Retno Wulan
Selasa, 08 April 2014
2 Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat,
dan teror(UU RI, 2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitubencana geologis,
klimatologis dan ekstra-terestrial seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Bencana Alam Berdasarkan Penyebabnya
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi.
Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim, suhu
atau cuaca. Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial, yaitu bencana alam yang disebabkan oleh
gaya atau energi dari luar bumi, bencana alam geologis dan klimatologis lebih sering berdampak terhadap
manusia.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis bencana antara lain:
a. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada
bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa
dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebutdapat menyebabkan kerusakan
dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu
terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman
penduduk. Gempa bumi juga menyebabkanbencana ikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi
serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
b. Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan
impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik
atau longsoran. Kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100
Km/jam dan ketinggian air.
c. Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan
dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan
mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.Setiap
gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang
dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa
bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.
d. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun
lereng.
e. Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar.
Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena
tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-
rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
f. Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air baik untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
g. Angin Topanadalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering
terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat
berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem
cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan
kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. Di
Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
h. Gelombang Pasangadalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan
bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang
terjadi karena adanya angin kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam.
Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang berlayar pada suatu wilayah yang
dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan
tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.
i. Kegagalan Teknologiadalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi atau industri.
j. Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan dilanda api serta hasilnya
menimbulkan kerugian.Sedangkan lahan dan hutan adalahkeadaan dimana lahan dan hutan dilanda api
sehingga mengakibatkan kerusakan lahandan hutan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian.
k. Aksi Teror atau Sabotaseadalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat, kerusakan
bangunan, dan mengancam atau membahayakan jiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang atau
golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi teror atau sabotase biasanya dilakukan dengan
berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu,
penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah,tempat, dan sebagainya. Aksi teror atau sabotase sangat sulit dideteksi
atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang atau golongan secara diam-diam dan
rahasia.
l. Kerusuhan atau Konflik Sosialadalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara atau kerusuhan atau
perang atau keadaan yang tidak aman di suatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat,
golongan, suku, ataupun organisasi tertentu.
m. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasamerupakan ancaman yang diakibatkan oleh
menyebarnyapenyakit menular yang berjangkit di suatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau
wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit
dan korban jiwa. Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang masih
harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, anthraks, busung lapar dan
HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehinggakejadian yang
pada awalnya merupakan kejadian lokal dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang
banyakmenimbulkan korban jiwa. Kondisi lingkungan yang buruk, perubahan iklim, makanan dan pola
hidup masyarakat yang salah merupakan beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya bencana ini.
3 Penanggulangan Bencana
Menurut Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan (2006), upaya penanggulangan
bencana merupakan kegiatan yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam lingkup “Siklus Penanggulangan Bencana”
(Disaster Management Cycle). Siklus dimulai pada waktu sebelum terjadinya bencana berupa kegiatan
pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan. Kemudian pada saat terjadinya
bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa
kegiatan pemulihan dan rekonstruksi.
Penanggulangan Masalah akibat Bencana/PMK-AB (sekarang menjadi Penanggulangan Krisis
Akibat Bencana/PK-AB adalah serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakan
(mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, menyiapsiagakan sumber
daya kesehatan dan memulihkan (rehabilitasi) serta membangun kembali (rekonstruksi) kerusakan
infrastruktur kesehatan akibat bencana secara lintas program dan lintas sektor serta bermitra dengan
masyarakat internasional (Rekompak, 2010).Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu :
a. Cepat dan tepat
Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus
dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penaggulangan
akan berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
b. Prioritas
Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
c. Koordinasi dan keterpaduan
Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada
koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama
yang baik dan saling mendukung.
d. Berdaya guna dan berhasil guna
Yang dimaksud dengan ‘prinsip berdaya guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.yang dimaksud dengan
“prinsip berhasil guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna , khususnya
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang
berlebihan.
e. Transparansi dan akuntabilitas
Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka
dan dapat dipertanggung jawabkan. Akuntabilitas adalah penanggulangan bencana dilakukan secara
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemitraan
Penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kemitraan dalam penanggulangan
bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat secara luas, termasuk LSM maupun dengan
organisasi-organisasi kemasyrakatan lainnya. Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau
lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahnya.
g. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyrakat untuk mengetahui, memahami dan
melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan pemulihan bencana. Negara memiliki
kewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar dapat mengurangi dampak dari bencana.
h. Nondiskriminatif
Negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakukan yang berbrda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.
i. Nonproletisi
Dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui
pemberian bantuan dan pelyanan darurat bencana. Dalam Peraturan Kepala Badan Nasioanal
Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana, dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan
bencana, meliputi tahap pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.
5.2 Psikosomatik
Kondisi lingkungan yang berubah tiba-tiba dan merasakan kecemasan orangtua.
Demikian pula trauma karena kehilangan orang yang dicintai, atau harta benda yang
diperjuangkan dengan susa payah, meyebabkan perasaan pilu yang luar biasa. Selanjutnya
kondisi kecemsan itu akan menekan alam bawah sadar maryakat, sehingga senantiasa merasa
banjir akan datang lagi, dan berbagai kondisi psikologis sebagai pencetus penyakit ini.
Pencegahan dan pengobatan gangguan ini dapat diatasi dengan pemberian makanan dan
minuman sehat yang cukup, serta istrihat yang cukup. Demikian pula dapat diberikan obat
anticemas, misalnya: Valium, Diazepam, dan berbagai suplemen lainnya.
2.5.3 Penyakit Kulit
Pada umumnya menghinggapi atau menjangkiti para korban banjir. Penyakit kulit ini
disebabkan oleh: Infeksi kulit karena bakteri, virus atau jamur. Demikian pula dapat
diakibatkan oleh Parasit, kutu, larva dan Alergi kulit.Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
Seminimal mungkin menghindari kontak langsung dengan air dengan menggunakan sepatu
boot. Jagalah kebersihan dan selalu gunakan pakaian yang kering.
5.4 Leptospirosis
Penyakit ini diakibatkan oleh parasit bernama Leptospyra Batavie. Penyebarannya
melaui air yang tergenang dan bersumber dari air kencing tikus, babi, anjing, kambing kuda,
kucing, kelelawar dan serangga tertentu. Penyakit ini terkenal dengan penyakit kencing tikus,
parasit ini berbentuk seperti cacing spiral yang sangat kecil. Gejala Leptospirosis Stadium
awal, demam tinggi, badan menggigil (kedinginan), mual, muntah, iritasi mata, nyeri otot
betis dan sakit bila tersentuh. Stadium dua, parasit membentuk antibodi ditubuh sehingga
mengakibatkan jantung berdebar debar dan tidak beraturan, bahkan jantung bisa mengalami
pembengkakan dan gagal jantung. Pembuluh darah dapat mengalami perdarahan ke saluran
pernapasan dan pencernaan hingga bisa mengakibtkan kematian. Parasit dapat masuk melalui
bagian tubuh yang terbuka seperti luka. Pengobatan penyakit Leptospirosis dengan pemberian
antibiotik, misalya: doksisiklin, cephalosporin, dan obat-obat antibiotik turunan quinolon.
Demikian pula dapat diberikan penisilin, ampisilin atau antibiotik lainnya yang serupa.
Pemberian antibiotik sebaiknya secara intrevena (infus).
3. Bidang Logistik
Berikut ini merupakan bahan logistik yang harus tersedia di lokasi bencana.
a. Makanan siap saji
b. Tambahan gizi
c. Lauk pauk
d. Kids ware
e. Sandang
f. Selimut
Diposting oleh retno wulan di 17.59
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:
1.
http://obattraditional.com/obat-tradisional-penyakit-tipes/
Balas
About me..^^
saya suka statistika n epidemiologi..keduanya begitu cantik dan menarik. Hehehe pengagum
dahlan iskan. sangat sayang mama dan ayah. manusia biasa yg sering alfa tp beruntung punya
guru seperti abah dan umma. suka sastra, sangat-sangat suka :-) uda itu aja tentang
saya..selamat datang di blog saya :)
Pages
Healthy..♥♥
Mengenai Saya
retno wulan
Lihat profil lengkapku
0Dipakai Bersamashare button
Blogger news
Blogroll
Archives
► 2017 (2)
► 2016 (3)
► 2015 (4)
▼ 2014 (22)
o ► September(3)
o ► Juli (4)
o ► Juni (4)
o ► Mei (2)
o ▼ April (9)
IRAMA
SIRKARDIAN
(circardian
rythm)
DIFTERI &
IMUNISASI DPT
Rapid
Convenience
Assesment (RCA)
HIGIENE SANITASI
MAKANAN DAN
MINUMAN
Candidiasis
Genitalis
(Thrush)
Safe Motherhood
& Making
Pregnancy Saver
EPIDEMIOLOGI
BENCANA DAN
KEDARURATAN
MANAJEMEN
PASCA BENCANA
(STUDI
KASUS:GEMPA
BUMI PA...
Apa sih Wide
Area Network
(WAN) itu???
► 2013 (8)
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.
silahudin66
Silaturrahmi Pemikiran: berbagi informasi, menambah setetes pengetahuan
Pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karenanya pelayanan sangat
dibutuhkan dalam segala dimensi kehidupan. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Oleh karenanya, berbagai aktivitas pelayanan pada dasarnya memiliki karakteristik tertentu dan
terbagi ke dalam beberapa jenis pelayanan. Karakteristik pelayanan publik menurut Lembaga Adminstrasi
Negara (2003) adalah sebagai berikut:
a. memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya;
b. memiliki kelompok kepentingan yang luas, termasuk kelompok sasaran yang ingin dicapai;
c. memiliki tujuan sosial;
d. dituntut untuk akuntabel kepada publik
e. memiliki konfigurasi indikator kinerja yang perlu kelugasan; dan
f. seringkali menjadi sasaran isu politik.
Dasar hukum yang jelas itulah, yang menjadikan variabel penyelenggara pelayanan publik, seperti
BUMN/BUMD: Telkom, PLN, dan lain-lain; target sasaran kelompok yang luas, yaitu masyarakat;
adanya tujuan sosial, yakni mementingkan kepentingan umum, misalnya PT Kereta Api (Persero)
menyediakan jasa angkutan untuk semua lapisan masyarakat dengan harga yang terjangkau; melaporkan
akuntabilitas kinerja kepada publik (keberhasilan dan kegagalannya) seperti LAKIP (Laporan
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah).
Dalam hal ini, penyelenggaraan pelayanan publik adalah instansi pemerintah yang meliputi :
Satuan kerja/satuan organisasi Kementrian;
Departemen;
Lembaga Pemerintah Non Departemen
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, misalnya : Sekretariat Dewan (Sekwan),
Sekretariat Negara (Setneg), dan sebagainya;
Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
Badan Hukum Milik Negara (BHMN);
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
Instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah termasuk dinas-dinas dan badan.
Dengan demikian, dalam penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah bertanggung jawab
untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah karena
masyarakat telah memberikan dananya dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi, dan berbagai pungutan
lainnya.
Hakekat pelayanan publik seperti dijelaskan Keputusan Menpan Nomor 63 tahun 2003 bahwa hakikat
pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan
kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
Kendati pun, kewajiban pemberian pelayanan publik terletak pada pemerintah, pelayanan publik juga
dapat diberikan oleh pihak swasta dan pihak ketiga, yaitu organisasi nonprofit, relawan ( volunteer), dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Bila memang penyelenggaraan pelayanan publik tertentu
diserahkan kepada swasta atau pihak ketiga, maka yang terpenting dilakukan oleh pemerintah adalah
memberikan regulasi, jaminan keamanan, kepastian hukum, dan lingkungan yang kondusif.
Seiring dengan itu, penyelenggara pelayanan publik adalah instansi pemerintah. Instansi pemerintah
sebagaimana dituliskan di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun
2003 adalah sbeagai berikut:
Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan unit kerja/satuan organisasi Kementerian,
Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi
Negara, dan instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik
Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.
Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.
Pemberi Pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan
fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penerima Pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hokum.
Biaya pelayanan publik adalah segala biaya (dengan nama atau sebutan apapun ) sebagai imbal jasa atas
pemberian pelayanan publik yang besaran dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Indeks kepuasan masyarakat adalah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang
diperoleh dari penyelenggara atau pemberi pelayanan sesuai dengan harapan dan kebutuhan
masyarakat.
Beriringan dengan pelayanan publik tersebut di atas, berarti mengandung arti bahwa pelayanan
tersebut menyangkut pelayanan barang dan jasa publik. Adapun yang dimaksud dengan barang
publik dan jasa publik dapat dijelaskan di bawah ini.
Menurut Guritno Mangkoesoebroto dalam Widodo (2001: 280) menjelaskan bahwa barang publik
murni (a pure public goods) mempunyai dua karakteristik utama: penggunaannya tidak bersaingan (non
rivalry) dan tidak dapat diterapkan prinsip pengkecualian (non excludability).
Barang yang penggunaannya tidak bersaing dan tidak ada perkecualian (siapa pun bisa menggunakan)
dikategorikan sebagai barang publik, dan sebaliknya disebut barang privat (private goods).
Sementara Savas (1990), mengemukakan terdapat dua karakteristik utama dari barang publik:
1. Akses
Akses menunjuk pada kasus atau kesulitan untuk menolak seseorang mengakses barang tertentu.
2. Konsumsi
Konsumsi menunjuk pada eksklusivitas penggunaan barang oleh orang satu terhadap orang
lainnya.
Menurut Savas, barang yang mudah diakses dan dikonsumsi oleh publik, termasuk barang publik.
Sedang barang yang dikonsumsi secara ekslusif dan ditolak bagi orang yang tidak mampu atau tidak
dapat membayarnya disebut barang privat (private goods).
Bahkan Savas membedakan barang dilihat dari sulit tidaknya melakukan penolakan (deny access) dan
mengkonsumsinya menjadi empat macam barang, yaitu sebagai berikut:
1. Private goods jika mudah melakukan penolakan (easy to deny access) dan terdapat perkecualian
dalam mengkonsumsinya (exclusive).
2. Common-pool goods, manakala sulit melakukan penolakan (difficult to deny access) dan ada
perkecualian dalam mengkonsumsi (exclusive consumption).
3. Toll goods, manakala mudah melakukan penolakan dan dikonsumsi oleh umum (common
consumption).
4. Collective goods, manakala sulit melakukan penolakan dan dikonsumsi oleh umum.
Sedangkan Harvey S. Rosen dalam Widodo (2001: 280-281) menjelaskan barang publik murni adalah
tidak adanya persaingan di dalam mengkonsumsi. Hal ini berarti barang tersebut telah tersedia, dan tidak
ada biaya tambahan bagi seseorang yang akan menggunakannya.
Untuk menentukan (mendefinisikan) barang publik terdapat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Walaupun setiap orang mengkonsumsi barang dalam jumlah yang sama, tidak terdapat persyaratan
bahwa barang yang dikonsumsi dibayar sama oleh semua orang (Even though every-one
consumes the same quantity of the goods, there is no requirement that this consumption be valued
equally by all).
2. Klasifikasi sebagai barang public adalah tidak absolut.Namun tergantung pada kondisi pasar dan
teknologinya (Classification as a public goods is not an absolute. It depends upon market
conditions and the state technology).
3. Sifat perkecualian sering dikaitkan dengan barang public (the nation of excludability is often linked
to that of public goods).
4. Sejumlah barang yang secara konvensional tidak dikatakan sebagai “komoditi”, tetapi memiliki
karakteristik sebagai barang publik (a number of things are not conventionally thought of as
”commodities” have public good characteristics).
Berdasarkan kriteria di atas, maka untuk membedakan barang publik dan barang swasta, dapat
disimak dalam matrik di bawah ini.
Tabel. Definition of The Four types of Goods
Bahwa pelayanan publik dilakukan tiada lain untuk memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, karena
itu penyelenggaraannya secara niscaya membutuhkan asas-asas pelayayanan. Dengan kata lain, dalam
memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan publik harus memperhatikan asas pelayanan
publik.
Asas-asas pelayanan publik menurut Keputusan Menpan 63/2003 sebagai berikut:
a. Tranparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan
secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang
pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status
ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
D. Prinsip Pelayanan Publik
Selain beberapa asas pelayanan publik yang harus dipenuhi, instansi penyedia pelayanan publik
dalam memberikan pelayanan harus memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan publik, agar kualitas
pelayanan dapat dicapai.
Sebagai pengkayaan pemaknaan dan pemahaman, prinsip-prinsip pelayanan akan dijelaskan sebagai
berikut:
Menurut Lovelock (1992) mengemukakan lima prinsip yang harus diperhatikan bagi penyelenggaraan
pelayanan publik, yaitu meliputi:
1. Tangible (terjamah) seperti kemampuan fisik, peralatan, personil dan komunitas material
2. Realiable (handal), kemampuan membentuk pelayanan yang dijanjikan dapat tepat dan memiliki
keajegan.
3. Responsiveness. Rasa tanggung jawab terhadap mutu pelayanan
4. Assurance (jaminan), pengetahuan, perilaku dan kemampuan pegawai.
5. Empaty, perhatian perorangan pada pelanggan.
Di dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003 disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan
publik harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan
persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik
unit kerja /pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan /sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.
Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum
6. Tanggung Jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana & prasarana kerja yang memadai.
8. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan
dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopnan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus disiplin, sopan an santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan
ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti
parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Di samping yang dijelaskan di atas, prinsip pelayanan pulik menurut Mahmudi (2005: 208) adalah
sebagai berikut:
a. Kesederhanaan Prosedur
Prosedur pelayanan hendaknya mudah dan tidak berbelit-belit. Prinsip “apabila dapat dipersulit
mengapa dipermudah” harus ditinggalkan dan diganti dengan “hendaknya dipermudah jangan
dipersulit; bahagiakan masyarakat, jangat ditakut-takuti.”
b. Kejelasan
Kejelasan dalam hal persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik; unit kerja/pejabat
yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan,
persoalan, sengketa, atau tuntutan dalam pelaksanaan pelayanan publik; serta rincian biaya
pelayanan publik dan tata cara pembayarannya. Kejelasannya ini penting bagi masyarakat untuk
menghindari terjadinya berbagai penyimpangan yang merugikan masyarakat, misalnya praktik
percaloan dan pungutan liar di luar ketentuan yang ditetapkan.
c. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Dalam hal ini harus ada kejelasan berapa lama proses pelayanan diselesaikan.
d. Akurasi produk pelayanan publik
Produk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat harus akurat, benar, tepat dan sah.
e. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai
termasuk penyediaan sarana teknologi informasi dan komunikasi.
f. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum. Tidak boleh
terjadi intimidasi atau tekanan kepada masyarakat dalam pemberian pelayanan.
g. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
h. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan
dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan
pelayanan dengan sepenuh hati (ikhlas).
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti
parker, toilet, tempat ibadah, dan sebagainya.
Diposting oleh Silahudin di 17.19
Label: Pelayanan
1 komentar:
1.
pandu maulana11 Maret 2012 22.36
Balas
KEJAKSAAN RI
LPSK
Pikiran Rakyat Cetak
HU Pikiran Rakyat Cetak
KOMPAS
KOMPAS CETAK
hambaro
Mahkamah Agung
Depdagri
ICW
PPATK
Mahkamah Konstitusi
Departemen hukum dan ham
Kepolisian
DPR RI
http://www.ziddu.com/download/6298900/PembangunanPerkotaan.doc.html
http://www.ziddu.com/download/6567194/MemaknaiStrukturalKonflik.doc.html
http://www.ziddu.com/download/6598608/
ABSTRAKTESISPILKADALANGSUNGSILAHUDIN.pdf.html
http://www.alvoices.com/contributed-news/4532632-nationality-of-indonesia
http://www.allvoices.com/4532489-peoples-political-participation-in-election-regional-
head-and-deputy-head-of-regional-direct-case-study-using-the-voter-no-vote-in-bandung-
regency-direct-election
http://www.allvoicess.com/contributed-news/448036-kabinet koalisi
Menuai Penghasilan Via Internet
Dapatkan buku Kumpulan trik teknik Hacking jaringan & website. Hacker Book, Cara cepat
menguasai komputer di http://bukugeratis.4shared.com
Komisi.GRATIS.com
Info Saya
Silahudin
Pengajar di STIA (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi) Bagasasi Bandung Jln.
Cukang Jati No. 5 Gatot Subroto Bandung 40273
Lihat profil lengkapku
http://www.ziddu.com
Langganan
Postingan
Komentar
Arsip Blog
► 2009 (17)
▼ 2010 (5)
o ► Februari (1)
o ▼ Mei (4)
www.allvoicess.com
-
www.facebook.com
-
Pengikut
Breaking News
CARI
Cari
Beranda
Perihal
Berlangganan
kontak
TENTANG YKU
DEPARTEMEN YKU
KEGIATAN YKU
KONTAK KAMI
//
you're reading...
HUMANITARIAN SERVICES, PEMBERDAYAAN
Bencana selalu menimbulkan permasalahan. Salah satunya bidang kesehatan. Timbulnya masalah ini berawal dari kurangnya
air bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Akibatnya berbagai jenis penyakit menular
muncul.
Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana disertai
pengungsian. Saat ini sudah ada standar minimal dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penganan
pengungsi. Standar ini mengacu pada standar internasional. Kendati begitu di lapangan, para pelaksana tetap diberi keleluasaan
Beberapa standar minimal yang harus dipenuhi dalam menangani korban bencana khususnya di pengungsian dalam hal
lingkungan adalah:
A. Pengadaan Air.
Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak
dikunsumsi menjadi paling mendesak. Namun biasanya problema–problema kesehatan yang berkaitan dengan air muncul akibat
kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu.
1. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang per hari
2. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
3. Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter
4. 1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang
B. Kualitas air
Air di sumber–sumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga
kebersihan pribadi dan rumah tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risiko–risiko besar terhadap kesehatan akibat penyakit–
penyakit maupun pencemaran kimiawi atu radiologis dari penggunaan jangka pendek.
1. Di sumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak
lebih dari 10 coliform per 100 mili liter
2. Hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahwa resiko pencemaran semacam itu sangat rendah.
3. Untuk air yang disalurkan melalui pipa–pipa kepada penduduk yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua
pasokan air pada waktu ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan lebih dahulu
sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,2–0,5 miligram
perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU)
4. Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum
5. Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis
dari pemakaian jangka pendek, atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah direncanakan,
menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar endapan bahan–bahan kimiawi yang digunakan untuk
mengetes air itu sendiri. Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup besar untuk terjadinya
masalah kesehatan akibat konsumsi air itu.
1. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10–20 liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20
liter. Alat–alat ini sebaiknya berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup
2. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
3. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup banyak untuk semua orang yang mandi secara
teratur setiap hari pada jam–jam tertentu. Pisahkan petak–petak untuk perempuan dari yang untuk laki–laki.
Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh
100 orang.
Masyarakat korban bencana harus memiliki jumlah jamban yang cukup dan jaraknya tidak jauh dari pemukiman mereka, supaya
bisa diakses secara mudah dan cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam
Masyarakat harus memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaran akibat limbah padat, termasuk limbah medis.
1. Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum sempat menimbulkan ancaman bagi
kesehatan.
2. Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik bekas pakai, perban–perban kotor, obat–obatan
kadaluarsa,dsb) di daerah pemukiman atau tempat–tempat umum.
3. Dalam batas–batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat tempat pembakaran limbah padat yang dirancang,
dibangun, dan dioperasikan secara benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam.
4. Terdapat lubang–lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat–tempat khusus untukmembuang sampah di pasar–
pasar dan pejagalan, dengan system pengumpulan sampah secara harian.
5. Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu sedemikian rupa sehingga problema–problema
kesehatan dan lingkungan hidup dapat terhindarkan.
6. 2 (dua) drum sampah untuk 80 – 100 orang
Masyarakat memiliki cara – cara untuk membuang limbah rumah tangga sehari–hari secara nyaman dan efektif.
1. Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah bak sampah atau lubang sampah keluarga,
atau lebih dari 100 meter jaraknya dar lubang sampah umum.
2. Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah rumah tangga sehari–hari tidak dikubur
ditempat.
F. Pengelolaan Limbah Cair
Sistem pengeringan
Masyarakat memiliki lingkungan hidup sehari–hari yang cukup bebas dari risiko pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air
hujan, air luapan dari sumber–sumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasarana–prasarana medis. Hal–hal
berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan pengelolaan limbah cair :
1. Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik–titik pengambilan/sumber air untuk keperluan sehari–hari, didalam
maupun di sekitar tempat pemukiman
2. Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan air.
3. Tempat tinggal, jalan – jalan setapak, serta prasana – prasana pengadaan air dan sanitasi tidak tergenang air, juga tidak
terkikis oleh air.