisi dari kelembaban yang tinggi dipilih wadah yang
terbuat dari kaca atau plastik.
Oksigen
Halaman 9 dari 22
Untuk mencegah terjadinya oksidasi antara produk nutrisi (biasanya terjadi pada
produk obat cair) dengan oksigen bebas, maka waktu pengemasan dibuat
sedemikian rupa sehingga terdapat sesedikit mungkin oksigen pada wadah
produk nutrisi.
C. Elektrolit Konsentrat
Larutan elektrolit konsentrat adalah merupakan larutan berkadar garam tinggi yang
bisa menghantarkan arus listrik. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di ruang
perawatan, kecuali di ruang ICCU, OK, IGD dengan syarat disimpan d tempat
terpisah, akses terbatas, jumlah terbatas, dan diberi label yang jelas untuk
menghindari penggunaan yang tidak disengaja
D. LASA
Obat – obat mirip disebut dengan LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM
(Nama Obat dan Ucapan Mirip). Beberapa factor yang memegang peranan penting
dalam LASA, yaitu :
Tulisan tangan yang tidak jelas
Nama obat tidak lengkap
Produk baru
Kemasan atau label yang mirip
Penggunaan klinis yang sama
Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi pemberian sama
Halaman 10 dari 22
i. Nama pasien dan nomor rekam medis
ii. Tanggal dan waktu instruksi dibuat
iii. Nama obat (generik), dosis dan jalur pemberian
3) Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi dan indikasi penggunaan high
alert medications secara tertulis
4) Ahli farmasi dan perawat melakukan pengecekan ganda terhadap perhitungan
dosis berdasarkan berat badan dan luas permukaan tubuh.
HIGH ALERT
DOUBLE CHECK
4) Untuk obat High Alert golongan LASA diberi etiket warna kuning dengan
tulisan “LASA”
LASA
5) Larutan elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja di area tersebut.
6) Larutan elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses
7) Petugas mengecek ulang keutuhan, keamanan dan tanggal kadaluarsanya
8) Petugas menyimpan dalam lemari dan mengecek nama obat High Alert
disesuaikan dengan tempat penyimpanan guna menghindari kemungkinan salah
letak
9) Petugas mencatat kartu stok
Halaman 11 dari 22
C. Tata Laksana Teknik Aseptik
1) Petugas mencuci tangan :
a. Basahi tangan dengan air bersih
b. Ambil sabun antiseptik
c. Gosok kedua telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan sesuai aturan
mencuci tangan yang benar
d. Bilas tangan dengan air mengalir sampai bersih
e. Tutup kran dengan beralaskan lap bersih
f. Keringkan tangan dengan lap bersih
2) Petugas menggunakan APD
3) Petugas melepas APD setelah selesai melakukan teknik aseptic
D. Tata Laksana Penyerahan Obat High Alert dari Instalasi Farmasi ke Ruang
Perawatan
1) Perawat dan petugas Instalasi Farmasi harus selalu melakukan pengecekan
ganda (double-check) terhadap semua High Alert Medications
2) Pengecek pertama (petugas Instalasi Farmasi) mengecek :
Kesesuaian nama obat dan konsentrasi antara obat yang diberikan oleh
Instalasi Farmasi dengan resep
Kesesuaian nama obat, konsentrasi, dosis dan frekuensi antara obat yang
diberikan oleh Instalasi Farmasi dengan pasien yang menerima obat
tersebut (Prinsip 7 benar)
3) Hal yang sama juga dilakukan oleh pengecek kedua sebagai perawat atau
petugas yang mengambil obat high alert dari Instalasi Farmasi
4) Petugas pengecek pertama tidak boleh sama dengan petugas pengecek kedua
Halaman 12 dari 22
Kesesuaian nama obat, konsentrasi, dosis dan frekuensi antara obat yang
diberikan oleh Instalasi Farmasi dengan pasien yang menerima obat
tersebut (Prinsip 7 benar)
3) Hal yang sama juga dilakukan oleh pengecek kedua sebagai
penanggungjawab ruangan
4) Petugas pengecek pertama tidak boleh sama dengan petugas pengecek kedua
Halaman 13 dari 22
7) Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien,
memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis
dan tujuannya (pasien dapat juga berperan sebagai pengecek, jika
memungkinkan)
8) Semua pemberian high alert medications intravena dan bersifat kontinu
harus diberikan melalui pompa infus IV. Pengecualian pada pasien dengan
resiko tinggi mengalami kelebihan cairan
9) Setiap selang infus harus diberi label dengan nama obat yang diberikan di
ujung distal selang dan pada pintu masuk pompa (untuk mempermudah
verifikasi dan meminimalkan kesalahan)
10) Pada situasi emergency, dimana pelabelan dan prosedur pengecekan ganda
dapat menghambat/ menunda penatalaksanaan dan berdampak negative
terhadap pasien, perawat atau dokter harus betul- betul memastikan bahwa
kondisi klinis pasien benar-benar bersifat emergency dan perlu ditatalaksana
segera sehingga pengecekan ganda dapat ditunda
11) Pada situasi emergency, seperti pada point “10”, petugas yang memberikan
obat harus menyebutkan dengan lantang semua terapi obat yang diberikan
sebelum memberikannya kepada pasien
Halaman 14 dari 22
5. SPO Penerimaan Obat High Alert di Ruangan
6. SPO Pemberian Obat High Alert ke Pasien
7. Lampiran Daftar Produk Nutrisi
8. Lampiran Obat Elektrolit Konsentrat
9. Lampiran Surat Pesanan Narkotika
10. Lampiran Surat Pesanan Psikotropika
11. Lampiran Surat Pesanan Obat Jadi Prekursor Farmasi
12. Lampiran Surat Permintaan Narkotika/ Psikotropika
13. Lampiran Surat Permintaan Prekursor Farmasi Golongan Obat Keras
14. Lampiran Surat Permintaan Prekursor Farmasi Golongan Obat Bebas Terbatas
15. Lampiran Berita Acara Pemusnahan Narkotika
Halaman 15 dari 22
3 Alprazolam 1 mg tablet
4 Zypraz 0,5 mg tablet
5 Zypraz 0,25 mg tablet
B Atropin Sulfat 1 Atropine sulfat injeksi
C Clobazam 1 Clobazam 10 mg tablet
2 Clofritis 10 mg tablet
3 Proclozam 10 mg tablet
D Chlordiazepoxide 1 Braxidin tablet
E Diazepam 1 Diazepam 2 mg tablet
2 Valisanbe 5 mg tablet
3 Valisanbe 2 mg tablet
4 Valisanbe injeksi
5 Stesolid rectal 10 mg
6 Stesolid rectal 5 mg
F Diazepam + Methampyron 1 Analsik tablet
G Estazolam 1 Esilgan
H Fluoxetin HCl 1 Kalxetin 10 mg tablet
2 Kalxetin 20 mg tablet
I Haloperidol 1 Haloperidol 0,5 mg tablet
2 Haloperidol 0,5 mg tablet
3 Haloperidol 5 mg tablet
J Ketamin 1 KTM 100 mg tablet
K Midazolam 1 Anesfar injeksi
L Phenobarbital 1 Phenobarbital tablet
M Propofol 2 Profanes injeksi
N Trihexyphenidil 1 Arkine tablet
Halaman 16 dari 22
3. Codein 20 mg tablet
B. Fentanyl 4. Fentanyl 50 mcg/ ml injeksi
5. Durogesic 25 mcg transdermal
D. Petidin 7. Petidin injeksi
Halaman 17 dari 22
3 Aminofusin paed
4 Clinimix bag
5 Fimahes
6 Tutofusin ops
Halaman 18 dari 22
Lampiran 4. Daftar Obat Elektrolit Konsentrat
Halaman 19 dari 22
Lampiran 5. Daftar Obat Rupa Mirip (Look Alike)
Halaman 20 dari 22
Lampiran 6. Daftar Nama Obat Mirip (Sounds Alike)
Halaman 21 dari 22
Lampiran 7. Daftar Obat High Alert golongan lain
Halaman 22 dari 22